dengan standar yang ditetapkan. seperti toleransi eror yang diperbolehkan 0.02 , maka ketika
timbangan 5.05, ada eror 0.05 maka anda gagal kalibrasi, tapi jika standar erornya yang
diperbolehkan 0.1 maka timbngan 5.05 lolos kalibrasi. Toleransi eror ditentukan oleh
produsen dan juga ditentukan kebutuhan proses perusahaan anda. Dalam Standar ISO
9001:2008 klausul 7.6 dinyatakan:
Organisasi harus menentukan pemantauan dan pengukuran yang akan dilakukan dan
perlengkapan pemantauan dan pengukuran yang diperlukan untuk memberikan bukti
kesesuaian produk terhadap persyaratan yang ditentukan .
Organisasi harus menetapkan proses untuk memastikan bahwa pemantauan dan pengukuran
dapat dilakukan dan dilakukan dengan cara yang konsisten dengan persyaratan pemantauan
dan pengukuran.
Bila dperlukan untuk memastikan hasil yang valid, alat pengukuran harus :
a) dikalibrasi atau diverivikasi atau kedua-duanya pada interval yang dinyatakan, atau
sebelum pemakaian, terhadap standar pengukuran yang dapat ditelusuri ke standar
pengukuran internasional atau nasional; bila standar yang dimaksud tidak ada, dasar yang
digunakan untuk kalibrasi atau verifikasi harus dapat dicatat (lihat 4.2.4)
Dari pernyataan klausul diatas dapat disimpulkan bahwa setiap perusahaan yang memiliki
alat ukur yang hasil pengukurannya memberikan bukti kesesuain terhadap persyaratan maka
wajib dijaga dan dikendalikan dengan cara dikalibrasi secara berkala untuk menjamin hasil
pengukuran yang valid. Terkait dengan klausul 7.6, catatan mutu yang harus dibuat adalah
daftar alat ukur, jadwal kalibrasi alat ukur dan bukti kalibrasi alat ukur (sertifikat kalibrasi).
Tidak semua perusahaan harus ada kalibrasi alat ukur, seperti perusahaan jasa kursus bahasa
inggris maka tidak diwajibkan oleh iso menggunankannya, akan tetapi ada perusahaan yang
memang harus menggunakan kalibrasi alat ukur seperti perusahaan bahan kimia yang
memproduksi formulanya menggunakan alat ukur yang akurat. Artinya, perusahaan yang
sama sekali tidak menggunakan alat ukur maka boleh mengecualikan klausul 7.6 tentang
pengendalian alat ukur.
Semua alat ukur yang dipakai dalam proses produksi, pelayanan masyarakat dan dunia
industri lainnya, yang dalam pemakaiannya mempengaruhi mutu akhir produk/jasa
memerlukan kalibrasi. Artinya, jika hasil pengukuran tidak berkaitan langsung dengan mutu
produk, maka alat ukur tersebut tidak wajib dikalibrasi. Contohnya, bila ada perusahaan
perdagangan pakaian yang menggunakan timbangan sekedar untuk mengetahui berat pakaian
untuk menentukan biaya ekspedisi, maka timbangan tersebut tidak wajib dikalibrasi karena
berat pakaian tidak menjadi jaminan mutu. Akan tetapi bila hasil pengukuran tersebut
berkaitan dengan berat produk yang harus dipenuhi sesuai yang tertera pada kemasan atau
yang dinyatakan dalam penjualan, maka timbangan ini wajib dikalibrasi. Misalnya pada
perusahaan perdagangan emas yang menuntut hasil pengukuran yang presisi.
Perangkat baru
Suatu perangkat setiap waktu tertentu
Suatu perangkat setiap waktu penggunaan tertentu (jam operasi)
Ketika suatu perangkat mengalami tumbukan atau getaran yang berpotensi mengubah
kalibrasi
Ketika hasil pengamatan dipertanyakan
Diperolehnya kepastian akurasi pengukuran alat-alat produksi dan alat ukur dalam
transaksi perdagangan sehingga terjadi transaksi yang adil, serta menghindari
terjadinya sengketa atas hasil pengukuran dan pengujian yang berbeda.
Diperolehnya kepastian bahwa produk yang dihasilkan memenuhi regulasi baik lokal
maupun internasional;
Mengurangi risiko ditariknya produk gagal atau produk yang tidak memenuhi syarat
regulasi;
Meningkatkan citra perusahaan.