Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nifas atau puerperium adalah periode waktu atau masa dimana organ-
organ reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil. Masa ini membutuhkan
waktu sekitar 6 minggu. Dampak psikologis karena respon terhadap banyak
peristiwa emosi selama masa beberapa hari pertama postnatal (nifas) sangat
bervariasi, dan dipengaruhi oleh begitu banyak faktor. Maka penekanan utama
pendekatan keperawatannya adalah pemberian bantuan, simpati dan dorongan
semangat.
Banyak ketakutan dan kekhawatiran pada ibu yang baru melahirkan terjadi
akibat persoalan sederhana dan dapat diatasi dengan mudah atau sebenarnya dapat
dicegah oleh staf keperawatan yang mewaspadainya. Dengan mendengarkan
penjelasan ibu dan memperhatikan sikapnya terhadap staf keperawatan,
pengunjung, suami dan bayinya, bidan sering dapat mengantisipasi hal-hal yang
bisa menimbulkan stres psikologis.
Dengan bertemu dan mengenal suami wanita tersebut atau orang lain yang
dekat dengannya, tenaga kesehatan akan memiliki pandangan yang lebih
mendalam terhadap setiap permasalahan yang mendasarinya. Ibu yang merasa
tegang atau tidak aman dalam menangani bayinya harus dibesarkan hatinya,
khususnya jika ibu tersebut seorang primipara. Tenaga kesehatan biasanya
menyadari hal ini dan dapat memberitahukan kepada ibu bahwa mereka
menguasai penangananan bayi karena sudah mempelajari keterampilan tersebut
sejak lama dan ibu juga secara bertahap dapat belajar dan dapat menguasainya.
Jika perilaku ibu yang baru tersebut tampak tidak lazim atau tidak masuk
akal, staf keperawatan harus waspada terhadap kemungkinan psikosis masa nifas,
suatu kejadian yang relatif jarang tetapi sering merupakan kondisi psikiatrik yang
serius.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana keadaan psikologis ibu masa nifas secara umum?


2. Apa yang dimaksud dengan Post Partum Blues?
3. Apa saja gejala-gejala dari Post Partum Blues?
4. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan Post Partum Blues?
5. Apa saja klasifikasi dari Post Partum Blues?
6. Bagaimana penanganan pasien Post Partum Blues?
7. Bagaimana pencegahan pasien Post Partum Blues?
8. Bagaimana konsep dasar dari asuhan keperawatan ibu masa nifas dengan
post partum blues?
9. Bagaimana contoh kasus dari asuhan keperawatan ibu masa nifas dengan
post partum blues?

1.3 Tujuan

1. Keadaan Psikologis Ibu Masa Nifas Secara Umum


2. Pengertian dari Post Partum Blues
3. Gejala-gejala dari Post Partum Blues
4. Faktor-faktor yang menyebabkan Post Partum Blues
5. Klasifikasi dari Post Partum Blues
6. Penanganan pasien Post Partum Blues
7. Pencegahan pasien Post Partum Blues
8. Konsep Dasar dari Asuhan Keperawatan Ibu Masa Nifas dengan Post
Partum Blues
9. Contoh Kasus dari Asuhan Keperawatan Ibu Masa Nifas dengan Post
Partum Blues

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Keadaan Psikologis Masa Nifas

1. Instict Keibuan

Instinc adalah perasaan-perasaan dan dorongan-dorongan dari dalam untuk


melakukan sesuatu yang dibawa sejak manusia itu dilahirkan. Instinc keibuan
adalah perasaan-perasaan dan dorongan-dorongan dari dalam untuk bertindak
sebagai seorang ibuyang selalu memberi kasih sayang kepada anaknya. Perasaan
dan dorongan ini dibawa sejak manusia lahir. Dapat diperhatikan pada tiap wanita,
sejak masa kanak-kanak sampai menjadi dewasa, menikah, mempunyai anak atau
tidak, pada umumnya anak-anak dan para wanita akan menyukai anak kecil, bayi.
Sikap ini berbeda dengan sikap anak pria, pria dewasa walaupun mereka
menyukai anak-anak atau bayi tetapi pendekatannya berbeda dengan wanita.

Instinc keibuan ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari, walaupun


para wanita tadi tidak berpendidikan atau berpengalaman dalam merawat anak,
tetapi apabila terjadi yang dirasakan tidak enak bagi anak maka wanita tadi segera
bertindak, misalnya mengangkat anak, menggendongnya, membelai, menghibur,
bila anak jatuh tempat yang sakit akan diusap-usapnya, ditiup-tiupinya, bila anak
sakit panas dipeluknya, diberikan rasa aman, bila anak kedinginan diberinya rasa
hangat, bila anak muntah dan sebagainyaselalu timbul perasaan untuk
menolongnya, selalu ada akal apa yang akan dibuatnya. Ini semua dilakukan oleh
para wanita berdasarkan perasaan kasih sayang kepada anak, dimana perasaan-
perasaan ini sudah dibawa sejak lahir.

3
Pada waktu melahirkan anak, etrlebih pada kelahiran anak yang pertama
kali instinc keibuan akan bertambah besar dan kuat, ditambah perasaan
banggabahwa ia betul-betul wanita yang dapat melaksanakan kewajibannya untuk
menurunkan keturunan, anak yang dilahirkan adalah darah dagingnya, bagian dari
tubuhnya. Dengan perasaan demikian, kasih sayang wanita kepada anaknya akan
bertambah besar. Demi kasih sayangnya kepada anak, wanita sanggup
mengorbankan apa saja yang ia miliki, sekalipun berkorban raga dan jiwanya.

Besar kecilnya instinc keibuan tentunya bersifat relatif bagi setiap


manusia. Untuk wanita yang baru melahirkan hendaknya diberi kesempatan untuk
mengembangkan instinc keibuannya, dengan cara lebih mendekati, merawat dan
memelihara anaknya, dengan menyusui dan sebagainya.

Sikap perawat atau bidan yang melayani ibu melahirkan perlu


diperhatikan, bahwa harus menunjukkan pengertian yang dalam perubahan sikap
ibu, akan ekspresi instinc keibuan terhadap anaknya, menunjukkan kesediaannya
untuk memberi bantuan. Apabila ibu sedang menyusui anaknya, sedang
mencurahkan kasih sayangnya, janganlah dipotong begitu saja, misalnya karena
waktu menyusui sudah habis. Dalam hal ini perawat atau bidan harus bijaksana
dengan cara luwes dan tidak kaku, dengan kata-kata yang manis, sikap turut
menyayangi anaknya, dengan kata-kata yang dapat dipahami.

Ibu-ibu yang melahirkan hendaknya diberi kesempatan memberanikan diri


untuk memandikan anaknya, mengganti popok dan lain sebagainya agar ibu
percaya akan dirinya bahwa ia akan mampu memelihara anaknya di rumah. Untuk
ini perlu pula menciptakan suasana rumah sakit mendekati suasana rumah.
Penderita nifas biasa sebetulnya bukan orang sakit, mereka tinggal di rumah sakit
untuk dapat beristirahat dan mengembalikan kekuatannya.

2. Reaksi Ibu

Reaksi ibu setelah melahirkan anak bermacam-macam, namun kebanyakan


ibu akan merasa gembira. Reaksi ibu setelah melairkan ditentukan pula oleh
temperamennya. Ibu yang gembira, riang, dan cukup cerdas biasanya menjadi ibu
yang lebih sukses. Selain reaksi yang menggembirakan, kemungkinan pula timbul

4
reaksi lain, misalnya kecemasan. Contohnya mencemaskan bagaimana ia dapat
memelihara anaknya, menyekolahkannya dll. Disamping itu, kemungkinan pula
timbul reaksi kekecewaan misalnya karena kedatangan bayi itu belum diharapkan,
atau dikarenakan jenis kelamin bayi yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Reaksi bagaimanapun yang terjadi penting adanya penyesuaian. Untuk itu,


ibu bisa melakukan penyesuaian sendiri ataupun memerlukan bantuan. Maka
tugas bidan dan perawat dan petugas perawatan lainnya harus membantunya.
Bantuan yang diberikan berupa bimbingan agar ibu dapat mengatasi masalahnya.
Bantuan dalam masalah kecemasan dapat di arahkan agar ibu bisa mengatasi apa
yang di cemaskan contohnya tentang pengeluarkan air susu bisa di nasihatkan
bagaimana usaha memperbanyak air susu. Terhadap masalah kekecewaan dapat di
bantu agar dapat memahami dirinya bahwa sudah sewajarnya seorang istri
menjadi seorang ibu, tentang jenis kelamin anak memang tidak seorang pun yang
dapat mengaturnya , hanya Tuhan yang menentukan apa yang terbaik bagi
manusia.

3. Kebutuhan Ibu dalam Masa Nifas

Kebutuhan ibu dalam masa nifas meliputi kebutuhan fisik psikologi,


sosial, dan pendidikan. Untuk kebutuhan psikologis merupakan kebutuhan bagi
setiap individu, bahwa manusia butuh di akui, dikenal, di hargai, di perhatikan dan
sebagainya. Untuk memenuhi kebutuhan psikologis perawat atau bidan, petugas
kesehatan, keluarga harus bersikap dan bertindak bijaksana harus dapat
menunjukkan rasa simpati, mengakui, menghargai, enghormati setiap ibu sebagai
mana adanya, memperhatikan ibu dengan memberi ucapan selamat. Sikap yang
baik akan melahirkan hubungan yang baik pula antar manusia, petugas dan
penderita.

4. Rooming-In Plan

Rooming-In Plan adalah rencana perawatan ibu dan bayi secara bersamaan
dalam satu kamar, jadi tempat tidur anak akan terdapat di samping tempat tidur
ibu agar ibu dapat melihat anaknya setiap saat. Rencana ini akan memberikan

5
keuntungan fisik maupun psikologis bagi ibu dan bayi. Untuk keuntungan
psikologis :

1. Bayi akan menerima rasa keibuan lebih besar dari pada di rawat diruang
bayi.
2. Menimbulkan kepuasaan bagi ibu dan bayi karena hubungan dapat selalu
dijalin.
3. Ibu akan merasa gembira karena dapat melihat anaknya setiap waktu dan
dapat mengembangkan mother instinctnya lebih cepat.
4. Membentuk tempramen yang baik bagi bayi.
5. Waktu kunjungan kedua orang tua akan lebih gembira karena dapat
bertemu dalam kesatuan keluarga.
Disamping keuntungannya ada pula kerugian dari rencana rooming-in
tersebut antara lain kemungkinan bayi dapat infeksi dari ibunya atau dari
pengunjung agar dapat melihat dan memegang bayi dengan bebas, sedangkan
keadaan bayi masih belum cukup kuat.

2.2 Pengertian

Melahirkan adalah sebuah karunia terbesar bagi wanita dan momen yang sangat
membahagiakan, tapi ada beberapa kasus dapat menjadi momen yang menakutkan
hal ini disebabkan pada wanita yang melahirkan sering mengalami perasaan sedih
dan takut sehingga mempengaruhi emosional dan sensitifitas ibu yang dikenal
dengan istilah postpartum blues (Rahmawati, 2009).

Post Partum Blues merupakan problem psikis sesudah melahirkan seperti


kemunculan kecemasan, labilitas perasaan dan depresi pada ibu. Biasanya secara
teori terjadi mulai minggu ke-4.

Post Partum blues merupakan fenomena yang terjadi pada hari-hari


pertama postpartum yang telah dilaporkan sejak akhir abad ke-19. Puncak gejala
postpartum blues terjadi pada hari ke-3 sampai ke-5 postpartum dengan durasi
mulai dari beberapa jam sampai beberapa hari (Gonidakis, et al., 2007).

6
Post Partum Blues adalah perasaan sedih dan depresi segera setelah
persalinan, dengan gejala dimulai dua atau tiga hari pasca persalinan dan
biasanyahilang dalam waktu satu atau dua minggu (Gennaro, dalam Bobak dkk.,
2004). Periode Post Partum adalah periode waktu yang muncul sesegera setelah
seorang wanita melahirkan hingga 52 minggu (Registered Nurses’Association of
Ontario, 2005).

Post partum blues adalah suatu tingkat keadaan depresi bersifat sementara
yang dialami oleh kebanyakan ibu yang baru melahirkan karena perubahan tingkat
hormon, tanggung jawab baru akibat perluasan keluarga dan pengasuhan terhadap
bayi. Keadaan ini biasanya muncul antara hari ke-tiga hingga ke-sepuluh pasca
persalinan, seringkali setelah pasien keluar dari rumah sakit. Apabila gejala ini
berlanjut lebih dari dua minggu, maka dapat menjadi tanda terjadinya gangguan
depresi yang lebih berat, ataupun psikosis postpartum dan tidak boleh diabaikan
(Novak dan Broom, 2009).

2.3 Gejala-Gejala

Post partum blues atau sering juga maternity blues atau sindroma ibu baru
dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan efek ringan yang sering tampak pada
minggu pertama setelah persalinan ditandai dengan gejala-gejala:

1. Reaksi depresi/sedih/disporia.

2. Sering menangis, mudah tersinggung, cemas, labilitas perasaan, cenderung


menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur dan gangguan nafsu makan,
kelelahan, mudah sedih, cepat marah, mood mudah berubah, cepat menjadi
sedih dan cepat pula gembira.

3. Perasaan terjebak, marah kepada pasangan dan bayinya, perasaan


bersalah.

4. Sangat pelupa.

Gennaro (dalam Bobak dkk., 2004) menjelaskan bahwa selama Post


partum blues, ibu akan mengalami perasaan kecewa dan mudah tersinggung,

7
ditunjukkan dengan perilaku mudah menangis, kehilangan nafsu makan,
mengalami gangguan tidur, dan merasa cemas.Hansen, Jones (dalam Bobak dkk.,
2004) menjelaskan bahwa Post partum blues dapat menyebabkan serangan
menangis, perasaan kesepian atau ditolak,kecemasan, kebingungan, kegelisahan,
kelelahan, mudah lalai, dan sulit tidur.

Kennerley Kennerley dan Gath menggambarkan suatu instrumen yang


reliabel danvalid yang mengukur tujuh gejala Postpartum Blues, yaitu perubahan
suasana hati yang tidak pasti, merasa “tidak mampu”, kecemasan, perasaan
emosional yang berlebihan, mengalami kesedihan, kelelahan, dan kebingungan
atau fikiran yang kacau (dalam Bobak dkk, 2004).

2.4 Faktor-Faktor Penyebab

Faktor yang menyebabkan terjadinya post partum blues bisa terjadi dari
dalam dan luar individu, misalnya:

1. Ibu belum siap menghadapi persalinan

2. Adanya perubahan hormon, payudara membengkak dan menyebabkan rasa


sakit atau jahitan yang belum sembuh

3. Ketidaknyamanan fisik yang di alami wanita menimbulkan gangguan pada


emosional seperti payudara bengkak dan nyeri jahitan, rasa mulas

4. Ketidakmampuan beradaptasi terhadap perubahan fisik dan emosional


yang kompleks

5. Faktor umum dan paritas; pengalaman dalam proses persalinan dan


kehamilan.

Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan seperti tingkat


pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkaan riwayat
gangguan kejiwaan sebelumnya, sosial ekonomi. Kecukupan dukungan dari

8
lingkungan (suami, keluarga dan teman) apabila suami mendukung kehamilan ini,
apakah suami mengerti perasaan istri apakah suami, keluarga dan tema
memberikan dukungan fisik dan moril, misalnya dengan membantu pekerjaan
rumah tangga, membantu mengurus bayi, mendengarkan keluh kesah ibu.

Stres dalam keluarga misalnya: faktor ekonomi memburuk, persoalan


dengan suami, problem dengan mertua. Stres yang di alami wanita itu sendiri
misalnya asi tidak keluar, frustasi karena bayi tidak mau tidur, nangis dan gumuh,
stres melihat bayi sakit, rasa bosan dengan rasa bosan hidup dijalani.

Kelelahan pasca persalinan, perubahan yang pernah di alami oleh ibu, rasa
memiliki bayi yang terlalu dalam sehingga timbul rasa takut kehilangan bayinya;
problem anak, setelah kelahiran bayi, kemungkinan timbul rasa cemburu dari anak
sebelumnya sehingga hal tersebut cukup menganggu emosional ibu.

2.5 Klasifikasi

Ringan: Post Partum Blues atau sering juga maternity blues atau sindroma
ibu baru dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan efek ringan yang sering
tampak pada minggu pertama setelah persalinan di tandai dengan gejala-gejala:
reaksi depresi/sedih/disporia; sering menangis; mudah tersinggung, cemas,
labilitas perasaan.

Berat: Depresi berat dikenal sebagai sindroma depresi non psikotik pada
kehamilan namun umumnya terjadi dalam beberapa minggu sampai bulan setelah
kelahiran.

Gejala-gejala depresi berat: perubaha pada mood; gangguan pada pola


tidur; perubahan mental dan libido; dapat pula muncul pobia, ketakutan akan
menyakiti diri sendiri atau bayinya; depresi berat akan memiliki risiko tinggi pada
wanita atau pada keluarga yang pernah mengalami kelainan psikiatrik atau pernah
mengalami pra menstrual sindrom. Kemungkinan rekuen pada kehamilan
berikutnya.

9
Penatalaksanaan depresi berat: dukungan keluarga dan lingkungan sekitar;
terapi psikologis dan psikiater dan psikolog; kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian anti depresan (hati-hati pemberian pada wanita hamil dan menyusui);
pasien dengan percobaan bunuh diri sebaiknya tidak ditinggalkan sendiri dirumah;
jika diperlukan melakukan perawatan di RS; tidak dianjurkan untuk rooming in
atau rawat gabung dengan bayinya.

2.6 Penanganan

Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-


fase sebagai berikut :

1) Fase Taking in

Periode ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama sampai hari


kedua setelah melahirkan. Pada saat itu focus perhatian ibu terutama pada dirinya
sendiri. Pengalaman selama proses persalinan sering berulang diceritakannya. Hal
ini membuat cenderung menjadi pasif terhadap lingkungannya.

2) Fase taking hold

Periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase
ini ibu merasa khawatir akan ketidak mampuannya dan rasa tanggung jawabnya
dalam merawat bayi. Pada fase ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini
merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam
merawat diri dan bayinya sehingga timbul percaya diri.

3) Fase letting go

Merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang


verlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri,
merawat diri dan bayinya sudah meningkat.

Post partum blues atau gangguan mental pasca-salin sering kali terabaikan
dan tidak ditangani dengan baik. Banyak ibu yang berjuang sendiri dalam
beberapa saat setelah melahirkan. Mereka merasa ada suatu hal yang salah namun
mereka sendiri tidak benar-benar mengetahui apa yang sedang terjadi. Apabila

10
mereka pergi mengunjungi dokter atau sumber-sumber lainnya. Penaganan
gangguan mental pasca-salin pada prinsipnya tidak berbeda dengan penanganan
gangguan mental pada momen-momen lainnya. Para ibu yang mengalami post
partum blues membutuhkan pertolongan yang sesungguhnya. Para ibu ini
membutuhkan dukungan psikologis seperti kebutuhan fisik lainnya yang harus
juga dipenuhi.

Cara untuk mengatasinya antara lain:

1. Komunikasikan segala permasalahan atau hal lain yang ingin diungkapkan


2. Bicarakan rasa cemas yang di alami
3. Bersikap tulus ikhlas dalam menerima aktivitas dan peran baru setelah
melahirkan
4. Bersikap fleksibel dan tidak terlalu pefeksionis dalam mengurus bayi dan
rumah tangga
5. Belajar tenang dan menarik nafas panjang dan meditasi
6. Kebutuhan istirahat yang cukup, tidurlah ketika bayi yang sedang tidur
7. Berolahraga ringan
8. Bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru
9. Dukungan tenaga kesehatan
10. Dukungan suami, keluarga, teman, teman sesama ibu
Konsultasikan kepada dokter atau orang yang profesional agar dapat
meminimalisir faktor resiko lainnya dan melakukan pengawasan

2.7 Pencegahan

1. Persiapan Diri yang Baik

Artinya persiapan diri yang baik pada saat kehamilan sangat diperlukan
sehingga saat kelahiran memiliki kepercayaan diri yang baik dan mengurangi
risiko terjadinya depresi post partum. Kegiatan yang dapat ibu lakukan adalah
banyak membaca artikel atau buku yang ada kaitannya dengan kelahiran,
mengikuti kelas prenatal, bergabung dengan kelompok senam hamil. Ibu dapat
memperoleh banyak informasi yang diperlukan sehingga pada saat kelahiran ibu
sudah siap dan hal traumatis yang mungkin mengejutkan dapat dihindari.

11
2. Olahraga dan Nutrisi yang Cukup

Dengan olahraga dapat menjaga kondisi dan stamina sehingga dapat


membuat keadaan emosi juga lebih baik. Nutrisi yang baik asupan makanan
maupun minum sangat penting pada periode post partum. Usahakan mendapatkan
keseimbangan dua hal ini.

3. Support Mental dan Lingkungan Sekitar

Support mental sangat diperlukan pada periode post partum. Dukungan ini
tidak hanya dari suami tapi dari keluarga, teman, dan lingkungan sekitar. Jika
ingin bercerita ungkapkan perasaan emosi dan perubahan hidup yang di alami
kepada orang yang dipercaya dapat menjadi pendengar yang baik. Ibu post partum
harus punya keyakina bahwa akan mendukung dan selalu siap membantu jika
mengalami kesulitan. Hal tersebut akan membuat ibu merasa lebih baik dan
mengurangi risiko terjadinya depresi post partum.

4. Ungkapkan Apa yang Dirasakan

Ibu post partum jangan memendam perasaan sendiri. Jika mempunyai


masalah harus segera dibicarakan baik dengan suami maupun orang terdekat.
Petugas kesehatan dapat membantu ibu untuk mengungkapkan perasaan dan
emosi agar dapat lebih nyaman.

5. Mencari Informasi Tentang Depresi Post Partum

Informasi tentang depresi post partum yang kita berikan akan sangat
bermanfaat sehingga ibu mengetahui faktor-faktor pemicu sehingga dapat
mengantisipasi atau mencari bantuan jika menghadapi kondisi tersebut. Ibu juga
harus mempelajari keadaan dirinya sehingga ketika sadar terhadap kondisi ini
akan segera mendapatkan bantuan secepatnya. Bergabung dengan orang yang
pernah mengalami depresi post partum dapat membantu ibu memperoleh
informasi terhadap gejala dan hal nyata yang di alami.

6. Menghindari Perubahan yang Drastis

12
Maksdunya sesudah kelahiran akan terjadi perubahan yang bepengaruh
terhadap emosional ibu sehingga sebisa mungkin sebaiknya dihindari misalnya
pindah kerja, pindah kerumah yang baru. Hiduplah dengan wajar seperti sebelum
melahirkan.

7. Melakukan Pekerjaan Rumah Tangga

Pekerjaan rumah tangga seperti memasak, membersihkan rumah, merawat


tanaman dan pekerjaan rumah tangga lain dapat membantu melupakan gejolak
emosi yang timbul pada periode post partum. Saat kondisi ibu masih labil bisa
dilampiaskan melakukan pekerjaan rumah tangga lain dapat membantu
melupakan gejolak emosi yang timbul pada periode post partum. Saat kondisi ibu
masih labil bisa dilampiaskan dengan melakukan pkerjaan rumah tangga. Ibu
dapat meminta dukungan dari keluarga dan lingkungan meski memiliki pembantu
rumah tangga ibu dapat melakukan aktivitas tersebut.

2.8 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Ibu Dengan Post Partum Blues

1. Pengkajian

Pengkajian pada pasien post partum blues menurut Bobak ( 2004 ) dapat
dilakukan pada pasien dalam beradaptasi menjadi orang tua baru. Pengkajiannya
meliputi ;

a. Identitas klien.

Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat,


medical record dan lain-lain

b. Keluhan Utama

Mudah marah, cemas, melukai diri

c. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat Kesehatan Sekarang

13
Pada Ibu dengan depresi postpartum biasanya terjadi kurang nafsu makan,
sedih – murung, mudah marah, kelelahan, insomnia, anorexia, merasa terganggu
dengan perubahan fisik, sulit konsentrasi, melukai diri

2) Riwayat Kesehatan Dahulu

Berhubungan dengan kejadian pada persalinan masa lalu serta kesehatan pasien

3) Riwayat kesehatan keluarga

Berhubungan dengan dukungan keluarga terhadap keadaan pasien

d. Riwayat Persalinan

Banyak ibu memperlihatkan suatu kebutuhan untuk memeriksa proses


kelahiran itu sendiri dan melihat kembali perilaku mereka saat hamil dalam upaya
retrospeksi diri (Konrad, 1987). Selama hamil, ibu dan pasangannya mungkin
telah membuat suatu rencana tertentu tentang kelahiran anak mereka, hal-hal yang
mencakup kelahiran pervagina dan beberapa intervensi medis. Apabila
pengalaman mereka dalam persalinan sangat berbeda dari yang diharapkan
(misalnya ; induksi, anestesi epidural, kelahiran sesar), orang tua bisa merasa
kecewa karena tidak bisa mencapai yang telah direncanakan sebelumnya.

Apa yang dirasakan orang tua tentang pengalaman melahirkan sudah pasti
akan mempengaruhi adaptasi mereka untuk menjadi orang tua.

e. Citra Diri Ibu

Suatu pengkajian penting mengenai konsep diri, citra tubuh, dan


seksualitas ibu. Bagaimana perasaan ibu baru tentang diri dan tubuhnya selama
masa nifas dapat mempengaruhi perilaku dan adaptasinya dalam menjadi orang
tua. Konsep diri dan citra tubuh ibu juga dapat mempengaruhi seksualitasnya.
Perasaan-perasaan yang berkaitan dengan penyesuaian perilaku seksual setelah
melahirkan seringkali menimbulkan kekhawatiran pada orang tua baru. Ibu yang
baru melahirkan bisa merasa enggan untuk memulai hubungan seksual karena

14
takut merasa nyeri atau takut bahwa hubungan seksual akan mengganggu
penyembuhan jaringan perineum.

f. Interaksi Orang Tua-Bayi

Suatu pengkajian pada masa nifas yang menyeluruh meliputi evaluasi


interaksi orang tua dengan bayi baru. Respon orang tua terhadap kelahiran anak
meliputi perilaku adaptif dan perilaku maladatif. Baik ibu maupun ayah
menunjukkan kedua jenis perilaku maupun saat ini kebanyakan riset hanya
berfokus pada ibu. Banyak orang tua baru mengalami kesulitan untuk menjadi
orang tua sampai akhirnya keterampilan mereka membaik. Kualitas keibuan atau
kebapaan pada perilaku orang tua membantu perawatan dan perlindungan anak.
Tanda-tanda yang menunjukkan ada atau tidaknya kualitas ini, terlihat segera
setelah ibu melahirkan, saat orang tua bereaksi terhadap bayi baru lahir dan
melanjutkan proses untuk menegakkan hubungan mereka.

g. Perilaku Adaptif dan Perilaku Maladaptif

Perilaku adaptif berasal dari penerimaan dan persepsi realistis orang tua
terhadap kebutuhan bayinya yang baru lahir dan keterbatasan kemampuan
mereka, respon social yang tidak matur, dan ketidakberdayaannya. Orang tua
menunjukkan perilaku yang adaptif ketika mereka merasakan suka cita karena
kehadiran bayinya dan karena tugas-tugas yang diselesaikan untuk dan bersama
anaknya, saat mereka memahami yang dikatakan bayinya melalui ekspresi emosi
yang diperlihatkan bayi dan yang kemudian menenangkan bayinya, dan ketika
mereka dapat membaca gerakan bayi dan dapat merasa tingkat kelelahan bayi.
Perilaku maladaptif terlihat ketika respon orang tua tidak sesuai dengan kebutuhan
bayinya. Mereka tidak dapat merasakan kesenangan dari kontak fisik dengan anak
mereka. Bayi-bayi ini cenderung akan dapat diperlakukan kasar. Orang tua tidak
merasa tertarik untuk melihat anaknya. Tugas merawat anak seperti memandikan
atau mengganti pakaian, dipandang sebagai sesuatu yang menyebalkan. Orang tua
tidak mampu membedakan cara berespon terhadap tanda yang disampaikan oleh
bayi, seperti rasa lapar, lelah keinginan untuk berbicara dan kebutuhan untuk

15
dipeluk dan melakukan kontak mata. Tampaknya sukar bagi mereka untuk
menerima anaknya sebagai anak yang sehat dan gembira.

h. Struktur dan Fungsi Keluarga

Komponen penting lain dalam pengkajian pada pasien post partum blues
ialah melihat komposisi dan fungsi keluarga. Penyesuaian seorang wanita
terhadap perannya sebagai ibu sangat dipengaruhi oleh hubungannya dengan
pasangannya, ibunya dengan keluarga lain, dan anak-anak lain. Perawat dapat
membantu meringankan tugas ibu baru yang akan pulang dengan mengkaji
kemungkinan konflik yang bisa terjadi diantara anggota keluarga dan membantu
ibu merencanakan strategi untuk mengatasi masalah tersebut sebelum keluar dari
rumah sakit

i. Perubahan Mood.

Kurang nafsu makan, sedih – murung, perasaan tidak berharga, mudah


marah, kelelahan, insomnia, anorexia, merasa terganggu dengan perubahan fisik,
sulit konsentrasi, melukai diri, anhedonia, menyalahkan diri, lemah dalam
kehendak, tidak mempunyai harapan untuk masa depan, tidak mau berhubungan
dengan orang lain. Di sisi lain kadang ibu jengkel dan sulit untuk mencintai
bayinya yang tidak mau tidur dan menangis terus serta mengotori kain yang baru
diganti. Hal ini menimbulkan kecemasan dan perasaan bersalah pada diri ibu
walau jarang ditemui ibu yang benar–benar memusuhi bayinya.

a. Observasi gejala:

1) Iritabel/gelisah
2) Gangguan istrirahat – tidur
3) Marah pada anggota keluarga
4) Gangguan mood- menangis
5) Cemas

b. Respon psikososial berkaitan dengan depresi post partum dan psikosis

1) Gelisah yang memanjang

16
2) Perilaku yang labil
3) Menarik diri
4) respon yang tidak sesuai pada bayi dan keluarga

Sedangkan Pengkajian Dasar data klien menurut Marilynn E. Doenges ( 2001 )


adalah:

1. Aktivitas / istirahat
Insomnia mungkin teramati

2. Sirkulasi

Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari.

3. Integritas Ego
Peka rangsang, takut/menangis (”Post partum blues” sering terlihat kira – kira 3
hari setelah kelahiran).

4. Eliminasi
Diuresis diantara hari ke-2 dan ke-5.

5. Makanan/cairan
Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan mungkin hari – hari ke-3.

6. Nyeri / ketidaknyamanan
Nyeri tekan payudara/pembesaran dapat terjadi diantara hari ke-3 sampai ke-5
pascapartum.

7. Seksualitas
Uterus 1 cm diatas umbilikus pada 12 jam setelah kelahiran, menurun kira-
kira 1 lebar jari setiap harinya. Lokhia rubra berlanjut sampai hari ke-2- 3,
berlanjut menjadi lokhia serosa dengan aliran tergantung pada posisi (misalnya ;
rekumben versus ambulasi berdiri) dan aktivitas (misalnya menyusui). Payudara :
Produksi kolostrum 48 jam pertama, berlanjut pada susu matur, biasanya pada
hari ke-3; mungkin lebih dini, tergantung kapan menyusui dimula.

17
2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan pada klien post partum blues diantaranya adalah :

a. Nyeri akut / ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanis edema /


pembesaran jaringan atau distensi, efek-efek hormonal.

b. Resiko gangguan proses menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan,


pengalaman sebelumnya, usia gestasi bayi, tingkat dukungan, struktur /
karakteristik fisik payudara ibu.

c. Resiko terhadap perubahan peran menjadi orang tua berhubungan dengan


pengaruh komplikasi fisik dan emosional.

d. Resiko perubahan emosional yang tidak stabil pada ibu berhubungan dengan
ketidakefektifan koping individu

e. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal dan psikologis


(sangat gembira, ansietas, kegirangan), nyeri / ketidaknyamanan, proses
persalinan dan kelahiran melelahkan.

f. Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan perawatan bayi


berhubungan dengan kurang paparan informasi, kesalahan interprestasi, tidak
mengenal sumber-sumber.

g. Potensial terhadap pertumbuhan koping keluarga berhubungan dengan


kecukupan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan individu dan tugas-tugas adaptif
memungkinkan tujuan aktualisasi diri muncul ke permukaan.

3. Intervensi

N Diagnosa Tujuan dan


Intervensi Rasional
o keperawatan Kriteria Hasil
1. Nyeri akut/ Tujuan: a. Tentukan a. Mengidentifi
ketidaknyamanan Mengidentifikas adanya, kasi
berhubungan i kebutuhan dan lokasi dan kebutuhan-
dengan teruma mengunakan sifat kebutuhan

18
mekanis, intervensi untuk ketidaknyam khusus dan
edema/pembesaran mengatasi anan. intervensi
jaringan atau ketidaknyamana b. Inspeksi yang tepat.
distensi, efek-efek n. perbaikan b. Dapat
hormonal. perineum menunjukan
dan trauma
epiostomi. berlebihan
pada jaringan
perineal dan
terjadinya
komplikasi
yang
memerlukan
evaluasi /
c. Berikan
intervensi
kompres es
lanjut.
pada
perineum,
c. Memberi
khususnya
anesthesia
selama 24
lokal,
jam pertama
meningkatka
setelah
n
melahirkan.
vasokontriksi
d. Berikan
, dan
kompres
mengurangi
panas
edema dan
lembab (
vasodilatasi.
misalnya :
rendam
duduk / bak
d. Meningkatka
mandi ).
n sirkulasi
pada

19
perineum,
meningkatka
n oksigenasi
dan nutrisi
pada
jaringan,
e. Anjurkan menurunkan
duduk edema dan
dengan otot meningkatka
gluteal n
terkontraksi penyembuha
diatas n.
perbaikan
episiotomy. e. Pengunaan
f. Kolaborasi pengencanga
dalam n gluteal saat
pemberian duduk
obat menurunkan
analgesic 30- stress dan
60 menit tekanan
sebelum langsung
menyusui. pada
perineum.
f. Memberikan
kenyamanan,
khususnya
selama
laktasi, bila
afterpain
paling hebat
karena
pelepasan

20
oksitoksin.
Resiko gangguan Mengungkapkan a. Kaji a. Membantu
proses menyusui pemahaman pengetahuan dalam
berhubungan tentang proses / dan mengidentifi
dengan tingkat situasi menyusui pengalaman kasi
pengetahuan, mendemonstrasi klien tentang kebutuhan
pengalaman kan teknik menyusui saat ini dan
sebelumnya, usia efektif dari sebelumnya. mengemban
gestasi bayi, tingkat menyusui, gkan
dukungan, struktur / menunjukan b. Tentukan rencana
karakteristik fisik kepuasan system perawatan.
payudara ibu. regimen pendukung b. Mempunyai
menyusui satu yang tersedia dukungan
sama lain. pada klien, yang cukup
dan sikap meningkatka
pasangan / n
keluarga. kesempatan
untuk
pengalaman
menyusui
dengan
c. Berikan
berhasil.
informasi,
verbal dan
c. Membantu
tertulis,
menjamin
mengenai
suplai susu
fisiologi dan
adekuat,
keuntungan
mencegah
menyusui,
putting
perawatan
pecah dan
putting dan
luka,
payudara,
memberikan

21
kebutuhan kenyamanan
diet khusus, , dan
dan factor- membuat
faktor yang peran ibu
memudahka menyusui.
n atau
menganggu
keberhasilan
menyusui.
d. Demonstrasi
kan dan
tinjau ulang
teknik-teknik
menyusui

d. Posisi yang
tepat
biasanya
e. Identifikasi mencegah
sumber- luka putting,
sumber yang tanpa
tersedia di memperhatik
masyarakat an lamanya
sesuai menyusui.
indikasi e. Pelayanan
misalnya ; ini
program mendukung
kesehatan pemberian
ibu dan anak ASI melalui
( KIA ). pendidikan
klien

dan nutrisional.

22
3. Resiko terhadap Mengungkapkan a. Kaji a. Menidentifik
perubahan peran masalah dan kekuatan, asi faktor-
menjadi orang tua pertanyaan kelemahan, faktor resiko
berhubungan tentang menjadi usia, status dan sumber-
dengan pengaruh orang tua, perkawianan, sumber
kompliksi fisik dan mendiskusikan ketersediaan pendukung,
emosional. peran menjadi sumber yang
orang tua secara pendukung mempengaru
realistis, dan dan latar hi
secara aktif belakang kemampuan
mulai budaya. klien/pasang
melakukan tugas an untuk
perawatan bayi menerima
baru lahir tantangan
dengan tepat. peran
b. Perhatikan
menjadi
respon
orang tua.
klien/pasang
b. Kemampuan
an terhadap
klien untuk
kelahiran
beradaptasi
dan peran
secara
menjadi
positif untuk
orang tua.
menjadi
orang tua
mungkin
c. Evaluasi
dipengaruhi
sifat dari
oleh reaksi
menjadi
ayah dengan
orang tua
kuat
secara emosi
c. Peran
dan fisik
menjadi
yang pernah
orang tua

23
dialami dipelajari,
klien/pengal dan individu
aman selama memakai
kanak-kanak. peran orang
d. Tinjau ulang tua mereka
catatan sendiri
intrapartum menjadi
terhadap model peran.
lamanya d. Persalinan
persalionan, lama dan
adanya sulit, dapat
komplikasi secara
dan peran sementara
pasangan menurunkan
pada energy fisik
persalinan dan
emosional
yang perlu
untuk
mempelajari
e. Ecaluasi
peran
status fisik
menjadi ibu
masa lalu
dan dapat
dan saat ini
secara
dan kejadian
negative
komplikasi
mempengaru
prenatal,
hi menyusui.
intranatal
dan
pascapartal.
e. Kejadian
seperti
persalinan

24
praterm,
hemoragi,
infeksi,atau
f. Evaluasi adanya
kondisi bayi komplikasi
; ibu dapat
komunikasik mempengaru
an dengan hi kondisi
staf psikologis
perawatan klien.
sesuai
dengan
indikasi. f. Ibu sering
mengalami
g. Pantau dan kesedihan
dokiumentas karena
ikan mendapati
interaksi bayinya
klien/pasang tidak seperti
an dengan bayi yang
bayi. diharapkan.

g. Beberapa
ibu atau
ayah
mengalami
h. Anjurkan kasih saying
pasangan bermakna
untuk pada
mengunjungi pertama kali
dan ;
mengendong selanjutnya,

25
bayi dan mereka
berpartisipas dikenalkan
i terhadap pada bayi
aktifitas secara
perawatan bertahap.
bayi sesuai h. Membantu
izin. meningkatka
i. Kolaborasi n ikatan dan
dalam mencegah
merujuk perasaan
untuk putus asa.
konseling
bila keluarga
beresiko
tinggi
terhadap
masalah i. Perilaku
menjadi menjadi
orang tua orang tua
atau bila yang
ikatan positif negative dan
diantara ketidakefekti
klien/pasann fan koping
gan dan bayi memerlukan
tidak terjadi. perbaikan
melalui
konseling,
pemeliharaa
n atau
bahkan
psikoterapi

26
yang lama.

4 Resiko perubahan Mengungkapkan a. Kaji respon a. Terhadap


emosional yang ansietas dan emosional hubungan
tidak stabil pada ibu respon klien selama langsung
berhubungan emosional, prenatal dan antara
dengan mengidentifikasi periode penerimaan
ketidakefektifan kekuatan inpartum dan yang positif
koping individu individu dan persepsi akan peran
kemampuan klien tentang feminism
koping pribadi, penampilann dan
mencari sumber- ya selama keunikan
sumber yang persalinan. fungsi
tepat sesuai feminism
kebutuhan. serta
adaptasi
yang positif
terhadap
b. Anjurkan kelahiran
diskusi oleh anak,
klien / menjadi ibu,
pasangan dan
tentang menyusui.
persepsi b. Membantu
pengalaman klien/pasang
kelahiran. an bekerja
melalui
proses dan
c. Kaji memperjelas
terhadap realitas dari
gejala pengalaman
depresi yang fantasi.

27
fana
(perasaan c. Sebanyak 80
sedih % ibu-ibu
pascapartum mengalami
), pada hari depresi
ke-2 sampai sementara
ke-3 pasca atau
partum perasaan
(misalnya, emosi
ansietas, kecewa
menangis, setelah
kesedihan, melahirkan.
konsentrasi
yang buruk,
dan depresi
ringan atau
berat ).
d. Evaluasi
kemampuan
koping masa
lalu klien, d. Membantu
latar dalam
belakang mengkaji
budaya, kemampuan
sistem klien untuk
pendukung, mengatasi
dan rencana stress.
untuk
bantuan
domestic
pada saat
pulang.

28
e. Berikan
dukungan
e. Keterampila
emosional
n menjadi
dan
ibu/orang
bimbingan
tua bukan
antisipasi
secara
untuk
insting tetapi
membantu
harus
klien
dipelajari.
mempelajari
peran baru
dan strategi
untuk koping
terhadap f. Membantu
bayi baru pasangan
lahir. mengevaluas
f. Anjurkan i kekuatan
pengungkapa dan area
n raa masalah
bersalah, secara
kegagalan realistis dan
pribadi, atau mengenali
keraguragua kebutuhan
n tentang terhadap
kemampuan bantuan
menjadi professional
orang tua. yang tepat.

g. Kira-kira
g. Kolaborasi 40% wanita
dalam dengan
merujuk depresi

29
klien/pasang pascapartum
an pada ringan
kelompok mempunyai
pendukunga gejala-gejala
n menjadi yang
orang tua, menetap
pelayanan sampai 1
social, tahun dan
kelompok dapat
komunitas, memerlukan
atau evaluasi
pelayanan lanjut
perawat
berkunjung.
5 Gangguan pola Menidentifikasi a. Kaji tingkat a. Persalinan
tidur berhubungan penilaian untuk kelelahan atau
dengan respon mengakomodasi dan kelahiran
hormonal dan perubahan yang kebutuhan yang lama
psikologis (sangat diperlukan untuk dan sulit,
gembira, ansietas dengan istirahat. khususnya
dan kegirangan ), kebutuhan bila ini
nyeri/ketidaknyama terhadap terjadi
nan, proses anggota malam
persalinan dan keluarga baru, meningkatka
b. Kaji faktor-
kelahiran melaporkan n tingakt
faktor, bila
melelahkan. peningkatan rasa kelelahan
ada yang
sejaterah dan b. Membantu
mempengaru
istirahat. meningkatka
hi istirahat.
n istirahat,
tidur dan
c. Berikan
relaksasi dan
informasi
menurunkan

30
tentang rangsangan.
kebutuhan
untuk c. Rencana
tidur/istiraha yang kreatif
t setelah yang
kembali ke membolehka
rumah. n unruk tidur
dengan bayi
lebih awal
serta tidur
siang
d. Berikan
membantu
informasi
untuk
tentang efek-
memenuhi
efek
kebutuhan
kelelahan
tubuh
dan ansietas
pada suplai
d. Kelelahan
ASI.
dapat
mempengaru
hi penilaian
e. Kaji
psikologis,
lingkungan
suplai ASI,
rumah, dan
dan
bantuan di
penurunan
rumah.
reflex secara
psikologis.

e. Multipara
dengan anak
dirumah
memerlukan

31
tidur lebih
banyak
dirumah
sakit untuk
mengatasi
kekurangan
tidur dan
memenuhi
kebutuhanny
a.

6 Kurang Mengungkapkan a. Pastikan a. Terhadap


pengetahuan berhubungan persepsi hubungan
mengenai dengan klien tentang antara lama
perawatan diri dan pemahaman persalinan persalinan
perawatan bayi perubahan dan dan
fisiologis, kelahiran, kemampuan
berhubungan
kebutuhan lama untuk
dengan kurang
individu, ahasil persalinan, melakukan
pemanjanan/mengin
yang dan tingkat tanggung
gat, kesalahan
diharapkan, kelelahan jawab tugas
interprestasi, tidak
melakukan klien. dan aktifitas-
mengenal sumber-
aktivitas / aktifitas
sumber.
prosedur yang perawatan
perlu diri/perawata
menjelaskan n bayi.
b. Kaji
alas -alasan
persiapan
b. Periode
untuk tindakan. klien dan
pascanatal
motivasi
dapat
untuk
merupakan
belajar.
pengalaman

32
ibu,
maturasi,
dan
c. Berikan kompetensi.
informasi
tentang c. Membantu
perawatan mencegah
diri, infeksi,
termasuk mempercepa
perawatan t pemulihan
perineal dan dan
hygiene, penyembuha
perubahan n, dan
fisiologis. berperan
pada
adaptasi
d. Diskusikan yang positif
kebutuhan dari
seksualitas perubahan
dan rencana fisik dan
untuk emosional.
kontrasepsi.
d. Pasangan
mungkin
memerlukan
kejelasan
mengenaik
ketersediaan
metode
kontrasepsi
dan
kenyataan

33
bahwa
kehamilan
dapat terjadi
bahkan
sebelum
kunjungan
minggu ke-
6.

7. Potensial terhadap Mengungkapkan a. Kaji a. Perawat


pertumbuhan keinginan untuk hubungan dapat
koping keluarga melaksanakan anggota membantu
berhubungan tugas-tugas yang keluarga satu memberikan
dengan kecakupan mengarah pada sama lain. pengalaman
pemenuhan kerjasama dari positif di
kebutuhan- anggota rumah sakit
kebutuhan individu keluarga baru, dan
dan tugas-tugas mengekspresika menyiapkan
adaptif. n perasaan keluarga
percaya diri dan terhadap
kepuasan pertumbuhan
dengan melalui
terbentuknya tahap-tahap
kemajuan dan perkembang
b. Anjurkan
adaptasi. an.
partisipasi
seimbang
b. Fleksibilitas
dari orang
dan
tua pada
sensitifitas
perawatan
terhadap
bayi
kebutuhan
keluarga

34
membantu
mengemban
gkan harga
diri dan rasa
kompoten
dalam
c. Berikan perawatan
bimbingan bayi baru
antisipasi lahir setelah
mengenai pulang.
perubahan
emosi c. Berikan
normal bimbingan
berkenaan antisipasi
dengan mengenai
periode perubahan
pasca emosi
partum. normal
d. Berikan berkenaan
informasi dengan
tertulis periode
mengenai pasca
buku-buku partum.
yang d. Membantu
dianjurkan mengidentifi
untuk anak- kasi dan
anak mengtasi
(sibling) perasaan
tentang bayi akan
baru. kemungkina
e. Kolaborasi n pergantian
dalam atau

35
merujuk penolakan.
klien/pasang
an pada
kelompok e. Meningkatka
orang tua n
pasca partum pengetahuan
dikomunitas. orang tua
tentang
membesarka
n anak dan
perkembang
an anak

4. Implementasi

Setelah rencana tindakan keperawatan disusun secara sistemik.


Selanjutnya rencana tindakan tersebut diterapkan dalam bentuk kegiatan yang
nyata dan terpadu guna memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan yang
diharapkan

5. Evaluasi

Setelah implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah


ditetapkan, maka dilakukan evaluasi untuk melihat respon pasien apakah kriteria
hasil yang ditetapkan sudah tercapai atau belum.

36
BAB III

PEMBAHASAN

Kasus Asuhan Keperawatan Ibu Masa Nifas dengan Post Partum Blues

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU NIFAS DENGAN POST PARTUM


BLUES TERHADAP NY D DI RSUD ULIN BANJARMASIN

PENGKAJIAN

37
I. INFORMASI UMUM
A. Identitas Klien
Nama Ibu : Ny. D
Usia : 26 tahun
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jln. Raya SMAN 1 Gading Rejo
Tanggal Masuk : 07 Agustus 2017 Waktu: 15.30
No. Rekam Medik : 281946

B. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn. A
Usia : 28 tahun
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jln. Raya SMAN 1 Gading Rejo
Hub. dengan Klien : Suami
No. Telepon : 085319732133

C. Alasan Masuk Rumah Sakit


Kunjungan Nifas hari ke-4

II. KELUHAN UTAMA

Ibu mengatakan sulit tidur, cemas, tidak nafsu makan, perasaan tidak
berdaya, tidak senang melihat bayinya, tidak perduli dengan bayinya dan tidak
perduli dengan penampilan dan kebersihan dirinya.

1. Riwayat Kesehatan Sekarang

38
Keluhan ibu sekarang adalah sulit tidur, cemas, tidak nafsu makan,
perasaan tidak berdaya, tidak senang melihat bayinya, tidak ada perhatian pada
bayinya, dan tidak ada perhatian dengan penampilan dan kebersihan dirinya.

2. Riwayat Persalinan Saat Ini

Anak lahir spontan pada hari senin tanggal 07 Agustus 2007 pukul 18.30 WIB.

a. Kala I : Lamanya 4 jam 15 menit, jumlah perdarahan blood slym dan


berlangsung normal.
b. Kala II : Pukul 15.30, persalinan spontan pervaginam, jenis kelamin
perempuan, BB 3000 gram, PB 48 cm, Agar score 8/10, rupture perineum
tidak ada, perdarahan 50 cc, lamanya 15 menit.
c. Kala III : Placenta lahir pada pukul 15.45. WIB dengan melakukan
manajemen aktif kala III, berat placenta 500 gr, panjang tali pusat 30 cm,
dengan jumlah perdarahan 250 cc, lamanya 15 menit.
d. Kala IV : Berlangsung normal, keadaan umum baik, kesadaran
composmentis, kontraksi uterus baik, tidak ada nyeri tekan. TD : 110/70
mmHg, RR : 20 x/mnt, Suhu 36,70C, Pols 80 x/mnt, Perdarahan 100 cc
lamanya 2 jam.

III. PEMERIKSAAN FISIK

a. Nutrisi

Sebelum melahirkan: Sebelum perut ibu terasa mulas, ibu makan 3 x sehari dan
minum 7-8 gelas/hari. Tapi setelah timbul rasa mulas nasfu makan ibu berkurang,
tetapi ibu banyak minum air putih.

Setelah melahirkan: Ibu makan 2 x sehari, dengan porsi makan ½ piring nasi, ¼
mangkuk sayur bening, 2 potong tempe, ibu tidak suka minum susu, nafsu makan
berkurang, minum 2-5 gelas per hari.

b. Eliminasi

39
Sebelum melahirkan: Ibu biasanya BAB 1 x sehari, yaitu pada pagi hari, dan ibu
mengatakan sering BAK.

Setelah melahirkan: Ibu mengatakan setelah melahirkan baru BAB 1 x, BAK 3-4
kali sehari, volumenya banyak dan warnanya jernih.

c. Istirahat

Sebelum melahirkan: Sebelum perut ibu terasa mulas ibu bisa tidur 6-7 jam/hari
dan tidur siang 1 jam dalam sehari.

Setelah melahirkan: Ibu mengatakan sulit tidur dan tidak pernah tidur siang, ibu
hanya tidur 3-4 jam/hari.

d. Aktifitas

Sebelum melahirkan: Ibu masih sanggup melakukan aktifitasnya termasuk


mengurus segala keperluan rumah tangga, contohnya masak.

Setelah melahirkan: Saat ini ibu merasa masih perlu bantuan dalam melakukan
aktifitasnya.

e. Personal hygiene

Sebelum melahirkan: Ibu mengatakan mandi 2 x sehari, ganti pakaian 2 x sehari


dan cuci rambut 1 x sehari.

Setelah melahirkan: Ibu mengatakan mandi 1 x sehari, ganti pakaian 1 x sehari


dan cuci rambut 1 x seminggu.

f. Ekstermitas

Simetris kanan dan kiri, tidak cacat, jari-jari lengkap, tidak ada varices dan
oedem, kuku jari terlihat agak panjang dan kotor.

40
IV. HEAD TO TOE

1. Keadaan umum : Ibu tampak cemas dan gelisah


Kesadaran : Composmentis
2. Tanda-Tanda Vital
TD : 110/70 mmHg
Suhu : 36,7 C
RR : 20 x/mnt
N : 80 x/mnt
3. Pemeriksaan Inspeksi, Paplasi, Auskultasi dan Perkusi
a. Rambut : Hitam, pendek, kusam, terlihat kering dan kotor
b. Wajah : Tidak ada oedema, terlihat agak kusam dan tidak ada
cloasma gravidarum.
c. Mata : Konjungtiva agak pucat, sclera putih, tidak ada
pembengkakan pada kelopak mata dan pengelihatan normal.
d. Hidung : Fungsi penciuman baik, kebersihan baik, tidak ada polip,
tidak ada peradangan dan mukosa berwarna merah muda.
e. Mulut : Fungsi pengecapan baik, tidak ada stomatis, tidak ada
caries, bibir pecah-pecah dan terlihat kering.
f. Telinga : Simetris kanan dan kiri, fungsi pendengaran baik,
kebersihannya kurang, tidak ada pengeluaran serum, daun telinga ada.
g. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis,
terlihat agak kotor.
h. Dada : Buah dada simetris kanan dan kiri, putting susu menonjol,
terjadi pembesaran, tidak ada benjolan pada payudara, konstitensi keras,
keadaannya kurang bersih, hyperpigmentasi areola mammae.
i. Abdomen : TFU sudah tidak teraba, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
oedema dan varises pada restal, tidak ada haemoroid.

j. Ekstermitas
Ekstermitas atas : Simetris kanan dan kiri, tidak ada cacat, bebas
digerakkan, lengkap dan keadaannya kurang bersih

41
Ekstermitas bawah : Simetris kanan dan kiri, tidak ada cacat, bebas
digerakkan, lengkap dan keadaannya kurang bersih

V. KEADAAN PSIKOLOGIS

a. Ibu cemas dengan kelainan bayinya karena ibu ingin memiliki


bayi/anak laki-laki.
b. Ibu cemas dan takut bila suami dan keluarga tidak memperhatikannya
c. Ibu khawatir bila suami dan keluarga tidak menyukainya.

ANALISA DATA

No Tanggal / Data Fokus Etiologi Problem


Jam
1 07-08- DS: Ibu mengatakan Faktor Ketidakseimbangan
2017 tidak nafsu makan psikologis nutrisi kurang dari
15.30 kebutuhan
WITA DO: Ibu makan 2 x
sehari, porsi makan ½
piring nasi, ¼ mangkuk
sayur bening, 2 potong
tempe, ibu tidak suka
minum susu
2 08-08- DS: Ibu mengatakan sulit Respon Gangguan pola
2017 tidur dan tidak pernah hormonal dan tidur
tidur siang psikologis

DO: Ibu hanya dapat


tidur 3-4 jam/hari

42
3 10-08- DS: Ibu menga Kurang paparan Kurang
2017 DO: Ibu tidak ada informasi, pengetahuan
perhatian pada kesalahan mengenai
penampilan dirinya interprestasi, perawatan diri
tidak mengenal
sumber-sumber.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan faktor


psikologis

2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal dan psikologi

3. Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan perawatan bayi berhubungan


dengan kurang paparan informasi, kesalahan interprestasi, tidak mengenal
sumber-sumber.

INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

1. Ketidakseimbangan setelah • Kaji TTV pasien • Penentuan


nutrisi kurang dari diberikan • Anjurkan jumlah kalori
kebutuhan penjelasan dan kepada ibu dan dan bahan
berhubungan perawatan keluarga untuk makanan yang
dengan faktor selama 2 x 24 mengkonsumsi memenuhi
psikologis jam kebutuhan makanan yang standar gizi
nutrisi pasien bergizi
• Mencegah
terpenuhi • Beritahu ibu
penurunan
dengan: bahwa ibu post

43
Indikator: partum perlu nafsu makan
mengkonsumsi
• Pemasukan • Penanda
tambahan 500
nutrisi yang kekurangan
kalori tiap
adekuat nutrisi
harinya, makan
• Pasien mampu dengan diet
menghabiskan berimbang untuk
diet yang mendapatkan
dihidangkan protein, mineral
dan vitamin yang
cukup, minum
sedikitnya 8 liter
air setiap hari.

• Gizi untuk ibu


harus terpenuhi
dengan baik, ibu
memerlukannya 2
x lebih banyak
dari wanita lain,
karena ibu
membutuhkan
apabila gizinya
tidak terpenuhi
ibu bisa
menderita
anemia.

2. Gangguan pola Menidentifikasi Kaji tingkat • Persalinan


tidur berhubungan penilaian untuk kelelahan dan atau kelahiran
dengan respon mengakomodasi kebutuhan untuk yang lama dan
hormonal dan perubahan yang istirahat. sulit,
diperlukan Kaji faktor-faktor, khususnya bila

44
psikologi dengan bila ada yang ini terjadi
kebutuhan mempengaruhi malam
terhadap istirahat. meningkatkan
anggota Berikan informasi tingakt
keluarga baru, tentang kelelahan
melaporkan kebutuhan untuk
• Membantu
peningkatan rasa tidur/istirahat
meningkatkan
sejaterah dan setelah kembali
istirahat, tidur
istirahat. ke rumah.
dan relaksasi
Berikan informasi
dan
tentang efek-efek
menurunkan
kelelahan dan
rangsangan
ansietas pada
suplai ASI.

3. Kurang Kaji tingkat Jelaskan pada ibu Persalinan atau


pengetahuan kelelahan dan tentang kelahiran
mengenai kebutuhan pentingnya yang lama
perawatan diri dan untuk personal hygiene dan sulit,
perawatan bayi istirahat. • Anjurkan khususnya
berhubungan kepada ibu dan bila ini
dengan kurang keluarga untuk terjadi
paparan informasi, mendukung dan malam
kesalahan Kaji faktor- merawat bayinya. meningkatk
interprestasi, tidak faktor, bila • Anjurkan an tingakt
mengenal sumber- ada yang kepada untuk kelelahan
sumber. mempengaru selalu merawat
Membantu
hi istirahat. dirinya dan juga
meningkatkan
Berikan bayinya
istirahat, tidur
• Anjurkan

45
informasi kepada ibu untuk dan relaksasi
tentang menjaga dan
kebutuhan untuk kebersihan menurunkan
tidur/istirahat dirinya juga rangsangan
setelah kembali bayinya
ke rumah.
Berikan
informasi
tentang efek-
efek kelelahan
dan ansietas
pada suplai ASI.

Kaji lingkungan
rumah, dan
bantuan di
rumah.

IMPLEMENTASI

No Tanggal Implementasi
Dx

1. 7 Agustus • Mengkaji TTV pasien


2017 Pukul TD : 100/80 mmHg Suhu : 36,90C
09.00 RR : 24 x/mnt Nadi : 90 x/mnt
• Menganjurkan kepada ibu dan keluarga untuk
mengkonsumsi makanan yang bergizi
• Memberitahu ibu bahwa ibu post partum perlu
mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap harinya, makan
dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral
dan vitamin yang cukup, minum sedikitnya 8 liter air setiap

46
hari.

• Menjelaskan pada ibu bahwa gizi untuk ibu harus terpenuhi


dengan baik, ibu memerlukannya 2 x lebih banyak dari wanita
lain, karena ibu membutuhkan apabila gizinya tidak terpenuhi
ibu bisa menderita anemia.

2. 8 Agustus a. Menganjurkan pada ibu untuk beristirahat cukup 8 jam


2017 Pukul sehari dan usahakanlah kalau siang istirahat 1-2 jam waktu
14.00 bayinya tidur.
b. Menganjurkan pada keluarga selalu memantau pola istirahat
ibu.

3. 08 Agustus a. Menganjurkan tentang perawatan bayi sehari-hari seperti


2017 Pukul menggendongnya bila bayi menangis, menyusuinya,
17.00 mengganti popoknya bila basah, menjaga bayinya tetap
kering, bersih dan hangat, agar ibu merasa lebih dekat dengan
bayinya, menyukainya dan mulai tumbuh kasi sayangnya pada
bayinya. Menganjurkan keluarga dan teman untuk mendukung
karena ibu membutuhkan pengertian emosional, konseling,
serta tenggang waktu untuk lepas sejenak dari kegiatan
merawat bayi, bantuan dari keluarga dan teman sangat
berpengaruh dalam proses penyelesaian masalah.

b. Menganjurkan kepada ibu untuk selalu merawat dirinya dan


juga bayinya.

EVALUASI

47
Catatan Perkembangan

Hari Ke-4 tanggal 11 Agustus 2017

S: a. Ibu mengatakan masih sulit tidur


b. Ibu belum ada nafsu makan

O: a. Keadaan umum ibu masih cemas


b. Tanda-tanda vital
TD : 100/80 mmHg Nadi : 86 x/mnt
RR : 22 x/mnt Suhu : 36,80C
c. Ibu belum mau makan
d. Ibu menangis tanpa sebab
e. Ibu sangat sensitif dan mudah tersinggung
f. Ibu tidak memperhatikan penampilan dirinya
g. Ibu kurang menjaga kebersihan dirinya
h. Ibu merasa kurang menyayangi bayinya
i. TFU 3 jari di atas simpisis
j. Pengeluaran pervaginam lochea rubra
k. Ibu mengatakan payudaranya bengkak
l. Pengeluaran ASI terhambat, karena tidak disusukan pada bayinya.
m. Eliminasi BAK : 3-4 x/hari, BAB : 1 x/hari

A: a. Post partum blues


b. Penyuluhan tentang pentingnya istirahat
c. Penyuluhan tentang nutrisi ibu menyusui
d. Penyuluhan tentang personal hygiene

P: a. Jelaskan pada ibu bahwa personal hygiene itu penting


b. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
c. Anjurkan ibu untuk selalu menyusui bayinya

Hari ke-9 tanggal 16 Agustus 2007

48
S: a. Ibu mengatakan sudah bisa tidur
b. Ibu mengatakan sudah mau makan
c. Ibu mulai menyenangi bayinya dan mau merawat bayinya.
d. Ibu mengatakan sudah mulai memperhatikan penampilan dan kebersihan
dirinya juga bayinya.

O: a. Keadaan umum ibu membaik


b. Tanda-tanda vital
TD : 110/70 mmHg Nadi : 24 x/mnt
RR : 24 x/mnt Suhu : 36,70C
c. Makanan yang diberikan selalu dihabiskan
d. Pengeluaran pervaginam lochea serosa
e. Ibu tampak terlihat bersih dan rapi
f. TFU sudah tidak teraba
g. Pengeluaran ASI sudah mulai lancar karena ibu sudah mau menyusui
bayinya
h. Eliminasi
BAB : 1 x/hari
BAK : 3-4 x/hari

A: a. Post partum blues pada ibu sudah berkurang


b. Penyuluhan tentang ASI eksklusif
c. Penyuluhan tentang kontraksi

P: a. Lanjutkan intervensi
b. Anjurkan ibu untuk selalu menyusui bayinya
c. Jelaskan pada ibu bahwa ASI eksklusif itu penting
d. Jelaskan pada ibu dan suami tentang jenis-jensi perkembangan
e. Jelaskan keuntungan dan kerugian serta efek samping
f. Anjurkan ibu untuk mendiskusikan dengan suami alat kontrasepsi yang
akan dipakai

Hari ke-13 tanggal 20 Agustus 2007

49
S: Ibu mengatakan ingin menggunakan alat kontrasepsi yang menjarangka
kehamilan

O: a. Keadaan umum ibu baik


b. Tanda-tanda vital
TD : 110/80 mmHg Nadi : 80 x/mnt
RR : 22 x/mnt Suhu : 36,70C
c. pengeluaran pervaginam lochea alba
d. TFU tidak teraba
e. Pengeluaran ASI sudah lancar

A : Penyuluhan tentang hubungan seksual setelah persalinan

P: a. Persiapan pemberian alat kontrasepsi yang dipilih ibu


b. Pemberian alat kontrasepsi yang dipilih
c. Jelaskan pada ibu dan suami, apakah ibu dapat memasukkan satu/dua
jari kedalam vagina tanpa rasa nyeri berarti secara fisik ibu aman jadi,
tidak perlu cemas.

50
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Post Partum Blues merupakan problem psikis sesudah melahirkan seperti


kemunculan kecemasan, labilitas perasaan dan depresi pada ibu. Biasanya terjadi
secara teori terjadi mulai minggu ke-4. Faktor yang menyebabkan terjadinya post
partum blues bisa terjadi dari dalam dan luar individu, misalnya Ibu belum siap
menghadapi persalinan.

Penaganan gangguan mental pasca-salin pada prinsipnya tidak berbeda


dengan penanganan gangguan mental pada momen-momen lainnya. Para ibu yang
mengalami post partum blues membutuhkan pertolongan yang sesungguhnya.
Para ibu ini membutuhkan dukungan psikologis seperti kebutuhan fisik lainnya
yang harus juga dipenuhi.

Persiapan diri yang baik pada saat kehamilan sangat diperlukan sehingga
saat kelahiran memiliki kepercayaan diri yang baik dan mengurangi risiko
terjadinya depresi post partum. Support mental sangat diperlukan pada periode
post partum. Dukungan ini tidak hanya dari suami tapi dari keluarga, teman, dan
lingkungan sekitar. Jika ingin bercerita ungkapkan perasaan emosi dan perubahan
hidup yang di alami kepada orang yang dipercaya dapat menjadi pendengar yang
baik.

3.2 Saran

Dengan pembuatan makalah ini diharapkan mahasiswa bisa memahami


konsep dasar postpartum blues dan bagaimana penerapan asuhan keperawatan
yang tepat diberikan kepada pasien yang menderita masalah tersebut. Post-partum
blues ini dikategorikan sebagai sindroma gangguan mental yang ringan oleh sebab
itu sering tidak dipedulikan sehingga tidak terdiagnosis dan tidak ditatalaksanai
sebagaimana seharusnya, akhirnya dapat menjadi masalah yang menyulitkan,

51
tidak menyenangkan dan dapat membuat perasaan perasaan tidak nyaman bagi
wanita yang mengalaminya. Setelah diketahui bagaimana asuhan keperawatan
yang benar maka diharapkan postpartum blues ini berkurang atau dapat ditangani
dengan benar. Selain itu, diharapkan mahasiswa dapat membagi informasi ini
kepada masyarakat dan dapat mempraktekkan ilmunya saat preklinik nantinya.

52
DAFTAR PUSTAKA

Adrianus dkk. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas pada Post Partum Blues.
Maumere: Program Studi S1 Keperawatan Program B Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Nusa Nipa

Farrer, Helen. 2001. Perawatan Maternitas. Jakarta: EGC

Fitriana, LA dan Nurbaeti, Siti. 2015. Gambaran Kejadian Postpartum Blues


pada Ibu Nifas Berdasarkan Karakteristik di Rumah Sakit Umum Tingkat
IV Sariningsih Kota Bandung. Bandung: Fakultas Pendidikan Olahraga
dan Kesehatan

Ibrahim, Christina. 1980. Perawatan Kebidanan. Jakarta: PT Bhratara Aksara

Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan Patologi


Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media Jakarta

Yulianti. 2014. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Postpartum Blues pada


IBU Pasca Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Kajhu Kec.
Baitussalam Kab. Aceh Besar. Banda Aceh: STIKES U'Budiyah Banda
Aceh

53

Anda mungkin juga menyukai