Anda di halaman 1dari 10

1

PENERAPAN METODE SOSIODRAMA DALAM BERBICARA PADA SISWA


KELAS V SDN 4 TELAGA KABUPATEN GORONTALO

Oleh :
Amna Bauka
Pembimbing I : Dr.Hj.Rusmin Husain S.Pd, M.Pd
Pembimbing II: Dra.Hj.Pertiwi Laboro M.Pd
(Mahasiswa Program Studi S1 – PGSD)
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
ABSTRAK
Amna Bauka. 2013. Penerapan Metode Sosiodrama Dalam Berbicara Pada Siswa
Kelas V SDN 4 Telaga Kabupaten Gorontalo. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru
Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo.
Pembimbing I Dr. Hj. Rusmin Husain, S.Pd, M.Pd dan Pembimbing II Dra.Hj.
Pertiwi Laboro M.Pd.

Masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah penerapan metode


sosiodrama dalam berbicara pada siswa kelas V SDN 4 Telaga Kabupaten
Gorontalo? Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan metode
sosiodrama dalam berbicara pada siswa kelas V SDN 4 Telaga Kabupaten
Gorontalo. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Tehnik
pengumpulan data yakni observasi, wawancara, dan dokumentasi. Berdasarkan
hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode sosiodrama dalam
berbicara pada siswa kelas V SDN 4 Telaga, dari 38 siswa ada 30 orang siswa
atau 78,94% siswa yang mampu dan tidak mampu sejumlah 8 orang atau 21,05%.
Kesimpulan pada penelitian ini adalah penerapan metode sosiodrama dapat
menumbuhkan kemampuan berbicara siswa kelas V SDN 4 Telaga Kabupaten
Gorontalo.
Kata Kunci : Metode Sosiodrama, Berbicara
2

PENDAHULUAN
Dalam menghadapi tuntutan di era globalisai dan tuntutan perubahan zaman
harus diimbangi dengan Keterampilan berbahasa yang mencakup keterampilan
menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan menulis, dan keterampilan
membaca. Keterampilan menyimak dan keterampilan membaca merupakan dua
kemampuan berbahasa yang bersifat aktif reseptif.
Kegiatan berbahasa yang pertama kali dilakukan adalah kegiatan
menyimak atau mendengar apa yang dituturkan orang lain melalui sarana lisan.
Secara alami bahasa bersifat lisan dan terwujud dalam kegiatan berbicara dan
pemahaman terhadap pembicaraan yang dilakukan. Hal itu akan lebih nyata
terlihat pada masyarakat bahasa yang belum mengenal sistem tulisan. Pada
umumnya, dalam masyarakat, proses bahasa secara lisan jauh lebih banyak
daripada bahasa tulisan.
Kalau diamati dalam kehidupan sehari-hari, banyak didapati orang yang
berbicara. Tetapi tidak semua orang dalam berbicara itu memiliki kemampuan
yang baik dalam menyampaikan isi pesannya kepada orang lain sehingga dapat
dimengerti sesuai dengan keinginannya, dengan kata lain tidak semua orang
memiliki kemampuan yang baik dalam menyelaraskan atau menyesuaikan dengan
detail yang tepat antara apa yang ada dalam pikiran atau perasaannya dengan apa
yang diucapkannya sehingga orang lain yang mendengarkannya dapat memiliki
pengertian dan pemahaman yang pas dengan keinginan si pembicara.

Menurut Tarigan (dalam Novi Resmini, 2007:50) menyebutkan bahwa:”


berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata
yang mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran,gagasan dan
perasaan”. Kegiatan berbicara diawali dari suatu pesan yang harus dimiliki
pembicara yang akan disampaikan kepada penerima atau memahami isi pesan
tersebut.
Hamzah B. Uno (2010 : 97) Pesan adalah sesuatu yang dikirimkan atau
diterima sewaktu tindakan komunikasi berlangsung. Pesan dapat dikirimkan baik
melalui bahasa verbal maupun nonverbal. Pesan juga merupakan suatu wujud
3

informasi yang mempunyai makna maka apabila pesan tidak bisa dipahami oleh
penerima maka pesan yang dikirimkan tersebut tidak menjadi informasi. Namun,
perlu disadari bahwa suatu pesan bisa mempunyai makna yang berbeda bagi satu
individu ke individu lain karena pesan berkaitan erat dengan masalah penafsiran
bagi yang menerimanya.
Berbicara merupakan aktivitas kehidupan manusia normal yang sangat
penting, karena dengan berbicara kita dapat berkomunikasi antara sesama
manusia, menyatakan pendapat, menyampaikan maksud dan pesan,
mengungkapkan perasaan dalam segala kondisi emosional dan lain sebagainya.
Kemampuan berbicara sangat penting, karena berbicara merupakan alat
komunikasi dengan sesama. Mampu berbicara efektif sangatlah penting dalam
segala bentuk interaksi antar manusia.
Untuk penyampaian hal-hal sederhana mungkin bukanlah suatu masalah,
akan tetapi untuk menyampaikan suatu ide/gagasan, pendapat, penjelasan
terhadap suatu permasalahan, biasanya memiliki tingkat kesulitan yang cukup
tinggi bagi seorang pembicara yang belum terbiasa, bahkan tidak semua orang
mampu melakukannya dengan baik. Dibutuhkan suatu keterampilan atau
kecakapan dengan proses latihan secukupnya untuk dapat tampil dengan baik
menjadi seorang pembicara yang handal.
Salah satu upaya yang ditempuh untuk meningkatkan kemampuan
berbicara adalah dengan menerapkan metode sosiodrama dalam proses
pembelajaran. Menurut Ruminiati (2007 : 2.8) metode sosiodrama adalah suatu
cara menyajikan bahan pelajaran dengan mendramatisasikan tingkah laku dalam
hubungan sosial dengan suatu problem, agar peserta didik dapat memecahkan
masalah sosial. Pada umumnya peranan yang dimainkan diangkat dari kehidupan
sehari-hari di masyarakat, selain dapat menolong aktivitas, inisiatif, atau
kreativitas siswa, metode sosiodrama juga dapat membantu siswa untuk
menghilangkan rasa rendah diri, murung, malu dan segan tampil di depan teman-
temannya.
Dengan metode ini kemampuan berbicara diharapkan meningkat sehingga
siswa dapat berinteraksi dengan lingkungannya, baik lingkungan sekolah maupun
4

lingkungan masyarakat. Kondisi ini selanjutnya dapat memotivasi peneliti untuk


melakukan suatu tindakan yang bisa memberikan perubahan yang cukup
signifikan bagi perkembangan siswa.
Berdasarkan temuan-temuan dari hasil observasi maka peneliti tertarik
mengangkat masalah tersebut melalui tindakan, dengan formulasi judul “
Penerapan Metode Sosiodrama Dalam Berbicara Pada Siswa Kelas V SDN 4
Telaga Kabupaten Gorontalo”.

KAJIAN TEORITIS
2.1 Hakikat Metode
2.1.1 Hakikat Metode Sosiodrama
Metode, menurut Sagala (dalam Ruminiati, 2007: 2.3) adalah cara yang
digunakan oleh guru/siswa dalam mengolah informasi yang berupa fakta, data,
dan konsep pada proses pembelajaran yang mungkin terjadi dalam suatu strategi.
Metode (dari bahasa Yunani: methodos, jalan), cara; dalam filsafat dan ilmu
pengetahuan metode artinya cara memikirkan dan memeriksa sesuatu hal menurut
suatu rencana tertentu. Dalam dunia pengajaran metode adalah rencana penyajian
bahan yang menyeluruh dengan urutan yang sistematis berdasarkan approach
tertentu.
Wina Sanjaya (2006 : 160) sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain
peran untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena
sosial. Sosiodrama digunakan untuk memberikan pemahaman dan penghayatan
akan masalah-masalah sosial serta mengembangkan kemampuan siswa untuk
memecahkannya.
Dendy Sugono (2003 : 167) sosiodrama adalah satu bentuk kegiatan yang
dapat dimanfaatkan sebagai sarana pengajaran dengan cara memperagakan
masalah dalam situasi tertentu dengan gerak dan dialog. Tahap-tahap yang
dilakukan dalam pengajaran :
a. Penyampaian situasi dan masalah
b. Pemeragaan situasi dan masalah
c. Pembahasan situasi dan masalah.
5

2.1.2 Tujuan Guru Menggunakan Metode Sosiodrama diantaranya:


1. Melatih siswa untuk mendengarkan dan menangkap ceritera singkat
dengan teliti.
2. Memupuk dan melatih keberanian. Misalnya dengan ditugaskan untuk
mendramatisasikan di muka kelas, pada permulaannya tidak semua siswa
berani. Sedikit sekali yang suka rela atau tanpa ditunjuk. Bahkan ada
kalanya siswa harus dipaksa. Tetapi lambat laun siswa berani sendiri.
3. Memupuk daya cipta.
4. Belajar menghargai dan menilai kecakapan orang lain, dan menyatakan
pendapatnya. Hal ini akan tampak apabila siswa ditanya pendapatnya
tentang dramatisasi yang dilakukan siswa lain di muka kelas.
5. Untuk mendalami suatu masalah sosial. Misalnya, bagaimana sedihnya
apabila sepeda kesayangannya hilang.

METODE PENELITIAN

3.1. Latar Penelitian


3.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 4 Telaga. Gedung sekolah SDN 4
Telaga didirikan pada tahun 1973, merupakan gedung permanen yang memiliki
halaman terbatas. SDN 4 Telaga dipimpin oleh Ibu Farida Dj. Unti S.Pd. SDN 4
Telaga memiliki 8 ruangan kelas, 1 ruangan dewan guru, 1 ruangan perpustakaan,
1 ruangan UKS,1 ruangan yang digunakan untuk menyimpan alat peraga,
musholah, WC, labtop, dan printer. Depan perpustakaan terdapat lapangan takraw
dan di belakang gedung sekolah terdapat kantin sekolah.
Adapun alasan peneliti memilih lokasi ini sebagai tempat meneliti, adalah:
1. Permasalahan yang diteliti oleh peneliti ditemukan pada saat peneliti
melakukan pengalaman praktek lapangan.
2. Lokasi sekolah mudah dijangkau.
3.1.2 Keadaan Siswa
Tabel I. Daftar Keadaan Siswa SDN 4 Telaga Kabupaten Gorontalo
6

Kelas Jenis Kelamin Jumlah


Laki-laki Perempuan
1 25 18 43
II 21 21 42
III 25 12 37
IV 31 23 54
V 11 27 38
VI 14 16 30
Jumlah 127 117 244

Berdasarkan tabel di atas jumlah siswa SDN 4 Telaga tidak tetap. Hal ini
dikarenakan adanya siswa yang pindah dari sekolah lain maupun siswa yang
pindah dari sekolah itu sendiri. Jumlah siswa SDN 4 Telaga pada tahun ajaran
2012/2013 berjumlah 244 siswa
3.2 Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan metode pendekatan deskriptif kualitatif,
maksudnya bahwa peneliti berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan –
kaitannya terhadap objek penelitian.
Penelitian kualitatif atau disebut penelitian naturalistik, dimana data pada
penelitian jenis ini didasarkan pada peristiwa – peristiwa yang terjadi secara
alamiah, dilakukan dalam situasi yang wajar tanpa dipengaruhi dengan sengaja
oleh peneliti.
3.3 Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini, kehadiran peneliti sangat penting karena peneliti
sebagai pelaku utama dan pengumpul data. Karena bertindak sebagai pelaku,
peneliti akan senantiasa berhubungan dengan subjek yang diteliti.
Kehadiran peneliti sebagai pelaku utama dilakuan secara terbuka, artinya
status sebagai peneliti, tujuan maupun kegiatan peneliti dalam melakukan
observasi, wawancara, dokumentasi dan pengumpulan data diketahui oleh kepala
7

sekolah dan guru serta siswa – siswa kelas V SDN 4 Telaga yang menjadi
informan penelitian.
Pada awal penelitian peneliti datang ke sekolah bertemu langsung dengan
Ibu Farida Dj. Unti selaku Kepala Sekolah SDN 4 Telaga untuk mendapatkan izin
meneliti di sekolah tersebut. Pada tanggal 13 Mei peneliti datang ke sekolah untuk
membagikan teks drama kepada masing-masing siswa kelas V. Kemudian tanggal
27 peneliti mulai meneliti guru dan siswa kelas V SDN 4 Telaga pada
pembelajaran Drama. Pada kunjungan selanjutnya peneliti melakukan wawancara
dengan guru dan siswa kelas V.
3.4 Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang terkumpul terdiri atas data primer dan data
sekunder.
1. Data primer, merupakan informasi utama dalam penelitian, meliputi
seluruh data kualitatif yang diperoleh melalui kegiatan observasi,
wawancara dan dokumentasi.
2. Data sekunder, merupakan data yang diperoleh melalui buku – buku
referensi berupa pengertian – pengertian dan teori – teori yang ada
hubungannya dengan permasalahan yang sedang diteliti.
3.5 Prosuder Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan prosedur pengumpulan data
yaitu:
3.5.1 Observasi
Tenik ini sengaja dilakukan untuk memperoleh gambaran umum fenomena
yang ada di lapangan sebagai dasar pelaksanaan prosedur pengumpulan data
lainnya. Dalam penelitian ini, prosedur observasi digunakan untuk melihat
aktivitas belajar siswa – siswa kelas V, aktivitas guru mengajar dalam kelas.
3.5.2 Wawancara
Selain observasi, posedur lain yang digunakan dalam pengumpulan data
adalah prosedur wawancara. Wawancara dipilih untuk mengetahui kondisi
mendasar tentang permasalahan yang menjadi fokus kajian melalui informan yang
8

dipillih oleh peneliti. Wawancara yang digunakan pada penelitian ini adalah
wawancara terstruktur.

Wawancara terstruktur bertujuan agar pada saat proses wawancara peneliti dapat
mengarahkan informan agar tetap fokus pada inti permasalahan.

3.5.3 Dokumentasi
Dokumentasi pada penelitian ini sebagai bukti fisik bahwa pengumpulan
data benar – benar terjadi di lapangan dan hasil penelitian menjadi lebih kredibel.
3.6 Analisis Data
Analisis data adalah proses pengaturan secara sistematis seluruh data, bai k
data hasil observasi, transkip wawancara. Pengaturan ini dilakukan terusmenerus
selama pengumpulan data.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
2.1 Deskripsi Hasil Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SDN 4 Telaga Kabupaten Gorontalo pada siswa
kelas V dengan jumlah siswa 37 orang. Penelitian ini mengenai penerapan metode
sosiodrama dalam berbicara pada siswa kelas V SDN 4 Telaga Kabupaten
Gorontalo.

Observasi awal dilakukan pada hari senin tanggal 13 mei 2013. Yang
diawali dengan pembagian naskah drama kepada masing-masing siswa untuk di
pelajari. Para siswa harus menguasai teks drama yang akan didramatisasikan.
Sebab pada saat pelaksanakan drama mereka tidak menggunakan teks lagi,
melainkan memerankan tokoh drama yang dilakoninya tanpa menggunakan teks
drama. Kemudian pada hari senin tepatnya tanggal 27 mei 2013, siswa mulai
berdatangan dan mengikuti pembelajaran seperti biasa. Siswa diminta untuk
memeperhatikan guru yang sedang menjelaskan. Setelah itu peneliti mulai
mengamati proses pembelajaran yang sedang berlangsung.

4.1.1 Temuan Umum


Secara umum, metode pembelajaran yang dapat dipakai oleh guru antara
lain metode ceramah, tanya jawab, metode eksperimen, dan lain-lain. Metode-
9

metode pembelajaran tersebut tidak dapat digunakan secara bebas, sebab harus
disesuiakan dengan uraian materi dan kondisi lingkungan tempat belajar.
Sehingga seorang guru harus memahami kelebihan serta kekurangan suatu metode
dan juga harus mengetahui kapan metode itu dapat digunakan.
4.1.2 Temuan Khusus
Adapun temuan khusus yang ditemukan oleh peneliti dari hasil observasi
dan wawancara yaitu pada pelaksanaan drama memperoleh hasil kemampuan
yang berbeda-beda dari masing-masing siswa. Dan masih ada beberapa siswa
yang belum mampu melaksanakan perannya, khususnya pada ekspresi atau
mimik, sehingga pada pelaksanaan drama mereka tidak bisa menghayati perannya
masing-masing. secara keseluruhan penerapan metode sosiodrama dalam
berbicara dari 38 siswa, yang mampu sebesar 30 orang atau 78,94%, sedangkan
siswa yang kurang mampu 5 orang atau 13,15%, dan 3 orang atau 7,89% yang
tidak mampu dari 38 siswa. Hal ini membuktikan bahwa penerapan metode
sosiodrama dapat menumbuhkan siswa itu mampu berbicara
PENUTUP
5.1 SIMPULAN
- Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana telah
diuraikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode
sosiodrama dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Disamping
itu siswa lebih berani dalam menyampaikan pendapat, sehingga
mempermudah siswa dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan
lingkungan sekitarnya.
- Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa secara keseluruhan
penerapan metode sosiodrama dalam berbicara dari 38 siswa, yang mampu
sebesar 30 orang atau 78,94%, sedangkan siswa yang kurang mampu 5
orang atau 13,15%, dan 3orang atau 7,89% yang tidak mampu dari 38
siswa. Hal ini membuktikan bahwa penerapan metode sosiodrama dapat
menumbuhkan siswa itu mampu berbicara.
5.2 SARAN
10

Sebagai guru hendaknya menyadari bahwa untuk mentransfer ilmu


kepada siswa memerlukan metode dan strategi yang tepat, agar tujuan
pembelajaran tercapai. Dengan adanya metode sosiodrama ini diharapkan guru
dapat melatih keberanian siswa dan memahami berbagai macam karakteristik
dari masing-masing siswa,sehingga guru dengan mudah mengetahui masalah-
masalah serta cara pemecahannya.

DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Bahri Syaiful. 2005.Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta: Rineka Cipta

Iskandarwassid. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung : Remaja


Posdakarya Offset Bandung

Munawaroh, Isniatun. 2008. Pengembangan Bahan Pembelajaran SD. Jakarta:


Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

Popham, James. 2005. Teknik Mengajar Secara Sistematis. Jakarta: Rineka Cipta

Resmini,Novi. 2007. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di kelas Tinggi.


Bandung: UPI PRES

Ruminiati. 2007. Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan SD. Jakarta:


Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sugono, Dendy. 2003. Buku Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa

Uno, B. Hamzah. 2009. Mengelola Kecerdasan Dalam Pembelajaran. Jakarta:


Bumi Aksara.

Uno, B. Hamzah. 2010.Desan Pembelajaran. Bandung: MQS Publishing

Anda mungkin juga menyukai