PENDAHULUAN
menjadi salah satu bakteri yang hangat diperbincangkan sebagai penyebab. Badan
dunia World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa insiden infeksi dari N.
gonorrhoeae cukup tinggi dan telah menjadi masalah global. Di Amerika Serikat
infeksi oleh N. gonorrhoeae telah menjadi penyakit menular ke dua yang paling
sering dilaporkan dan menempati urutan ke dua sebagai penyebab umum infeksi
gonorrhoeae, setiap tahunnya2. Dalam sebuah penelitian ditemukan bahwa dari 100
orang wanita yang mengalami PRP, 46% nya disebabkan oleh N. gonorrhoeae.3 Pada
tahun 2008 WHO memperkirakan insiden global dari N. gonorrhoeae sebanyak 106
juta kasus, yang merepresentasikan kenaikan sebesar 21% dari tahun 2005. Area
insiden infeksi N. gonorrhoeae tertinggi sendiri berada pada benua Afrika, region
pada pria sendiri antara lain dapat berupa epididimitis. Tidak hanya komplikasi pada
kasus dan pada kasus yang jarang dapat menyebabkan bakterimia, serta Disseminated
yang benar dengan dosis yang adekuat dapat mengeliminasi infeksi dan mencegah
1
terjadinya komplikasi.6 Komplikasi yang dapat terjadi bila pengobatan tidak segera
uretra bagian belakang secara ascendent. Pada pria dapat memberi gambaran klinis
antara lain: tysonitis, prostatitis, dan epididimitis. Sedangkan pada wanita, komplikasi
yang dapat terjadi antara lain: penyakit radang panggul (PRP). Selain itu dapat terjadi
yang terdiri dari artritis akut, tenosinovitis, dermatitis atau kombinasi dari gejala-
penyakit seperti penyakit radang panggul (PRP) yang dimana meliputi cervicitis,
Infeksi pada tuba fallopi sendiri apabila dibiarkan dapat membentuk komplikasi lain
berupa abses tuboovarian, yang jika tidak ditangani dapat menyebabkan peritonitis
bahkan kematian.3
yang tidak tepat dapat menimbulkan komplikasi. Komplikasi yang terjadi akibat
penyakit ini perlu untuk diketahui sebagai langkah awal untuk menangani dengan
tepat komplikasi yang terjadi agar tidak sampai menimbulkan komplikasi yang berat
maupun kematian. Sehingga pada referat ini akan dibahas komplikasi baik lokal
BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA
pewarnaan eksudat. Spesies Neisseria adalah kuman aerobik gram negative, non motil
Kuman gonokokus memiliki kemampuan untuk mempenetrasi sel epitel mukosa, ber-
replikasi di dalam sel dan secara eksositosis dapat keluar ke ruang submukosa. Infeksi
dapat bertahan selama beberapa minggu hingga bulan jika tak di terapi.8
Daerah infeksi N. gonorrhoeae yang paling umum adalah pada traktus urogenital.
Gambaran klinis dan komplikasi infeksi N. gonorrhoeae sangat erat hubungannya dengan
susunan anatomi dan faal genitalia. 11 Berikut ini dicantumkan infeksi pertama dan
Gonorrhoeae pada laki-laki dapat terjadi uretritis gonokokus yang merupakan peradangan
pada uretra yang disebabkan oleh N. Gonorrhoeae yang ditransmisikan terutama melalui
hubungan seksual dengan partner yang terinfeksi.9 Penularan terjadi melalui kontak
langsung antara mukosa ke mukosa. Bakteri gonokokus akan merusak membrane yang
melapisi selaput lendir terutama uretra. Setelah terinokulasi, infeksi dapat menyebar di
uretra, prostat, vas deferens, epididimis maupun testis. 10 Gejala yang sering ditimbulkan
adalah sekret dari uretra, dysuria, rasa gatal dan panas di bagian distal uretra sekitar
orifisium uretra eksternum, nyeri pada waktu ereksi11 Pada pemeriksaan fisik Orifisium
uretra eksternum tampak kemerahan dan edema, Tampak duh tubuh mukopurulen, Dapat
dapat asimtomatik, kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri pada punggung bawah. Pada
3
pemeriksaan, serviks tampak hiperemis dengan erosi dan sekret mukopurulen. Duh tubuh
akan terlihat lebih banyak, bila terjadi servisitis akut atau disertai vaginitis.11
Apabila dibiarkan tanpa ditangani dengan baik, dapat terjadi infeksi sistemik yang
disebabkan oleh N. gonorrhoeae ke area lain di tubuh yang pada umumnya akan
muncul sebagai beberapa lesi kulit pada ekstremitas. 12 Tabel di bawah ini adalah
komplikasi lokal dan sistemik pada laki-laki dan perempuan akibat dari infeksi N.
kelenjar sebasea yang dilapisi oleh epitel kolumnar yang terletak di tiap sisi
4
Uretritis gonokokal dengan tysonitis jarang terjadi. Kasus ini bisa
muncul unilateral seperti pada pasien ini atau Tysonitis bilateral seperti yang
d. Terapi
Terapi standar untuk kasus ini adalah pemberian ceftriaxone 500 mg
intramuskular dan doksisiklin 100 mg per oral 2 kali sehari selama 1minggu.13
2.1.2 Prostatitis
a. Definisi
Prostatitis adalah peradangan pada kelenjar prostat. Terdapat empat
kronis/ sindroma nyeri panggul kronis dan asimptomatis ( tanpa gejala ).14
b. Epidemiologi
5
Prevalensi kasus prostatitis sekitar 8,2 persen (berkisar antara 2,2
sampai 9,7 persen). Hal ini didapat dari 8 persen kunjungan ke urologis dan
uretra hingga terjadi retensi urin, tenesmus ani, sulit buang air besar, serta
kenyal, nyeri tekan, dan didapatkan fluktuasi bila telah terjadi abses. Jika
tidak diobati, abses akan pecah, masuk ke uretra posterior atau rektum dan
mengakibatkan proktitis.11
Bila prostatitis berlanjut menjadi kronik. gejalanya ringan dan
perineum bagian dalam dan bila duduk terlalu lama. Pada pemeriksaan prostat
dengan organism yang terisolasi pada hasil kultur. Pasien dengan sakit ringan
sampai sedang dapat dirawat jalan; pasien yang sakit parah atau mereka
antibiotik. Bila pasien sudah tidak demam, dapat diberikan antibiotic oral
sesuai hasil kultur. Durasi pengobatan minimal adalah empat minggu; Namun,
dari bakteri.14
Bila demam menetap atau suhu suhu tidak menurun setelah 36 jam,
6
resonance imaging (MRI), atau ultrasonografi transrektal. Abses prostat
TMP/SMZ (160mg/ 800mg) Per oral 2 kali sehari selama 6 minggu atau
2. Pada pasien dengan prostatitis kronis, agen antimikroba oral (Tabel 2) yang
7
Epididimitis merupakan suatu proses inflamasi yang terjadi pada
Dikatakan Epididimitis akut apabila sindroma klinis yang terdiri dari nyeri,
Gejala yang timbul tidak hanya berasal dari infeksi lokal namun juga berasal
disebut cystitis),
d. Demam, nyeri pada daerah perineum,
e. Frekuensi miksi yang meningkat, urgensi, dan rasa perih dan
prostatitis),
f. Demam dan nyeri pada regio flank (akibat infeksi pada ginjal yang
disebut pielonefritis).
2. Gejala lokal pada epididimitis dapat berupa:
a. Nyeri pada skrotum
Nyeri mulai timbul dari bagian belakang salah satu testis namun
yang tinggi. Biasanya hanya mengenai salah satu skrotum saja dan
8
tidak disertai dengan mual dan muntah. Epididimis akut ini kadang
malaise.15
b. Pria dengan epididimitis biasanya mengeluhkan nyeri testis
dan lateral dari testis saat skrotum di palpasi akan didapatkan nyeri pada
epididimis dan bengkak pada perabaan. Pada pemeriksaan phren sign, ada
adanya epididimitis namun temuan ini tidaklah konsisten. Selain itu pada
limfe inguinal.15
d. Diagnosis
1. Pada pria usia >35 tahun serta pada remaja atau anak laki-laki yang
yang tinggi dan dapat dilakukan pada swab uretra dan urin pancar
epididimitis.15
e. Terapi
9
Terapi pada epididimitis dapat diberikan dengan regimen antibiotik
10 hari.15
10
Penyakit radang panggul telah didiagnosa pada lebih dari 800.000
wanita tiap tahunnya di United States. Sembilan puluh persen dari wanita yang
menderita PRP dan diterapi sebagai pasien rawat jalan. Kebanyakan dari
wanita ini berusia kurang dari 25 tahun dengan resiko tertinggi pada remaja
bakterial. Walaupun sering terpapar oleh mikroba, infeksi merupakan hal yang
jarang terjadi, dengan kata lain terdapat proses eliminasi patogen yang baik. 16
Gambar 2. Infeksi naik dari serviks ke cavum uteri sampai tuba falopi 16
pada tuba falopi yang terinfeksi. Keadaan ini menyebabkan tuba falopi
d. Gambaran Klinis
11
Gejala-gejala yang terkait dengan penyakit radang panggul akut
diantaranya: 16
a. Nyeri Perut Bagian Bawah Dengan Keparahan Yang Bervariasi,
b. Keputihan Yang Abnormal,
c. Intermenstrual Atau Perdarahan Postkoitus,
d. Dispareunia,
e. Disuria.
f. Kurang dari sepertiga dari wanita dengan PRP akan memiliki suhu
nyeri tekan organ panggul, seperti yang ditunjukkan oleh nyeri goyang
diinduksi); atau peningkatan jumlah sel darah putih yang diamati pada
diagnosis.17
Pemeriksaan mikroskopi dari sekresi vagina harus dilakukan
untuk mencari leukorrhea (lebih dari 1 leukosit per sel epitel), dan
12
1. Kriteria Rawat Inap pada Wanita Dengan Penyakit Radang Panggul16
a. Kegawatdaruratan bedah (seperti apendisitis) tidak dapat
disingkirkan
b. Pasien hamil
c. Pasien tidak berespon secara klinis pada antibiotik oral
d. Pasien tidak dapat mematuhi regimen terapi oral
e. Pasien dengan sakit berat, mual, muntah atau demam tinggi
f. Pasien dengan abses tuba-ovarium
2. Regimen Antibiotik Pasien Rawat Jalan untuk Penyakit Radang
Panggul Ringan-Sedang16
Cefoxitin 2g IM dosis tunggal dan probenecid 1g per oral
selama 7 hari.
(*Metronidazol atau klindamisin topikal dapat digunakan untuk
2.3 Komplikasi Sistemik Infeksi N. gonorrhoeae pada Laki – Laki dan Perempuan
a. Definisi
13
Disseminated Gonococcal Infection (DGI) penyakit yang disebabkan oleh
diikuti dengan kekakuan sendi. Poliatralgia meruapakan hal yang lumrah pada
bersifat tidak nyeri dan pasien kadang tidak menyadarinya. Lesi kulit
biasanya muncul pada ekstremitas kadang pada tubuh tetapi jarang pada
wajah. Papul dan macula kecil adalah lesi yang paling umum diikuti pustul
(Gambar 3, A dan B). Beragam manifestasi lesi kulit dapat muncul pada DGI
Gambar A Gambar B
Gambar 3. Lesi kulit pada DGI19
d. Diagnosis
14
Diagnosis dilakukan melaui anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
mengalami arthritis supuratif atau jika pasien tidak mengikuti terapi rawat jalan
yang dianjurkan.
2. DGI memerlukan dosis antibiotic yang lebih tinggi. Ceftriaxone 1g intravena
intravena setiap 8 jam juga dapat disubstitusi sebagai regimen utama. Regimen
utama ini harus dilanjutkan hingga 24 – 48 jam setelah perbaikan klinis muncul.
a. Terapi dapat diganti ke fluoroquinolone (seperti levofloxacin 500mg
tiap hari per oral), yang digunakan sebagai terapi rumatan selama 1
biasanya berguna untuk mencegah efusi sendi rekuren. Drainase terbuka dari sendi
yang supuratif kurang begitu diperlukan, namun mungkin diperlukan untuk sendi
15
yang sulit untuk dilakukan di drainase perkutan seperti panggul. Semua pasien yang
memiliki riwayat DGI sebanyak dua kali harus dievaluasi untuk melihat apakah
BAB III
PENUTUP
16
Infeksi yang disebabkan oleh N. gonorrhoeae dapat menyebakan
obat yang benar dengan dosis yang adekuat dapat mengeliminasi infeksi dan
mencegah terjadinya komplikasi. Komplikasi yang dapat terjadi bila pengobatan tidak
segera dilakukan atau pengobatan sebelumnya tidak adekuat adalah penjalaran infeksi
laki-laki dapat terjadi uretritis gonokokus yang merupakan peradangan pada uretra
gonorrhoeae pada pria dapat memberi gambaran klinis antara lain: tysonitis,
servisitis yang merupakan inflamasi yang terjadi pada serviks uteri. Komplikasi lokal
infeksi N. gonorrhoeae pada wanita, yang dapat terjadi antara lain: penyakit radang
panggul (PRP). Selain itu dapat terjadi komplikasi sistemik pada laki-laki dan
hubungannya dengan susunan anatomi dan faal genitalia. Komplikasi yang terjadi
akibat penyakit ini perlu untuk diketahui sebagai langkah awal untuk menangani
dengan tepat komplikasi yang terjadi agar tidak sampai menimbulkan komplikasi
DAFTAR PUSTAKA
17
1. World Health Organization. Global Action Plan to Control the Spread and Impact of
3. Ratnam AV, dkk. Gonococcal Infection in Women with Pelvic Inflammatory Disease
Library of Medicine. US: NCBI. Am J Obstet Gynecol. 1980 Dec 1;138(7 Pt 2):965-
8.
6. Harningtyas, Citra Dwi. 2017. Pemberian Terapi Oral Untuk Pasien Uretritis Gonore
Dengan Komplikasi Lokal Pada Pria: Laporan Kasus. Journal of Agromedicine and
7. Jawas, Fitri Abdullah. Muriastutik, Dwi. 2008. Penderita Gonore di Divisi Penyakit
Menular Seksual Unit Rawat Jalan Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSU Dr.
18
8. Abazi, F., dkk. Ophtalmia Neonatorum. University Clinical Centre of kosovo. Intech
9. Sambonu, 2016. Profil uretritis gonokokus dan non-gonokokus di Poliklinik Kulit dan
Kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari – Desember 2012.
Bagian Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
10. Heryani, Amelia Dwi. 2011. Insidensi, Karakteristik, dan Penatalaksanaan Penderita
11. Daili F, dkk. 2017. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Ketujuh. Jakarta: FKUI.
Hal. 443-449
13. Wijesekara, K.A.C.R., dkk. 2016. Gonococcal Tysonitis. Sri Lanka Journal of Sexual
14. Victoria, J. Sharp., dkk. Prostatitis : Diagnosis and Treatment. Diakses dari:
https://www.aafp.org/afp/2010/0815/p397.html
Medicine. Massachusets.
18. Russ dan Wrenn. 2005. Disseminated Gonococcal Infection. The New England
Journal of Medicine
19. Rice, Peter. A. 2005. Gonococcal Arthritis (Disseminated Gonococcal Infection).
19
20. Jian ding, dkk. 2010 Neisseria gonorrhoeae Enhances HIV-1 Infection of Primary
20