Anda di halaman 1dari 9

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rotavirus merupakan golongan famili Reoviridae yang berperan dalam penyebaran
diare. Diare merupakan beban masalah kesehatan baik di tingkat global, regional maupun
nasional. Rotavirus adalah penyebab diare paling banyak pada anak balita dan anak-anak.
Anak-anak dapat terkena infeksi rotavirus beberapa kali dalam hidupnya, dan hampir setiap
anak akan terkena infeksi ini. Dilaporkan oleh WHO bahwa setiap tahun diare rotavirus
menyebabkan > 500.000 kematian anak usia balita di seluruh dunia dan >80% di antaranya
terjadi di Negara berkembang
Gejala berentang dari ringan sampai terjadi dehidrasi berat disertai muntah-muntah,
suhu badan tinggi serta kematian. Rotavirus dapat menular dengan mudah dari anak ke anak.
Mencegah infeksi dengan cara menjaga higiene, rajin mencuci tangan dan menjaga
kebersihan adalah sangat penting. Pengobatan diare karena rotavirus bersifat suportif seperti
rehidrasi, nutrisi, pemberian zinc. Perbaikan sanitasi lingkungan dan higiene serta upaya
rehidrasi oral dengan oralit saja tidak dapat menurunkan angka mortalitas dan morbiditas
diare rotavirus, sehingga vaksinasi merupakan upaya pencegahan yang paling efektif. WHO
merekomendasikan semua lembaga kesehatan dunia untuk memberikan vaksinasi rotavirus.
2

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi
Rotavirus adalah virus golongan famili Reoviridae yang berperan dalam penyebab
utama penyakit diare akut pada bayi dan anak-anak.1,2 Diare merupakan masalah kesehatan
baik di tingkat global, regional maupun nasional. Di daerah tropis infeksi rotavirus terjadi
sepanjang tahun dan kebanyakan menyebar melalui jalur fekal – oral dan sebagian melalui
salurannafas.2
Rotavirus merupakan penyebab utama penyakit diare pada bayi, infeksi pada manusia
dewasa juga sering ditemukan. Beberapa rotavirus merupakan agen diare pada bayi manusia.
Rotavirus menyerupai reovirus dalam hal morfologi dan strategi replikasi.1

2.2. Epidemiologi
Rotavirus menjadi penyebab utama diare berat pada anak usia balita baik di negara
maju maupun negara berkembang. Dilaporkan oleh WHO bahwa setiap tahun diare rotavirus
menyebabkan > 500.000 kematian anak usia balita di seluruh dunia dan >80% di antaranya
terjadi di Negara berkembang. Pada daerah empat musim, infeksi rotavirus umumnya terjadi
pada musim dingin. Di Indonesia, kejadian rotavirus terjadi sepanjang tahun dengan kejadian
tertinggi pada musim panas yaitu sekitar bulan Juli – Agustus.2

Gambar 1. Distribusi kasus diare rotavirus rawat inap.8


3

2.3 Struktur Virus


Rotavirus adalah virus double helix RNA dari famili Reoviridea.1 Rotavirus terdiri
dari 7 serotype, yaitu dari Grup A hingga Grup G. Virus memiliki sifat sebagai parasit, di
mana virus memerlukan sel inang untuk memproduksi protein, memodifikasi genom dalam
proses replikasinya dan dalam propagasi virion agar memiliki sifat infeksius. Akibat dari
propagasi tersebut adalah kerusakan sel inang yang menyebabkan terjadinya penyakit. Dalam
proses replikasinya beberapa virus dapat menyebabkan infeksi laten sebagai hasil dari
interaksi genom virus ke dalam sel inang, dan beberapa jenis virus dapat menimbulkan
transformasi pada sel inang.

Rotavirus termasuk dalam anggota keluarga virus Reoviridae, memiliki kapsid yang
berbentuk icosahedral, berukuran 70 nm, dan tidak memiliki envelope. Virus ini terdiri dari
tiga lapisan yaitu kapsid luar, kapsid dalam dan inti. Tiga kapsid terluar terbagi menjadi sub
unit kapsid yang membentuk gambaran seperti roda (rota= wheel). Kapsid tersebut berbentuk
konsentris yang mengitari suatu genom dan terdiri atas 11 segmen RNA untai ganda di dalam
lapisan inti. Virus ini terdiri dari grup A, B, C, D, E dan F. Rotavirus grup A yang merupakan
golongan rotavirus yang paling banyak menginfeksi manusia, dapat dibagi menjadi dua
berdasarkan jenis kapsid protein VP7 (viral protein-7) yang disebut sebagai tipe G, dan
kapsid protein VP4 (viral protein-4) yang disebut sebagai tipe P. 1

Gambar 2. Susunan virion rotavirus 1

Dua struktur protein yaitu VP7 yang terdiri dari protein G dan glikoprotein dan VP4
yang terdiri dari protein P dan protease pembelahan protein, merupakan protein yang
melapisi bagian luar dari virus dan merupakan pertimbangan yang penting untuk membuat
vaksin dari rotavirus. Protein pembuat kapsid bagian dalam paling banyak adalah VP6, dan
4

sangat mudah ditemukan dalam pemeriksaan antigen, sedangkan protein nonstruktur kapsid
bagian dalam adalah NSP4 yang merupakan sebagai faktor virulensi dari rotavirus. 1

2.4 Patogenesis
Mekanisme terjadinya diare rotavirus dimulai dengan rusaknya sel epitel yang
melapisi permukaan dinding usus halus yang fungsinya sebagai penyerap garam dan air yang
berasal dari makanan.2,3 Virus menyerang dan memasuki sel enterosit yang matang pada
ujung vili usus kecil. Virus ini menyebabkan perubahan pada struktur dari mukosa usus kecil,
berupa pemendekan villi dan terdapatnya infiltrat sel-sel radang mononuklear pada lamina
propria. Sel enterosit yang rusak digantikan oleh sel sekretorik yang berasal dari kripte vilus
usus halus yang kemudian mensekresi garam maupun air secara berlebihan ke dalam lumen
usus.

Gambar 3. Patofisiologi infeksi rotavirus 1

Secara histologi perubahan pada jaringan sel akibat infeksi rotavirus ditandai dengan
adanya akumulasi sel - sel enterosit yang mengalami vakuolisasi, apoptosis dan terjadinya
proliferasi yang meningkat pada hari kesatu sampai hari ketujuh pasca infeksi. Semua proses
tersebut menyebabkan vilus atrofi, disamping itu juga banyak sel yang hilang akibat proses
apoptosis. Selain itu terjadi juga percepatan masa penggantian antar sel yang berakibat
terbentuknya sel - sel epitel yang kurang terdeferensiasi yang kesemuanya berakibat pada
penurunan fungsi absorpsi dari sel epitel intestinal.
5

Sebagian dari sel epitel yang melapisi permukaan dinding usus halus juga bersifat
sebagai sel endokrin penghasil ensim disakaridase. Rusaknya sel epitel akibat invasi virus
menyebabkan kadar ensim disakharidase usus juga menurun dan pencernaan disakarida
terganggu. Disakarida yang tidak tercerna akan menarik lebih banyak air sehingga terjadi
diare osmotic
.
2.5 Gejala dan Tanda
Infeksi rotavirus khas mulai sesudah masa inkubasi kurang dari 48 jam dengan
demam yang disertai dengan mulainya BAB cair yang sering. Muntah dan demam khas
mereda selama hari kedua sakit, tapi diare sering berlanjut selama 5-7 hari. Dehidrasi
2,3
mungkin terjadi dan memburuk dengan cepat, terutama pada bayi. Walaupun kebanyakan
neonatus yang terinfeksi dengan rotavirus tidak bergejala. Rotavirus ada dimana-mana.
Penularan Virus ini biasa melalui fekal oral.
Pada bayi dan anak, mula-mula akan menjadi rewel, gelisah, suhu badan mungkin
meningkat, nafsu makan berkurang atau bahkan tidak ada kemudian akan timbul diare.
Karena seringnya defekasi, anus dan sekitarnya lecet karena tinja makin lama menjadi asam
akibat banyaknya asam laktat yang terjadi dari pemecahan laktosa yang tidak dapat di
absorbsi oleh usus. Bila penderita telah banyak kehilangan air dan elektrolit, terjadilah gejala
dehidrasi. Berat badan turun, pada bayi akan terlihat ubun-ubun cekung. Tonus dan turgor
kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir terlihat kering.

2.6 Diagnosis

Diagnosis diare akut yang disebabkan infeksi rotavirus sering hanya berdasarkan gejala
klinis dan pemeriksaan fisik.
Anamnesis didapatkan :
 Demam
 BAB cair
 Muntah
 Batuk dan pilek (ISPA)
 Gejala - Gejala Dehidrasi mulai ringan, sedang sampai berat.
6

Pada Pemeriksaan fisik didapatkan :


 Keadaan Umum : kesadaran, mulai rewel, gelisah, apatis, sampai terjadinya
penurunan kesadaran, status gizi, derajat sakit, keaktifan dan kondisi yang relevan
dengan penyakit.
 Tanda Vital : Normal atau meningkat jika sudah mencapai dehidrasi berat.
 Kepala : ubun – ubun cekung
 Mata : Cowong, air mata berkurang.
 Hidung : Sekret , Nafas cuping hidung
 Mulut : bibir dan mukosa kering, stomatitis, sianosis, lidah kotor.
 Thoraks : Retraksi jika sudah terjadi dehidrasi berat.
 Abdomen : cembung , bising usus meningkat, hipertimpani, turgor normal, lambat
atau sangat lambat.
 Anus : perianal eritema
 Ekstremitas : akral hangat atau dingin, sianosi, capillary refill time normal atau
lambat.
Pemeriksaan laboratorium meliputi darah rutin, feses rutin, pemeriksaan gula darah
sewaktu, elektrolit dan BGA.
Untuk memastikan diagnosis dari diare akut karena infeksi rotavirus diperlukan
pemeriksaan feses dengan metode rapid antigen test.3 Salah satunya dengan enzyme
immunoassay (EIA) dengan sensitivitas dan spesifik lebih dari 98 % atau latex agglutination
test yang kurang sensitif dibanding EIA. Antibodi anti rotavirus yaitu imunoglobulin A dan
M diekresikan difeses setelah hari pertama terinfeksi rotavirus. Tes antibodi masih positif
sampai 10 hari setelah infeksi pertama dan dapat lebih lama lagi jika terjadi infeksi berulang.
Oleh karena itu pemeriksaan tes antibodi dapat digunakan untuk mendiagnosa rotavirus.
Namun dalam praktek sehari-hari bila manifestasi klinis sudah jelas biasanya tidak
diperlukan lagi pemeriksaan serologis tersebut.

2.7 Penatalaksanaan
Pengobatan diare karena rotavirus bersifat suportif.2,3 Tujuan dari farmakoterapi
adalah untuk mengurangi morbiditas, mencegah komplikasi, dan untuk profilaksis. Agen anti
diare (misalnya, kaolin-pektin) dan antimotility (yaitu, loperamide) dikontraindikasikan
dalam pengobatan diare karena infeksi virus pada anak-anak karena kurangnya manfaat dan
meningkatkan risiko efek samping, termasuk ileus, mengantuk, dan mual.
7

Pemberian antibiotika tidak dianjurkan dan direkomendasikan. Karena infeksi


rotavirus adalah penyakit “Self limiting Disease” atau sembuh sendiri dengan atau tanpa
antibiotika dalam 5-7 hari. Pengobatan terpenting adalah terapi rehidrasi atau cairan oralit
dan nutrisi. Sebelum memberikan terapi rehidrasi pada pasien, perlu dinilai dulu derajat
dehidrasinya. WHO merekomendasikan suplementasi Zinc 10-20 mg untuk 10-14 hari untuk
2,3
semua anak diare akut. Probiotik adalah suplemen makanan mikroba hidup yang umum
digunakan dalam pengobatan dan pencegahan diare akut. Mekanisme yang mungkin untuk
probiotik termasuk sintesis zat antimikroba, persaingan dengan patogen untuk nutrisi,
modifikasi racun, dan stimulasi respon imun nonspesifik terhadap patogen. Dua tinjauan
sistematis besar telah menemukan probiotik (terutama GG Lactobacillus) efektif dalam
mengurangi durasi diare pada anak-anak yang mengalami diare akut.

2.8 Pencegahan
Rotavirus dapat menular dengan mudah. Mencegah infeksi dengan cara rajin cuci
tangan dan menjaga kebersihan adalah sangat penting. Namun kadang perilaku tersebut tidak
cukup untuk mencegah penularan infeksi rotavirus bila anak sering memasukkan tangan ke
dalam mulut. Vaksin rotavirus dapat mencegah diare yang disebabkan oleh infeksi rotavirus.2
Vaksin rotavirus dapat mencegah hingga kira-kira 57% kasus infeksi rotavirus dan 98% kasus
infeksi berat. Saat ini tersedia dua jenis vaksin rotavirus yaitu RotaTeq dan Rotarix.
8

BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Infeksi Rotavirus adalah penyebab utama penyakit diare hebat dengan dehidrasi serius
yang sering terjadi pada bayi dan anak kecil. Biasanya bayi mulai terinfeksi pada saat mereka
berusia antar 0 – 5 tahun. Cara penularan yang paling sering adalah melalui cara fekal oral
(dari kotoran yang masuk kedalam mulut) sehingga penularan antara anggota keluarga yang
sakit, penularan antara anak yang sedang dirawat dalam rumah sakit sering terjadi (infeksi
nosokomial).
Tidak ada obat yang khusus untuk rotavirus ini. Penyakit ini bersifat self limiting
disease.Yang bisa dilakukan adalah dengan rehidrasi cairan tubuh dan elektrolit yang hilang
dalam kotoran diare, untuk mencegah komplikasi lebih lanjut, misalnya kegagalan fungsi
organ vital lainnya akibat penyakit diare akut. Satu-satunya cara yang termudah dan cost
effective adalah pencegahan terhadap penyakit infeksi rotavirus ini dengan pemberian
vaksinasi bagi bayi dan anak-anak yang berada dalam rentang usia penularan virus ini. Saat
ini vaksin yang tersedia adalah vaksin rotateq dan rotarix. Namun kedua vaksin tersebut
masih kontroversi di Indonesia dikarenakan dalam bahan yang terkandung pada kedua vaksin
tersebut mengandun virus yang menginfeksi babi.
9

DAFTAR PUSTAKA

1. Jawetz,Melnick,Adelberg,1996, Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta: EGC. 2002.


2. Firmasnyah A, Soenarto Y. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi keempat. Jakarta:
Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2011.
3. Subagyo B, Santoso NB. Buku ajar Gastroenterologi – hepatologi. Jilid1. Jakarta: Badan
Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2012.

Anda mungkin juga menyukai