Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH TEORI ORGANISASI

KONSEP DAN SEJARAH TEORI ORGANISASI

KELOMPOK 1

SYAUQI AL FAYED 17042275

UMMI KALSUM 17042259

ZAMI AZURA 17042272

JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Definisi sederhana dari organisasi adalah suatu kelompok orang yang


mempunyai tujuan yang sama. Tujuan merupakan hasil yang berupa barang,
jasa, uang, pengetahuan dan lain-lain. Tujuan disini dapat di definisikan sebagai
output, dan untuk menjadi output di perlukan input. Input dapat berupa raw
material, sumber daya manusia, uang, informasi dan lain-lain. Sistem sendiri
dapat didefinisikan sebagai suatu kesatuan yang terdiri komponen atau elemen
yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau
energi. Di dalam organisasi terjadi konversi dari input menjadi output dan
diperlukan banyak proses yang saling berhubungan dari fungsi-fungsi struktural
yang ada sebagai contoh RND, Produksi, Accounting, Marketing, IT dan lain -
lain. Proses berjalan sampai menjadi output dan akan di dapat data yang di
hasilkan selama berjalan. Diharapkan data dapat diolah menjadi informasi dan di
kembalikan ke setiap fungsi departemen dimana akan di gunakan untuk
mengukur kinerja, kontrol dan untuk pendukung dari pengambilan keputusan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.

I. PENGERTIAN TEORI

Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang
saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai
fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan menentukan
hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah.
Labovitz dan Hagedorn mendefinisikan teori sebagai ide pemikiran “pemikiran
teoritis” yang mereka definisikan sebagai “menentukan” bagaimana dan
mengapa variable-variabel dan pernyataan hubungan dapat saling berhubungan.

Berikut ini adalah definisi dan pengertian teori menurut ahli :


1. LITTLEJOHN & KAREN FOSS
Teori merupakan sebuah sistem konsep yang abstrak dan hubungan-
hubungan konsep tersebut yang membantu kita untuk memahami sebuah
fenomena.
2. CALVIN S. HALL & GARDNER LINZEY
Teori adalah hipotesis (dugaan sementara) yang belum terbukti atau
spekulasi tentang kenyataan yang belum diketahui secara pasti.
3. KING
Teori adalah sekumpulan konsep yang ketika dijelaskan memiliki
hubungan dan dapat diamati dalam dunia nyata.
4. MANNING
Teori adalah seperangkat asumsi dan kesimpulan logis yang mengaitkan
seperangkat variabel satu sama lain. Teori akan menghasilkan ramalan-
ramalan yang dapat dibandingkan dengan pola-pola yang diamati.
II. PENGERTIAN ORGANISASI
Organisasi adalah penyusunan dan pengaturan bagian-bagian hingga
menjadi suatu kesatuan; sususan dan aturan dari berbagai bagian sehingga
merupakan kesatuan yang teratur; gabungan kerja sama (untuk mencapai tujuan
tertentu).

Pengertian Organisasi :
1. Organisasi adalah susunan dan aturan dari berbagai-bagai bagian (orang
dsb) sehingga merupakan kesatuan yang teratur. (W.J.S. Poerwadarminta,
Kamus Umum Bahasa Indonesia).
2. Organisasi adalah sistem sosial yang memiliki identitas kolektif yang
tegas, daftar anggota yang terperinci, program kegiatan yang jelas, dan
prosedur pergantian anggota. (Janu Murdiyamoko dan Citra Handayani,
Sosiologi untuk SMU Kelas I).

Menurut para ahli terdapat beberapa pengertian organisasi sebagai berikut :


1. Chester I. Bernard berpendapat bahwa organisasi adalah merupakan
suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.
2. Stephen P. Robbins menyatakan bahwa Organisasi adalah kesatuan
(entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan
yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus
menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.

III. TEORI ORGANISASI


Teori organisasi Muncul pada abad 19 di latar belakangi oleh Revolusi
Inggris dan lahirnya perusahaan raksasa di Amerika Serikat.
Teori organisasi adalah studi tentang bagaimana organisasi menjalankan
fungsinya dan bagaimana mereka mempengaruhi dan dipengaruhi oleh orang-
orang yang bekerja di dalamnya ataupun masyarakat di lingkup kerja mereka.
Menurut Lubis dan Husaini (1987) bahwa teori organisasi adalah
sekumpulan ilmu pengetahuan yang membicaraan mekanisme kerjasama dua
orang atau lebih secara sistematis untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Teori organisasi merupakan sebuah teori untuk mempelajari kerjasama pada
setiap individu. Hakekat kelompok dalam individu untuk mencapai tujuan
beserta cara-cara yang ditempuh dengan menggunakan teori yang dapat
menerangkan tingkah laku, terutama motivasi, individu dalam proses kerjasama.

IV. Prinsip-Prinsip Organisasi


Menurut (Manullang, 1994) agar suatu organisasi dapat berjalan dengan
baik atau dalam rangka membentuk suatu oganisasi yang baik atau dalam usaha
organisasi perlu kita perhatikan beberapa prinsip-prinsip organisasi sebagai
berikut :
1. Perumusan tujuan yang jelas
2. Pembagian keja dan Delegasi Kekuasaan
3. Rentang kekuasaan
4. Tingkatan-tingkatan pengawasan
5. Kesatuan perintah dan tanggung jawab
6. Koordinasi

Perumusan tujuan yang jelas


Bila akan melakukan sesuatu aktivitas, maka pertama-tama harus jelas ialah
apakah tujuan akativitas tesebut. Demikian pula kita mengorganiser atau
membuat suatu skema organisasi atau membentuk suatu badan, maka
pertama-tama harus jelas apa yang menjadi tujuannya. Bagi suatu benda, tujuan
itu akan berperan sebagai:
1. pedoman ke arah mana organisasi itu akan dibawa
2. landaan bagi organisasi yang bersangkutan
3. menetukan macam aktivitas yang akan dilakukan dan
4. menentukan program, prosedur dan kiss me (koordinasi, integrasi,
simplikasi, sinkronisasi dan mekanisasi).

Pembagian kerja
Di dalam sebuah organisasi, pembagian kerja atau tugas pekerjaan adalah
keharusan mutlak tanpa itu kemungkinan terjadinya tumpang tindih menjadi
amat besar. Pembagian tugas pekerjaan pada akhirnya akan menghasilkan
departemen-departemen dan job description dari masing- masing departemen
sampai unit-unit terkecil dalam organisasi. Dengan pembahagian tugas
pekerjaan, ditetapakan sekaligus susunan organisasi (struktur organisasi), tugas
dan fungsi-fungsi masing-masing unit dalam organisasi, hubungan-hubungan
serta wewenang masing-masing unit oganisasi.
Pembagian tugas saja perlu dilihat dari manfaat yang diperoleh dari penerapan
spesialisasi, tetapi pula dalam rangka mewujudkan penempatan orang yang tepat
pada jabatan yang tepat dan pula dalam mempermudah pengawasan oleh atasan.

Delegasi kekuasaan
Salah satu prinsip pokok dalam setiap organisasi adalah delegasi kekuasaan.
Kepada setiap pejabat harus didelegasikan kekuasaan, atau wewenang yang
perlu ahar pejabat tersebut dapat melaksanakan tugasnya sebaik-baiknya.
Wewenang atau kekuasaan itu mempunyai aspek, antara lain wewenang
mengambil keputusan, wewenang menggunakan peralatan, bahan dari uang,
wewenang memerintah, wewenang pemakaian waktu tettentu dan lain
sebagainya.

Delegasi kekuasaan merupakan keahlian pimpinan yang penting dan elementer


sebab dengan delegasi kekuasaan, seorang pemimpin dapat melipat gandakan
waktu, perhaitan dan pengetahuannya yang terbatas. Bahkan dapat dikatakan,
delegasi kekuasaan merupakan salah satu jalan utama bagi setiap pemimpin
untuk dipercaya akan diri sendiri. Kesanggupan untuk menerima tanggung
jawab adalah test pertama bagi seorang pemimpin, tetapi keberanian
mendelegasikan kekuasaan kepada bawahan merupakan tanda nyata seorang
pimpinan yang sukses.

Rentang kekuasaan
Mengenai prinsip rentang kekuasaan, dipergunakan berbagai istilah-istilah yang
berbeda, seperti span of authority, span of control (rentan pengawasan), span of
management dan span of managerial responsibilities dan dalam bahasa
Indonesia dipakai istilah lain seperti jenjang pengawasan,

Jenjang kekuasaan dan rentang kendali.Dengan rentang kekuasaan


dimaksudkan berapa jumlah orang yang setepatnya yang menjadi bawahan
seseorang pemimpin, sehingga pemimpin itu dapat memimpin, membimbing
dan mengawasi dengan secara berhasil guna dan berdaya guna.

Tingkat-tingkat pengawasan
Menurut prinsip ini, tingkat pengawasan atau tingkat pemimpin hendaknya
diusahakan sedini mungkin. Di dalam suatu organisasi diusahakan agar
organisasi sesederhana mungkin, selain memudahkan komunikasi pula agar ada
motivasi bagi setiap orang di dalam organisasi untuk mencapai timgkat-
timgkat tertnggi di dalam struktur organisasi. Sehubungan dengan prinsip-
prinsip tingkat-tingkat pengawasan ini, maka suatu organisasi yang baik yaitu
berbentuk pipih dan tidak menjulang tinggi.

Kesatuan perintah dan tanggung-jawab


Menurut prinsip ini maka seorang bawahan hanya mempunyai seorang atasan
dari siapa ia menerima perintah dan kepada siapa ia memberi
pertanggungjawaban akan pelaksanaan tugasnya. Dengan kata lain prinsip
tidak seorangpun dapat melayani dua atasan sekaligus
Koordinasi
Prinsip yang tidak kalah pentingnya dalam organisasi adalah prinsip koordinasi.
Adanya pemberian tugas pekerjaan dan bahagian-bahagian serta, unit-unit
terkecil di dalam suatu organisasi, cenderung timbul kekuatan memisahkan diri
dari organisasi sebagai keseluruhan.unit-unit terkecil di dalam suatu organisasi,
cenderung timbul kekuatan memisahkan diri dari organisasi sebagai
keseluruhan.

V. Macam-macam Organisasi
a. Berdasarkan tujuanya :
1. Organisasi Sosial (public organization) bersifat Non-Profit.
2. Organisasi Perusahaan(bussiness organization) bersifat Profit.
b. Berdasarkan ukuranya :
1. Organisasi kecil
2. Organisasi sedang
3. Organisasi kecil
c. Berdasarkan kaitanya dengan pemerintah /negara
1. Organisasi resmi , dibentuk berkaitan dengan pemerintah dan
terdaftar pada lembaran negara.
2. Organisasi tidak resmi , tidak terkait dengan pemeritah
d. Berdasarkan bentuk/tipe organisasi
1. Organisasi Lini
2. Organisasi Lini & Staf
Kelemahan :

Para pelaksana sering bingung membedakan “perintah”


atau “bantuan/ saran”

Ada peluang terjadi persaingan kurang sehat karena setiap


unit (lini dan staf) masing-masing menganggap tugasnya
yang paling penting.
3. Organisasi Fungsional

Kelemahan :
Bingung karena Multi perintah
4. Organisasi Lini, staf, dan fungsional
VI. Perbedaan dan persamaan organisasi Publik dan Privat

Secara umum suatu organisasi dapat dikategorikan dalam dua sektor, yaitu
sektor bisnis, sektor publik.
Istilah publik berasal dari bahasa Latin “of people” (yang berkenaan dengan
masyarakat). Sasaran organisasi publik ditujukan kepada masyarakat umum. Organisasi
publik adalah tipe organisasi yang bertujuan menghasilkan pelayanan kepada
masyarakat, tanpa membedakan status dan kedudukannya. Organisasi sektor publik
merupakan organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan publik dan
penyelenggaraan Negara. Organisasi sektor publik pada umumnya berupa lembaga-
lembaga Negara atau pemerintahan atau organisasi yang memiliki keterkaitan dengan
keuangan Negara. Organisasi publik adalah organisasi kompleks yang diciptakan oleh
undang-undang yang bertugas mengatur dan mengadministrasikan peraturan undang-
undang. (Salusu, 1996)
Istilah privat berasal dari bahasa Latin “set apart” (yang terpisah). Sasaran
organisasi bisnis ditujukan pada hal – hal yang ‘terpisah’ dari masyarakat secara
umum. Organisasi privat atau bisnis adalah organisasi yang ditujukan untuk
menyediakan barang dan jasa kepada konsumen, yang dibedakan dari kemampuanya
membayar barang dan jasa tersebut sesuai dengan bisnis pasar. Organisasi sektor bisnis
merupakan organisasi yang bergerak dalam bidang bisnis komersial atau disebut juga
sebagai sektor privat atau swasta. Organisasi sektor bisnis dapat berbentuk usaha
perseorangan (proprietorship), persekutuan (partnership), maupun perseroan
(coporation).
Walter (1984) melihat bahwa sebenarnya organisasi publik dan organisasi
privat secara bersama-sama menghadapi tantangan yang datang dari lingkungan
eksternal (Salusu, 1996)
PERBEDAAN ORGANISASI PUBLIK DAN ORGANISASI PRIVAT/BISNIS
Berikut adalah Perbedaan antara Organisasi Publik dan Organisasi Bisnis menurut:
I. Prof. Dr. J. Salusu, MA (1996)
Perbedaan Utama antara Organisasi Publik dan Organisasi Bisnis:
1. Kekuasaan dan Politik
Peranan dan ambisi politik dari actor-aktor politik pemerintahan dan birokrasi
jauh lebih menonjol dibandingkan dengan yang dimiliki para pelaku bisnis,
yang kemudian tampak dalam praktek pelayanan kepada masyarakat. Ragam
dan macam tingkah laku dari para manajer bisnis justru merupakan factor
eksternal yang sangat berharga sebagai masukan bagi para manajer
pemerintahan. Akan tetapi sistem kewenangan yang diciptakan dalam jajaran
birokrasi sering kali kompleks dan tumpang tindih. Berbeda dengan sistem
kewenangan dalam dunia bisnis yang umumnya lebih sederhana dan jelas.
Selain itu, para manajer dari organisasi bisnis relative lebih bisa bertindak dan
merumuskan suatu kebijaksanaan dan bahkan juga dalam menggunakan cara
yang dianggap paling efektif dalam melaksanakannya sepanjang hal itu tidak
secara tegas dilarang.
2. Pengaruh Manajer Publik
Para manajer pada organisasi publik umumnya mempunyai pengaruh besar
apabila mereka berada dalam posisi yang erat hubunganya dengan isu-isu dan
masalah-masalah pokok yang berkaitan dengan pencapaian sumber daya. Selain
itu, pengaruhnya juga besar, apabila mereka memperoleh dukungan efektif dari
pemegang kekuasaan serta kelompok-kelompok inti dalam organisasinya. Di
sector non politik, para manajer publik juga akan mampu menanamkan
pengaruhnya yang cukup kuat, andaikata mereka memiliki kemampuan
professional, kemampuan untuk mencapai reputasi sehingga bisa memperoleh
kepercayaan yang besar, serta mempunyai pengetahuan luas yang luar biasa
tentang pemerintahan termasuk sebagai aspek dan liku-liku operasionalnya
(Rainey, 1991)
3. Loyalitas dan Efisiensi
Loyalitas dan ketaatan masyarakat pada pemerintah dan Negara jauh lebih
tinggi daripada loyalitas dan ketaatan para pelanggan dan konsumen terhadap
organisasi bisnis dan nonprofit. Mereka loyal dan taat secara hokum dan
undang-udang, tempat pemerintah member jaminan perlindungan hokum
terhadap hak-hak asasi manusia. Selain itu, pemerintah menjamin sarana dan
kemudahan-kemudahan bagi kehidupan dan penghidupan masyarakat, termasuk
kemudahan bagi organisasi bisnis. Pada organisasi bisnis loyalitas konsumen
akan tergantung pada sejauh mana mereka tertarik pada produk dan jasa yang
ditawarkan. Organisasi bisnis adalah produsen dari berbagai kebutuhan
masyarakat. Pada umumnya organisasi ini secara internal cukup efisien, ke luar
berjiwa entrepreneur dan agresif dan hanya terikat pada satu sasaran tunggal,
mencari keuntungan. Bagi organisasi publik atau pemerintahan, dalam member
pelayanan, lebih berpedoman pada prinsip birokratik, dank e dalam tidak
efisien, serta keluar tidak avonturistis.
4. Sumber Daya dan Profesionalisme
Dalam kenyataan kehidupan bernegara, sumber daya dan profesionalisme masih
dikuasai oleh pemerintah, sementara kalangan bisnis dapat memilikinya dengan
bayaran yang tinggi.
Dalam organisasi bisnis terjadihubungan langsung antara produk perusahaan
dan konsumen. Pada dasarnya sumber keuangannya adalah dari sector swasta
dan tidak banyak tergantung pada peraturan dari pemerintah.
Tabel Perbedaan Organisasi Publik dan Privat menurut Dr. Mardiasmo, MBA, Ak.
Perbedaan Organisasi Publik Organisasi Privat
Tujuan organisasi - Nonprofit motive - Profit motive
- Pelayanan publik - Penyediaan barang dan jasa
komersial
Sumber pendanaan Pajak, retribusi, utang, obligasi Pembiayaan internal: modal
pemerintah, laba sendiri, laba ditahan, penjualan
BUMN/BUMD, penjualan aktiva
asset Negara, dsb Pembiayaan eksternal : utang
bank, obligasi, penerbitan
saham
Perbedaan Organisasi Publik Organisasi Privat
Pertanggungjawaba Kepada masyarakat (publik) Kepada pemegang saham dan
n dan parlemen (DPR/DPRD) kreditor
Struktur organisasi Birokratis, kaku, dan hirarkis Fleksibel
Karakteristik Terbuka untuk publik Tertutup untuk publik
anggaran

Meskipun Organisasi Publik memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda dengan
Organisasi Privat, akan tetapi dalam beberapa hal terdapat persamaan, yaitu:

 Kedua sektor tersebut, yaitu sektor publik dan sektor Privat merupakan bagian
integral dari sistem ekonomi di suatu negara dan keduanya menggunakan
sumber daya yang sama untuk mencapai tujuan organisasi.
 Keduanya menghadapi masalah yang sama, yaitu masalah kelangkaan sumber
daya (scarcity of resources), sehingga baik sektor publik maupun sektor
Privatdituntut untuk menggunakan sumber daya organisasi secara ekonomis,
efektif dan efisien.
 Proses pengendalian manajemen, termasuk manajemen keuangan, pada dasarnya
sama di kedua sektor. Kedua sektor sama-sama membutuhkan informasi yang
handal dan relevan untuk melaksanakan fungsi manajemen, yaitu: Perencanaan,
pengorganisasian, dan pengendalian.
 Pada beberapa hal, kedua sektor menghasilkan produk yang sama, misalnya:
baik pemerintah maupun Privat sama-sama bergerak di bidang transportasi
massa, pendidikan, kesehatan, penyediaan energi, dan sebagainya.
 Kedua sektor terikat pada peraturan perundangan dan ketentuan hukum lain
yang disyaratkan.
B. Sejarah pemikiran teori organisasi
I. Teori klasik
Awal terjadinya teori klasik sebagai pemerhati bidang
manajemen dan organisasi, ditandai oleh terbitnya buku karya
Frederick Taylor (1911) Taylor berusaha memperbaiki pekerjaan
dengan menggunakan metode ilmiah terhadap tugas-tugas didalam
organisasi. Taylor mengusulkan empat prinsip scientific management
yaitu:
1. penggantian metode untuk menentukan elemen pekerjaan
ditentukan secara ilmiah
2. seleksi dan pelatihan pekerja secara ilmiah
3. kerjasama antara pimpinan dan bawahan untuk mencapai
tujuan sesuai dengan metode ilmiah
4. pembagian tanggung jawab yang lebih merata diantara
manajer sebagai perencana dan supervise dan para pekerja
sebagai pelaksana.
Teori klasik ini dikembangkan pula oleh Henry Fayol. Fayol
mencoba mengembangkan prinsip-prinsip umum yang dapat
diaplikasikan pada semua manajer dari semua tingkatan organisasi,
dan menjelaskan fungsi-fungsi yang harus dilakukan oleh seorang
manajer. Sedangkan Taylor memusatkan perhatian pada tingkatan
yang paling rendah dari organisasi manajemen yaitu aspirasi
bawahan.
Fayol mengusulkan empat belas prinsip-prinsip organisasi, yaitu
 pembagian kerja
 wewenang
 disiplin
 kesatuan komando
 kesatuan arah
 mendahulukan kepetingan umum diatas kepentingan pribadi
 remunerasi (gaji sesuai pekerjaan)
 Sentralisasi
 rantai scalar (garis wewenang)
 tata tertib
 keadilan
 stabilitas masa kerja para pegawai
 inisiatif
 esprit de corps (persatuan dan kesatuan dalam organisasi).

Teori ini juga dikembangkan oleh Max Weber dengan istilah


teori birokrasi. Weber telah mengembangkan sebuah model
structural yang ia katakana sebagai alat yang paling efesien bagi
organisasi-organisasi untuk mencapai tujuannya yang disebut
dengan istilah birokrasi. Birokrasi ditandai dengan adanya
pembagian kerja, hierarkhi wewenang yang jelas, prosedur
seleksi yang formal, peraturan yang rinci, serta hubungan yang
tidak didasarkan atas hubungan pribadi (impersonal) dalam
organisasi.

II. Teori neo-klasik


Tokoh teori ini diawali oleh Elton Mayo (1927) yang membentuk
aliran antar manusia (human relation school), memandang organisasi
sebagai sesuatu yang terdiri dari tugas-tugas dari sisi manusia
dibanding sisi mesin. Pada masa ini dilakukan percobaan yang
menyangkut rancang ulang pekerjaan, perubahan panjangnya hari
kerja dan waktu kerja dalam seminggu, pengenalan waktu istirahat,
serta rencana upah individual dibandingkan dengan upah kelompok.
Disimpulkan bahwa norma sosial kelompok merupakan kunci
penentu perilaku kerja seseorang.
Kemudian Hawthorne mempersatukan pandangan Taylor, Fayol,
dan Weber dengan kesimpulan bahwa organisasi merupakan sistem
kerjasama. Organisasi terdiri dari tugas-tugas dan manusia yang
harus dipertahankan pada suatu keseimbangan. Pendapat yang sama
dikemukakan oleh Chester Barnard, yang menawarkan ide-ide dalam
“the functions of the executive”, yaitu ia menentang pandangan
klasik yang mengatakan bahwa wewenang harus didefinisikan sesuai
dengan tanggapan dari bawahan, ia memperkenalkan peran dari
organisasi informal ke dalam teori organisasi dan mengusulkan agar
peran utama manager adalah memperlancar komunikasi dan
mendorong para bawahan untuk berusaha lebih keras.
Tokoh lainnya Douglas McGregor, menyatakan bahwa ada dua
pandangan tentang manusia, teori X pandangan negative dan teori Y
pandangan positif. Kesimpulannya adalah pandangan seorang
manajer tentang sifat manusia didasarkan atas pengelompokan
asumsi tertentu, dan manusia cenderung untuk menyesuaikan
perilakunya terhadap bawahanya sesuai asumsi tersebut. Dengan
demikian teori Y lebih disukai dan asumsi tersebut harus dapat
membimbing para manajer dalam merancang organisasi dan
memotivasi para pegawainya.
Sedangkan Warren Benis mengatakan bahwa pengambilan
keputusan pada birokrasi yang disentralisasi, kepatuhan kepada
wewenang, serta pembagian kerja yang sempit diganti dengan
struktur yang didesentralisasi dan demokratis yang diorganisasi pada
kelompok yang fleksibel. Pengaruh yang diambil dari kekuasan
diganti dengan pengaruh yang diambil dari keahlian. Bentuk
organisasi yang ideal adalah adhocracy yang fleksibel.
III. Teori modern
Teori modern ditandai dengan lahirnya gerakan contingency yang
dipelopori Herbert Simon, yang menyatakan bahwa teori organisasi
perlu melebihi prinsip-prinsip yang dangkal dan terlalu
disederhanakan bagi suatu kajian mengenai kondisi yang dibawahnya
dapat diterapkan prinsip yang saling bersaing.
Kemudian Katz dan Robert Kahn dalam bukunya “the social
psychology of organization” mengenalkan perspektif organisasi
sebagai suatu sistem terbuka. Buku tersebut mendeskripsikan
keunggulan-keunggulan perspektif sistem terbuka untuk menelaah
hubungan yang penting dari sebuah organisasi dengan
lingkungannya, dan perlunya organisasi menyesuaikan diri terhadap
lingkungan yang berubah jika organisasi ingin tetap bertahan.
Pada tahun 1960, Joan Woodward dan Charles Perrow,
menyampaikan alasan yang disampaikan oleh James Thomson bahwa
dalam menentukan struktur yang sesuai dalam organisasi diperlukan
adanya teknologi. Pendekatan paling mutakhir mengenai teori
organisasi memusatkan perhatian pada sifat politis organisasi. Teori
ini mula-mula dibuat James March dan Herbert Simon, namun telah
diperbaiki secara intensif oleh Jeffrey Preffer. Model yang
dikembangkan yaitu teori organisasi yang mencakup koalisi
kekuasaan,
konflik inherent atas tujuan, serta keputusan desain organisasi yang
mendukung kepentingan pribadi dari para pemegang kekuasaan.
IV. Teori post modern
Dari deretan nama tokoh post-modern, hadir Foucault
seorang filusuf asal Prancis yang dalam beberapa kesempatan
analisisnya dikaji dalam konteks organisasi. Membawa teori
organisasi jauh ke medan postmodernisme adalah suatu keberanian
dan menentang ortodoksi yang tampak ingin mengabsolutkan diri.
Mengangakat postmodern dalam ranah organisasi akan berimplikasi
pada multikulural dan heterogenisasi karena sejatinya
posmodernisme mengajarkan untuk selalu mempertanyakan
meragukan sebelum kemudian sesuatu hal diyakini dan dijalankan.
Posmodernisme membaca teori organisasi adalah hasil dari
konstruksi sosial. Perubahan paradigma yang terjadi selama ini itu
pun imbas dari kontruksi sosial, maka ajaran-ajaran yang pernah ada
akan dinilai secara relatif.
Hal yang paling khas dari posmodernisme adalah kritik
terhadap nalar modern seperti fondasionalisme, universalisme, dan
obyektivisme. Cara berpikir modern senantiasa mencari kesatuan
atau homologi. Sedangkan posmodern menampilkan heterologi.
Menurut postmodern, narasi besar modernisme hanya
menindas kemajemukan realitas. Perbedaan atau keunikan
pengalaman manusia atau realitas disederhanakan, alih-alih,
diseragamkan sedemikian rupa menjadi satu definisi. Oleh
karenanya, postmodern kemudian dapat dengan baik memberikan
ruang bagi kelompok-kelompok marginal atau yang selama diam
tertindas narasi besar modernisme (Fachs and Sandoval: 2008,
Gonzalez: 2004, Hoffman: 2009). Karena itu, teori sosial posmodern
bersifat kontra-hegemoni terhadap narasi besar tersebut.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Teori Organisasi adalah suatu pelajaran/study mengenai bagaimana suatu


organisasi menjalankan fungsinya, baik itu orang-orang di dalamnya maupn
disekitarnya. Teori organsasi juga diartikan sebagai suatu pandangan dalam
memecahkan masalah tentang organisasi. Sebagai mana kita ketahui teori organisasi
berkembang didasari melalui 4 pendekatan yatu pertama pendekatan
Klasik,pendekatan neo-klasik, pendekatan Modern, dan pendekatan postmodern
DAFTAR PUSTAKA

Adam, I. (1983). Perubahan dan Pengembangan Organisasi. Bandug: Sinar Baru.

Etzioni, A. (1984). Organisasi-Organsasi Modern. Bandung : UPI Press.

faedlulloh, d. (1945). post modern dan teori organisasi. jakarta.

Huseini, H. L. (1987). Teori Organisasi Suatu Pendekatan Makro. Jakarta: Pusat Antar
Ilmu-Ilmu Sosial UI.

Moekijat. (1990). Pengembangan Organisasi. Bandung: Remaja Karya.

Sutarto. (1985). Dasar-dasar Organisasi . Yogyakarta: Gajah Mada Univerity.

Anda mungkin juga menyukai