TUJUAN
Mahasiswa diharapkan dapat memahami dan melakukan pencucian dan sterilisasi
alat, bahan dan kemasan
d. Sterilisasi Filtrasi
Metode sterilisasi dengan penyaringan digunkan untuk bahan yang sensitif
terhadap panas seperti enzim. Pada proses ini digunkan membran filter yang
terbuat dari selulosa asestat. Namun, metode ini ada beberapa kerugina
diantaranya relatif mahal serta filter yang mudah mampat sehingga filtrat
tertinggal pada saringan dan harus diganti. Selain itu meskipun mempunyai pori-
pori halus, membran filter tidak dapat menyaring virus.
II.2 Sterilisasi kimia
Sterilisasi ini menggunakan bahan kimia diantaranya :
a. Fenol dan turunannya
Senyawa turunan fenol yang dikenal sebagai senyawa fenolik mengandung
molekul fenol yang secara kimiawi telah diubah untuk mengurangi
kemampuannya dalam meningkatkan aktivitas antbakterinya. Aktivitas senyawa
mikrobanya dapat merusak lipid pada membran plasma mikroorganisme,sehingga
menyebabkan sel keluar
b. Logam berat
Senyawa logam disini sperti mercuric chloride yang pada umumnnya digunkan
sebgai desinfektan, penggunaanya harus dikurangi karena toksisitasnya relatif
tinggi dan mampu mengkorosif
c. Etilen oksida
Merupakan gaseous chemo sterilizer yaitu suatu bahan yang digunakan untuk
mensterilkan ruang tertutup (serupa autoklaf). Mekanisme aksinya dengan
mendenaturasi protein mikroorganisme.
d. Peroksigen
Memiliki aktivitas antumikroba dengan cara mengoksidasi komponen seluler
mikroorganisme yang termasuk ke dalam peroksigen sperti ozon, hidrogen
peroksida dan asam para asetat.
III. PELAKSANAAN
3.1. Penyiapan Alat
a. Alat – alat yang digunakan
Alat-alat alumunium
V. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan sterilisasi alat dengan pemanasan kering
menggunakan oven dan pemanasan basah menggunakan autoklaf. Proses sterilisasi
merupakan proses yang penting yang harus dilakukan sebelum melakukan pembuatan
sediaan steril. Dimana sumber kontaminan bisa berasal dari air, bahan, alat, metode yang
digunakan ataupun berasal dari personel. Jika alat bahan dalam proses formulasi suatu
sediaan steril tidak disterilkan terlebih dahulu dapat mengakibatkan dampak negatif,
seperti anafilaksis shock yang diakibatkan oleh pirogen. Pirogen merupakan hasil
metabolik dari mikroorganisme hidup atau mati yang dapat menyebabkan respon piretik
spesifik. Pada percobaan ini, kami mensterilkan alat-alat yang terbuat dari gelas, karet, dan
alumunium. Sebelum memulai proses sterilisasi, semua alat harus melalui proses
pencucian dan pengeringan terlebih dahulu.
Pada pencucian alat gelas, aluminium, maupun karet, digunakan beberapa larutan
yang masing-masing memiliki tujuan dalam penggunaannya. Larutan-larutan yang
digunakan dalam pencucian adalah :
Air. Fungsi air sebagai pelarut universal yang dapat menghilangkan dari debu dan
kotoran.
HCl. Fungsi HCl encer sebagai agen asam atau penetral basa. Basa tersebut berasal
dari bahan-bahan dasar pembuatan alat gelas dan karet.
Pada pembuatan alat gelas :
Gelas berbahan dasar kaca. Bahan baku pembuat kaca yang utama adalah pasir kuarsa
58,6 % , soda dan potas 21,5 %, kapur 10,4 %, dolomit 10 % dan sulfat 3,5 %. Dari
bahan pembuatan tersebut dapat diketahui bahwa terdapat bahan dasar pembuatan
gelas yang bersifat basa yaitu soda dan potas, kapur serta dolomit yang dapat
melepaskan ion OH-. Sehingga dalam proses sterilisasi diperlukan penetralan basa
oleh HCl encer (Adryanta, 2008).
Pada pembuatan karet :
Bahan-bahan yang bersifat basa seperti amoniak, soda atau natrium karbonat,
formaldehida serta natrium sulfit sengaja ditambahakn pada cairan getah sadapan
karet. Dimana fungsi penambahan tersebut adalah untuk mencegah terjadinya
prakoagulasi. Prakoagulasi merupakan pembekuan pendahuluan tidak diinginkan yang
menghasilkan lump atau gumpalan - gumpalan pada cairan getah sadapan Zat
antikoagulan harus memiliki pH yang tinggi atau bersifat basa. Ion OH- di dalam zat
antikoagulan akan menetralkan ion H+ pada lateks, sehingga kestabilannya dapat tetap
terjaga dan tidak terjadi penggumpalan.
Tepol. Larutan tepol merupakan larutan sabun (deterjen) yang berupa surfaktan yang
dapat menurunkan tegangan permukaan lemak-air sehingga dapat menghilangkan atau
melepas kotoran (umumnya berlemak/hidrofob) yang menempel pada alat. Selain itu,
tepol juga berfungsi sebagai desinfektan yang mampu membantu menghilangkan
pirogen.
Na2CO3. Fungsi larutan Na2CO3 untuk menetralkan asam yang berasal dari
penambahan HCl.
Etanol 70%. Fungsi etanol 70 % Sebagai pelarut yang berfungsi untuk melarutkan
kotoran-kotoran atau partikel yang mungkin masih ada. Dalam pencucian karet,
direndam menggunakan etanol 70 % dan air, karena karet memiliki pori-pori yang
menyimpan partikel asing sehingga harus melalui perendaman.
Setelah seluruh peralatan dicuci, tahap yang dilakukan selanjutnya adalah proses
pengeringan. Proses pengeringan dilakukan dengan menggunakan oven pada suhu 100-
105˚C selama 10 menit (atau sampai kering) dalam posisi terbalik atau dimiringkan agar
bagian dalam peralatan dapat kering secara keseluruhan. Setelah peralatan kering,
peralatan dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok alat yang akan disterilkan dengan
metode panas basah dan alat yang akan disterilkan dengan metode panas kering. Alat-alat
yang akan disterilkan dengan metode panas basah seperti gelas ukur, pipet tetes dan karet
atau semua alat yang memiliki skala dan tidak dapat digunakan bila tidak ada skala (ex:
gelas ukur). Apabila sterilisasi menggunakan oven akan dapat menyebabkan alat gelas
memuai karena panas. Sementara alat yang disterilkan dengan metode panas kering seperti
kaca arloji, batang pengaduk, pinset, erlenmeyer dan beaker glass. Untuk peralatan yang
disterilisasi dengan metode panas basah, peralatan dibungkus dengan menggunakan kertas
perkamen. Sedangkan peralatan yang disterilisasi dengan metode panas kering dibungkus
dengan menggunakan alumunium foil. Pembungkusan dilakukan dua kali atau rangkap dua
untuk tiap metode sterilisasi. Pembungkusan rangkap ini ditujukan untuk mencegah
rusaknya pembungkus, dimana pembungkus pertama akan dilepas ketika alat yang telah
disterilisasi dipindah dari ruang 3 menuju ke ruang 2. Sedangkan lapisan kedua akan
dilepas ketika alat yang disterilisasi dipindah dari ruang 2 menuju ruang 1 dan siap
digunakan untuk produksi sediaan steril.
Tahapan dalam proses strerilisasi basah menggunakan autoklaf adalah sebagai berikut :
a. Waktu pemanasan (heating phase): tahap ini sampai terpenuhinya suhu
pembinasaan (115°C atau 121°C).
b. Waktu pengeluaran udara: waktu agar klep terbuka yaitu selama 5 menit setelah
keluarnya uap dari klep, kemudianklep ditutup kembali.
c. Waktu menaik : waktu yang diperlukan autoklaf untuk meningkatkan tekanan uap
dan suhu yang diinginkan
d. Waktu keseimbangan : tahapan yang diperlukan untuk menghasilkan kesamaan
suhu disemua titik pada ruang autoklaf dan semua benda yang disterilkan. Lamanya
tahap keseimbangan tergantung jenis, volume , tebal alat yang disterilkan dan daya
guna sterilisator. Berikut pada tabel 1 menunjukkan tentang waktu kesetimbangan
pada proses sterilisasi dengan autoklaf .
Sedangkan pada praktikum kali ini, kami hanya mensterilkan alat gelas, karet dan
alumunium. Dimana dari alat-alat tersebut tidak berisikan bahan obat yang
disterilisasi, sehingga waktu kesetimbangannya adalah 0 menit. Selain itu, alat-alat
gelas yang kami sterilisasi juga telah ditutup menggunakan aumunium foil yang
bersifat konduktor (penghantar panas).
e. Waktu pembinasaan (holding phase) : waktu yang diperlukan untuk proses
pembinasaan atau sterilisasi berlangsung. Dalam tabel berikut menunjukkan waktu
pembinasaan, suhu serta tekanan yang digunakan dalam sterilisasi basah.
Suhu (0 C) Waktu pembinasaan Tekanan Uap
(menit) kPa Psi
115 30 69 10
121 15 103 15
126 10 138 20
134 3 207 30
Tabel 1. Waktu pembinasaan, suhu serta tekanan yang digunakan dalam
sterilisasi basah
Mekanisme kerja sterilisasi adalah udara panas yang mengalir di dalam oven akan
menghidrasi kemudian mengoksidasi sel mikroba. Panas kering membutuhkan waktu
sterilisasi lebih lama dan suhu yang lebih tinggi daripada panas basah. Pada praktikum
kami kali ini sterilisasi panas kering menggunakan oven. Siklus kerja dari mesin sterilisasi
panas kering yaitu :
Adryanta. 2008. Kaca sebagai Struktur pada Bangunan. Jakarta : Universitas Indonesia
Lukas,S. 2006. Formulasi Steril. Yogyakarta : Penerbit Andi
Pratiwi,Sylvia. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta : Erlangga Medical Series
Tim dosen. 2014. Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Steril. Jember : Fakultas Farmasi
Universitas Jember
WHO. 2006. The International Pharmacopoeia.
http://www.who.int/medicines/publications/pharmacopoeia/en/. Diakses pada 13
September 2014 : 22.45