Anda di halaman 1dari 12

BerkalaFisika ISSN : 1410 - 9662

Vol 13. , No.2, Edisi khusus April 2010, hal C27-C38

ANALISIS KORELASI KONDISI PEMBUATAN FILM


TIPIS POLIPROPILEN (PP) DAN SIFAT-SIFAT
MEKANIKNYA DENGAN METODE UJI TARIK
Kartika Sari1) Rahmat Satoto2)
1) Program Studi Fisika Jurusan MIPA FST Universitas Jenderal Soedirman
2) LIPI Bandung
e-mail : tikasari_tasroh@yahoo.co.id

Abstract
Condition Correlation Analysis of Thin Film Polypropylene (PP) and Attributes Mechanical
Tensile Testing Method has been performed in Polymer Test Lab located at LIPI Bandung. This
study aims to examine the relationship between the manufacture of thin film with a three-siftat
sisitem cooling and mechanical properties. Sample material used is Polypropylene (PP) Y101XX
grain pellets. Then the material is arranged on the aluminum frame of the heating plate and
plastic transparencies of six samples. Such materials will be heated with two variations of
temperature at the same time given the pressure by using the hot press Gonno-02 326 at 175oC
and 225oC and given three different treatment when the cooling process that is in the chill with ice
water (quenching), in the chill on cold press and cooled until it reaches room temperature by
turning off the heater. Samples that have formed a thin film forming dipotopng Dumbbell type ISO
527-2. Of the six films produced by two samples with different cooling systems made seven
Dumbbell. Then Dumbbell-dumbbell was conducted testing of mechanical properties by measuring
the strain, stress and elastic modulus using a tensile test using a Universal Tensile Tester.

Keywords: Polypropylene (PP), Thin Film, Universal Tensile Tester

Abstrak
Analisis Korelasi Kondisi Pembuatan Film Tipis Polipropilen (PP) dan Sifat-Sifat
Mekaniknya dengan Metode Uji Tarik telah dilakukan di Lab Uji Polimer yang bertempat di LIPI
Bandung. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara pembuatan film tipis dengan tiga
sisitem pendinginan dan siftat-sifat mekaniknya. Bahan sampel yang digunakan adalah
Polipropilen (PP) Y101XX berbentuk butiran pelet. Kemudian bahan tersebut disusun pada
bingkai almunium diantara plat pemanas dan plastik transparansi sebanyak enam sampel. Bahan
tersebut akan dipanaskan dengan dua variasi suhu sekaligus diberi tekanan dengan menggunakan
hot press Gonno-02326 pada 175oC dan 225oC serta diberi tiga perlakuan yang berbeda ketika
proses pendinginan yaitu di dinginkan dengan air es (quenching), di dinginkan pada cold press
dan didinginkan hingga mencapai suhu kamar dengan cara mematikan heater. Sampel-sampel
yang sudah membentuk film tipis dipotopng membentuk Dumbbell type ISO 527-2. Dari enam film
tipis yang dihasilkan dua sampel dengan sistem pendinginan yang berbeda dibuat tujuh Dumbbell.
Kemudian Dumbbell-dumbbell tersebut dilakukan pengujian terhadap sifat-sifat mekaniknya
dengan mengukur Regangan (strain), Tegangan (stress) dan modulus elastis dengan metode uji
tarik menggunakan alat Universal Tensile Tester.

Kata kunci: Polipropilen (PP), Film Tipis, Universal Tensile Tester

PENDAHULUAN disebut modulus, dalam istilah yang


Di dalam industri polimer ada lebih umum mempunyai arti kekakuan
tiga klasifikasi utama polimer : plastik, (shiffness). Bahan-bahan yang termasuk
serat, dan karet. Perbedaaan dan kedalam kelompok polimer diantaranya
kegunaan produk akhir dari tiga tipe adalah Polypropilene (PP). Dalam
polimer ini didasarkan pada tingkat yang bahasa komersilnya lebih dikenal
besar dan mekanik khusus polimer yang dengan nama plastik, karena bahan

C27
Kartika Sari Analisis Korelasi Kondisi Pembuatan…

tersebut bersifat termoplastik yang formula kimia (C3H6)X. Polipropilena


dibuat secara sintetis. mempunyai titik lebur 165 oC, suhu
Dalam bidang industri transisi gelas -10 oC dan titik degradasi
pembuatan dan penggunaan polimer 286 oC. Titik kristalisasinya 130-135 oC
sintesis memainkan peranan utama (Cowd, 1991)[4].
dalam perekonomian masyarakat
industri modern. Material plastik telah
berkembang pesat dan sekarang
mempunyai peranan yang sangat penting
dibidang elektronika, pertanian, tekstil, Gambar 1. Kesatuan berulang pada
transportasi, furnitur, konstruksi, polipropilena.
kemasan kosmetik, mainan anak–anak
dan produk–produk industri lainnya. Polimer dapat mengandung
contohnya tali, karpet, alat tulis, daerah berkristal dan amorf, maka sifat
berbagai tipe wadah pakai ulang, polimer dapat berubah dalam rentangan
perlengkapan labolatorium, dan suhu yang kecil, sebagai akibat adanya
komponen otomotif. dua proses pada dua daerah tadi.
Karakteristik secara fisik dari Pertama, perubahan sifat polimer dapat
polimer salah satunya ditentukan oleh terjadi akibat pelelehan kristalit (bagian
perbedaan struktur dari rantai molekul. kristal). Pelelehan pada dasarnya
Struktur molekul dapat dibedakan merupakan perenggangan rantai-rantai
menjadi liner, bercabang, sambung dalam daerah berkristal, sehingga
silang dan jaringan. Oleh karena itu memungkinan polimer mampu mengalir.
molekul besar polimer dibangun oleh Kondisi dimana polimer meleleh disebut
pengulangan kesatuan kimia yang kecil sebagai titik leleh, Tempratur lelelh Tm
dan sederhana. Jika pengulangan (melting point).
kesatuan berulang itu lurus, maka Perubahan suhu sangat
molekul-molekul polimer digambarkan berpegaruh terhadap polimer. Kenaikan
sebagai molekul rantai linier atau rantai suhu hingga mencapai suhu di atas Tm
polimer. Beberapa rantai lurus atau dapat menyebabkan deformasi polimer.
bercabang dapat bergabung melalui Dengan turunnya suhu dan kekentalan
sambungan silang membentuk polimer lelehan polimer meningkat, maka
sambung silang (cross link). Jika gerakan rantai polimer tak teratur yang
sambungan silang terjadi ke berbagai disebabkan oleh bahang akan berkurang
arah maka akan terbentuk polimer pada tingkat tertentu, yaitu sampai gaya
sambung silang tiga dimensi (polimer tarik antar rantai mengatasi energi
jaringan). Kesatuan berulang pada kinetik gerakan bahang rantai. Jika
polimer setara atau hampir setara rantai mempunyai keteraturan struktur
dengan monomer yaitu bahan dasar dan cukup leluasa bergerak meluruskan
pembuat polimer. masing-masing ketika suhu turun,
Polipropilena adalah kekristalan dapat ditumbuhkan pada
semikristalin yang dihasilkan dari proses polimer. Akan tetapi, sekalipun struktur
polimerisasi gas propilena. Monomer- rantai teratur, ketidakteraturan daerah
monomer yang menyusun rantai lelehan dapat dibekukan ketika polimer
polipropilena adalah propilena yang memadat sehingga terjadi pembentukan
diperoleh dari pemurnian minyak bumi. daerah amorf. Jika polimer yang
Propilena merupakan senyawa vinil mampu mengkristal berada dalam
yang mempunyai struktur CH2=CH- keadaan lelehan, seringkali keadaan
CH3. Nama kimia dari polipropilena berupa cairan yang kental dan cukup
adalah poli (1-metiletilena) dengan bening. Ketika lelehan polimer itu

C28
BerkalaFisika ISSN : 1410 - 9662
Vol 13. , No.2, Edisi khusus April 2010, hal C27-C38

mendingin dan mamadat, wujudnya hingga batas proporsional. Batas


menjadi sedikit keruh karena adanya proporsional grafik adalah batas yang
kristalit-kristalit halus yang dihasilkan menunjukan Hubungan proporsional
dalam polimer padat. Laju pendinginan antara stress-strain pada daerah ini
yang lambat memungkinkan kristalisasi memenihi hukum hooke. Setelah batas
lebih besar.[6] Sifat-sifat mekanik ini dilewati, maka kurva mengalami
polimer merupakan asfek yang sangat deformasi elastis nonlinier hingga
mendasar. Meskipun sifat-sifat lainnya mencapai batas elastis (titik yield),
seperti ketahanan nyala, stabilitas walaupun elastis nonlinier tetapi masih
termal, dan ketahanan kimia mempunyai bisa kembali kebentuk semula walaupun
kaitan dalam aplikasi yang tepat untuk gaya yang bekerja dihilangkan.
kombinasi suatu bahan polimer [3]. Beberpa parameter yang diperoleh dari
Sifat-sifat polimer yang harus kurva stress-strain diantara sebagai
diperhatikan untuk suatu produk berikut :
diantaranya kekuatan tarikan (modulus a) Yield Strength, Tensile Strength
elastis), kompresif, flekstur, tahan dan Break Strength
benturan. Sifat-sifat terkait mencakup Tegangan pada titik yield
kekerasan, ketahanan abrasi dan didefinisikan sebagai tegangan pada
ketahnan sobek. Penelitian tentang sifat- kurva stress-strain dimana terjadi
sifat mekanik polimer ini dibatasi hanya penambahan renggangan tanpa ada
untuk menguji kekuatan tarik dari pertambhan tegangan. Titik yield dapat
bahan polipropilen berbentuk film tipis. ditentukan mudah pada kurva, biasanya
Kekuatan tarik sering dijadikan kemiringan kurva adalah nol (dσ/dε = 0)
[10]
sebagai suatu sistem yang menunjukan .
kualitas suatu bahan polimer, walaupun Setelah melewati titik yield,
hasilnya tidak menggambarkan keadaan tegangan (stress) berlanjut pada
susunan molekulnya. Jika suatu bahan deformasi plastis bertambah terus
polimer mengalami pertambahan hingga mencapai titik maksimum dan
tegangan (stress), maka terdapat juga kemudian renggangan (strain) menurun
perubahan regangan (strain). Jika diplot dan akhirnya putus.
dalam grafik, maka diperoleh kurva Tensile pada saat putus atau disebut
stress-strain seperti gambar dibawah ini. juga Strength at break adalah tegangan
pada saat sampel uji putus. Artinya nilai
yang diperoleh dari pembagian antara
gaya pada saat putus dengan luas
penampang beda minimum yang tegak
lurus terhadap gaya tersebut untuk
bahan-bahan yang rapuh tensile at break
dan tensile strength mempunyai nilai
yang sama.
Tensile yield strength, tensile
strength, tensile breaking dihitung
Gambar 2. Kurva Stress-Strain. dengan menggunakan persamaan
dibawah ini:
Kurva diatas memberikan
informasi tentang deformasi dan sifat
mekanik dari bahan polimer. Pada Dengan σ adalah tensile yield strength,
bagian awal kurva terjadi deformasi tensile strength, tensile breaking
elastis linier, dimana tegangan (stress) strength (N/mm2), F adalah gaya yang
dan regangan (strain) berbanding lurus

C29
Kartika Sari Analisis Korelasi Kondisi Pembuatan…

diperlukan (N) dan A = luas permukaan Tujuan dari penelitian yang akan
bahan uji (mm2) dilakukan adalah untuk menentukan
b) Yield Strain, Break Elongation dan pengaruh hubungan proses pembuatan
Break Strain film tipis polipropilen (PP) dengan dua
Yield Strain yaitu titik awal mulai variasi suhu terhadap sifat-sifat
terjadi regangan pada kurva stress-strain mekaniknya, pengaruh hubungan proses
dimana terjadi penambahan renggangan pembuatan film tipis polipropilen (PP)
tanpa ada pertambhan tegangan. dengan dengan tiga sisitem pendinganan
Break Elongation adalah terjadinya yang berbeda terhadap sifat-sifat
penambahan panjang dari panjang awal mekaniknya dan menentukan besarnya
sampai pada titik putus ketika sampel di nilai tegangan (stress), regangan (strain)
uji tarik. dan Modulus Elastis dari kurva stress-
Break Strain merupakan strain yang dihasilkan dari uji tarik film
persentase dari nilai yang diperoleh tipis polipropilen.
pada pembagian antara terjadinya
penambahan panjang sampai sampai METODE PENELITIAN
ttitk putus (break elongation) dengan
panjang awal sampel (initial gauge
length).

Dengan ε merupakan Break Strain,


Yield Strain (%), ∆ adalah panjang
pada saat maksimum (mm) dan adalah
panjang mula-mula (mm).
c) Modulus Young
Dari kurva stress-strain bahan
polimer, ketika tegangan yang diberikan
tidak terlalu besar maka kurva stress
fungsi strain berupa garis lurus dimana
stress berbanding lurus terhadap strain
yang menyatakan deformasi elastisitas
linier.
Modulus Young didefinisikan
sebagai nilai gradient atau kemiringan
dari garis lurus tersebut. Jadi dari kurva
tersebut Modulus Young ditentukan
dengan persamaan :

Dengan Y adalah modulus elastisitas


(N/m2), σ2 adalah tegangan pada titik 2
(akhir), σ1 adalah tegangan pada titik 1
(awal), ε2 adalah regangan pada titik 2
(akhir), ε1 adalah regangan pada titik 1
(awal), ∆σ adalah perbedaan tegangan
antara titik 2 dan titik 1, dan ∆ε adalah
perbedaan regangan antara titik 2 dan
titik 1

C30
BerkalaFisika ISSN : 1410 - 9662
Vol 13. , No.2, Edisi khusus April 2010, hal C27-C38

HASIL DAN PEMBAHASAN pendinginan menunjukan perbedaan


1. Hasil Pembuatan Film Tipis PP pada warna permukaan tiap-tiap sampel
(Polipropilen) yang berbeda. Sampel film tipis yang
Pembuatan enam sampel film tipis didinginkan dengan proses quenching
polipropilen (PP) dilakukan dengan dua memperlihatkan warna permukaan lebih
variasi suhu yaitu 175oC dan 225oC, dan bening dan transparan. Sedangkan
masing-masing untuk satu variabel suhu sampel yang didinginkan dengan
didinginkan dengan tiga perlakuan yang menggunakan mesin Cold Press
berbeda. Film pertama didinginkan menunjukan warna permukaan sampel
melalui proses quenching, yaitu yang agak memutih dan kurang
pendinginan secara cepat menggunakan transparan. Untuk sampel yang
medium air es. Film kedua didinginkan didinginkan dengan mematikan heater
dengan mengepres menggunakan alat hingga mencapai suhu kamar
cold press. Dan film ketiga didinginkan menunjukan warna permukaan sampel
dengan cara Anealing yaitu mematikan yang memutih dan sudah tidak
heater pada hot press kemudian transfaran lagi. Dari keenam sampel
ditunggu hingga mencapai suhu kamar. diatas kemudian dilakukan pemotongan.
Keenam film tipis PP yang dihasilkan Dari tiap-tiap dua film tipis dibuat tujuh
ditunjukkan pada gambar 3 di bawah ini. dumbbell sebelum dilakukan uji tarik,
Hasil sampel yang diperoleh seperti ditunjukan pada gambar 3
dari perbedaan perilaku pada sistem

(a (b (c

(d (e (f
Gambar 3. Warna permukaan sampel film tipis polipropilen (PP) (a). T=1750C, hasil pendinginan
secara quenching. (b). T= 1750C, hasil pendinginan mrnggunsksn cold press. (c). T=1750C, hasil
pendinginan dengan mematikan heater pada hot press. (d). T=2250C, hasil pendinginan
melalui proses quenching (e). T=2250C, hasil pendinginan pada dinginkan dengan cold press.
(f ). T=2250C, hasil pendinginan dengan mematikan heater pada hot press.

C31
Kartika Sari Analisis Korelasi Kondisi Pembuatan…

Gambar 4. Sampel film tipis dipotong dalam


(a)
bentuk dumbbell ISO 527-2 5A
Saat polipropilena dipanaskan maka
polipropilen menerima energi tambahan
berupa energi termal. Energi termal ini
digunakan oleh rantai-rantai penyusun
polipropilen untuk bergerak ke segala
arah saling mendekat secara teratur dan
ada yang dilepaskan ke lingkungan. (b)
Gambar 5. Kurva Stress-strain untuk sampel
Gerakan rantai molekul akan terus
berlanjut hingga gaya antar rantai T = 175 OC dengan sistem pendinginan
mampu mengatasi rantai. Pada film Anealing
polipropilen quenching, energi yang
dilepaskan ke lingkungan lebih besar Grafik pada kurva Stress-strain
daripada energi yang digunakan oleh 17AA secara keseluruhan menunjukan
rantai untuk bergerak. Akibatnya, gaya bahwa sampel hanya mengalami sedikit
antar rantai dapat mengatasi energi pemuluran di daerah plastik, ini
kinetik rantai dalam waktu singkat mengakibatkan nilai titik patah dari
sehingga proses pembekuan lelehan perpanjangan garis (Break Elongation)
polipropilen menjadi lebih cepat. Hal ini sangat kecil, besarnya rata-ratanya
menyebabkan rantai tidak mempunyai 1.2361 mm. Artinya sampel tersebut
kesempatan untuk bergerak lebih lama hanya mengalami sedikit perpanjangan
untuk membentuk daerah kristal yang dari panjang awalnya. Kondisi ini yang
lebih besar. menggambarkan bahwa sampel dengan
sisitem pendinginan secara Anealing
2. Data Pengukuran dan Hasil Uji bersifat kaku dan mudah patah.
Tarik Pada gambar 5 (b), grafik
a) Sampel dengan Tempratur 1750 C menggambarkan sebuah garis lurus yang
menunjukan prilaku hukum Hooke
Sistem Pendinginan Anealing dengan tegangan berbanding lurus
Hasil uji tarik sampel film tipis terhadap regangan. Untuk menentukan
untuk suhu 175oC dengan sistem Modulus Elastisitas dari kurva stress-
pendinginan Anealing (17AA) strain dilakukan dengan cara memplot
ditunjukan oleh kurva stress-strain pada garis lurus secara linier dimulai dari titik
Gambar 4 (a). Hasil dari uji sampel awal garis yang sejajar dengan garis
17AA, variabel-variabel pengukuran grafik hasil uji tarik pada kurva stress-
seperti Yield Strength, Tensile Strength strain. Titik pertemuan pertama garis
dan Break Strength besar nilainya sama linier dengan garis grafik kurva stress-
yaitu 25,065 MPa. Karena ketiga strain merupakan titik awal
variabel tersebut berada di satu titik. perbandingan tegangan terhadap
Sedangkan nilai Yield Strain yang regangan. Jika titik ini ditarik terhadap
diperoleh yaitu 4,8591% dan nilai Break sumbu-x, maka nilai tgangan awalnya
Strain yaitu 4,9143%. (σ1) dapat diketahui dan jika ditraik
terhadap sumbu-y maka nilai regangan

C32
BerkalaFisika ISSN : 1410 - 9662
Vol 13. , No.2, Edisi khusus April 2010, hal C27-C38

awalnya (ε1) yang dapat diketahui. mengalami pemuluran yang panjang di


Ketika garis grafik kurva stress-strain daerah plastik, hal ini dapat dilihat pada
tidak lagi sejajar dengan garis linier, nilai titik putus perpanjangan (Break
maka titik perpotongan ini adalah batas Elongation) dengan nilai rata-rata
range nilai yang digunakan untuk 4.8067 mm. Artinya sampel tersebut
menentukan nilai σ2 dan ε2. mengalami perpanjangan yang cukup
Perbandingan antara selisih kedua titik besar dari panjang awalnya. Kondisi ini
perpotongan (σ2-σ1 dan ε2-ε1) di daerah pula yang menggambarkan bahwa
elastis dapat dijadikan acuan untuk sampel film tipis PP dengan sistem
menentukan nilai modulus elastisitas pendinginan menggunakan alat Cold
pada kurva stress-strain. Nilai modulus Press bersifat kenyal dan elastis.
elasisitas pada smpel 17AA rata-rata Pada gambar 6 (b), grafik
sebesar 1119,8 MPa. menggambarkan bagian pertama dari
kurva adalah sebuah garis lurus yang
Sistem Pendinginan menggunakan menunjukan prilaku hukum Hooke
Cold Press dengan tegangan berbanding lurus
terhadap regangan. Dengan metode
yang sama dengan sampel 17AA,
yaitu memplot garis lurus secara
linier dimulai dari dari titik awal
garis yang sejajar pada grafik pada
kurva stress-strain hasil uji tiap-tiap
sampel. Dengan menghitung
perbandingan anatara selisih nilai
Gambar 6 (a). Kurva Stress-strain untuk dari titik perpotongan akhir (σ2-ε2)
sampel T = 175OC dengan sistem dan titik pertemuan awal (σ1-ε1),
pendinginan menggunakan Cold Press (17C) maka pada daerah elastik tersebut
(b). Kurva Modulus Elastisitas 17C nilai modulus elastisitas dapat
ditentukan. Nilai modulus elasisitas
Hasil Uji tarik sampel film tipis
yang diperoleh untuk sampel 17C
untuk suhu 175oC dengan sistem
pendinginan menggunakan alat Cold rata-rata sebesar 892.56 MPa.
Press ditunjukan oleh Kurva Stress-
strain pada Gambar 6 (a). Pada uji Sistem Pendinginan Quenching
sampel 17C variabel-variabel
pengukuran seperti Yield Strength,
Tensile Strength, Break Strength hasil
yang diperoleh besarnya tidak sama
seperti halnya pada grafik sampel 17AA.
Besarnya nilai Yield Strength rata-rata
adalah 30.985 MPa, Tensile Strength
30.985 MPa dan Break Strength 23.270
MPa. Sedangkan nilai Break Strain
mengalami selisih yang jauh dengan
nilai Yield Strain, untuk sampel 17C
nilai Break Strain rata-rata sebesar Gambar 7 . (a). Kurva Stress-strain untuk
19.103 % dan Yield Strain rata-rata 6.99 sampel T = 175 OC dengan sistem
%. Grafik pada kurva Stress-strain untuk pendinginan Quenching (17Q)
sampel 17C secara keseluruhan mulai (b). Kurva Modulus Elastisitas 17Q

C33
Kartika Sari Analisis Korelasi Kondisi Pembuatan…

Hasil Uji Tarik sampel film tipis b) Sampel dengan Tempratur 2250 C
pada suhu 175oC dengan sistem
pendinginan Quenching ditunjukan oleh Sistem Pendinginan Anealing
Kurva Stress-strain pada Gambar 7. (a).
Pada uji sampel 17Q variabel-variabel
Yield Strength dan Tensile Strength
besar nilanya mengalami perbedaan
dengan nilai Break Strength-nya. Karena
ketiga variabel tersebut tidak berada
dalam satu titik. Besarnya nilai Yield (a)
Strength dan Tensile Strength untuk
sampel 17Q adalah 35.393 MPa,
sedangkan nilai Break Strength-nya
sebesar 28.350 MPa. Pada grafik
sampel 17Q nilai Break Strain
mengalami peningkatan dibanding
dengan sampel 17AA dan 17C yaitu (b)
mencapai 640.21 %, ini dapat diketahui Gambar 8. (a). Kurva Stress-strain untuk
dari garis grafik di daerah plastik sangat sampel T = 225 OC dengan sistem
panjang. Sedangkan besarnya nilai pendinginan Anealing (22AA)
Yield Strain yang didapat yaitu 9.6748 (b). Kurva Modulus Elastisitas 22AA
%. Fenomena yang sangat menonjol dari
grafik kurva stress-strain 17Q adalah Hasil Uji tarik sampel film tipis
besarnya nilai Break Elongation yang untuk suhu 225oC dengan sistem
mencapai 160.14 mm, hasil ini pendinginan Anealing (22AA)
membuktikan sampel tersebut ditunjukan oleh Kurva Stress-strain pada
mengalami deformasi di daerah plastik Gambar 8 (a). Pada hasil uji sampel
yang sangat besar. Artinya bahwa 22AA besarnya nilai variabel-variabel
sampel dengan sisitem pendinginan pengukuran seperti Yield Strength rata-
dengan Quenching bersifat sangat rata adalah 30.376 MPa, Tensile
kenyal dan elastis. Strength 30.188 MPa dan Break
Pada gambar 7. (b), grafik Strength 30.126 MPa. Sedangkan nilai
menggambarkan bagian pertama dari Yield Strain dan Break Strain hanya
kurva adalah sebuah garis lurus yang berkisar pada 4.880 %. Grafik pada
menunjukan prilaku hukum Hooke kurva Stress-strain untuk sampel 22AA
dengan tegangan berbanding lurus secara keseluruhan hanya mengalami
terhadap regangan. Dengan metode yang sedikit peluluhan di daerah plastik, ini
sama seperti halnya pada sampel 17AA terlihat pada nilai titik patah
dan 17C, yaitu memplot garis lurus dari perpanjangan garis (Break Elongation)
titik awal grafik secara linier dimulai sangat kecil yaitu rata-rata 1.2 mm.
dari titik garis yang sejajar dengan garis Artinya sampel tersebut hanya
yang ditampilkan pada grafik hasil uji mengalami sedikit perpanjangan.
tarik sampel. Dengan menghitung Kondisi ini pula yang menggambarkan
perbandingan besarnya nilai titik bahwa sampel dengan sisitem
perpotongan akhir (σ2-ε2) dan titik pendinginan secara Anealing bersifat
pertemuan awal (σ1-ε1) pada daerah kaku dan mudah patah.
elastis maka nilai modulus elastisitas Pada gambar 8 (b), grafik
dapat ditentukan. Nilai modulus menggambarkan bagian pertama dari
elasisitas untuk sampel 17Q sebesar kurva adalah sebuah garis lurus yang
954.61 MPa. menunjukan prilaku hukum Hooke

C34
BerkalaFisika ISSN : 1410 - 9662
Vol 13. , No.2, Edisi khusus April 2010, hal C27-C38

dengan tegangan berbanding lurus kurva Stress-strain untuk sampel 22C


terhadap regangan. Dengan metode secara keseluruhan sudah mengalami
yang sama, yaitu memplot garis lurus peluluhan di daerah plastik, ini terlihat
secara linier dimulai dari dari titik awal pada nilai titik putus perpanjangan
garis yang sejajar pada grafik pada (Break Elongation) yang mencapai
kurva stress-strain hasil uji tiap-tiap 241.80 mm. Artinya sampel tersebut
sampel. Dengan menghitung mengalami perpanjangan yang cukup
perbandingan anatara selisih nilai dari besar dari panjang awalnya. Kondisi ini
titik perpotongan kedua (σ2-ε2) dan titik pula yang menggambarkan bahwa
pertemuan pertama (σ1-ε1), maka pada sampel dengan sisitem pendinginan
daerah elastik tersebut nilai modulus menggunakan alat Cold Press bersifat
elastisitas dapat ditentukan. Nilai mulur dan elastis.
modulus elasisitas yang di peroleh untuk Pada gambar 9. (b), grafik
sampel 22AA rata-rata sebesar 1235 menggambarkan bagian pertama dari
MPa. kurva adalah sebuah garis lurus yang
menunjukan prilaku hukum Hooke
Sistem Pendinginan menggunakan dengan tegangan berbanding lurus
Cold Press terhadap regangan. Menggunakan
metode yang sama dengan sampel
22AA, yaitu memplot garis lurus dari
titik awal grafik secara linier sehingga
garis tersebut sejajar dengan garis pada
grafik kurva stress-strain hasil uji tarik
sampel. Dengan menghitung
perbandingan anatara selisih nilai dari
titik perpotongan kedua(σ2-ε2) dan titik
pertemuan pertama (σ1-ε1), maka pada
daerah elastik tersebut nilai modulus
elastisitas dapat ditentukan. Nilai
modulus elasisitas pada smpel 22C rata-
Gambar 9. (a). Kurva Stress-strain untuk rata sebesar 944.96 MPa.
sampel T = 225 OC dengan sistem
pendinginan menggunakan cold Press (C) Sistem Pendinginan Quenching
(b). Kurva Modulus Elastisitas 22C

Hasil Uji tarik sampel film tipis


untuk suhu 225oC dengan sistem
pendinginan menggunakan alat Cold
Press ditunjukan oleh kurva stress-strain
pada Gambar 9 (a). Untuk sampel 22C (a)
besarnya nilai Yield Strength, Tensile
Strength dan Break Strength adalah
32.18 MPa, 34.762 MPa dan 34.441
MPa. Sedangkan nilai Break Strain
mengalami selisih yang jauh dengan
nilai Yield Strain, untuk sampel 22C (b)
nilai Break Strain mengalami Gambar 10. (a). Kurva Stress-strain untuk
peningkatan yang sangat signifikan yaitu sampel T = 225 OC dengan sistem
sebesar 966.67 %, sedangkan Yield pendinginan Quenching (22Q) (b). Kurva
Strain sebesar 7.9558 %. Grafik pada Modulus Elastisitas 22Q

C35
Kartika Sari Analisis Korelasi Kondisi Pembuatan…

Tabel 1. Data keseluruhan niali rata-rata dari variabel-variabel pengukuran


Yield Yield Tensile Break Break Break Elastic
Sistem Lebar Tebal
Suhu Strength Strain strength Strength Elong Strain Modulus
Pendinginan (mm) (mm)
(Mpa) (%) (Mpa) (Mpa) (mm) (%) (Mpa)
Annealing 3.97 0.6 25.065 4.86 25.065 25.065 1.236 4.914 1119.8
175
O Cold Press 3.97 0.7 30.985 6.99 30.985 23.270 4.807 19.10 892.56
C
Quenching 3.97 0.7 31.400 7.90 32.900 25.300 60.80 242.9 817,44

Annealing 3.97 0.5 30.259 4.91 30.232 30.278 1.234 4.975 1235,6
225
O
C Cold Press 3.97 0.7 31.218 7.63 32.367 31.298 167.0 747.5 991,34
Quenching 3.97 0.7 32.259 8.27 33.698 32.645 189.1 784.3 943,21

Hasil uji tarik sampel film tipis terhadap regangan. Dengan metode
untuk suhu 2250C dengan sistem yang sama dengan sampel 22AA, yaitu
pendinginan Quenching ditunjukan oleh memplot garis lurus dari titik awal
kurva stress-strain pada Gambar 10 (a). grafik secara linier sehingga garis
Pada hasil uji sampel 22Q variabel- tersebut sejajar dengan garis pada grafik
variabel pengukuran seperti Yield kurva stress-strain hasil uji tarik sampel.
Strength, Tensile Strength dan Break Yaitu menghitung perbandingan anatara
Strength, ketiga-tiganya mengalami selisih nilai dari titik perpotongan
perbedaan nilai yang diperoleh. kedua(σ2-ε2) dan titik pertemuan pertama
Besarnya nilai Yield Strength dan (σ1-ε1), maka pada daerah elastik
Tensile Strength untuk sampel 22Q tersebut nilai modulus elastisitas dapat
adalah 32.182 MPa dan 34.762 MPa, ditentukan. Nilai modulus elasisitas
sedangkan nilai Break Strength-nya pada smpel 22Q sebesar 966.67 MPa.
sebesar 34.441 MPa. Pada grafik Perlakuan sistem pendinginan
sampel 22Q nilai Break Strain hanya yang berbeda mengakibatkan nilai
mencapai 241.80 % lebih kecil daripada modulus elastisitas yang berbeda, hal ini
sampel 22C. Akan tetapi kondisi sudah disebabakan medium yang digunakan
menunjukan sangat panjangnya garis di untuk mendinginkan bahan poliproilen
daerah plastik. Dan untuk Yield Strain sangat mempengaruhi kekutan sampel
berkisar pada 7.9558 %. Titik putus film tipis. Jika ditinjau dari rantai-rantai
garis pada bahan yang mengalami molekul penyusun polimer perbedaan
perpanjangan (Break Elongation) yang saat sistem pendinginan ini membentuk
pada kurva stress-strain 22Q hanya dua keadaan struktur morfologi
mencapai 160.14 mm. Kondisi ini bahnnya. Yaitu semikristal dan amorf.
membuktikan sampel tersebut Sistem pendiginan Quenching dan cold
mengalami deformasi di daerah plastik press struktur molekul-molekul
yang sangat besar. Artinya bahwa penyusunnya membentuk keadaan
sampel dengan sisitem pendinginan amorf, karena gaya antar rantai dapat
dengan Quenching bersifat sangat mulur mengatasi energi kinetik rantai dalam
dan elastis. waktu singkat sehingga proses
Pada gambar 10. (b), pembekuan lelehan polipropilen menjadi
menggambarkan bagian pertama dari lebih cepat. Hal ini menyebabkan rantai
kurva adalah sebuah garis lurus yang tidak mempunyai kesempatan bergerak
menunjukan prilaku hukum Hooke lebih lama untuk membentuk daerah
dengan tegangan berbanding lurus kristal yang lebih besar. Akibatnya

C36
BerkalaFisika ISSN : 1410 - 9662
Vol 13. , No.2, Edisi khusus April 2010, hal C27-C38

rantai molekul penyusunnya berada hal ini tergambar pada saat dumbbell
dalam keadaan tidak teratur yaitu memulur sangat panjang ketika proses
tiadanya urutan yang sempurna diantara uji tarik. Proses pemuluran sampel pada
molekul-molekulnya. Sifat mekanik saat pengujian ini disebut necking.
bahan yang tergolong amorf umumnya Perbedaan elastisitas bahan dengan tiga
lebih lentur dan kenyal. sistem pendinginan yang berbeda-beda
Untuk sistem pendiginan diperlihatkan pada kurva strees-strain
anealing dengan mematikan heater gambar 9. dibawah ini.
sampai mencapai suhu kamar tejadi
proses transfer energi yang diterima
lebih banyak digunakan oleh rantai-
rantai untuk bergerak daripada yang
dilepaskan ke lingkungan. Akibatnya,
proses pembekuan lelehan polipropilena
lebih lambat sehingga rantai memiliki
peluang lebih besar untuk bergerak
saling mendekat secara teratur untuk
membentuk daerah kristal yang lebih
luas.struktur molekul-molekul
penyusunnya terkemas secara teratur Gambar 9. Kurva Stress-strain untuk
dan polanya berulang–ulang, melebar sampel dengan tiga sistem pendinginan
secara tiga dimensi. Bahan yang yang berbeda.
tergolong kategori kristal umumnya Kurva stress-strain untuk
lebih keras, lebih kuat dan kaku. sisitem pendinginan Quenching dan
Hasil pengujian menggunakan Cold Press menunjukan
memperlihatkan besarnya nilai Modulus nilai pertambahan panjang (Break
Elastis selalu berbanding terbalik Elongation) dan regangan (Break Strain)
dengan besarnya perpanjangan bahan yang sangat besar jika dibandingkan
(Break Elongation) pada saat sampel di dengan sistem pendinginan dengan
uji tarik. Artinya jika bahan termoplastik Anealing. Kondisi ini berbanding
yang mempunyai nilai modulus terbalik dengan nilai modulus
elastisitasnya kecil maka bahan tersebut elastissitasnya. karena semakin besar
akan mengalami pertambahan panjang nilai Break Elongation suatu sampel
yang cukup besar saat di tarik sampai maka semakin kecil nilai Modulus
mulur melewati daerah elastik dan tidak Elastisitasnya.
akan kembali ke panjang semula. Ini
membuktikan bahwa bahan bersifat KESIMPULAN DAN SARAN
lentur dan kenyal. Sedangkan nilai Dari penelitian yang telah
variabel Yield Strength, Tensile Strength dilakukan dapat diambil kesimulan
dan Break Strength diperoleh hasil yang bahwa hasil pembuatan film tipis
beragam, karena ketiga variabel ini polipropilen (PP) dengan dengan suhu
hanya menunjukan karakteristik dan yang berbeda waktu pemanasan sangat
elastisitas bahan. Pembuatan film secara mempengaruhi sifat-sifat mekanik film
anealing mempunyai modulus elastisitas tipis PP. Modulus elastisitas film tipis
yang besar dibanding dengan PP semakin besar dengan bertambahnya
pendinginan dengan Cold press dan suhu peleburan. Film tipis PP dengan
Quenching. Tetapi sampel dengan suhu peleburan yang tinggi, modulus
sisitem pendinginan Quenching dan elastisitas lebih besar dibandingkan
Cold Press memiliki tingkat dengan film tipis PP dengan suhu
kelenturan/elastisitas bahan yang tinggi, peleburan yang rendah.

C37
Kartika Sari Analisis Korelasi Kondisi Pembuatan…

Selain faktor suhu, perilaku DAFTAR PUSTAKA


sisitem pendinginan juga sangat [1]. Bishop, R. J. dan Smallman, R. E.
mempengaruhi sifat-sifat mekanik 2000. Metalurgi Fisika Modern
bahan. Sampel yang didinginkan dengan dan Rekayasa Material. Jakarta:
cold press dan quenching memiliki sifat Erlangga.
elastisitas/kelenturan yang tinggi tetapi [2]. Billmeyer, Fred W. 1984. Textbook
nilai modulus elastisitas kecil of Polymer Science. Singapore:
dibandingkan sampel anealing. Karena John Willey and Sons, Inc.
modulus elastis berbanding terbalik [3]. Callister, William D. 2003.
dengan tingkat kemuluran/keregangan Materials Science and Enginering
bahan. an Introduction. Singapore: John
Hasil uji tarik yang didapatkan Willey and Sons.
berupa kurva stress-strain dengan [4]. Cowd, M. A. 1991. Kimia Polimer.
variabel yang dihasilkan yield strength, Bandung: Penerbit ITB.
tensile strength, break strengh, yield [5]. Ediatai, Ratna dkk. 2001. Kimia
strain, break strai, break elongation dan Kejuruan jilid 1. Jakarta: Erlangga.
elastic modulus. Nilai modulus [6]. Sears, Zemanskay. 1994. Fisika
elastisitas untuk sampel 17AA, 17C, untuk Universitas I. Jakarta :
17Q, berturut-turut adalah 1119,8 MPa; Binacipta
892,56 MPa; 817,44 MPa. Dan nilai [7]. Malcolm, P. Stevens. 2001. Kimia
modulus elastisitas untuk sampel 22C, Polimer (diterjemahkan Iis Sofyan)
22Q, 22AA berturut-turut adalah 1235,6 cetakan pertama. Jakarta: Pradnya
MPa; 991,34 MPa; 943,21 MPa. Paramita.

C38

Anda mungkin juga menyukai