Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH TOKSIKOLOGI

PEMAJANAN RACUN-RACUN YANG UMUM DI SEKITAR


KITA
Dosen Pengajar : Rahayu Winarni, S.Pd., M. Pd.

Disusun oleh :
Kelompok I

Aceng Sanjaya (P23133116001)


Azhaar Darin Mardhiyah (P23133116004)
Manna Vittauly (P23133116020)
Maudy Cahya Utami (P23133116022)
Nabila Dwi Putranti (P23133116025)
Nur Aini Utami (P23133116029)
Rafi Fadlurrahman P (P23133116031)

TINGKAT II D-IV JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN JAKARTA II
2017
JALAN MASUK DAN TEMPAT PAPARAN BAHAN TOKSIK
Jalan masuk agen toksik ke dalam tubuh umumnya melalui saluran gastrointestinal
(tertelan), paru-paru (terhirup dan kulit. Selain itu ada juga jalan masuk yang cukup relative
yaitu melalui intramuscular, intradermak, dan subcutaneous. Jalan masuk yang berbeda ini
mempengaruhi toksisitas dari bahan kimia. Jalan masuk paparan yang bersumber dari industri
umumnya melalui kulit atau terhirup sedangkan kejadian keracunan umumnya melalui kulit atau
terhirup sedangkan kejadian keracunan umumnya tertelan (ingestion).
Perbandingan dosis lethai suatu agen dan perbedaan jalan masuk dari paparan sangat
bermanfaat berkaitan dengan absorpsinya.suatu agen apabila diberikan dengan dosis yang sama
tetapi cara masuknya berbeda, misalnya yang satu melalui intravernia sedangkan yang lain
melaui ora, maka dapat diasumsikan bahwa agen tersebut terabsorpsinya dengan cepat.
Sebaliknya bila dosis yang diberikan berbeda maka dapat diansumsikan absorpsinya berbeda
pula, misalnya suatu agen yang satu masuk melalui kulit dengan dosis lebih tinggi sedangkan
yang satu melalui mulut dengan dosis lebih rendah.
Hal tersebut dapat diansumsikan bahwa kulit lebih tahan terhadap racun sehingga suatu
agen untuk dapat diabsorpsi melalui kulit memerlukan dosis tinggi.
DURASI DAN FREKUENSI PAPARAN
Ahli toksikologi membagi paparan akibat bahan kimia pada hewan menjadi 4 kategori:
akut, subakut, subkronis, dan kronis. Dikatakan paparan akut bila paparan terjadi kurang dari 24
jam dan jalan masuknya dapat melalui intravena, injeksi subcutaneous. Paparan subakut terjadi
apabila paparan terulang untuk waktu satu bulan atau kurang,paparan subkronis terjadi bila
terulang satu sampai tiga bulan, dan paparan kronis bila terulang lebih dari 3 bulan.
Pada beberapa agen,efek toksik yang timbul dari paparan tunggal sangat berbeda bila
dibandingkan efek toksik yang dihasilkan oleh paparan ulangannya, misalnya benzene pada
paparan tunggal akan merusak sistem saraf pusat sedangkan paparan ulangannya dapat
menyebabkan leukemia.
Faktor waktu lainnya yang penting berkaitan dengan karakteristik waktu dari paparan
adalah frekuensi pemberian. Penurunan dosis akan mengurangi fek yang timbul, misalnya suatu
substansi diberikan beberapa jam atau beberapa hari dengan dosis penuh akan menghasilkan
beberapa efek, tetapi menurun setengahnya terlebih lagi bila dosis yang diberikan hanya
sepersepuluhnya maka tidak akan menimbulkan efek. Efek toksik yang timbul tidak hanya
bergantung pada frekuensi pemberian dengan dosis berbeda saja tetapi mungkin juga bergantung
pada durasi paparannya. Efek kronis dapat terjadi bila bahan kimia terakumulasi dalam sistem
biologi, efek toksik yang dihasilkan bersifat irreversible dapat terjadi karena sistem tidak
mempunyai cukup waktu untuk pulih akibat bahan toksik.

ALIRAN TOKSIKAN DALAM TUBUH DAN LINGKUNGAN


Sebelum bahan toksikan masuk ke dalam makhluk hidup, terlebih dahulu perlu diketahui
bagaimana nasib dan aliran bahan toksikan tersebut dalam lingkungan. Bahan kimia yang toksik
dapat dapat dihasilkan oleh suatu kegiatan termasuk industri. Bahan toksik tersebut dapat
digunakan namun dalam jumlah terbatas serta dilakukan recycling untuk merubah yang bersifat
toksik menjadi nontoksik. Sebagian bahan kimia (toksikan) tersebut dengan pola emisi akan
masuk ke dalam lingkungan. Selanjutnya toksikan masuk ke dalam tanah, ke air bawah tanah,
samudra dan terbenam didalamnya. Pada waktu toksikan masuk ke air dan samudera, maka
toksikan tersebut akan masuk ke dalam biota air lainnya. Bahan toksik yang sudah berada di air
tanah akan masuk ke dalam tanaman dan akan masuk ke dalam tropospher, akhirnya dengan
proses tertentu akan sampai pada manusia dan makhluk hidup lainnya.

 Aliran Toksikan dalam Lingkungan


Berdasarkan gaya thermodynamics maka pergeseran toksikan dapat digambarkan seperti
di bawah ini.

 Aliran Toksikan dalam Tubuh


Setelah mengalami perjalanan panjang dalam lingkungan maka toksikan akhirnya secara umum
akan masuk ke dalam tubuh manusia melalui jalur pencernaan (ingestion)., pernapasan
(inhalation), dan kontak dengan kulit (dermal). Namun secara khusus dengan rekayasa manusia
sendiri, toksikan dapat pula masuk kedalam tubuh dengan jalan intravenous, intrapertoneal,
subcuntaneous, dan intramuscular.
Secara garis besar proses perjalanan toksikan dapar diperiksa pada gambar di bawah ini:
Gambar 3.2 Rute pada proses absorpsi, distribusi, dan ekskresi toksikan dalam tubuh
Sumber : Casarett and Doull’s. Toxicology. The Basic Science of Poisons. 1966

Secara umum komponen bahan kimia (toksikan) akan didistribusi ke dalam beberapa
komparteman termasuk di distribusi ke dalam air, udara, tanah dan ke dalam biota. Proses
distribusi tersebut seperti tergambar di bawah ini :

S = saturated waer solubility


P = vapor pressure
KOW = octanol water partition coefficient (conc in octanol/conc in water)
BCF = bioconcentration factor (conc in organism/conc in medium)
H = Henry’s law constant (conc in air/conc in water)
Kd = soil sorption coefficient (conc soil/conc in water)
Koc = soil sorption coefficient expressed on an organic carbon basis
Gambar 3.3 Kondisi fisik dan distribusi bahan kimia dalam lingkungan
Sumber: Toksikologi. Lingkungan. Kursus Pengolahan Limbah Berbahaya Kerja
sama
BAPEDAL PROV JAWA TIMUR dengan AusAid.

PERJALANAN BAHAN KIMIA (XENOBIOTIK/TOKSIKAN) DALAM


LINGKUNGAN
Suatu bahan yang bersifat toksik (xenobiotic/toksikan) dapat ditinjau dari beberapa hal,
yaitu terjadinya toksikan tersebut, pemakaian, selektivitas, dan aplikasi bahan
toksikan/xenobiotic.
Adanya bahan toksikan tersebut sangat erat hubungannya dengan paparan,dosis,efek
biologis toksikan terhadap organisme dan apa yang terjadi/menimpa bahan toksik tersebut dalam
organisme. Ada empat proses yang dialami oleh bahan toksikan dalam suatu organisme, yaitu,
absorption, distribution, metabolism, dan excretion. Dengan adanya empat proses tersebut, maka
timbul pertanyaan: berapa banyak toksikan tersebut dapat mnimbulkan efek negative dan
bagaimana mekanisme terjadinya. Untuk menjawab kedua pertanyaan tersebut maka harus
diketahui perihal toksikan, sistem biologi dan interaksi antara keduanya.
Dibawah ini akan ditunjukan perjalanan toksikan mulai masuknya kedalam kompartemen
lingkungan, terus mengalami proses transfer dan akhirnya mengalami proses transformasi.

Gambar 3.4 Aliran dan proses yang dialami bahan toksikan dalam lingkungan
Sumber: Toksikologi Lingkungan. Kursus Pengelolaan Limbah Berbahaya Kerja sama
BAPEDAL PROV JAWA TIMUR dengan AusAid. 1998
ABSORPSI TOKSIKAN
Absopsi merupakan perpindahan xenobiotic dari luar organisme menuju ke aliran darah dari
organisme. Umunya mengikuti proses pemaparan dan menunjukan dosis zat xenobiotic yang
diterima oleh organisme. Proses absopsi toksikan dalam tubuh dapat melalu saluran pencernaan,
saluran pernapasan (paru) dan kulit. Namun aturan jalur khusus seperti injeksi intraperitoneal,
intramuskuler, dan subkutan, sering digunakan dalam studi toksikologi.
Absorpsi Toksikan pada Saluran Pencernaan Makanan
Saluran pencernaan makanan merupakan salah satu jalur penting dari absorpsi toksikan.
Banyak toksikan lingkungan masuk melalui rantai makanan dan diserap melalui saluran
pencernaan. Proses absorpsi tersebut tidak menimbulkan efek toksik kecuali jika diserap oelh
tubuh. Lambung merupakan tempat penyerapan yang baik untuk asam lemak dengan bentuk
non-ion yang larut dalam lemak. Untuk basa lemah yang mengion dan tidak larut dalam lemak
tidak mudah diserap oleh lambung, pada umumnya diserap oleh usus. Sebaliknya untuk basa
organic lebih banyak diserap usus daripada di lambung.
Usus Kecil (intestin)
Alasan mengaoa usus kecil (intestin) merupakan organ pentig dalam proses penyerapan,
adalah :
1. Banyak fili (bulu sepanjang intestin sebagai alat penyerap)
2. Pertukaran dengan darah berlangsung baik
3. Mempunyai lapisan sel tipis (sebagai barier) dengan tebal satu lapis sel
4. Melibatkan asam empedu

ABSORPSI TOKSIKAN PADA PARU


Toksikan yang diabsropsi di paru, biasanya berupara gas : CO, NO 2, SO2, uap benzene,
uap karbon tetraklorida dan aerosol. Proses penimbunan aerosol ditentukan oleh ukuran
partikelnya.
Absorpsi gas CO oleh paru sering menyebabkan kematian. Demikian pula di tempat kerja
penyebab kesakitan yang penting adalah absropsi dan deposisi partikel bahan silikon oleh paru
yang menyebabkan penyakit silikosis.
Partikel dengan penampang 5 µm (mikron meter) akan dideposit pada regio
nasofaringeal. Partikel tersebut akan melekat pada silia hidung bagian belakang dan dapat
dikeluarkan melalui proses bersin. Partikel tersebut selanjutnya akan masuk ke dalam faring dan
melekat pada selaput lendir dengan bantuan epitel akan masuk ke dalam darah.
Partikel dengan penampang 2 sampai 5 µm di deposit pada regio trakeaobronkiolar yang
secara fisiologis dibersihkan dengan gerakan silia pada selaput lendir trakeobronkiolar. Nasib
partikel seagian akan dikeluarkan dengan proses batuk atay bersin dan sebagian lagi tertelan
diabsorpsi oleh tarktus gastrointestinal.
Partikel dengan penampang 1 µm atau yang lebih kecil akan mengalami penestrasi pada
sacus alveolaris yang sebagian dari partikel akan mengalami pembersihan oleh macrophage dan
sebagaian lainnya akan diabsropsi dalam darah.
Zona alveolar merupakan bagian dalam paru dengan permukaan seluas 50 sampai 100
m2. Gas pada alveoli hampir selalu menyatu dengan aliran darah yang tergantung pada kelarutan
gas tersebt. Gas chloroform mempunyai kelarutan yang tinggi sedangkan gas ethylene
mempunyai kelarutan yang rendah dalam darah.

S
D A
A Nasofaringeal L
U
R R
Trakeobronkiolar A
A N
H P
E
Alveolar N
C
E
Getah Bening R
N
A
A
N

Gambar : Diagram absropsi dan translokasi bahan kimia dalam paru


ABSORPSI TOKSIKAN PADA KULIT
Absorpsi toksikan oleh kulit relatif kurang baik/impermeable dan merupakan pelindung
yang baik untuk mempertahankan fungsi kulit manusia dari pengaruh lingkungan Zat kimia
dalam jumlah yang cukup besar apabila diserap oleh kulit dapat menimbulkan efek sistematik.
Kulit merupakan bagian tubuh yang dirancang untuk mencegah penyerapan supaya tidak
mudah terkena keracunan. Kerja kulit sebagai barier sangat efektif karena beberapa faktor
sebagai berikut :
1. Area permukaannya terbatas
2. Terdiri atas beberapa lapisan sel yang cukup tebal
3. Stratum corneum adalah pemisahyang berbeda antara lapisan keratin dengan sel kering
yang terbungkus rapat bahan lipofilik dan dapat berpindah karena sifat yang dimilikinya.
Kulit tidak dapat melakuakn pertukaran zat dengan darah. Perpindahan bahan dari luar lapisan
yang terserap ke dalam sistem (vaskuler) sangat lambat hal tersebut karena luas pori hanya
sekitar . Jika penyerapan secara perlahan makan kulit berperan penting dalam efek lolos
pertama (first pass effect). Hal ini berarti ada transformmasi biologis zat toksik dalam epidemis,
meskipun aktivitasnya hanya 2-6% dari kegiatan yang dilakukan liver.

Kulit seorang lelaki adalah sekitar 18.000 cm 2 atau sekitar 10% dari berat tubuh. Pestisida
organofosfat diserap melalui kulit oleh pekerja kebun. Klorofenol ditemukan dalam hewan liar
dan banyak solven industri yang diserap oleh semua spesies. Bahan kimia deterjen dapat
meningkatkan penetrasi bahan toksik sedangkan ester dan alkohol rantai panjang dapat
menurunkan penetrasi zat toksik ke dalam kulit.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES PENGAMBILAN (UPTAKE)
Pada umumnya xenobiotik berpindah dengan transport pasif yang dikendalikan oleh
perbedaan konsentrasi dan tidak memerlukan enersi (kondisi lebih pekat/kadar lebih besar di
dalam daripada di luar). Proses difusi dijelaskan dengan hukum Ficks seperti di bawah ini :

Hukum Ficks

ID = laju difusi
K = konstanta difusi
A = area
C2-C1 = perbedaan konsentrasi
D = ketebalan membran

TRANSPORT AKTIF
Beberapa xenobiotik terserap dengan menggunakan protein pembawa yang tertanam
dalam struktur membran yang berlaku sebagai kendaraan pengangkut. Hal ini disebut transport
aktif dan memerlukan energi.
Sebagai contoh adalah transport aktif dari timbal (Pb) dalam GIT (gastrointestinal) ada
protein pengangkut untuk Ca++ yang juga digunakan oleh Pb karena kesamaan kimiawinya
dengan kalsium. Hal tersebut merupakan satu alasan toksisitas berbagai unsur, yaitu karena
kesamaannya dengan unsur esensial.

ABSORPSI ZAT TOKSIK/XENOBIOTIK/TOKSIKAN


1. Fase Absorbsi (masuknya zat xenobiotik)
Yang perlu ditinjau kembali secara singkat adalah morfologi membran atau lipid bilayer
(lipoprotei) dan molekul dapat melintasi lipid bilayer dengan cara difusi atau diangkut melintas
oleh protein pembawa. Untuk hewan, proses penyerapan zat toksik adalah pada saluran
pencernaan makanan (gastrointestinal). Usus merupakan bagian dari gastrointernal dimana
kebanyakan xenobiotik terserap. Lambung mengandung zat asam sehingga makanan yang
bersifat asam lemah akan mudah terserap secara mudah. Sehubungan dengan permukaan
lambung memilki area permukaan yag sempit makan penyerapan kurang efektif. Hal ini
merupakan satu alasan mengapa secara fisik isi lambung akan terpompa keluar setelah zat toksik
diserap. Selanjutnya zat toksik disalurkan ke dalam intestin dan diserap lebih ekstensif.

2. Model untuk Manusia


Laju penyerapan diperoleh dari hasil studi terhadap hewan seperti anjing, kera dan kelinci.
Ekstrapolasi data toksisitas dermal dari tikus dan kelinci terhadap manusia tidak dapat dipercaya,
terutama karena perbedaan dalam penyerapan. Kera terbukti sebagai model terbaik untu proses
penyerapan melalui kulit. Secara umum, diketahui bahwa kulit manusia kurang permiabel
dibanding kebanyakan hewan model. Sehingga paparan melalui kulit tidak begitu efektif.
Paru-paru merupakan organ yang dapat melakukan pertukaran bahan toksik secara baik.
Jarak dari sisi udara ke sisi darah sangat pendek dan area permukaan sangat luas (50-100 m2)
yang artinya sekitar 50 kali dibanding kulit dan selanjutnya proses penyerapan dapat segera
berlangsung.

3. Model untuk Tumbuhan


Secara umum proses penyerapan tumbuhan pada daun dan tumbuhan adalah sebagai berikut :
1. Zat toksik gas dan uap air masuk ke daun melalui stomata
2. Bahan lipofilik non-gas dapat masuk ke daun melalui kutikula
Akar merupakan jalur masuk utama masuknya logam berat ke dalam tanaman. Proses untuk
bahan organik dan anorganik untuk masuk melalui akar mirip proses daun.
4. Model untuk Binatang
Eksokutikula serangga memiliki pintu yang disebut sebagai lubang kanal (pore canal) yang
melintasi epidermis tempat masuknya xenobiotik ke dalam tubuh serangga. Ikan mempunyai
insang yang merupakan jalan masuk oksigen dan bahan toksik ke dalam tubuh ikan. Di dalam
insang terdapat banyak kapiler untuk memastikan penyerapan oksigen yang memadai, karena itu
bahan lipofilik dalam air sangat memungkinkan untuk masuk ke dalam tubuh ikan melalui
insang.
DISTRIBUSI TOKSIKAN
Kadar toksikan yang tergantung dalam darah tergantung pada cairan plasma, cairan
intertitial dan cairan intracelullar. Stelah toksikan memasuki darah akan didistribusi dengan cepat
ke seluruh tubuh. Laju distribusi akan menuju ke setiap organ di dalam tubuh.
Mudah tidaknya zat kimia melewati dinding kapiler dan membran sel dari suatu jaringan
sangat ditentukanoleh aliran darah ke organ tersebut.
BAGIAN TUBUH YANG BERHUBUNGAN DENGAN DISTRIBUSI TOKSIKAN
Protein Plasma
Protein plasma dapat mengikat senyawa asing dan beberapa komponen fisiologis normal
dalam tubuh. Peningkatan bahan kimia pada protein plasma mempunyai arti penting dlam
toksikologi karena beberapa reaksi racun dapat dihasilkan jika agen dipindahkan dari protein
plasma.
Liver Dan Ginjal
Organ liver dan ginjal tersebut memiliki kapasitas yang lebih tinggi dalam mengikat
bahan kimia, sehingga bahan kimia lebih banyak terkonsentrasi pada organ ini jika dibandingkan
dengan organ lainnya. Halini berhubungan dengan fungsi keda organ ini dalam mengeliminasi
toksikan dalam tubuh. Ginjal dan liver mempunyai kemampuan untuk mengeluarkan. Organ liver
cukup tinggi kapasitasnya dalam proses biotransformasi toksikan.
Lemak
Jaringan lemak merupakan tempat penyimpanan yang penting bagi zat yang larut dalam
lemak seperti chiordane, DDT, poly chiorinated biphenyl (PCB) , dan polybrominated biphenyl
(PBB). Zat ini disimpan dalam jaringan lemak dengan pelarut yang sederhana dalam lemak
netral. Lemak netral ini kira-kira 50% dari berat badan pada orang yang gemuk dan 20% dari
orang yang kurus.
Tosikan yang daya larutnya tingggi dalam lmak memungkinkan konsentrasinya rendah
dalam target organ, sehingga dapat dianggap sebagai mekanisme perlindungan. Toksisitas zat
tersebut pada orang yang gemuk menjadi lebih rendah jika dibanding dengan orang yang kurus.
Tulang
Tulang dapat berfungsi sebagai tempat penyimpananuntuk senyawa seperti flourida, Pb ,
dan strontilum. Untuk bebrapa toksikan, tulang merupakan tempat penyimpanan utama,
contohnya 90% dari Pb dalam tubuh ditentukan pada skeleton.Penyimpanan toksikan pada tulang
dapat atau tidak mengakibatkan kerusakan. Contoh : Pb tidak toksik pada tulang, tetapi
penyimpanan flouride dalam tulang menunjukan efek kronik .
DISTRIBUSI PERSEBARAN ZAT XENOBIOTIK
Pada Tubuh Manusia
Pada proses penyerapan dan distribusi bahan xenobiotik dalam tubuh manusia,
kemungkinan keberadaan bahan xenobiotik adalah sebagai berikut :
● Pada keracunan bahan neurotoksik , maka bahan racun tersebut akan menuju otak.
● Bahan toksik akan dapat ditimbun pada tubuh, misalnya terjadi akumulasi pada jaringan
lemak, otot, dan tulang.
● Metabolisme semua bahan toksik akan diproses dan dilakukan dalam liver.
● Setelah melalui proses di dalam tubuh sisanya akan dieksresi.
Pada Tanaman
◊ Jika zat toksik berada dalam xilem ; ada kecenderungan berpindah ke daun (berkaitan
dengan transpirasi)
◊ Untuk zat toksik dalam floem, setiap bahan dalam sistem ini cenderung terpindh ke ara
dimana pertumbuhan berlangsung cepat.
EFEKTIVITAS SEL SEBAGAI BARIOR
Ada beberapa pembatas pada tempat pertemuan (junction) antara sel . Jika junction sel
mengendur , mengakibatkan menjadi jalan yang mudah bagi zat toksik untuk memasuki sel atau
organ. Untuk barier antara darah dan otak, dihubungkan oleh sel endoteldan xenobiotik yang
bersifat Apotilik (mudah larut dalam lemak) akan dengan mudah melintasi sel endotelial dan
membentuk jaringan otak.
Bayi tidak memiliki ikatan yang kuat antar sel sehingga lebih sensitif terhadap zat toksik
dibandingkan pada orang dewasa. Walaupun plasenta memiliki barier yang erat, namunbahan
yang bersifat politik akan tetap dapat melintasinya.
INTERAKSI BAHAN TOKSIK DENGAN LINGKUNGAN
Interaksi bahan toksik dengan lingkungan melibatkan 3 faktor, yaitu faktor bahan toksik,
sistem biologi, dan interaksi antara bahan toksik dan sistem biologi.
Studi toksikologi menghubungkan mekanisme dari kerja toksikan yang terfokus pada
tingkat suborganisme, namun organisme secara individu tetap merupakan target utama. Ahli
ekotoksikoogi berpendapat bahwa kemunduran dari organisme secara individu adalah kurang
signifikan, karena target perhatian utama adalah populasi, masyarakat, dan ekosistem. Dari
perspektif ekotoksikologi suatu polutan adalah justifikasi primer pada basis ketertarikan dengan
dinamika populasi dan kensekuensi untuk agen yang selektif dan merupakan struktur ekosistem
dan fungsi.
Secara umum efek toksik polutan merupakan tanda kematian atau berpengaruh terhadap
efek fisiologi, morfologi, atau perilaku yang berpengaruh secara langsung dengan fungsi
organisme. Identifikasi efek bahan ekotoksik dari suatu polutan adalah cukup kompleks. Hal
tersebut secara alami dapat dikatakan bahwa efek poluatan merupakan mediasi dari faktor fisik
dan kimia dari lingkungan yang dapat meningkatkan dampak toksik secara langsung pada
organisme.
Polutan dapat pula mempunyai pengaruh terhadap habitat fisik dari organisme atau efek
terhadap kompetitor, predator, dan simbiosis.
Sebagai contoh adalah pengayaan nutrien merupakan masalah serius pada air tawar dan habitat
estuaria yang dapat menyebabkan kerusakan primer dan efek hipoksia serta perubahan komposisi
spesies. Efek lain dari pencemar adalah meningkatkan kepekaan organisme terhadap serangan
bakteri atau virus. Beberapa efek polutan dapat menyebabkan kesulitan untuk memprediksi suatu
ketertarikan yang kompleks dan interaksi nonlinier dengan sistem biologi, fisik, dan kimia.
Polutan dapat terbagi menjadi 2 golongan yaitu polutan yang mempunyai efek toksik
tidak langsung terhadap lingkungan fisik, lingkungan kimia dan lingkungan biologi. Dengan kata
lain beberapa polutan akan merusak struktur dan fungsi fisiologi termasuk molekuler atau
biokimia. Beberapa polutan diduga menghambat efek langsung (toksik) dan tidak langsung
(ekologi). Menurut moriarty, definisi ekotoksikologi adalah ruang studi yang mengintegrasikan
efek ekologi dan toksikologi polutan kimia pada populasi, masyarakat, dan ekosistem dalam
proses transportasi, tansformasi, dan pemecahan polutan di lingkungan.
Isu cukup penting dalam ekotoksikologi adalah bahan toksik DDT dan metil merkuri
yang berada di lingkungan dapat masuk ke dalam tubuh manusia dan menyebabkan gangguan
kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA
Mukono. Toksikologi Lingkungan. 2005. Sursbaya: Airlangga University Press

Anda mungkin juga menyukai