Anda di halaman 1dari 10

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM PUSKESMAS MOJOLABAN


1. Luas Penggunaan Lahan
Luas wilayah Kecamatan Mojolaban tercatat +3.554 Ha atau sekitar

7,62% dari luas Kabupaten Sukoharjo (46,666 Ha). Desa Palur merupakan

desa yang terluas yaitu +409 Ha (11,51%) sedangkan yang terkecil Desa

Triyagan +168 Ha (4,73%). Luas yang ada terdiri dari 2.234 Ha (62,86%)

lahan sawah dan 1.320 Ha (37,14%) bukan lahan sawah.


2. Letak Geografis
Kecamatan Mojolaban terletak di dataran tinggi, dengan tinggi 104 m

dpl(dari permukaan laut). Jarak dari Barat ke Timur kurang lebih 8,0 Km,

jarak dari Utara ke Selatan kurang lebih 6,0 Km. Jarak dari Ibukota

Kecamatan ke Ibukota Kabupaten Sukoharjo kurang lebih 11 Km. Batas -

batas Kecamatan, Sebelah Utara dan timur Kecamatan Jaten Kabupaten

Karanganyar Sebelah Selatan Kecamatan Polokarto Sebelah Barat Kota

Surakarta.

B. KARAKTERISTIK SUBJEK PENELITIAN


Subjek dalam penelitian ini sebanyak 37 Ibu hamil yang ada di wilayah

kerja Puskesmas Mojolaban Kabupaten Sukoharjo. Variabel yang diteliti

adalah pengetahuan gizi ibu hamil, frekuensi ANC dan kepatuhan ibu hamil

dalam mengkonsumsi tablet Fe.Subjek yang terlibat pada penelitian ini adalah

ibu hamil yang aktif datang ke Puskesmas Mojolaban, hasil pengumpulan data

karakteristik subjek penelitian dapat dilihat pada tabel 4.1 dan tabel 4.2.
1. Usia
Karakteristik subjek berdasarkan usia, yaitu rentan usia 20-35 tahun,

rentan usia ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Mojolaban adalah usia

1
2

produktif. Berdasarkan tabel.. usia ibu hamil dibawah 20 tahun sebanyak

empat orang, memiliki presentase 10,81%. Ibu hamil yang derusia produktif

yaitu usia 20-35 tahun sebanyak 26 orang dengan presentase 70,72%.

Usia ibu hamil lebih dari 35 tahun sebnyak tujuh orang dengan presentase

18,92%. Kehamilan pada usia lebih dari 35 tahun beresiko karena terkait

dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta rentan terkena

penyakit (Wibowo dan Basuki, 2006). Menurut Sarwono (2008) usia aman

untuk kehamilan dan persalinan adalah usia 20-30 tahun,, karena

melahirkan dibawah usia 20 tahun dan di atas 30 tahun resiko mengalami

kematian maternal pada ibu hamil dan meningkat kembali setelah usia 35

tahun. Kehamilan dibawah usia 20 tahun mempunyai resiko sering

mengalami anemia, gangguan tumbuh kembang janin, BBLR dan

preeklamsi (Manuaba, 2007). Resiko keguguran janin dapat terjadi ketika

usia ibu hamil lebih dari 30 tahun semakin tipis cadangan sel telur, indung

telur juga semakin kurang peka terhadap rangsangan gonadotropin.


Tabel 8
Distribusi Subjek menurut Usia

Jumlah Presentase
Variable Kategori
(n) (%)
Usia <20 tahun 4 10,81%
20-35 tahun 26 70,27%
>35 tahun 7 18,92%
Jumlah 37 100%

2. Pendidikan
Berdasarkan tabel karakteristik subjek penelitian adalah yang telah lulus

sekolah dasar dan lulus sekolah menengah. Sebagian besar subjek

penelitian adalah lulusan sekolah menengah sebanyak 75,68 %.

Pendidikan dasar merupakan pendidikan yang ditempuh selama enam

tahun di bangku SD dan tiga tahun di bangku SMP, dimana dalam


3

pendidikan pendidikan dasar diberikan ketrampilan dan pengetahuan,

serta menumbuhkan sikap dasar yang diperlukan dalam masyarakat.

Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah menerima

informasi, sehingga pengetahuan pendidikan yang dimiliki semakin tinggi

begitu juga sebaliknya. Pendidikan yang kurang menghambat

perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru

diperkenalkan (Notoatmodjo, 2005).


Tabel 9
Distribusi Subjek menurut Pedidikan

Jumlah Presentase
Variable Kategori
(n) (%)
Dasar 9 24,32%
Pendidikan
Menengah 28 75,68%
Jumlah 37 100%

C. FREKUENSI ANC
Frekuensi ANC dibagi menjadi dua kategori yaitu rutin dan tidak rutin. Data

frekuensi ANC dapat dilihat pada tabel 10


Tabel 10
Frekuensi Antenatal Care (ANC)

Jumlah Presentase
Frekuensi ANC
(n) (%)
Rutin 21 56,78%
Tidak Rutin 16 43,2%
Jumlah 37 100%

Usia kehamilan yang diteliti adalah usia kehamilan trimester III karena

jumlah ibu hamil trimester III lebih banyak dibandingkan dengan usia

kehamilan trimester II. Jumlah ibu hamil yang rutin memeriksakan

kandungannya sebanyak 21 orang dengan presentase 56,78% sedangkan ibu

hamil yang tidak rutin memeriksakan kandungannya sebanyak 16 ibu hamil

dengan presentase 43,2%. Pengambilan data frekuensi ANC menggunakan

data sekunder yaitu Buku KIA. Berdasarkan hasil wawancara alasan ibu tidak
4

rutin memriksakan kandungannya karena ibu hamil lupa membawa buku KIA

sehingga petugas kesehatan tidak mencatatnya dibuku KIA. Pemeriksaan

ANC pada ibu hamil yaitu minimal satu kali pada trimester I, minimal satu kali

pada trimester II dan minimal dua kali pada trimester III (Depkes RI, 2010) .

D. PENGETAHUAN GIZI IBU HAMIL


Pengetahuan gizi ibu hamil dikategorikan mejadi dua kategori, yaitu

pegetahuan gizi baik dan tidak baik. Hasil pengukuran pengetahuan gizi ibu

hamil dapat dilihat pada tabel 11.


Tabel 11
Pengetahuan Gizi pada Ibu Hamil

Jumlah Presentase
Pengetahuan Gizi
(n) (%)
Baik 16 43,2%
Tidak Baik 21 56,8%
Jumlah 37 100

Berdasrkan hasil penelitian yang dilakukan dengan 37 responden ibu

hamil, dapat diketahui bahwa hanya 16 ibu hamil yang memiliki pengetahuan

baik sebanyak 43,2%. Presentase ibu hamil yang memiliki tingkat

pengetahuan tidak baik justru tinggi yaitu 56,8% yaitu sebanyak 21 ibu hamil

dari 37 ibu hamil. Hal ini dikarenakan karena kurangnya ibu hamil

mendapatkan pengetahuan gizi selama kehamilan. Petugas kesehatan

Puskesmas Mojolaban sering mengadakan kelas ibu hamil, namun ketika

kelas berlangsung hanya beberapa ibu hamil yang datang mengikuti kelas ibu

hamil. Kelas ibu hamil bertujuan memberikan pemeriksaan kehamilan serta

memberikan informasi terkait kehamilan dan persalinan. Sumber informasi

mempengaruhi pengetahuan baik dari seseorang maupun media, dan

kaitanyya dengan kelompok manusia memberikan kemungkinan untuk


5

dipengaruhi dan mempengaruhi anggota-anggota kelompok lain

(Notoatmodjo, 2007).

E. KEPATUHAN IBU HAMIL


Katogori kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi dibagi menjadi

dua kategori yaitu patuh dan tidak patuh. Hasil penelitian kepatuhan ibu hamil

dalam mengkonsumsi tablet besi dapat dilihat pada tabel 12


Tabel 12
Kepatuhan Ibu Hamil

Jumlah Presentase
Kategori
(n) (%)
Patuh 25 67,6%
Tidak Patuh 12 32,4%
Jumlah 37 100

Hasil penelitian kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi

diperoleh hasil sebanyak 25 ibu hamil patuh mengkonsumsi tablet besi

dengan presentase 67,6%. Ibu hamil yang tidak patuh mengkonsumsi tablet fe

yaitu sebanyak 12 ibu hamil dengan presentase 32,4 %. Definisi kepatuhan

dalam mengkonsumsi tablet Fe adalah ketaatan ibu hamil dalam

melaksanakan anjuran yang diberikan oleh Bidan atau tenaga kesehatan

untuk mengkonsomsi tablet Fe. Kepatuhan diartikan sebagai sejauh mana

perilaku seseorang sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional

kesehatan (Notoatmodjo, 2007). Menurut Never dalam Wipayani (2008)

kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi dipengaruhi oleh

pengetahuan, tingkat pendidikan dan pemeriksaan ANC. Beberapa ibu hamil

berasalan mual, dan muntah saat mekonsumsi tablet besi. Sebagian ibu hamil

berasalan lupa mengkonsumsi tablet besi.


6

F. HUBUNGAN FREKUENSI ANC DENGAN KEPATUHAN

MENGKONSUMSI TABLET BESI


Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan

kepada ibu selama masa kehamilannya (Depkes RI, 2010). Frekuensi ANC

(antenatal) adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh Bidan atau Dokter sedini

mungkin semenjak ibu merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan

antenatal (Prawiroharjo, 2008). Hubungan frekuensi ANC dengan kepatuhan

mengkonsumsi tablet besi dapat dilihat pada tabel 13


Tabel 13
Hubungan Frekuensi Anc Dengan Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Besi

Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet


Frekuensi Besi Jumlah p*
ANC Patuh Tidak Patuh Value
N % N % N %
Rutin 19 76% 2 16.7% 21 56.8%
Kurang 0.01
6 24% 10 83.3% 16 43.2%
Rutin
*Chi-square

Data penelitian diatas diperoleh hasil penelitian menunjukkan nilai

Frekuensi ANC dengan Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Besi bermakna ρ =

0,01 secara keseluruhan menunjukkan hasil < 0.05, maka Ha diterima yang

berarti menunjukkan bahwa adanya hubungan antara frekuensi ANC dengan

kepatuhan mengkonsumsi tablet besi. Ibu hamil yang rutin melakukan ANC

cenderung patuh mengkonsumsi tablet besi.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian pada ibu hamil di Puskesmas Ranomuut
menunjukkan bahwa antenatal care responden dimana sebagian besar
responden antenatal care sering yaitu sebanyak 39 responden dengan
persentase 84,8% dan responden memiliki antenatal care jarang yaitu sebanyak
7 responden dengan persentase 15,2%. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
telah dilaksanakan pada ibu hamil di pesisir Tallo Kota Makasar tentang
gambaran antenatal care dan status gizi ibu hamil yang menunjukkan bahwa
sebagian besar responden melakukan kunjungan antenatal care sebesar 66,45%
(Maharani dkk, 2013). Dalam penelitian Dewi dan Musfiroh (2013) yang telah
dilaksanakan pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Imogiri Bantul yang
7

menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki kunjungan antenatal


care yang cukup ≥ 4kali yaitu 87%. Hal ini juga sejalan dengan penelitian
Ompusunggu, dkk (2013) yang telah dilaksanakan di Puskesmas Bahu
Kecamatan Malalayang Kota Manado pada ibu hamil yang menunjukkan bahwa
sebagian besar 62% responden yang rutin melakukan pemeriksaan kehamilan ke
pelayanan kesehatan selama hamil. Hasil penelitian pada ibu hamil di
Puskesmas Ranomuut menunjukkan bahwa konsumsi tablet Fe taat yaitu
sebanyak 23 responden dengan persentase 50% dan tidak taat sebanyak 23
responden dengan persentase 50%. Hal ini berbeda dengan penelitian yang
telah dilaksanakan pada ibu di Desa Bukit tinggi tentang hubungan konsumsi
tablet Fe dan pemeriksaan hemoglobin terhadap perdarahan persalinan
menunjukkan bahwa sebagian besar responden taat mengkonsumsi tablet Fe
yaitu sebesar 86,7% dan tidak taat konsumsi tablet Fe yaitu sebesar 13,3%
(Afriyanti, 2012). Hal ini juga berbeda dengan penelitian yang dilaksanakan di
Desa Sokarja Tengah Kecamatan Sokarja Kabupaten Banyumas terhadap
anjuran tenaga kesehatan untuk selalu mengkonsumsi tablet besi selama
kehamilan sangat baik (Ramawati, dkk 2008).

Menurut Soekanto (2001) mengemukakan bahwa pengalaman

merupakan sumber pengetahuan juga merupakan satu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan. Dengan adanya informasi dari petugas

keseatan, ibu hamil tahu atau mengerti bahwa saat kehamilan terjadi berbagai

peubahan, sehinga dapat menjadi masalah atau komplikasisetiap saat.

Karena itu melalui pelayanan kesehatan atau antenatal care yang dilakukan

oleh ibu hamil dapat memonital dan mendukung kesehatan dan mendeteksi

ibu hamil (Pusdiknakes, 2003).

Antenatal care (ANC) adalah suatu program yang terencana berupa

observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh

suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan

(Handaya, 2005). Sehingga kunjungan ANC sangat penting bagi ibu hamil

untuk keselamatan dirinya juga anak dalam kandungan. Frekuensi ANC

adalah minimal empat kali selama kehamilan, dngan ketentuan waktu yaitu
8

minimal satu kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua dan

dua kali pada trimester ketiga (Sudarti & Fauziah, 2010).

G. HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI IBU HAMIL DENGAN KEPATUHAN

IBU HAMIL MENGKONSUMSI TABLET BESI


Hasil penelitian hubungan pengetahuan gizi ibu hamil dengan kepatuhan

mengkonsumsi tablet besi dapat dilihat pada tabel 14.


Tabel 14 .
Hubungan Pengetahuan Gizi Ibu Hamil Dengan Kepatuhan Ibu Hamil
Mengkonsumsi Tablet Besi

Kepatuhan Mengkonsumsi
Pengetahuan Tablet Besi Jumlah p*
Gizi Patuh Tidak Patuh Value
N % N % N %
Baik 15 60 1 8,3 16 43,2 P=0,00
Tidak Baik 10 40 11 91,7 21 56,8 3
*chi-square

Berdasarkan hasil pengujian data dengan uji statistik chi-square didapat

nilai p=0,003 yang berarti ada hubungan antara pengetahuan gizi ibu hamil

dengan kepatuhan mengkonsumsi tablet besi. Ibu hamil yang memiliki

pengetahuan tidak baik cenderung tidak patuh dalam mengkonsumsi tablet

besi ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Subarda (2002) yang

menyatakan bahwa ibu hamil yang memiliki pengetahuan gizi yang rendah

akan cenderung tidak patuh dalam mengkonsumsi tablet besi. Hasil penelitian

yang dilakukan pada 37 ibu hamil menunjukan bahwa ada hubungan antara

pengetahuan gizi dengan kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet

besi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Manda (2012)

yang dilakukan di Puskesmas Tanah Garam Solok yaitu didapat nilai p =

(0,0005) < p(0,05) berarti terdapat hubungan pengetahuan dengan kepatuhan

mengkonsumsi tablet besi. Hasil penelitian ini senada dengan penelitian yang
9

dilakukan Budi Ismanto (2012) yang dilakukan dengan hasil uji bivariat chi-

square untuk mengetahui pengetahuan tentang defisiensi besi ibu hamil

anemia dengan kepatuhan mengkonsumsi tablet besi di Puskesmas

Karangdowo Klaten menunjukan hubungan yang signifikan yaitu dengan nilai

p = 0,001 (p< 0,05) berarti semakin baik pengetahuan ibu hamil tentang

anemia defisiensi besi maka semakin patuh dalam mengkonsumsi tablet besi.

Pengetahuan dapat diperoleh oleh pengalaman langsung atau dari pengalaman


orang lain yang disampaikan kepada seseorang baik melalui penyuluhan atau
melalui media. Cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan gizi
ibu hamil yaitu dengan cara penyuluhan, pelatihan dan seminar yang dilakukan
oleh petugas kesehatan di Puskesmas, sehingga bisa meningkatkan kepatuhan
dalam mengkonsumsi tablet besi.

Tingkat pengetahuan berhubungan dengan kepatuhan, karena

pengetahuan merupakan faktor penting terbentuknya sikap dan perilaku

seseorang. Berdasarkan pengalaman dan penelitian terbukti bahwa sikap dan

perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih terarah dari sikap dan

perilaku yang tidak didasari pengetahuan (Notoatmodjo, 2005). Menurut

Suhardjo (2002) pengetahuan berhubungan dengan kepatuhan karena

pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

perilaku. Pengetahuan ibu hamil yang diperoleh melalui pengindraan terhadap

informasi kesehatan selama masa kehamilan akan mempengaruhi perilaku

ibu hamil dalam menjaga kesehatannya.


Tingkat pengetahuan seseorang yang baik tentang tablet besi akan

berpengaruh terhadap perilaku dalam memilih makanan yang mengandung

zat besi. Penelitian yang dilakukan oleh Sri (2006) di Bantul menyebutkan

bahwa ibu hamil yang memiliki pengetahuan anemia yang cukup baik belum

dapat mendorong ibu hamil untuk lebih patuh mengkonsumsi tablet besi, akan

tetapi terdapat kecenderungan bahwa sebagian besar ibu hamil yang patuh
10

memiliki pengetahuan yang baik. Cara meningkatkan kepatuhan yaitu dengan

melalui perilaku sehat dan pengontrolan perilaku dengan faktor kognitif,

dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari anggota keluaga,

teman, waktu dan uang merupkan faktor penting dalam progam medis, dan

dukungan dari profesional kesehatan.


Ibu hamil perlu mengkonsumsi talet Fe selama kehamilan, karena

kebutuhan zat besi ibu hamil meningkat selama kehamilan. Tablet Fe adalah

garam besi dalam bentuk tablet / kapsul yang apabila dikonsumsi secara

teratur dapat meningkatkan jumlah sel darah merah. Wanita hamil mengalami

pengenceran sel darah merah, sehingga memerlukan tambahan zat besi

untuk meningkakan jumlah sel darah merah dan untuk sel darah merah janin

(Rasmaliah, 2004)

Anda mungkin juga menyukai