Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

KEKURANGAN VOLUME CAIRAN

1. Definisi
Cairan merupakan komponen terbesar yang membentuk tubuh; 60% dari berat
badan orang dewasa terdiri atas cairan (Patricia. 2010)
Saat cairan berpindah dari kompartemen tubuh, cairan terdiri atas substansi
yang terkadang disebut mineral atau garam yang dikenal sebagai elektrolit
(Christensen dan kockrow, 2003). Elektrolit merupakan elemen atau campuran
yang ketika dilarutkan atau dicampur dengan air atau cairan pelarut lainnya,
dipisahkan menjadi ion yang bermuatan listrik.
Gangguan volume cairan adalah suatu keadaan ketika individu beresiko
mengalami penurunan, peningkatan atau pemindahan (perpindahan) cepat dari
satu kelainan cairan intravaskuler, interstisial dan intraseluler (Carpenito, 2000).

2. Etiologi
a. Hypervolemia, ini dapat terjadi jika terdapat :
1) Stimulus kronis pada ginjal untuk menahan natrium dan air.
2) Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air.
3) Kelebihan pemberian cairan intra vena (IV).
4) Perpindahan cairan interstisial ke plasma.
b. Hipovolemia, ini terjadi dapat disebabkan karena :
1) Penurunan masukan.
2) Kehilangan cairan yang abnormal melalui kulit, gastrointestinal, ginjal
abnormal.
3) Pendarahan.
3. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan gangguan
hypervolemia antara lain sesak nafas, ortopnea, dapat juga menimbulkan gagal
jantung, edema pulmuner, peningkatan dan penurunan takanan darah, nadi kuat,
asietas, kulit lembab, distensi vena leher.
Tanda gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan gangguan
hipovolemia antara lain gejala pusing, lemah, letih, anoreksia, mual, muntah, rasa
haus, gangguan mental, konstipasi, oliguria, penurunan tekanan darah, suhu
meningkat, turgor kulit menurun, lidah kering dan kasar, mukosa mulut kering,
penuran berat badan akut, mata cekung, pengosongan vena jugularis, pada bayi
dan anak-anak penurunan jumlah air mata.

4. Anatomi dan Fisiologi


Kelebihan volume cairan atau hypervolemia terjadi apabila tubuh menyipan
cairan dan elektrolit dalam kompatermen ekstraselular dalam proporsi yang
seimbang. Karena adanya retensi cairan isotonic, konsentrasi natrium dalam
serum masih normal. Kelebihan cairan tubuh hamper selalu disebabkan oleh
peningkatan jumlah natrium dalam serum. Kelebihan caioran terjadi akibat
overload cairan atau adanya gangguan mekanisme homeostatis pada proses
regulasi (keseimbangan cairan).
Kekurangan volume cairan atau hipovolemia terjadi ketika tubuh kehilangan
cairan dan elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proposional (isotonic).
Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler, lalu
diikuti dengan perpindahan cairan intraseluler menuju intravaskuler sehingga
mengakibatkan penurunan cairan ekstraseluler. Untuk mengkompensasi kondisi
ini, tubuh melakukan pemindahan cairan intraseluler.
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya
gangguan cairan dan elektrolit yaitu:
a. Pemeriksaan Radiologi
Photo thorak dapat mengarah ke kardio megali : pembesaran paru dengan
kongestif paru.
b. EKG
EKG dilaksanakan untuk mengetahui adak tidaknya infark miokardial
akut, guna mengkaji aritma dan untuk mengenal respon kompensatori
seperti terjadinya hypertropi ventrikel.
c. Laboratorium
1) Darah
2) Urin
3) Kateteri jantung

Biasanya ditemukan tekanan akhir diastole ventrikel kiri, atrium kiri dan
tekanan vena pulmonalis meninggi, sedangkan tekanan atrium kanan baru
meninggi pada keadaan lanjut.

6. Komplikasi
Gangguan penurunan kardiac out put.
a. Hypokalemia : Gagal ginjal akut, gangguan sirkulasi ( aritmia, decomp.
cordis, hypotensi orthostatik), Ileus paralitik, kelemahan otot sampai kuadrat
plegia.
b. Hyponatremia: Kram otot (kejang), twicing, hemiparese, odema pupil,
koma.
c. Perubaan perfusi jaringan perifer.
7. Penatalaksanaan
a. Keperawatan
1) Menghitung IWL
2) Menghitung tetesan infus
Cara menghitung tetesan infus :
a) Dewasa
Tetesan/menit : Jumlah cairan yang masuk
Lamanya infus ( jam ) x 3

b) Anak
Tetesan/menit : Jumlah cairan yang masuk
Lamanya infus ( jam )

b. Medis
1) Terapi cairan IV
2) Pemberian cairan melalui infus
3) Transfusi darah

8. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan secara umum pada pasien dengan gangguan
atau resiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit meliputi :
a. Kaji riwayat kesehatan dan keperawatan untuk identifikasi penyebab
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
b. Kaji manifestasi klinik melalui cairan hipertonis adalah cairan yang
konsentrasi zat terlarut/kepekatannya melebihi cairan tubuh,
contohnya:
1) Larutan dextrose 5 % dalam NaCl normal,Dextrose 5% dalam RL,
Dextrose 5 % dalam NaCl 0,45%.
2) Cairan Hipotonis adalah cairan yang konsentrasi zat
terlarut/kepekataannya kurang.
3) Timbang berat badan klien setiap hari
4) Monitor vital sign
5) Kaji intake output
c. Lakukan pemeriksaan fisik meliputi :
1) Kaji turgor kulit, hydration, temperatur tubuh dan neuromuskuler
irritability.
2) Auskultasi bunyi /suara nafas
3) Kaji prilaku, tingkat energi, dan tingkat kesadaran
d. Review nilai pemeriksaan laboratorium : Berat jenis urine, PH serum,
Analisa Gas Darah, Elektrolit serum, Hematokrit, BUN, Kreatinin
Urine.

2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosis keperawatan yang umum terjadi pada klien dengan resiko atau
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit adalah :
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ansietas, gangguan
mekanisme pernafasan, abnormalitas nilai darah arteri.
b. Penurunan kardiak output berhubungan dengan dysritmia
kardio,ketidak seimbangan elektrolit.
c. Gangguan keseimbangan volume cairan : kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan diare, kehilangan cairan lambung,
diaphoresis, polyuria.
d. Gangguan keseimbangan cairan tubuh : berlebih berhubungan
dengan anuria, penurunan kardiak output, gangguan proses
keseimbangan, Penumpukan cairan di ekstraseluler.
e. Kerusakan membran mukosa mulut berhubungan dengan
kekurangan volume cairan.
f. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan dehidrasi dan atau
edema
g. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan edema.

3. Focus Intervensi Keperawatan


Intervensi keperawatan yang umum dilakukan pada pasien gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit adalah :
a. Defisit Volume Cairan
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan masalah Defisit Volume Cairan dapat teratasi dengan
Kriteria Hasil:
1) Mempertahankan urin output sesuai dengan usia dan berat badan.
2) Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal.
3) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik,
membrane mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan.
Intervensi :
1) Timbang popok/pembalut jika diperlukan
2) Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
3) Monitor status hidrasi (kelembaban membrane mukosa, nadi
adekuat, tekanan darah ortastik), jika diperlukan
4) Monitor hasil lab yangh sesuai dengan retensi cairan (BUN, Hmt,
Osmolalitas urin)
5) Monitor tanda – tanda vital (Tekanan darah, suhu, nadi, dan
respirasi)
6) Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori harian
7) Kolaborasi pemberian cairan IV
8) Monitor status nutrisi
9) Berikan cairan
10) Berikan biuretik sesuai interuksi
11) Berikan cairan IV pada suhu ruangan
12) Dorong masukan oral
13) Berikan penggantian nesogatrik sesuai output
14) Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
15) Tawarkan snack (jus buah, buah segar)
16) Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebihan muncul memburuk
17) Atur kemungkinan transfuse
18) Persiapan untuk transfuse
b. Kelebihan Volume Cairan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan masalah Kelebihan Volume Cairan dapat teratasi dengan
Kriteria Hasil:
1) Terbebas dari edema, efusi, anaskara
2) Bunyi nafas bersih tidak ada dyspnea/ortopnea
3) Terbebas dari distensi vena jugularis, reflek hepatojugular (+)
4) Memelihara tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru output,
jaringan dan vital sign dalam batas normal
5) Terbebas dari kelelahan, kecemasan atau kebingungan
6) Menjelaskan indicator kelebihan cairan
Intervensi :
1) Timbang popok/pembalut jika diperlukan
2) Pertahankan catatn intake dan output yang akurat
3) Pasang urin kateter jika diperlukan
4) Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan
5) Monitor status hemodinamik termasuk CVP, MAP, PAP dan PCWP
6) Monitor tanda – tanda vital (Tekanan darah, suhu, nadi, dan respirasi)
7) Monitor indikasi retensi/kelebihan cairan
8) Kaji lokasi dan luas edema
9) Monitor masukan makanan/cairan dan intake kalori harian
10) Berikan biuretik sesuai interuksi
11) Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatremi dilusi serum Na <
136 m Eq/1
12) Kolaborasi dengan dokter jika tanda cairan berlebihan muncul
memburuk
13) Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminasi
14) Monitor berat badan
15) Monitor BR, HR dan RR
16) Monitor tekanan darah
17) Monitor tanda dan gejala dari edema
18) Berikan obat yang dapat meningkatkan output urin
Daftar Pustaka

Alimul Hidayat, Aziz. 2012. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran.
Asmadi.2008.Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.Jakarta: Salemba
Medika
Carpenito, Lynda Juall. (2006). Diagnosa Keperawatan. Alih Bahasa I Made
Kariasa. Edisi 10.Jakarta : EGC.
Kusuma, Hardhi.2012.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA NIC-
NOC. Yogyakarta: Media Hardy
NANDA. 2012. Aplikasi asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA NIC-NOC.
Yogyakarta : Media Hardy
Potter, Anne G. 2010. Fundamental Keperawatan, edisi 7 buku 3. Salemba
Medika: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai