BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain yang memiliki hubungan dengan
penelitian yang akan dilakukan dan beberapa literatur yang relevan dalam
penelitian ini dilakukan oleh Inggit Sitowati dengan judul “Selera dan Gaya
Penelitian dalam rangka tesis Program Studi Sosiologi dilakukan Inggit untuk
mengetahui motivasi dan latar belakang sosial yang membentuk selera, persepsi dan
musik klasik, dengan tingkat apresiasi yang berbeda. Dengan melakukan penelitian
kualitatif, Inggit memilih sejumlah lima mahasiswa UGM tingkat sarjana dengan
Selain penelitian Inggit, ada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Sunyoto
Terhadap Musik Populer”.1 Sunyoto mencoba melihat korelasi antara lapisan sosial
dengan apresiasi terhadap musik populer dan Dagelan Mataram.2 Melalui analisis
dengan selera musik. Masyarakat lapis menengah ke bawah dan berumur tua yang
menanggapi secara baik dari Dagelan Mataram, dibanding lapis sosial menengah ke
atas. Kesenian Dagelan Mataram yang tidak lain adalah kesenian tradisional
Mataram juga menyinggung kesenian modern saat zaman Belanda seperti Komedie
Stamboel yang disukai oleh kalangan elit. Dengan fokus penelitian Sunyoto pada
musik populer dan tradisional Jawa, penelitian ini telah menunjukkan bahwa kelas
Buku yang berjudul “Sociology of Art the Way of Seeing” yang diterbitkan oleh
Palgrave MacMillan mengkaji hubungan sosiologi dan seni. Buku ini menunjukkan
bahwa baik seni rupa maupun seni pertunjukan merupakan kegiatan kolektif dan
tentang kajian seni pertunjukan. Buku ini merupakan hasil riset Richard Schechner
ragam kutipan dari pendapat ahli lain yang menanggapi kajian seni pertunjukan.
2 Dagelan Mataram adalah sebutan yang menunjuk pada sandiwara komedi yang
menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa pengantar pokok. Penyebutan Dagelan
Mataram sebagai sebuah genre lawak tidak muncul secara tiba-tiba, namun melalui
riwayat historis cukup panjang.
8
terjadi dalam pertunjukan. Buku ini menjadi dasar pemahaman adanya komunikasi
Kajian ini diletakkan pada tataran seni yang berfungsi secara sosial. Dalam
pandangan Heddy Shri Ahimsa Putra, untuk mengkaji fenomena budaya khususnya
seni, bisa disorot dalam dua perspektif, yaitu teks dan konteks.3 Teks menunjuk
pada kajian yang memandang fenomena kesenian sebagai teks yang relatif berdiri
konteks yang lebih luas, yaitu konteks sosial-budaya masyarakat tempat fenomena
seni tersebut muncul atau hidup. Tulisan ini menyoroti pada konteks, yaitu
penyangganya. Dalam kajian ini, kajian cultural studies dan performance studies
bahwa seni itu diproduksi bukan karena diasingkan atau terisolasi.4 Produksi seni
menyangkut industri lain seperti industri alat musik, perancang, iklan, masyarakat
pendukungnya. Untuk itu produksi seni adalah kegiatan kolektif.5 Pendapat itu
tidak jauh beda dengan pandangan Arnold Hauser dalam bukunya “The Sociology of
Art”. Hauser menunjukkan bahwa ada hubungan sosial dan ekonomi dengan seni.
3 Heddy Shri Ahimsa Putra, “Wacana Seni dalam Antropologi Budaya: Tekstual,
Kontekstual dan Post-Modernistis” dalam Ketika Orang Jawa Nyeni, Heddy Shri Ahimsa
Putra (ed), (Yogyakarta: Galang Press, 2000), 400.
4 Janet Wolff, Social Production of Art (New York: St. Martin’s Press, 1981), 12.
5 Janet Wolff, 32
9
secara luas.6 Kedua ahli ini seiring dengan pendapat David Inglis yang
A sociological perspective stresses that ‘art’ is always part of wider social life,
and cannot be treated as if it were a realm wholly cut off from all sorts of social
“seni” selalu menjadi bagian dalam kehidupan sosial, dan tidak bisa
diperlakukan terpisah atau dicabut dari seluruh pengaruh sosial baik yang
Dalam perspektif ini, kesenian tidak bisa dilepaskan dari kehidupan sosial,
untuk itu dalam memahami seni selalu terikat dengan konteksnya. Konteks sosial
terjadi dengan pemahaman bahwa seni itu diproduksi oleh orang tertentu
galeri, dan lain-lain), dan dinikmati oleh orang lain (penonton). Dalam perspektif
tersebut sebuah musik bukan dipandang sebagai bentuk karya musik saja namun
lebih menunjuk pada sebuah aktivitas yang memenuhi kebutuhan dan pandangan
Hal yang menjadi pertanyaan dalam sosiologi seni adalah dalam cara seperti
kreasi, distribusi dan apresiasi dari karya seni?8 Berdasarkan hal tersebut, ada tiga
6 Arnold Hauser, The Sociology of Art. Terj. Kenneth J. Northcott (London & Chicago:
The University of Chicago Press, 1982), 116.
7 David Inglis, “Thinking Art Sociologically” dalam The Sociology of Art: Ways of
Seeing, David Inglis dan John Hughson (ed) (Hampshire & New York: Palgrave Macmilan,
2005), 15.
8 David Inglis, 19.
10
hal yang dijadikan sorotan dalam sosiologi seni yaitu (1) kreasi (cultural production),
Cultural
Production Distribution Consumption
Cultural production merupakan bagian yang menjadikan sebuah karya itu ada.
menjadikan produk kesenian dapat dicapai publik, baik melalui museum, galeri
seni, teater, dan juga gedung konser (music hall). Para manajer artis maupun
tahap ketiga merupakan saat publik mengapresiasi dan menerima bentuk kesenian
yang muncul. Tahap apresiasi dilakukan oleh penonton dan peserta kegiatan
produksi seni itu lengkap. Berangkat hal tersebut, kajian sosiologi seni didudukkan
dalam proses mengamati bagaimana seni itu diproduksi oleh orang khusus
(seniman), dikelola oleh orang khusus (manajer gedung kesenian, manajer artis,
pemilik galeri dan lain-lain), dan diterima oleh orang lain (penonton).
dari empat pemain, yaitu sourcers, producers, performers, dan paratakers.10 Sourcers
adalah pihak yang menyusun cerita, komposisi musik atau tari, dan skript drama.
merealisasikan hasil artistik sourcers dalam sebuah pertunjukan yang final. Marvin
Carlson berpendapat bahwa “A play cannot speak for itself, one must conjure its sound
from it ”.11 Sebuah skript, atau komposisi tari dan juga komposisi musik tidak akan
“berbunyi” bila tidak dimainkan atau dipertunjukkan. Untuk itu pihak yang
para teknisi, dan juga manajer menjadi pemain dalam sourcers. Performers tidak lain
adalah aktor, musisi, dan juga penari dari pertunjukan tersebut. Performers bermain
untuk dipertunjukkan kepada publik, yaitu paratakers. Paratakers adalah pihak yang
menikmati pertunjukan, baik itu penonton, juri, dan pengagum (fans). Paratakers
tidak hanya menerima aksi pertunjukan, bahkan bisa terlibat aktif dalam
pertunjukan. Bila kita cermati, para penonton pertunjukan Tayub di pesisir Jawa
Tengah, khususnya para pria ikut menari saat penari mengundang mereka naik
panggung. Seseorang yang bermain dalam dialektika di atas bisa terlibat bukan
hanya satu kategori. Untuk itu Richard Schechner menyebutkan empat pemain ini
Routledge, 2002:215)
11 Richard Schechner, 216
12
Sourcers Producers
Performers Paratakers
Walaupun keempat pemain di atas bisa bertautan dalam relasi untuk suatu
Sourcers Producers
Performers Paratakers
musik karya komponis tertentu. Sourcers ini ditangkap Producers atau pengelola
Producers atau pengelola menghubungi tim produksi artisitik atau performers yang
terdiri dari pemain musik, penyanyi, perancang set, dan pihak lainnya. Tugas
bahwa seni adalah bentuk komunikasi yang khusus. 12 Menurut Bateston, kesenian
memiliki fungsi yang integratif. Untuk itu dapat diamati bahwa melalui seni,
anggota suatu masyarakat melakukan kegiatan seni sehingga bisa terintegral. Lebih
itu memberikan pengalaman, sensasi hidup, imajinasi dan melalui pola itu semua
Proses produksi kesenian baik yang diungkapkan oleh David Inglis maupun
dari penelitian ini, maka tahapan yang akan diteliti hanya satu tahap, yaitu tahapan
consumption.
dilakukan oleh penonton. Pada tahapan ini penonton menjadi receiver dari sebuah
message. Hal ini bisa dimengerti bila memahami model komunikasi SMCR oleh
David Berlo.13
12 Thomas Turino, Music as Social Life: The Politics of Participation, Chicago and
London: The University of Chicago Press, 2008: 3.
13 Michael Burgoon dan Michael Ruffner, Human Communication, A Revision of
Approaching Speech/Communication (New York: Holt Rinehard and Winston, 1977), 21-22.
14
source, message, channel, dan receiver. Source atau sumber adalah pencipta dari
message. Message atau pesan adalah terjemahan dari ide dalam tanda-tanda simbolik
seperti bahasa dan gesture. Channel atau saluran adalah medium dari pesan yang
tanda (encoding dan decoding). Dalam situasi komunikasi secara langsung (tatap
verbal dan non verbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang dilambangkan
dengan bahasa. Komunikasi non verbal adalah komunikasi yang diwujudkan dalam
ekspresi. Ada tujuh model ekspresi komunikasi non verbal, yaitu proxemic,
adalah aspek tampilan (visual) dari perilaku (gesture, raut wajah, dan ekspresi mata).
14
Michael Burgoon dan Michael Ruffner, 130-157.
15
suara (voice) dalam komunikasi. Artifacts adalah bagaimana benda fisik di sekitarnya
Studi ini dilakukan untuk mengungkapkan apa saja tanda komunikasi baik
secara verbal dan non verbal serta penafsiran terhadap bentuk tanda-tanda
komunikasi dalam pertunjukan Konser Rumah, Drama Musikal dan Kirab Budaya.
Kembali pada pendapat Bateston, bahwa melalui studi ini dapat terungkap
melalui tanda.