Anda di halaman 1dari 67

TINDAKAN SWAMEDIKASI

TERHADAP KELUHAN DISMENORE PRIMER PADA REMAJA PUTRI

DI SMK PUTRA INDONESIA MALANG

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH

EKA WISANTI

NIM 06.020

AKADEMI FARMASI PUTRA INDONESIA MALANG

JULI 2009
Karya Tulis Ilmiah

oleh EKA WISANTI. ini

telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan

Pembimbing,

Bambang Arief P., S.Si., Apt


Lembar Halaman Pengesahan

Karya Tulis Ilmiah

Oleh EKA WISANTI, ini

Telah dipertahankan didepan dewan penguji

Pada tanggal 6 Agustus 2009

Dewan penguji,

Bambang Arief, S.Si., Apt Penguji I

Kartini., A.Md., ST Penguji II

Dra. Mursyidah, Apt., M.Kes Penguji III

Mengetahui, Mengesahkan,

Pembantu Direktur Bidang Akademik Direktur Akademik Farmasi

Akademik Farmasi

ENDANG SUSILOWATI., S.Si., Apt KARTINI., A.Md., ST


ABSTRAK

Wisanti, Eka. 2009. Tindakan Swamedikasi Terhadap Keluhan Dismenore Primer


pada Remaja Putri di SMK Putra Indoesia Malang. Karya Tulis Ilmiah.
Akademi Farmasi Putra Indoesia Malang. Pembimbing Bambang
Arief P., S.Si., Apt.

Kata kunci : Tindakan swamedikasi, Dismenore Primer, Remaja Putri, di SMK


Putra Indonesia Malang.

Saat ini peradaban ilmu pengetahuan dan teknologi tentang kesehatan


mengalami perkembangan yang sangat pesat. Adanya perkembangan dibidang
kesehatan didukung oleh kemajuan secara lengkap mengenai obat – obatan,
mendorong masyarakat untuk melakukan swamedikasi terhadap penyakit atau
keluhan yang sering dialami dalam kehidupan sehari – hari. Pengobatan tersebut
dilakukan secara mandiri tanpa memeriksakan ke dokter. Di SMK Putra Indonesia
Malang mempunyai murid remaja putri lebih banyak dibanding remaja putranya.
Dengan permasalahan yang terjadi pada remaja putri seperti keluhan menstruasi
yang sering dialami, mereka mengobati keluhan tersebut dengan melakukan
swamedikasi.
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah Remaja Putri di SMK
Putra Indonesia Malang, yang mengalami keluhan dismenore primer dan
melakukan swamedikasi.
Penelitian ini dilakukan di SMK Putra Indonesia Malang selama bulan
April – Juni 2009. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
survei yaitu mengamati secara langsung fakta yang ada pada remaja putri di SMK
Putra Indonesia, Malang. Adapaun penelitian ini akan dilakukan melalui tiga
tahap. Pertama, tahap persiapan antara lain dengan menentukan lokasi penelitian,
waktu penelitian, penentuan sampel dan menyusun angket. Kedua, tahap
pelaksanaan adalah tahap penyebaran angket. Ketiga, tahap akhir pengumpulan
dan analisa data hasil pnelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 83,5 % responden yang sudah tepat
dalam melakukan swamedikasi, dari penelitian ini juga diketahui informasi
informasi dari pengalaman orang lain sebesar 46,1 %, sedangkan golongan obat
yang paling banyak digunakan adalah golongan obat bebas yaitu 67,2 %.
Berdasarkan hasil penelitian informasi yang banyak dijadikan acuan
adalah pengalaman orang lain. Hal ini dikarenakan dismenore primer merupakan
suatu keluhan yang sangat familiar bagi kehidupan wanita sehingga satu sama lain
saling memberi informasi. Sedangkan tenaga kesehatan kurang berperan aktif
dalam kasus dismenore primer. Diharapkan tenaga kesehatan berperan aktif dalam
memberikan informasi agar masyarakat tepat dalam melakukan swamedikasi.

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah saya yang

berjudul “Tindakan Swamedikasi Terhadap Keluhan Dismenore Primer pada

Remaja Putri di SMK Putra aiandonesia Malang” tepat pada waktunya.

Adapun tujuan penulisan ini Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai

persyaratan untuk menyelesaikan program D III di “ Akademi Farmasi “ Malang.

Sehubungan dengan terselesaikannya penulisan Karya Tulis Ilmiah, saya

mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yaitu :

1. Ibu Erna Susanti, S.Si., Apt., selaku Direktur Akademi Farmasi Putra

Indonesia Malang

2. Bapak Bambang Arief P., .S.Si., Apt., selaku dosen pembimbing

3. Bapak Drs. H. Riza Abuderi, Apt selaku dosen penguji I

4. Ibu Misgiati, A.Md., S.Pd., Selaku dosen penguji II

5. Bapak dan Ibu Dosen Akademi Farmasi “Putra Indonesia“ serta semua

staf.

6. Kedua orang tua, nenek, dan paman – paman, yang selalu memberikan

do’a dan motivasi.

7. Rekan – rekan mahasiswa serta semua pihak yang langsung maupun tidak

langsung telah memberikan bimbingan, bantuan, serta arahan pada penulis.

ii
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih

banyak mempunyai kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran akan sangat

diharapkan.

Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat berguna dan bermanfaat.

Malang, Juli 2009

Penulis

iii
DAFTAR ISI

ABSTRAK........................................................................................................i

KATA PENGANTAR...................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL............................................................................................ vi

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah...................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian....................................................................... 4

1.4 Asumsi Penelitian.......................................................................5

1.5 Kegunaan Penelitian...................................................................5

1.6 Ruang Lingkup dan Keterbatasan masalah................................ 6

1.7 Definisi Istilah............................................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Swamedikasi..............................................8

2.2 Swamedikasi yang Benar........................................................10

2.3 Tinjauan tentang Dismenore Primer....................................... 11

2.4 Pembagian obat ......................................................................15

2.5 Obat – obat nyeri haid.............................................................18

2.6 Sumber Informasi Obat sebagai Penunjang Swamedikasi..... 23

2. Kerangka teori............................................................................ 27

iv
BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian..............................................................33

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian..............................................33

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................... 34

3.4 Instrumen penelitian..................................................................34

3.5 Definisi Operasional Variabel...................................................34

3.6 Prosedur Pengumpulan Data..................................................... 36

3.7 Analisis Data............................................................................. 36

BAB IV HASIL PENELITIAN......................................................................39

BAB V PEMBAHASAN.............................................................................. 43

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan............................................................................. 46

6.2 Saran....................................................................................... 46

DAFTAR RUJUKAN......................................................................................48

LAMPIRAN – LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Prosentase tindakan swamedikasi.....................................................40

Tabel 4.2 Prosentase jenis informasi yang dijadikan acuan............................. 41

Tabel 4.3 Prosentase golongan obat................................................................. 42

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Logo obat.................................................................................. 49

Lampiran 2 Angket....................................................................................... 50

Lampiran 3 Daftar nama obat yang digunakan dalam Swamedikasi........... 52

Lampiran 4 Tabel..........................................................................................54

Lampiran 5 Daftar banyaknya responden memilih obat dalam

swamedikasi ............................................................................. 59

vii
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Saat ini kemajuan didunia kesehatan mengalami perkembangan yang

sangat pesat. Perkembangan tersebut diantaranya dibidang alat kesehatan yang

semakin canggih, bervariasinya obat dan meluasnya penjualan obat, dengan

meluasnya penjualan obat, memudahkan masyarakat untuk mendapatkan obat.

Ibu rumah tangga sering kali menyediakan obat – obat dirumahnya

dengan membeli diapotek atau toko obat. Obat yang dibeli biasanya obat untuk

penyembuhan penyakit ringan, misalnya obat flu, batuk, gatal – gatal dan demam.

Jika mempunyai seorang anak perempuan yang masih remaja, dan sudah

mengalami menstruasi, biasanya menyediakan obat nyeri haid dikotak obat. Hal

ini dilakukan sebagai persiapan sebelum datang waktu haid.

Menurut dr.levina (1996 : 3 ) menstrusi atau yang sering disebut dengan

haid adalah perdarahan dari uterus (rahim) yang keluar melalui vagina selama 3 –

5 hari dan terjadi setiap 22 sampai 35 hari. Pada waktu mestruasi seringkali

remaja putri mengalami lelah, pusing, mual, bahkan muntah.

Menstruasi merupakan suatu hal yang sangat familiar sekali dengan

masalah kewanitaan. Pada saat menstruasi tidak jarang wanita mengalami keluhan

nyeri haid yang biasa disebut dengan Disminore. Dismenore ini dibagi dua yaitu

dismenore primer dan dismenore sekunder. Dismenore atau lebih dikenal dengan

nyeri haid timbul setiap kali haid akan maupun saat menstruasi, dapat dipastikan

bahwa selalu timbul rasa nyeri pada bagian perut bawah. Nyeri terasa terutama

pada hari pertama dan kedua haid., rasa nyeri dapat berkurang setelah keluar

1
2

darah cukup banyak. Dismenore primer yaitu nyeri haid yang timbul sejak haid

pertama dan akan pulih sendiri dengan berjalannya waktu. Dismenore sekunder

yaitu nyeri haid yang baru muncul jika ada penyakit atau kelainan yang menetap

seperti infeksi rahim, kista atau polip, tumor sekitar kandungan yang dapat

mengganggu jaringan sekitarnya. Yang sering terjadi dalam kehidupan sehari –

hari adalah disminor primer,dengan banyaknya aktivitas yang harus dilakukan

oleh sebagian besar wanita atau remaja putri maka keluhan disminore primer

cukup mengganggu sehingga perlu pengobatan untuk mengatasi keluhan ini. Akan

tetapi fakta yang ada dalam masyarakat jarang sekali mereka memeriksakan

keluhan disminore primer kepada dokter atau tenaga paramedik karena keluhan

ini sudah dianggap biasa terjadi pada waktu haid.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cukup pesat,

memudahkan masyarakat untuk mengetahui berbagai perkembangan diberbagai

bidang kesehatan. Adanya perkembangan kesehatan mempermudah untuk

memilih obat – obatan yang sesuai dengan kebutuhan. Baik melalui media iklan,

media elektronik, dan media cetak. Semua memberikan informasi selengkap –

lengkapnya demi tercapainya keingintahuan masyarakat.

Pengobatan sendiri (swamedikasi) yang dilakukan oleh sebagian besar

wanita terkait dengan Dismenore banyak dilakukan secara mandiri sesuai dengan

pengetahuan dan wawasan mereka. Biasanya mereka langsung membeli obat

diwarung, toko maupun diapotek – apotek terdekat.

( Tjay, 1999 : 2 ) Pengobatan secara mandiri dilakukan karena adanya

beberapa hal diantaranya menghemat biaya ke dokter, menghemat waktu, dan

segera dapat beraktivitas kembali. Akan tetapi, terkadang tindakan swamedikasi


3

yang dilakukan tidak sesuai dengan cara swamedikasi yang benar.Hal ini

dikarenakan tidak adanya diagnosa penyakit sehingga mereka mengobati

berdasarkan rasa sakit yang diderita.

Cara swamedikasi yang benar antara lain tepat pasien, tepat obat, tepat

golongan, tepat dosis dan waspada efek samping. Swamedikasi juga mempunyai

dampak diantaranya jika penggunaan obat dilakukan secara tepat sesuai dengan

swamedikasi yang benar maka keluhan atau penyakit dapat segera disembuhkan

karena obat mencapai efek terapeutik, akan tetapi jika obat digunakan secara salah

dapat menimbulkan keadaan yang lebih parah.

(Tjay, 1999 : 3 ) Resiko – resiko yang harus diketahui dalam

berswamedikasi diantaranya 1). Tidak mengenali keseriusan gangguan yaitu

keluhan – keluhan dapat dinilai secara salah karena tidak adanya diagnosa

sehingga pengobatan yang dilakukan tidak menyembuhkan. 2). Penggunaan

kurang tepat yaitu obat – obatan dapat digunakan secara salah, terlalu lama atau

dalam takaran yang terlalu besar. Beberapa obat yang bila digunakan terlalu besar

dapat memperburuk keadaan.

Peneliti mempertimbangkan beberapa hal untuk menetukan pengambilan

sampel, yaitu lokasi penelitian yang dekat, menghemat waktu, menghemat biaya.

Melalui data yang ada didapatkan, bahwa di SMK Putra Indonesia Malang

mempunyai jumlah remaja putri lebih banyak daripada remaja putra yaitu 83

remaja putra dan 393 remaja putri, Sehingga menarik peneliti untuk mengetahui

bagaimana tindakan swamedikasi keluhan dismenore primer pada remaja putri

diSMK putra Indonesia Malang.


4

1.2. Rumusan Masalah

Remaja putri diSMK Putra Indonesia Malang, menderita keluhan

dismenore primer dan melakukan tindakan swamedikasi untuk pengobatanya.

Pertanyaan penelitian :

1.2.1 Berapa prosentase remaja putri yang sudah benar dalam melakukan

swamedikasi ?

1.2.2 Jenis informasi apa saja yang dijadikan sumber informasi pemilihan obat

bagi pelaku swamedikasi dismenore primer remaja putri diSMK Putra Indonesia

Malang?

1.2.3 Golongan obat apa yang paling banyak dikonsumsi oleh pelaku swamedikasi

untuk pengobatan dismenore primer ?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Umum

Mengetahui bagaimana tindakan swamedikasi keluhan dismenore primer

pada remaja putri diSMK Putra Indonesia Malang yang meliputi tepat obat , tepat

golongan , tepat dosis, dan waspada efek samping.

1.3.2 Khusus

1. Untuk mengetahui prosentase remaja putri yang melakukan swamedikasi

keluhan dismenore primer dengan benar.

2. Untuk mengetahui jenis – jenis informasi yang digunakan remaja putri

diSMK Putri Indonesia dalam pemilihan alternatif tindakan swamedikasi

dismenore primer
5

3. Untuk mengetahui golongan obat yang paling banyak dikonsumsi oleh

pelaku swamedikasi untuk pengobatan dismenore primer.

3.1. Asumsi penelitian

Remaja putri diSMK Putra Indonesia Malang berdasarkan umur sudah

mengalami menstruasi.

3.2. Kegunaan penelitian

3.2.1. Sebagai acuan bagi para produsen (industri farmasi) untuk menambah

penjualan jika penelitian ini nantinya mendapatkan hasil kecenderungan

obat yang banyak digunakan, Sehingga produksi obat tersebut dapat

ditingkatkan.

3.2.2. Sebagai acuan bagi tenaga kesehatan untuk meningkatkan kegiatan

penyuluhan kesehatan kepada masyarakat, agar masyarakat mengerti cara

swamedikasi yang benar.

3.2.3. Sebagai penambah wawasan bagi remaja putri untuk bisa melakukan

swamedikasi keluhan dismenore primer

3.2.4. Sebagai acuan mahasiswa untuk meningkatkan pengetahuan dan

perbandingan untuk penelitian yang akan datang.

3.3. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah mengetahui bagaimana tindakan

swamedikasi terhadap keluhan dismenore primer yang dilakukan oleh remaja

putri diSMK Putra Indonesia Malang.

Keterbatasan penelitian ini adalah tidak terjaminnya tingkat kejujuran

responden dalam mengisi angket, dan swamedikasi yang benar meliputi ( Tepat
6

obat, tepat golongan, tepat dosis, dan waspada efek samping). Tepat pasien tidak

diukur dikarenakan sampel yang diambil adalah usia remaja sehingga

kemungkinan kecil terjadi kesalahan pada pemberian obat. Maka dalam penelitian

ini yang diukur adalah tepat obat, tepat golongan, tepat dosis dan waspada efek

samping.

1.7 Definisi istilah

Dismenore : Nyeri haid menjelang atau selama haid sampai

membuat wanita tersebut tidak dapat bekerja dan

harus tidur.

Dismenore primer : Nyeri haid yang timbul sejak haid pertama dan akan

pulih sendiri seiring berjalannya waktu

Swamedikasi : mengobati segala kebutuhan pada diri sendiri

dengan obat – obat yang dibeli bebas diapotek atau

toko atas inisiatif sendiri tanpa nasehat dokter.

Sumber informasi : pusat informasi yang digunakan masyarakat untuk

mengetahui berbagai alternatif dalam melakukan

tindakan, swamedikasi antara lain media

elektronik, media iklan, penyuluhan kesehatan, dan

pengalaman orang lain.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Tentang Swamedikasi

Secara etimologi swamedikasi berasal dari kata swa yang artinya sendiri

atau mandiri, dan kata medikasi yang artinya pengobatan atau pemakaian obat.

Jadi swamedikasi adalah pengobatan sendiri atau pemakaian obat tanpa resep

dokter yang dilakukan oleh masyarakat atas inisiatif sendiri (Adji, 1994 :4)

Swamedikasi berarti mengobati segala kebutuhan pada diri sendiri dengan

obat – obat yang dibeli bebas diapotek atau toko obat atas inisiatif sendiri tanpa

nasehat dokter (Tjay, 1993 :1)

Swamedikasi bukan hanya cara bagaimana mereka mengobati dirinya

sendiri tetapi juga pemilihan obat. Pada kenyataannya, sebagian besar masyarakat,

mengobati sendiri penyakitnya, baik membeli sendiri diapotek, minum jamu,

berdasarkan informasi dan media massa maupun berdasarkan pengalaman sendiri

atau orang lain. Banyak penyakit yang dialami masyarakat, bukan karena factor

keadaan alam dan sebagainya,tetapi justru disebabkan oleh kesalahan dalam

menggunakan obat itu sendiri, tanpa resep dari dokter yang juga dapat dikatakan

karena faktor resiko swamedikasi (Tjay, 1993 : 1)

Masyarakat melakukan swamedikasi karena dinilai lebih efisien dalam

menghemat waktu dan biaya. Kesibukan masyarakat sehari – hari juga membuat

mereka memilih sesuatu dengan praktis, sehingga segala sesuatunya ingin lebih

cepat diatasi terutama dalam menangani masalah kesehatan. Selain itu, obat –

obatan yang didapat mudah ditemukan dilemari obat rumah tangga. Adanya

7
8

berbagai sumber informasi obat sekarang ini biasa membantu pelaksanaan

tindakan swamedikasi.

Swamedikasi mempunyai resiko – resiko yang harus diketahui dan

diperhatikan oleh masyarakat yaitu (Tjay, 1993 :3 – 5 ) :

1.Tidak mengenali keseriusan gangguan

keseriusan keluhan – keluhan dapat dinilai secara salah atau mungkin tidak

dikenali sehingga pengobatan sendiri yang dilakukan kurang efektif untuk

mengobati atau menyembuhkan penyakitnya.

2. Pengguaan kurang tepat

bahwa obat – obatan dapat digunakan secara salah, terlalu lama atau dalam

takaran terlalu besar. Beberapa obat bila digunakan terlalu besar malah

memperburuk keadaan. Begitu juga obat – obat alamiah, maupun ramuan jamu –

jamu dan tumbuhan yang dikeringkan, seringkali dianggap lebih baik dan lebih

aman. Ini adalah kesalah-pahaman, karena jamu – jamu adakalanya mengandung

zat – zat aktif dengan khasiat keras yang dapat memberikan efek samping yang

berbahaya.

Swamedikasi dilakukan untuk mengatasi ganggaun kesehatan yang ringan

antara lain, batuk, flu, pilek, demam, sakit kepala, maag, gatal – gatal, iritasi

ringan pada mata, serat nyeri otot, dan sebagainya.

Ada juga penyakit – penyakit yang tidak boleh diobati sendiri antara lain

gangguan jantung dan pembuluh, kencing manis, penyakit – penyakit infeksi, dan

kanker (Tjay,1993 : 3)

Ada beberapa gejala berbahaya yang tidak boleh diobati sendiri karena

membujuk pada penyakit serius (Tjay, 1993 : 5) :


9

1. Terjadinya perubahan pada tahi lalat atau kutil

2. Rasa nyeri dan sulit menelan

3. Borok yang tidak mau sembuh

4. Buang air besar dan kecil dengan darah, atau adanya perubahan yang menetap

dari pembuangan air atau konsitensi tinja ( diare atau sembelit )

5. Rasa nyeri atau sulit buang air kecil

6. Keluarnya lendir atau darah yang luar biasa dari vagina

7. Demam diatas 40o yang bertahan lebih lama dari 2 – 3 hari, yang disertai

gejala – gejala seperti nyeri tenggorokan (dengan bintik – bintik putih),ruam

kulit yang hebat atau lepuh.

8. Diare atau muntah – muntah yang hebat

2.2. Swamedikasi yang benar

Tindakan swamedikasi bertujuan untuk mengobati penyakit tanpa resep atau

bantuan dari dokter. Tindakan seperti ini akan memberikan keuntungan jika

mayarakat yang menggunakan obat tersebut melihat dan menerapkan pemakaian

obat sesuai dengan yang tercantum pada kemasanya.

Beberapa kriteria – kriteria swamedikasi yang benar adalah :

1. Tepat obat, yaitu sesuai antara keluhan dengan indikasi obat. Hal ini sangat

bermanfaat apabila obat digunakan sesuai antara keluhan – keluhan yang

dirasakan dengan indikasi pada obat yang dipilih, karena akan didapatkan efek

terapi yang optimal.

2. Tepat golongan adalah tepat pemilihan obat sesuai dengan golongan obat yang

aman digunakan dalam berswamedikasi yaitu golongan obat bebas dan obat bebas

terbatas
10

3. Tepat dosis yaitu sesuai antara takaran dan umur. Dalam setiap obat terdapat

zat aktif dan bahan tambahannya, oleh Karena itu jumlah takaran sangat

mempengaruhi dalam pengkomsusian obat.

4. Waspada efek samping yaitu pasien harus mengetahui efek samping obat yang

dikonsumsi, sehingga tidak sampai menimbulkan toksis ditubuh.

2.3 Tinjauan Tentang Dismenore Primer

2.3.1 Pengertian dismenore primer (nyeri haid)

Dismenore adalah nyeri haid menjelang atau selama haid. Sampai membuat

wanita tersebut tidak dapat bekerja dan harus tidur. Nyeri sering bersamaan dengan

rasa mual, sakit kepala, perasaan mau pingsan, lekas marah (Yunizaf, 2001 : 370)

Sedangkan menurut Sarwono ( 1999 : 229 ) mengatakan hampir semua wanita

mengalami rasa tidak enak diperut bagian bawah sebelum dan selama haid., juga

sering kali rasa mual. Maka istilah dismenore hanya dipakai jika nyeri haid demikian

hebatnya, sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan

atau cara hidupnya sehari – hari untuk beberapa jam atau beberapa hari.

2.3.2 Klasifikasi nyeri haid

Nyeri haid dibagi dua yaitu :

1. Nyeri haid primer

Nyeri haid primer yaitu nyeri haid yang timbul sejak haid pertama dan akan

pulih sendiri dengan berjalannya waktu. Nyeri haid ini normal, namun dapat

berlebihan bila dipengaruhi oleh factor psikis dan fisik, seperti stress, syok,

penyakit yang menahun, kurang darah, dan kondisi tubuh menurun.gejala ini

tidak membahayakan kesehatan.


11

2. Nyeri haid sekunder

Nyeri haid sekunder biasanya baru muncul kemudian, yaitu jika ada penyakit

atau kelainan yang menetap seperti infeksi rahim, kista, atau polip, tumor

disekitar kandungan, kelainan kedudukan rahim,yang dapat mengganggu

organ jarinangan disekitarnya.

Sedangkan secara klinis nyeri haid terdiri dari

a. Nyeri haid ringan, berlangsung beberapa saat dan dapat melanjutkan

pekerjaan sehari – hari.

b. Nyeri haid sedang, diperlukan obat penghilang rasa nyeri tanpa perlu

meninggalkan kerjanya.

c. Nyeri haid berat, perlu istirahat beberapa hari dan dapat disertai skit

kepala,

sakti pinggang, diare dan rasa tertekan.

2.3.3 Etiologi

Menurut Sarwono (1999:229) Penyebab Dismenore primer belum semuanya

diketahui, tetapi umumnya berhubungan dengan siklus ovulatorik. Beberapa

penyebab umum dismenore primer adalah Prostaglandin, vasopresin, gangguan

psikis dan faktor endokrin.

1. Prostaglandin

Bila dalam keadaan tertentu kadar prostaglandin berlebihan atau meningkat,

maka kontraksi uterus akan bertambah. Hal ini menyebabkan terjadinya nyeri

yang hebat. Disebut Dismenore. Beredarnya prostaglandin yang berlebihan

keseluruh tubuh juga akan berakibat meningkatnya aktivitas usus besar. Jadi
12

prostaglandin inilah yang menyebabkan gejala nyeri, kepala pusing, rasa panas,

dan dingin pada muka, diare serta mual yang mengiring nyeri pada waktu haid.

2. Psikis

Derajat yang dialami akibat rangsangan nyeri tergantung pada latar belakang

pendidikan penderita. Pada dismenore faktor pendidikan dan faktor psikis saling

terkait. Dismenore diperberat dengan keadaan psikis penderita. Jumlah dismenore

yang dipacu oleh keadaan psikis adalah besar. Beberapa faktor psikis secara

terpadu ikut berperan sebagai penyebeb dismenore seperti kehilangan tempat

tberteduh, ketakutan, rasa bersalah, atau penolakan untuk menjadi wanita dewasa

3. Faktor endokrin

Ada umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada dismenre primer

disebabkan oleh kontraksi uterus yang berlebihan. Fakor endokrin mempunyai

hubungan dengan soal tonus dan kontraktivitas otot usus.

Penjelasan lain diberikan oleh Clitheroe dan pickles, mereka menyatakan

bahwa karena adanya endometrium dalam fase sekresi memproduksi

prostaglandin F2 yang menyebabkan otot – otot polos. Jika jumlah prostaglandin

yang berlebihan dilepaskan kedalam peredaran darah, maka selain dijumpai

dismenore dijumpai juga efek umum seperti diarea, nausea, dan muntah.

2.3.4. Tanda dan Gejala

Menurut Yunizaf ( 2001 : 373 )keluhan nyeri haid mempunyai cici - ciri :

1. mual muntah

2. rasa letih

3. sakit daerah bawah pinggang

4. perasan cemas dan tegang


13

5. diare

6. sakit kepala

7. cepat marah

8. pegal dan nyeri

Tabel 2.3.1 Perbandingan Gejala Dismenore Primer Dan Dismenore


Sekunder
Dismenore Primer Dismenore Sekunder
Usia lebih muda Usia lebih tua
Timbul segara setelah terjadinya siklus Cenderung mulai setelah 2 tahun siklus
haid yang teratur haid teratur
Sering pada nullipara Tidak berhubungan dengan paritas
Nyeri sering terasa sebagai kejang Nyeri sering tersisa terus menerus dan
uterus dan spastik kumpul
Nyeri timbul mendahului haid dan Nyeri mulai pada saat haid dan
meningkat pada hari pertama atau meningkat bersamaan dengan keluarnya
kedua haid darah
Tidak dijumpai keadaan patologi pelvik Berhubungan dengan kelainan pelvik
Hanya terjedi pada siklus haid yang Tidak berhubungan dengan adanya
ovulatorik ovulasi
Sering menberikan respon terhadap Seringkali memeruka tindakan operatif
Medikamtosa
Pemeriksaan pelvik normal Terdapat kelainan pelvik

2.4 Pembagian Obat


2.4.1 Pembagian Obat Menurut Obat Yang Diperdagangkan adalah sebagai

berikut:

1. Obat Paten

Obat paten adalah obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama

sipembuat atau yang dikuasainya dan dijual dalam bungkus asli dari pabrik yang

memproduksinya.
14

2. Obat Generik

Obat generic adalah obat esensial yang tercantum dalam Daftar Obat Essensial

Nasional ( DOEN ) dan mutunya terjamin karena diproduksi sesuai dengan

persyaratan Cara Pembuatan Obat yang baik dan diuji ulang oleh Pusat

Pemeriksaan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan

2.4.2 Obat menurut tingkat keamanannya dibagi menjadi empat :

2.4.2.1 Kelompok obat bebas :

Meliputi obat – obat bebas yang dapat dibeli tanpa pembatasan dari apotek

dan toko obat. Antara lain dapat disebut obat – obat penghalang rasa nyeri

asetosal dan parasetamol, obat batuk sirop dan sebagainya. Yang disebut obat

bebas yaitu obat yang tidak digolongkan sebagai obat keras, obat psikotropik, obat

narkotik maupun obat bebas terbatas.

Semua obat bebas dan obat bebas terbatas diwajibkan didalam bungkusnya

disertakan brosur yang menerangkan ( Anief, 1991 : 143 ) :

1. Cara pemakaian obat

2. Dosis ( jumlah takaran ), kontra indikasi

3. Kemungkinan adanya gangguan alergi terhadap obat serta gejala – gejalanya

Obat bebas tersebut dalam kemasan asli dari pabrik dengan disertai tanda

lingkaran hijau sebagai tanda obat bebas dan disertai brosur yang berisi nama

obat , nama dan isi zat berkhasiat, indikasi, dosisi atau aturan memakainya, no

batch dan nomer register, nama pabrik dan alamatnya, cara menyimpannya.

2.4.2.2 Kelompok Obat Bebas Terbatas

Disebut daftar obat keras bebas terbatas, mengandung ” obat – obat dari jenis
15

jenis penyakit yang pengobatannya dianggap telah dapat ditetapkan sendiri oleh

rakyat banyak dan tidak begitu membahayakan, terlebih pula jika menurut aturan

– aturan pemakainya ”.

Penyerahannya oleh depot – depot obat diharuskan dalam bungkusan

aslinya guna mencegah pemalsuan dan / penukaran beserta suatu tanda peringatan

khusus. Dengan peningkatan pengetahuan umum dan tanggung jawab masyarakat

mengenai kesehatan obat – obat keras bebas terbatas dapat terus berkembang dan

diperluas.logo obat keras bebas terbatas disertai dengan lingkaran berwarna biru.

Selain itu harus ditandai dengan etiket – etiket dan brosur yang menyebutkan :

1. Nama obat yang bersangkutan

2. Daftar bahan berkhasiat serta jumlahnya yang digunakan

3. Nomer batch dan tanggal kadaluwarsa, no. Register.

4. Petunjuk penggunaan ( indikasi ) dan cara pemakaian dan peringatan,

pencegahan ( kontra indikasi ) yang dipandang perlu.

Pada kemasan obat seperti ini biasanya tertera peringatan yang bertanda kotak

kecil berdasar warna gelap atau kotak putih bergaris tepi hitam, dengan tulisan

sebagai berikut :

P.No. 1: Awas! Obat keras. Bacalah aturan pemakaiannya.

P.No. 2: Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari badan.

P.No. 3: Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan.

P.No. 4: Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar.

P.No. 5: Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan.

http://pojokdesign.wordpress.com/2009/01/23/membedakan-golongan-obat/
2.4.2.3 Kelompok Obat Keras ( daftar G)

Obat – obat golongan ini sangat berbahaya, mencakup semua obat yang dapat
16

dibeli diapotek dengan resep dokter. Obat-obat ini berkhasiat keras dan bila

dipakai sembarangan bisa berbahaya bahkan meracuni tubuh, memperparah

penyakit atau menyebabkan mematikan. Sebagai tanda obat keras pada

pembungkusnya diberi tanda kuhusus, huruf K dengan latar belakang warna

merah, didalam warna hitam.

2.4.2.4 Kelompok Obat Narkotik dan Psikotropik

Obat narkotik adalah obat yang bekerja secara selektif pada susunan saraf

pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap perubahan atau penurunan

kesadaran, hilangnya rasa, dan mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri,

digunakan untuk analgesik, antitusif, antispasmodik, dan premedikasi anestesi.

Obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara selektif pada susunan

saraf pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan

perilaku, dan digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik. Lingkaran merah

dengan latar belakang putih dan tengahnya, berganbar palang merah.

2.5 Obat – Obat nyeri haid


Obat nyeri haid dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu :
2.5.1 Obat analgesik
Menurut Tjay ( 2002 : 296 )Obat analgesik atau obat penghalang rasa

nyeri adalah zat – zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa

menghilangkan kesadaran.

Menurut Tjay ( 1993 : 48 – 51 )Obat analgesik yang digunakan untuk

pengobatan nyeri haid adalah analgesik perifer yang meliputi :

1. Parasetamol

Obat antinyeri antidemam ini paling banyak digunakan karena pada

takaran biasa bersifat aman, tanpa memberikan efek samping. Daya kerja
17

parasetamol hampir sama dengan asetosal dan lama kerjanya sedikit lebih singkat

dan hanya merintangi prostaglandin diotak ( efek anti demam ) dan tidak diujung

– ujung saraf.

Efek samping : pada dosis terlampau tinggi ( lebih dari 3 g sehari ) dapt

terjadi mual, muntah dan menurunnya nafsu makan. Dosis

diatas 5 g ( = 10 tablet ) dapat merusak sel – sel hati secara

fatal pada anak – anak kecil. Maka obat – obat yang

mengandung parasetamol harus disimpan dengan baik , jauh

dari jangkauan anak – anak. Penggunaan pada dosis tinggi

dapat merusak ginjal dan hati.

Dosis : dewasa 3 -5 x sehari 1 tablet dari 500 mg; anak 3 – 12 bulan

: 4 – 6 x sehari 60 mg;1 – 3 tahun : 4 – 6 x 60 – 120 mg; 3 – 6

tahun : 4 – 6 x120 mg; 6 – 12 tahun : 4 -6 x 240 mg; diatas 12

tahun : seperti dewasa.

2. Asetosal

Obat anti nyeri pada dosis tinggi ( 3 – 4 g sehari ). Bekerja juga sebagai

anti radang, berkat perintang prostaglandin diujung – ujung saraf. Pada umumnya

mulai kerjanya agak cepat, dalam waktu 20 – 30 menit.

Wanita hamil dan menyusui tidak dianjurkan minum obat ini. Tidak pula

bayi dibawah 1 tahun berhubung kemungkinan adanya kepekaan luar biasa

terhadap asetosal. Efek samping : berhubung banyak efek sampingnya,

penggunannya harus sangat berhati – hati pada penderita – penderita sbb, karena :
18

- Mengetsa selaput lendir lambung

Pasien lambung tidak dianjurkan minum obat asetosal. Orang sehat (yang peka)

dapat terjadi rangsangan selaput lender dan perdarahan. Maka sebaiknya

diberikan dengan susu atau sesudahnya makan, atau sebagai garam kalsiumnya

(Ascal ) yang sifatnya netral dan dapat larut dalam air.

- Menciutkan bronki

Pasien asma dapat menderita serangan kejang

- Merintangi pembekuan darah

Jangan digunakan sesudah pencabutan gigi berhubung risiko akan perdarahn

terus – menerus. Juga pasien yang menggunaan obat pengencer darah tidak

dianjurkan minum obat asetosal.

Dosisnya : dewasa 3 -4 X sehari 1 tablet ( 500 mg ) anak - anak 3 - 12 bulan : 1 –

4 X 60 mg, 1 – 3 tahun : 1- 4 X 60 mg, 3 – 6 tahun : 1 – 4 X 180 mg, 6 – 12 tahun

: 1 – 4 X 300 mg. diatas 12 tahun : 3 X 500 mg.

Tablet sebaiknya ditelan sesudah makan atau dengan susu. Penyerapanya dari

poros usus tak teratur dan lambat, maka dosisnya sebagai suppositoria adalah

lebih tinggi. Dewasa : 1 – 2 X sehari 1000mg, anak – anak 3 – 12 X 100 mg , 1 -3

tahun : 1 – 2 300mg, 3 – 6 tahun : 1 – 2 X 400mg, 6 – 12 tahun : 1 – 2 X 600 mg.

3. Penghambat prostaglandin ( ibu profen )

Ibuprofen adalah golongan obat anti inflamasi non steroid yang mempunyai

efek anti inflamasi, analgesik dan antipiretik. Namun obat ini lebih sesuai untuk

keadaan dimana rasa nyeri dan inflamasi merupakan gejala utama. Indikasi efek

analgesiknya digunakan untuk meringankan nyeri ringan sampai sedang antara


19

lain nyeri pada disminore primer, nyeri pada penyakit gigi atau pencabutan gigi,

nyeri setelah operasi, sakit kepala.

2. Asam mefenamat

Obat ini termasuk golongan obat dari zat – zat perintang prostaglandin, yang

khasiat anti radangnya kuat, banyak digunakan untuk mengatasi keluhan –

keluhan sendi dari penderita rema. Khasiat anti nyerinya cukup baik, efek anti

demamnya agak lemah. Layak digunakan terutama jenis – jenis yang disertai

pembengkakan dan peradangan seperti luka – luka memar, terbentur dll. Begitu

pula efektif pada nyari haid. Efek sampingnya yang buruk berupa rangsangan

terhadap mukosa lambung. Yang biasanya dapat menimbulkan luka – luka dan

bahkan tukak lambung, jarang – jarang disertai dengan perdarahan (tinja hitam )

efek ini dimiliki oleh semua obat dari kelompok ini karena berkaitan dengan

pengahambatan prostaglandin. Seperti diketahui salah satu sifat dari prostaglandin

adalah justru melindungi selaput lender lambung. Selain itu dapat terjadi diare,

mual muntah, kurang nafsu makan, nyeri kepala, pada orang – orang yang peka

bias timbul kelainan –kelainan darah. Penderita penyakit jantung dan wanita yang

hamil atau menyusui tidak dianjurkan minum obat ini, karena keamananya bagi

janin dan bayi belum ditentukan dengan pasti.

Dosis : dewasa permulaan 2 kapsul, dari 250 mg, kemudian 2 – 3 X sehari

250 mg – 500mg, setelah makan ( untuk menghindari rangsangan

setempat oleh zat asam ini ). Nyeri haid : 3 X sehari 500mg selama

2 – 3hari.
20

Perhatian : obat ini sebaiknya jangan digunakan terlalu lama, bila

timbul nyeri perut atau terlibat darah dalam tinja, pengobatannya

harus segara dihentikan.

Ada beberapa obat lain yang juga digunakan sebagai obat nyeri haid ( dismenore

primer) yaitu naproksen, diklofenak, indometasin, dan piroksikam.

2.5.2 Obat spasmolitik

Spasmolitik, yakni zat-zat yang dapat melepaskan kejang-kejang otot yang

seringkali mengakibatkan nyeri perut pada diare antara lain papaverin dan

oksifenonium.

Dokter seringkali mengkombinasi obat diatas dengan zat penghilang kejang

misalnya papaverin. Tetapi tambahan ini pada hakekatnya tidak perlu. Preparat –

preparat yang banyak digunakan adalah baralgin dan buscopan plus. (tambahan)

2.5.1 Penerangan dan Nasihat

Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenore adalah gangguan yang

tidak berbahaya untuk kesehatan. Hendaknya diadakan penjelasan dan diskusi

mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan, dan lingkungan penderita. Kemungkinan

salah informasi mengenai haid atau adanya tabu ( Sarwono, 1999 : 231 )

2.5.2 Penanganan

Menurut Sarwono ( 1999 : 231) keluhan nyeri haid dapat ditangani dengan

beberapa cara yaitu :

2.5.2.1 Pemberian obat analgesik

Dewasa ini banyak beredar obat – obat analgesik yang dapat diberikan

sebagai terapi simtomatik. Jika rasa nyerinya berat, diperlukan istirahat ditempat

tidur dan kompres panas pada perut bawah untuk mengurangi penderitaan. Obat
21

analgesik yang sering digunakan adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin dan

kofein. Obat – obat paten yang beredar dipasaran antara lain novalgin, ponstan,

acet- aminophen dan sebagainya.

2.5.2.2 Terapi hormonal

Tujuan terapi hormonal adalah menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat

sementara dengan maksud untuk membuktikan bahwa gangguan benar – benar

dismenore primer atau untuk memungkinkan penderita melaksanakan pekerjaan

penting pada waktu haid tanpa gangguan. Tujuan ini dapat dicapai dengan

pemberian salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi.

2.5.2.3 Dilatasi kanalis servikalis

Proses ini memberi keringanan karena mempermudah pengeluaran darah

haid dan prostaglandin didalamnya. Neuroktomi prasakral (pemotongan urat

saraf) ditambah dengan neuroktomi ovarial (pemotongan urat saraf sensorik

didalam ligamen infudibulum) merupakan tindakan terakhir apabila usaha – usaha

lain gagal.

2.6 Sumber informasi Obat sebagai penunjang Swamedikasi

Dewasa ini masyarakat sudah menyadari akan kesehatan diri dan keluarga.

Baik dilingkungan rumah, maupun lingkungan masyarakat yang luas informasi

tentang obat sangat dibutuhkan. Informasi tersebut harus jelas dan tepat.

Berbagai informasi obat dapat kita jumpai baik dirumah, dijalan, dan dimana

saja. Informasi tersebut antara lain iklan (baik itu media cetak maupun media

elektronik), KIE apotek, tenaga paramedis, dan pengalaman (keluarga, teman,

atau orang lain).


22

Informasi yang meluas sangat berperan dalam tindakan swamedikasi yang

dilakukan oleh masyarakat. Informasi yang benar dan tepat akan bermanfaat bagi

masyarakat. Oleh sebab itu diharapkan para informan lebih memperjelas dan

mengupayakan agar informasi yang disampaikan dapat dipahami sehingga

bermanfaat bagi kesehatan masyarakat.

2.6.1. Media cetak

Media cetak merupakan salah satu saran penyampaian informasi kepada

masyarakat berupa tulisan dan gambar. Walaupun media cetak terancam media

elektronik, namun media cetak mempunyai sifat – sifat yang tidak bisa ditandingi

oleh media elektronik, yaitu informasi yang disampaikan lebih mendalam (lebih

jelas), dapat dibaca, dimana saja, dan kapan saja.selain itu informasinya dapat

didokmentasikan.

2.6.2. Media elektronik

Media elektronik seperti televisi, radio,dll telah menjadi bagian dari

kehidupan masyarakat. Penyajiannya yang komunikatif dan persuatif menjadi

tontonan yang menarik. Sebab disertai dengan peragaan yang menarik perhatian

masyarakat, sehingga informasinya mudah diingat karena adanya pengulangan isi

pesan, pernyataan ini sering disebut iklan.

Definisi iklan akan diawali dengan definisi “standar” yang diberikan oleh

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Iklan diartikan sebagai berita pesanan untuk

mendorong, membujuk khalayak ramai agar tertarik pada barang dan jasa yang

ditawarkan atau pemberitahuan kepada khalayak mengenai barang atau jasa yang

dijual, dipasang di media massa (seperti surat kabar dan majalah) atau di tempat

umum (KBBI, 2001).


23

Iklan menimbulkan efek kognitif kognitif yaitu memberikan

pengetahuan/informasi, yang dengan segera mengorganisir atau mengkonstruksi

realitas. Dengan iklan, realitas yang sebelumnya tidak diketahui audiens sekarang

tampak sebagai gambaran yang mempunyai makna. Gambaran realitas tersebut

lazim disebut citra, dan tentu saja karena dikonstruksi oleh individu dengan

ideologi tertentu maka citra ini tidak selamanya sesuai dengan realitas.

http://mardian.wordpress.com/2008/08/20/iklan-as-a-tool-of-social-change/

Iklan – iklan yang beredar dewasa ini sangat mempengaruhi pemikiran

masyarakat tentang berbagai hal. Salah satunya adalah iklan obat – obatan. Iklan

ini banyak dijumpai dimedia cetak maupun media elektronik, sehingga

masyarakat langsung bisa menentukan obat mana yang cocok dengan indikasi

penyakit yang mereka rasakan tanpa harus memeriksakan ke dokter.

Dalam hal ini tentunya kita menghimbau kepada para produsen untuk

menyajikan iklan produknya secara benar dan aktual agar dapat menyajikan iklan

yang informatif dan edukatif.

2.6.3. Definisi apotek

Apotek adalah suatu tempat tertentu, dimana dilakukan pekerjaan

kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi yang tidak lepas dari pengawasan

pemerintah dan harus bekerja sesuai dengan rencena dan pimpinan pemerintah

( farmasi, 1980 : 138 )

Apotek adalah asuhan kefarmasian (pharmaceutical care) adalah suatu

bentuk layanan langsung seorang apoteker kepada konsumen obat (pasien) dalam

menetapkan, menerapkan dan memantau pemanfaatan obat agar menghasilkan

outcome terapetik yang spesifik. Melalui penerapan asuhan kefarmasian yang


24

memadai diharapkan masyarakat yang mengonsumsi obat mendapat jaminan atas

keamanannya.

http://www.apotekkita.com/2008/12/apotek-adalah-pusat-asuhan-kefarmasian/

2.6.4. Tenaga paramedis

Tenaga paramedis adalah tenaga kesehatan yang mempunyai kedudukan

dalam sistem pelayanan kesehatan Serta bertanggung jawab dalam suatu satuan

organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya dalam bidang kesehatan didasarkan

pada keahlian atau ketrampilan tertentu sera bersifat mandiri. (Diknakes, 2001 : 8)

Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang

kesehatan seta memiliki pengetahuan dan atau ketrampilan melaui pendidikan

dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlikan kewenangan untuk

melakukan upaya kesehatan.

Fungsi Kesehatan diarahkan untuk meningkatkan mutu dan profesionalisme.

Tenaga paramedik dan tenaga medis, sehingga dapat saling mendukung dalam

memberikan prioritas pada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan,

penyembuhan, pemulihan dan rehabilitasi masyarakat, serta dapat memelihara

mutu lembaga dan pelayanan kesehatan termasuk sarana dan prasarana dalam

bidang medis dan tersedianya obat yang dapat dijangkau oleh masyarakat

http://www.kepulauanseribu.net/kesmas.htm

2.6.5. Pengalaman ( keluarga, teman dan tetangga )

Pengalaman merupakan kegiatan yang pernah kita alami sehingga menjadi

suatu kebiasaan untuk dilakukan. Informasi bardasarkan pengalaman dapat kita

peroleh dari keluarga, teman, maupun orang lain yang pernah mengalaminya.

Sebagai contoh : jika ada keuarga yang sakit kemudian diberikan suatu obat dan
25

akhirnya sembuh. Dengan sendirinya mereka percaya bahwa obat tersebut

berkhasiat. Dan apabila penyakit tersebut timbul pada dirinya maka orang tersebut

akan membeli dan meminumnya.

Namun informasi berdasarkan pengalaman masih kurang bisa memberikan

informasi yang benar dalam tindakan swamedikasi . Hal ini disebabkan tidak

semua pengalaman yang dialami orang lain bermanfaat dan aman bagi kita.

2.7.Kerangka teori

Dismenore primer atau biasa disebut sebagai nyeri haid adalah nyeri yang

timbul sejak hari pertama haid dan akan pulih sendiri dengan berjalannya waktu.

Nyeri haid ini normal, namun dapat berlebihan bila dipengaruhi oleh factor psikis

dan fisik, seperti stress, syok, penyakit yang menahun, kurang darah, dan kondisi

tubuh menurun.gejala ini tidak membahayakan kesehatan.

Haid adalah perdarahan dari uterus ( rahim)yang keluar melalui vagina ( liang

senggama ) selama 5 – 7 hari dan terjadi setiap 22 sampai 35 hari yang

merangsang timbulnya haid adalah hormon – hormon yang disebut FSH ( follicle

stimulating hormon ) dan LH ( luteinizing hormone ) dari daerah otak serta

hormon estrogen dan progresteron dari sel telur yang dalam keseimbangannya

menyebabkan endometrium ( selaput lendir rahim )tumbuh. Jika sel telur sudah

matang dan keluar dari indung telur ( ovulasi ) namun tidak di buahi, maka kadar

hormon estrogen dan progresteron menurun sehingga terjadilah pelepasan selaput

lendir dengan perdarahan yang disebut haid.

Keluhan dismenore primer dirasakan sangat mengganggu aktivitas sehari –

hari jika tidak ditangani dengan cepat. Para wanita atau remaja putri jarang sekali
26

memeriksakan keluhan ini kepada dokter atau tenaga paramedik. Karena

dismenore primer merupakan keluhan yang biasa terjadi ketika mengalami haid.

Ciri – ciri dari disminore primer adalah mual muntah, rasa letih, sakit daerah

bawah pinggang, perasan cemas dan tegang, diare, sakit kepala, cepat marah,

pegal dan nyeri.

Penyebab disminore primer tidak diketahui secara pasti beberapa penyebab

umum dismenore primer adalah Prostaglandin,prostaglandin adalah zat yang

dapat meningkatkan kepekaan ujung saraf sensoris bagi rangsangan nyeri yang

diakibatkan oleh mediator lain. Bila dalam keadaan tertentu kadar prostaglandin

berlebihan atau meningkat, maka kontraksi uterus akan bertambah. Hal ini

menyebabkan terjadinya nyeri yang hebat biasa disebut Dismenore. Beredarnya

prostaglandin yang berlebihan keseluruh tubuh juga akan berakibat meningkatnya

aktivitas usus besar. Jadi prostaglandin inilah yang menyebabkan gejala nyeri,

kepala pusing, rasa panas, dan dingin pada muka, diare serta mual yang mengiring

nyeri pada waktu haid.

Gangguan psikis juga merupakan faktor yang mempengaruhi keadaan

penderita, karena jika keadaan psikis terganggu maka timbul kecemasan sampai

terjadi disminore primer.

Faktor endokrin dismenore primer terjadi karena adanya kontraksi uterus yang

berlebihan sehingga terjadi fase sekresi yang memproduksi prostaglandin F2. Jika

jumlah prostaglandin F2 berlebihan dilepaskan kedalam peredaran darah, maka

selain dijumpai dismenore primer, dijumpai juga efek umum seperti diarea,

nausea, dan muntah.


27

Swamedikasi merupakan pengobatan sendiri terhadap penyakit atau gangguan

kesehatan dengan membeli obat ditoko obat atau apotek tanpa menggunakan resep

dokter. Swamedikasi dilakukan oleh masyarakat karena dinilai lebih efisien yaitu

menghemat waktu, menghemat biaya, dan cepat dalam proses pengobatan.

Swamedikasi mempunyai dua dampak yaitu dampak positif dan negatif.

Dampak positif dari swamedikasi adalah jika pengobatan yang dilakukan secara

benar maka penyakit ringan atau gangguan kesehatan dapat segera sembuh.

Dampak negatifnya jika pengobatan yang dilakukan salah maka terjadi keadaan

yang semakin parah. Swamedikasi yang benar meliputi tepat obat, tepat golongan,

tepat dosis dan waspada efek samping.

Berdasarkan ukuran swamedikasi yang benar yang dilakukan oleh remaja

putri adalah tepat obat yaitu sesuai antara keluhan dengan indikasi obat.

Tepat golongan adalah tepat pemilihan obat sesuai dengan golongan obat yang

aman digunakan dalam berswamedikasi yaitu obat – obat bebas, obat bebas

terbatas dan obat tradisional yang sudah berstandar. Obat tradisional dikatakan

berstandar jika obat tersebut sudah didaftarkan pada Direktorat Jendral

Pengawasan Obat dan Makanan ( Dirjen POM ) dari Depkes RI dengan data –

data mengenai efektifitas dan nonaktifitasnya. Hal ini penting sekali untuk

menghindarkan setiap orang ( bukan ahli ) membuat dan memasarkan segala

macam ramuan yang mungkin mengandung apa saja dan tidak bekerja sama sekali

terrhadap penyakit yang ingin diatasi. Bahkan ada kemungkinan, bahwa ramuan

mengandung zat – zat yang berbahaya bagi tubuh.


28

Tepat dosis adalah sesuai antara takaran dan umur. Dalam setiap obat terdapat

zat aktif dan bahan tambahannya, oleh karena itu jumlah takaran sangat

mempengaruhi dalam pengkonsumsian obat.

Waspada efek samping yaitu penderita harus mengetahui efek samping obat

yang dikonsumsi, sehingga tidak sampai menimbulkan toksis dalam tubuh.

Pada penelitian ini Obat keras, psikotropik, narkotik tidak masuk dalam

swamedikasi karena penggunaanya harus dengan resep dokter. Hal ini

dikarenakan efek samping yang ditimbulkan lebih bahaya dan bila dipakai secara

sembarangan dapat meracuni tubuh, memperparah penyakit sampai menimbulkan

kematian.

Masyarakat dapat melakukan swamedikasi karena adanya informasi. Beberapa

informasi yang dapat dijadikan acuan berswamedikasi adalah media iklan, media

elektronik, media cetak, apotek, atau berdasarkan pengalaman yang dialami oleh

teman, tetangga, atau kerabat dekat.

Gambaran tindakan swamedikasi terhadap keluhan disminore primer yang

dilakukan oleh remaja putri SMK Putra Indonesia Malang,akan diketahui hasilnya

dengan menggunakan angket sebagai alat untuk mendapatkan data. Peneliti juga

membuat brosur yang nantinya dibagi ke responsen sebagai penambah informasi

tentang dismenore primer.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif karena pada penelitian ini akan

digambarkan cara swamedikasi terhadap keluhan disminore primer yang

dilakukan oleh remaja putri SMK Putra Indonesia, dan metode yang digunakan

pada penelitian ini adalah metode survey yaitu mengamati secara langsung fakta
29

yang ada pada siswi SMK Putra Indonesia, Malang. Untuk mendapatkan hasil

penelitian maka diperlukan tiga tahap.

Pertama tahap persiapan meliputi penentuan populasi dan sampel, lokasi

penelitian, dan waktu penelitian.

Tahap kedua adalah tahap pelaksanaan meliputi pembuatan brosur dan angket

kemudian penyebaran brosur dan angket.

Ketiga tahap akhir meliputi pengumpulan angket yang telah diisi oleh

responden dan analisa data.

Populasi dalam penelitian ini adalah remaja putri yang sudah mengalami

menstruasi. Sampel yang digunakan adalah remaja putri dengan beberapa kriteria

yaitu pernah mengalami dismenore primer dan pernah melakukan swamedikasi

terhadap keluhan dismenore primer. Penentuan populasi dan sampel ini

berdasarkan beberapa pertimbangan yaitu hemat waktu, hemat biaya, dan jumlah

remaja putri yang lebih banyak daripada remaja putra. Selain itu berdasarkan

umur tingakatan SMK sudah mengalami menstruasi. Sehingga peneliti memilih

SMK Putra Indonesia sebagai tempat pengambilan sampel dan dilakukannya

penelitian.

Untuk dapat melakukan penelitian di SMK Putra Indonesia Malang, maka

peneliti harus membuat surat ijin yang disetujui oleh pihak kampus untuk

diberikan ke pihak sekolah SMK Putra Indonesia. Setelah disetujui oleh kepala

sekolah SMK Putra Indonesia, maka ditentukan waktu yang tepat untuk

dilaksanakannya penelitian.

Langkah berikutnya yaitu pembuatan brosur dan angket. Pembuatan brosur

ini bertujuan untuk menambah informasi remaja putri tentang dismenore primer.
30

Isi dari brosur ini adalah pengertian dismenore primer, ciri – ciri dismenore

primer, dan penanganan disminore primer. Begitu juga dengan pembuatan angket

yang berisi tentang tindakan swamedikasi terhadap keluhan disminore primer

pada remaja putri di SMK Putra Indinesia Malang. Adapun tujuan dibuat angket

adalah angket sebagai alat utuk mendapatkan hasil penelitian.tentang tindakan

swamediaksi terhadap disminore primer pada remaja putri SMK Putra Indonesia

Malang.

Langkah akhir dalam penelitian ini adalah pengambilan angket yang sudah

diisi oleh responden dan menganalisis data. Dalam proses analisa, diperlukan

ketelitian agar tidak terjadi kesalahan karena jawaban dari semua responden

banyak yang berbeda. Pengklasifikasian jawaban sesuai dengan variabel yang

diukur. Variabel yang diukur tersebut adalah swamedikasi yang benar ( tepat obat,

tepat golongan, tepat indikasi, dan tepat dosis ), jenis informasi yang digunakan

sebagai acuan dalam berswamedikasi, dan jenis obat yang paling banyak

digunakan.

:
31

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan penelitian

Penelitian ini adalah termasuk penelitian deskriptif, karena pada penelitian ini

digambarkan tindakan swamedikasi remaja putri diSMK Putra Indonesia, Malang

yang menderita keluhan dismenore primer. Selain itu juga akan digambarkan jenis

informasi yang digunakan dalam proses swamedikasi. Metode penelitian ini

adalah metode survei yaitu mengamati secara langsung fakta yang ada pada

remaja putri diSMK Putra Indonesia, Malang

Metode ini digunakan untuk mengenal masalah – masalah dan mendapatkan

kebenaran terhadap keadaan atau praktek – praktek yang berlangsung. (Nazir,

1998 :65 ). Penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu tahap persiapan,

tahap pelaksanaan dan tahap akhir. Tahap persiapan adalah tahap yang dimulai

dengan menentukan lokasi penelitian, waktu penelitian, penentuan sampel. Tahap

pelaksanaan adalah tahap penyebaran brosur dan penyebaran angket. Tahap akhir

adalah pengumpulan dan analisa data hasil pengisisan angket untuk membuat

kesimpulan hasil penelitian.

3.2. Populasi dan Sampel

3.2.1. populasi penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah remaja putri diSMK Putra Indoesia

Malang kelas satu, dua dan tiga.

31
32

3.2.2. Sampel Penelitian

Sampel yang diambil sebanyak 127 responden dengan kriteria sebagai

berikut :

1. Remaja putri yang sudah mengalami menstruasi

2. Remaja putri yang pernah mengalami dismenore primer

3. Remaja putri yang pernah melakukan swamedikasi

3.3. Lokasi dan waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di sekolah SMK Putra Indonesia Malang. Waktu

penelitian mulai bulan April sampai dengan bulan Juni.

3.4. Intrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket yang berisi

daftar pertanyaan tentang cara – cara pengobatan keluhan dismenore primer dalam

praktek swamedikasi.

3.5. Definisi Operasional Variabel

Secara umum variabel dalam penelitian ini adalah swamedikasi yang benar

( tepat obat, tepat golongan, tepat dosis dan waspada efek samping). Jenis

informasi dan jenis obat yang sering digunakan dalam pengobatan.


33

Tabel 3.1 Variabel Penelitian


NO VARIABEL SUB DEFINISI HASIL UKUR ALAT
VARIABEL OPERASIONAL UKUR
.1 • Swamedika• Tepat obat • Pemilihan • Benar : bila Angket
si yang obat yang jenis obat nyeri no 4
benar sesuai haid yang dan 5
dengan digunakan
keluhan. sesuai dengan
keluhan.
• Salah : bila
jenis obat nyeri
haid tidak
sesuai dengan
• Tepat dosis • Sesuai keluhan. angket
dengan no 6, 7
aturan • Benar : bila dan 9
pakai pada obat nyeri haid
brosur atau digunakan
kemasan sesuai dengan
dosis yang
terdapat pada
brosur atau
kemasan
• Salah : bila
obat nyeri haid
digunakan
•Waspada tidak sesuai Angket
efek Memperhatikan dengan aturan no.8
samping efek samping pakai.
yang tertera
pada labek obat • benar:jika
memperhatikan
efek samping
2. • Media •Salah : jika tidak
Jenis informasi cetak • Jenis memperhatikan Angket
informasi efek samping II no 1
• Media yang
elektronik dijadikan Prosentase masing
acuan – masing jenis
• Tenaga dalam informasi
kesehatan pemilihan
obat nyeri
• Informasi haid
orang lain
34

3. Golongan obat • Obat bebas • Golongan Prosentase masing Angket


obat yang – masing jenis obat I no 5
• Obat bebas termasuk
terbatas nyeri
ringan,
• Obat keras sedang, dan
berat

3.6. Prosedur Pengumpulan data

Langkah – langkah dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut :

1. Menyebarkan brosur yang berisi materi angket

2. Menyebarkan angket ke responden yang dijadikan sampel.

3. Mengumpulan kembali angket yang telah diisi

4. Mengklasifikasikan jawaban dari angket yang sudah dijawab responden sesuai

dengan masing – masing variabel yang diukur.

5. Bila data yang masuk sudah lengkap dan benar, maka dilakukan analisis data.

3.7. Analisis Data

3.7.1. Swamedikasi yang benar

Hasil dari jawaban responden diklasifikasikan dalam sebuah tabel yang dapat

dilihat pada lampiran kedua

3.7.1.1 Prosentase sampel yang benar dalam swamedikasi Dismenore primer

dihitung dengan rumus :

p=
∑ n
X 100%
∑ N

Keterangan :

ρ : Prosentase

n : Jumlah responden yang benar dalam melakukan swamedikasi


35

N : Jumlah responden total

3.7.1.2 Prosentase sampel yang salah dalam swamedikasi keluhan dismenore

primer dihitung dengan rumus :

p=
∑ n
X 100%
∑ N

Keterangan :

ρ: Prosentase

n : Jumlah responden yang salah dalam melakukan swamedikasi

N : Jumlah responden total

3.7.2 Jenis informasi

Berdasarkan jawaban dari angket, terdapat beberapa informasi yang

digunakan sebagai acuan, kemudian dihitung prosentasenya dengan menggunakan

rumus p =
∑ n
X 100%
∑ N

Keterangan :

ρ : Prosentase

n : Jumlah responden yang memilih jenis informasi tertentu sebagai acuan

N : Jumlah responden total

Kemudian dibuat urutan berdasarkan prosentasenya dari yang besar sampai yang

kecil.

3.7.3 Golongan Obat

Berdasarkan jawaban dari angket dapat diklasifikasikan masing – masing

golongan obat yang digunakan. Kemudian masing – masing obat diklasifikasikan

berdasarkan golongan yaitu : obat bebas, obat bebas terbatas dan obat keras.
36

Prosentase golongan obat dapat dihitung menggunakan rumus :

p=
∑ n
X 100%
∑ N

Keterangan :

ρ : Prosentase

n : jumlah pemakai obat masing – masing golongan

N : Jumlah pemakai obat dari 3 golongan


37

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMK Putra Indonesia

Malang, dengan mengambil sampel remaja putri kelas satu dan dua yang sudah

mengalami menstruasi, mengalami keluhan disminore primer, dan melakukan

swamedikasi diperoleh data sebagai berikut :

4.1 Jumlah Populasi dan Sampel

Jumlah populasi remaja putri di SMK Putra Indonesia Malang adalah 393.

Jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 127 resonden.

Pengambilan sampel 127 responden didasarkan pada pernyataan Arikunto,

apabila subjek kurang dari 100, lebih baik diambil semua. Selanjutnya jika jumlah

subjeknya lebih dari 100 dapat diambil 10 % - 15 % atau 20 % - 25 % bahkan bisa

lebih.

Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa jumlah populasi 393, dan

pengambilan sampel 127 responden sudah memenuhi syarat yaitu sebesar 32,3 %.

4.2 Data Responden dalam melakukan swamedikasi

Dari 127 responden, berdasarkan data hasil penelitian yang tercantum

dalam lampiran 4 halaman 51 yang tepat obat sebanyak 118 responden, tepat

golongan nyeri 118 responden, tepat dosis 107 dan waspada efek samping 108

responden. Selanjutnya responden dibagi menjadi tiga kelompok. Responden yang

tepat keempat sup variable dikelompokkan sebagai tindakan swamedikasi yang

benar.

37
38

Responden yang salah pada sub variable dikelompokkan sebagai tindakan

swamedikasi yang salah

Tindakan swamedikasi yang menggunakan obat tradisional yang tidak

berstandar dikelompokkan menjadi variabel yang kurang tepat, hal ini

dikarenakan obat tradisioanal tersebut belum terdaftar di balai POM, sehingga

tidak diketahui efektivitas dan nonefektivitasnya. Penggunaan obat tradisional

belum berstandar ini juga diragukan keamanannya, akan tetapi telah banyak

dikonsumsi oleh masyarakat umum. Dari kedua pernyaaan itu peneliti

menyimpulkan bahwa penggunaan obat tradisional yang belum berstandar tidak

salah akan tetapi kurang tepat. Table tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1 Prosentase tindakan swamedikasi yang benar

NO Variabel Jumlah Prosentase

{%}
1 Swamedikasi yang benar 106 83,5

2 Swamedikasi yang salah 21 16,5


Total 127 100

Berdasarkan table diatas, maka diperoleh prosentase responden yang

sudah benar dalam melakukan swamedikasi ( 83,5 % ), yang salah dalam

melakukan swamedikasi mencapai ( 16,5 % ).


39

4.3 Jenis Informasi

Tabel 4.2 Prosentase jenis informasi yang dijadikan sebagai acuan dalam tindakan

Swamedikasi

NO Jenis Informasi Jumlah Prosentase %


1 Tenaga Kesehatan 18 14,2
2 Pengalaman orang lain 58 45,7
3 Media Cetak 14 11
4 Media Elektronik 37 29,1
Total 127 100

Berdasarkan table di atas didapat responden yang memilih tenaga kesehan

( 14,2 % ) , pengalaman orang lain ( 45,7 % ) , media cetak ( 11 % ) , media

elektronik ( 29,1 % ).

Tabel 4.3 Daftar golongan obat yang dijadikan swamedikasi keluhan dismenore

primer :

NO Nama Obat Golongan


B BT K OT
Total
1 As. Mefenamat 4
2 Biogesic 24
3 Bimacyl 4
4 Feminax 62
5 Ibu profen 7
6 Kiranti 21
7 Kunyit asam 2
8 Ponstan 3
Jumlah 86 11 7 23 127
Prosentase 67,7 % 8,7 % 5,5 % 18,1 % 100 %
Keterangan :

B : Obat bebas

BT : Obat bebas terbatas

K : Obat keras
40

OT : Obat tradisional

Berdasarkan table diatas diperoleh prosentase obat yang banyak

digunakanuntuk samedikasi adalah feminax dan golongan obat disminore primer

yang banyak digunakan adalah obat bebas terbatas yaitu sebesar 67,7 %.

Jamu kunyit asam yang dibuat sendiri dirumah dimasukkan dalam

swamedikasi yang benar, karena sudah terbukti khasiatnya secara turun -

temurun. Meskipun secara medis belum diketahui efektivitas dan non

efektivitasnya.
41

BAB V

PEMBAHASAN

Pada penelitian ini peneliti tidak bisa mengambil sampel seluruh remaja

putri di SMK Putra Indonesia Malang, dikarenakan pemilihan waktu yang tidak

tepat. Sehingga hanya mengambil sampel sebanyak 127 responden, akan tetapi

dengan 127 responden penelitian ini sudah memenuhi syarat yaitu lebih dari 20 %

dari jumlah populasi.

Berdasarkan hasil penelitian maka didapatkan persentase penderita

keluhan disminore primer yang benar dalam melakukan swamedikasi adalah

sebesar 83,5 %.

Dari keempat kriteria tindakan swamedikasi yang benar diketahui bahwa

kesalahan yang dilakukan penderita keluhan disminore primer remaja putri

diSMK Putra Indonesia Malang adalah 16,5 %. Kesalahan tersebut karena pada

umumnya mereka melakukan swamedikasi tidak tepat yaitu golongan obat yang

tidak tepat, dosis yang tidak tepat, dan dosis yang tidak tepat. Kesalahan tersebut

dapat diatasi dengan memberikan pemahaman terhadap tindakan swamedikasi

yang benar, yaitu dengan KIE ( komunikasi, informasi dan edukasi) oleh tenaga

kesehatan kepada masyarakat khususnya remaja putri yang sudah mengalami

menstruasi dan mengalami keluhan dismenore primer.

Adapun untuk kriteria tepat obat sebanyak 92,9 %, tepat golongan

sebanyak 92,9 %. Penderita keluhan disminore primer yaitu sebagian besar

mereka menggunakan obat-obat bebas, obat-obat bebas terbatas dan obat

tradisional. Demikian pula dengan kriteria tepat dosis sebanyak 84,25 % penderita

41
42

sudah benar. Hal tersebut kemungkinan disebabkan mereka membaca di dosis

dibrosur obat atau mendapatkan informasi dari orang lain

Dari hasil penelitian diketahui informasi yang dipilih oleh masyarakat

sebagai acuan swamedikasi adalah tenaga kesehatan ( 14,2 % ), pengalaman

orang lain ( 45,7 % ), media elektronik ( 29,1 % ) dan media cetak ( 11 % ). Hal

ini menunjukkan bahwa pengalaman orang lain menduduki prosentase terbesar,

dikarenakan masalah keluhan disminore primer atau biasa disebut dengan nyeri

haid merupakan keluhan yang familiar dengan masalah kewanitaan. Sehingga

sering kali dibicarakan dikehidupan sehari-hari.

Berdasarkan hasil penelitian juga diperoleh obat yang paling banyak

digunakan untuk swamedikasi keluhan disminore primer adalah obat bebas

terbatas yaitu sebesar 67,7 %. Dari obat-obat yang banyak digunakan umumnya

bekerja sebagai penghalang prostaglandin ( penghalang nyeri ).


43

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai

berikut :

6.1.1 Prosentase penderita keluhan disminore primer yang sudah benar dalam

tindakan swamedikasi berjumlah 81,9 %

6.1.2 jenis sumber informasi yang paling dominan sebagai acuan pemilihan obat

oleh penderita keluhan dismenore primer diSMK Putra indonesia Malang

adalah informasi dari pengalaman orang lain yang prosentasenya mencapai (

46,2 % )

6.1.3 Golongan obat yang paling banyak digunakan untuk swamedikasi keluhan

dismenore primer adalah feminax dari golongan obat bebas dengan

prosentase 67,7 %

6.2 Saran

1. Bagi remaja putri

Bagi remaja putri yang masih belum mengerti dalam tindakan swamedikasi

sebaiknya mencari informasi atau bertanya kepada tenaga kesehatan agar

swamedikasi yang dilakukan benar.

2. Bagi tenaga kesehatan

Diharapkan agar tenaga kesehatan memberi penyuluhan kesehatan tentang

cara swamedikasi yang benar, meliputi tepat obat, tepat golongan, tepat

dosis, dan waspada efek samping.

43
44

DAFTAR RUJUKAN

Anief, Moh. 1991. Apa Yang Anda Ketahui Tentang Obat. Yogjakarta : Gajah
Mada Uneversity Press. Diakses pada tanggal 13 Februari 2009.

Arikunto, Suharsini, Prof. Dr. 2005. Prosedur Penelitian. Yogyakarta : Rineka


Cipta.

http://pojokdesign.wordpress.com/2009/01/23/membedakan-golongan-obat/.
Dikses pada tanggal 6 Februari 2009.

http://www.apotekkita.com/2008/12/apotek-adalah-pusat-asuhan-kefarmasian/

http://www.kepulauanseribu.net/kesmas.htm. Diakses pada tanggal 17 Februari.

Indonesia, Departemen kesehatan. 1992. Undang – Undang Kesehatan No


23.Surabaya : Arkola

Levina, dkk.1996. Ilmu Faal. Jakarta Pusat : Bina Rupa Aksara

Nazir, Moh. 1983. Metode penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia

Prawirohardjo, Sarwono. 1999.Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sudjana 1996. Metode Statistik. Edisi VI. Bandung : Tarsito

Supardi, Sudibyo. Dkk.2003. Pengobatan Sendiri yang Sesuai dengan Aturan.


Jakarta : Puslitbang Farmasi Badan Litbangkes Depkes RI.

Tjay Tan Hoan dan Kirana Raharja 1993. Swamedikasi. Edisi keempat Cetakan
Kedua.Jakarta, Depkes RI

Tjay, Tan Hoan dan Kirana Raharja 1991. Obat – Obat Penting. Edisi Keempat
Cetakan Kedua. Jakarta : Departemen Kesehatan RI

Yunizaf ,dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga Jilid Pertama,
Jakarta : Media Aesculapius

44
45

Lampiran 1
Contoh logo obat bebas :

Contoh logo obat keras bebas terbatas :

Contoh logo obat keras :

Contoh logo obat narkotik :


46

Lampiran 2

ANGKET

KELAS :

Berilah tanda silang pada pilihan yang sesuai dengan pendapat anda atau isi pada

tempat yang sudah disediakan.

KETERANGAN
SWAMEDIKASI adalah mengobati segala keluhan ringan pada diri sendiri
dengan obat – obatan yang dibeli diapotek atau toko obat atas inisiatif sendiri
tanpa nasehat dokter.
DISMENORE PRIMER adalah nyeri haid yang timbul sejak haid pertama dan
akan pulih sendiri dengan berjalannya waktu.

I. Tindakan Swamedikasi
1. Apakah anda sudah mengalami menstruasi?
a. Sudah b. Belum
2. Apakah Anda pernah mengalami nyeri haid ( disminore primer ) ?
a. Pernah b. Belum pernah
3. Apakah Anda pernah melakukan swamedikasi ( mengobati sendiri ) ?
a. Pernah b. Belum pernah
4. Keluhan apa yang sering Anda derita ketika mengalami keluhan nyeri haid
?( boleh memilih lebih dari satu)
a. Mual, muntah dan rasa letih
b. Sakit daerah bawah pinggang
c. Perasaan cemas dan tegang
d. Sakit kepala, cepat marah, pegal dan nyeri
e. Tidak bisa melakukan aktivitas sama sekali sampai terbaring ditempat
tidur
47

5. Pilihlah obat dibawah ini sesuai dengan yang Anda gunakan ketika mengalami
nyeri haid ? ( boleh memilh lebih dari satu / mengisi pada tempat yang sudah
disediakan jika obat yang Anda gunakan tidak ada pada daftar obat dibawah
ini)
a. Feminax g. Promag
b. Femona h. Acet – aminophen ( parasetamol )
c. Antalgin i. Novalgin
d. Asam mefenamat j. Ponstan
e. Asimat k. Yang lain...................
f. Ibu profen
6. Darimana Anda mengetahui dosis obat ?
a. Dari label obat
b. Dari brosur obat
c. yang lain.........................
7. Bagaimana aturan minum obat yang Anda lakukan ?
a. Sesuai dosis yang tertera pada label
b. Lebih banyak dari yang tertera di label
c. Lebih sedikit dari yang tertera di label
8. Apakah anda membaca efek samping obat dan memeperhatikannya ?
a. Ya b. Tidak
9. Jika rasa sakit ( nyeri haid ) hilang, apakah Anda masih meminum obat?
a. ya b. Tidak
II Jenis informasi
1. Jenis informasi apa yang anda jadikan sebagai acuan untuk memilih obat nyeri
haid dalam tindakan swamedikasi ?
a. Media cetak ( majalah atau koran )
b. Media elektronik ( televisi, radio )
c. Pengalam orang lain ( keluarga, teman, atau tetangga )
d. Yang lain...
48

LAMPIRAN 3

Daftar nama obat dismenore primer yang digunakan dalam swamedikasi

No Nama Golongan Komposisi Indikasi Aturan


dagang obat
1 Asam OK Asam Meredakan nyeri 3 x sehari
mefenamat mefenamat ringan sampai 1 tablet
500 mg sedang sehubungan
dengan sakit
kepala, sakit gigi,
dismenore primer.
2 Biogesic OB Asetaminofen Influenza, sakit 3 x sehari
500 mg kepala, sakit gigi, 1 tablet
dismenorea,
mialgia, neuralgia,
rematik artritis,
pilek dan flu
3 Bimacyl OBT Ibu profen Mengurangi rasa 3 – 4 kali
200mg, nyeri pada sakit sehari 1
parasetamol gigi, sakit kepala, tablet
350mg nyeri otot, nyeri
haid
4 Feminax OB Parasetamol Nyeri haid, sakit 3 x sehari
500 mg, kepala 1 tablet
ekstrak
Hiosiamin
19mg
5 Ibu profen OBT Ibu profen Analgesik dan 3 – 4 x
200mg antiinflamasi dapat sehari 200
digunakan untuk mg,
rematik tulang 400mg
sendi dan otot,
dapat juga
digunakan sebagai
obat dismenore
primer
6 Kiranti Jamu Curcuma Membantu 1 – 2
Domestica memperlancar haid botol per
Rhizoma 30 g, serta mengatasi hari.
Tamarindi keluhan haid
Pulpa 6g, seperti nyeri, serta
Arengae bau badan.
Pinnata Membantu tubuh
Fructose 0,8g anda segar dan
Paullina sehat
Cupana 0,23g
Cinnamomi
49

Cortex 1,0 g
Air Up to
150ml

7 Novalgin OK Metampiron Sakit kepala akut, 3 – 4 x


500 mg dan kronik setelah sehari 1 –
kecelakaan atau 2 tablet
sesudah operasi.
Nyeri kronik akibat
otot kejang
8 Ponstan OK Asam Meredakan nyeri 500 mg /
mefenamat ringan sampai 6 jam
500 mg sedang sehubungan sesuai
dengan sakit dengan
kepala, sakit gigi, kebutuhan
nyeri trauma,
dismenore primer
dan nyeri pasca
operasi
50

LAMPIRAN 4
Tabel 1. Tabel jawaban responden tentang swamedikasi Asma berdasarkan tepat
obat, tepat golongan, tepat dosis, dan waspada efek samping

Aturan Jenis Keterangan


No Keluhan Obat TO TG TD WE Kurang
pakai informasi benar Salah
tepat
1 B dan D Feminax 3x sehari 1 Tenaga
V V V V V
tablet kesehatan
2 B dan D Biogesic 3x sehari 1 Tenaga
V V V V V
tablet kesehatan
3 A, B, dan D Bimacyl 3-4 sehari 1 Tenaga
V V V V V
tablet kesehatan
4 B Feminax 3x sehari 1 Media cetak
V V V V V
tablet
5 B Feminax 3x sehari 1 Tenaga
V V V V V
tablet kesehatan
6 D Kiranti 1–2 Media
V V V V V
botol/hari elektronik
7 A dan D Asmef 1 tab/6 jam Media cetak
jika perlu x x V x x
8 D Kiranti 1–2 Media cetak
V V V V V
botol/hari
9 B Feminax 3x sehari 1 Tenaga
V V V V V
tablet kesehatan
10 A dan D Biogesic 3x sehari 1 Media
V V V V V
tablet elektronik
11 B Feminax 3x sehari 1 Tenaga
V V V V V
tablet kesehatan
12 B Kiranti 1–2 Media
V V V V V
botol/hari elektronik
13 B Kiranti 1–2 Media
V V V V V
botol/har elektronik
14 B Kiranti 1–2 Media
V V V V V
botol/hari elektronik
15 B Feminax 3x sehari 1 Media
tablet elektronik
V V x V x
16 B Feminax 3x sehari 1 Media
V V V V V
tablet elektronik
17 D Ibu profen 3-4 x sehari Pengalaman
V V V V V
1 tablet orang lain
18 B Feminax 3x sehari 1 Media
V V V V V
tablet elektronik
19 D Feminax 3x sehari 1 Media
tablet elektronik
V V V v V
20 D Kiranti 1–2 Media
V V V V V
botol/hari elektronik
21 B dan C Feminax 3x sehari 1 Media cetak
V V V V V
tablet
22 D Feminax 3x sehari 1 Media cetak
V V V V V
tablet
23 D Feminax 3x sehari 1 Media cetak
V V V V V
tablet
24 B Kiranti 1–2 Media cetak
V V V V V
botol/hari
25 D Feminax 3x sehari 1 Pengalaman
V V V V V
tablet orang lain
26 D Ibu profen 3-4 x sehari Tenaga
1 tablet kesehatan V V V V V

27 D Feminax 3x sehari 1 Pengalaman V V V V V


51

tablet orang lain


28 D Feminax 3x sehari 1 Media cetak
V V V V V
tablet
29 D Kiranti 1–2 Media
V V V V V
botol/hari elektronik
30 B Kiranti 1–2 Media
V V V V V
botol/hari elektronik
31 B dan C Feminax 3x sehari 1 Media
V V V V V
tablet elektronik
32 B Feminax 3x sehari 1 Media cetak
V V V V V
tablet
33 B Feminax 3x sehari 1 Tenaga
V V V V V
tablet kesehatan
34 B dan C Asmef 1 tab/6 jam Media cetak
jika perlu x x x x x
35 A,B, dan D Feminax 3x sehari 1 Tenaga
V V V V V
tablet kesehatan
36 D Biogesic 3x sehari 1 Media cetak
tablet
V V x x x
37 D Ibu profen 3-4 x sehari Pengalaman
1 tablet orang lain
V V x x x
38 D Feminax 3x sehari 1 Media
V V V V V
tablet elektronik
39 B Biogesic 3x sehari 1 Media cetak
V V V V V
tablet
40 B dan D Biogesic 3x sehari 1 Tenaga
V V V V V
tablet kesehatan
41 B Kiranti 1–2 Media
V V V V V
botol/hari elektronik
42 B Feminax 3x sehari 1 Pengalaman
V V V V V
tablet orang lain
43 D Biogesic 3x sehari 1 Tenaga
V V V V V
tablet kesehatan
44 B Feminax 3x sehari 1 Pengalaman
V V V V V
tablet orang lain
45 B Kiranti 1–2 Media
V V V V V
botol/hari elektronik
46 B Kiranti 1–2 Media
botol/hari elektronik v v v v v
47 B Feminax 3x sehari 1 Pengalaman
V V V V V
tablet orang lain
48 B Kiranti 1–2 Pengalaman
V V V V V
botol/hari orang lain
49 B Feminax 3x sehari 1 Pengalaman
V V V V V
tablet orang lain
50 B biogesic 3x sehari 1 Tenaga
V V V V V
tablet kesehatan
51 B Biogesic 3x sehari 1 Pengalaman
V V V V V
tablet orang lain
52 B Feminax 3x sehari 1 Media cetak
V V V V V
tablet
53 D Kiranti 1–2 Media
V V V V V
botol/hari elektronik
54 D Feminax 3x sehari 1 Media cetak
V V V V V
tablet
55 B Kiranti 1–2 Media
V V V V V
botol/hari elektronik
56 D Feminax 3x sehari 1 Pengalaman
V V V V V
tablet orang lain
57 B Biogesic 3x sehari 1 Media V V V V V
tablet elektronik
58 B Biogesic 3x sehari 1 Media
tablet elektronik
V V x x x
52

59 B Feminax 3x sehari 1 Pengalaman


V V V V V
tablet orang lain
60 D Ibu profen 3-4 x sehari Pengalaman
V V V V V
1 tablet orang lain
61 B Feminax 3x sehari 1 Media
V V V V V
tablet elektronik
62 A dan D Feminax 3x sehari 1 Media
V V V V V
tablet elektronik
63 B Ibi profen 3-4 x sehari Pengalaman
V V V V V
1 tablet orang lain
64 B Feminax 3x sehari 1 Media
V V V V V
tablet elektronik
65 B Feminax 3x sehari 1 Media
V V V V V
tablet elektronik
66 B Ibu profen 3-4 x sehari Tenaga
1 tablet kesehatan
V V x x x
67 B Feminax 3x sehari 1 Pengalaman
V V V V V
tablet orang lain
68 B Feminax 3x sehari 1 Pengalaman
V V V V V
tablet orang lain
69 B Kiranti 1–2 Media
V V V V V
botol/hari elektronik
70 B Kiranti 1–2 Media
V V V V V
botol/hari elektronik
71 B,C dan D Feminax 3x sehari 1 Media
V V V V V
tablet elektronik
72 A dan B Feminax 3x sehari 1 Media
V V V V V
tablet elektronik
73 B Ibu profen 3-4 x sehari Tenaga
1 tablet kesehatan
V V x x x
74 B Biogesic 3x sehari 1 Tenaga
V V V V V
tablet kesehatan
75 D Feminax 3x sehari 1 Pengalaman
tablet orang lain
V V x x x
76 B Bimacyl 3-4 sehari 1 Tenaga
V V V V V
tablet kesehatan
77 D Feminax 3x sehari 1 Pengalaman
V V V V V
tablet orang lain
78 D Biogesic 3x sehari 1 Pengalaman
V V V V V
tablet orang lain
79 D Biogesic 3x sehari 1 Pengalaman
V V V V V
tablet orang lain
80 D Biogesic 3x sehari 1 Pengalaman
V V V V V
tablet orang lain
81 B Feminax 3x sehari 1 Pengalaman
tablet orang lain
V V x x x
82 D Feminax 3x sehari 1 Pengalaman
V V V V V
tablet orang lain
83 D Feminax 3x sehari 1 Pengalaman
tablet orang lain
V V x x x
84 A dan D Kiranti 1–2 Media
V V V V V
botol/hari elektronik
85 D Feminax 3x sehari 1 Pengalaman
V V V V V
tablet orang lain
86 C dan D Feminax 3x sehari 1 Pengalaman
V V V V V
tablet orang lain
87 C dan B Feminax 3x sehari 1 Pengalaman
V V V V V
tablet orang lain
88 D Kiranti 1–2 Media
V V V V V
botol/hari elektronik
89 D Feminax 3x sehari 1 Pengalaman
tablet orang lain
V V V x x
53

90 B Feminax 3x sehari 1 Tenaga


tablet kesehatan
V V x V x
91 B Feminax 3x sehari 1 Tenaga
V V V V V
tablet kesehatan
92 B Kiranti 1–2 Media
V V V V V
botol/hari elektronik
93 B Kiranti 1–2 Media
V V V V V
botol/hari elektronik
94 B Feminax 3x sehari 1 Pengalaman
V V V V V
tablet orang lain
95 D Biogesic 3x sehari 1 Pengalaman
V V V V V
tablet orang lain
96 D Biogesic 3x sehari 1 Pengalaman
V V V V V
tablet orang lain
97 D Biogesic 3x sehari 1 Pengalaman
V V V V V
tablet orang lain
98 D Feminax 3x sehari 1 Media
V V V V V
tablet elektronik
99 D Feminax 3x sehari 1 Media
V V V V V
tablet elektronik
100 D Biogesic 3x sehari 1 Pengalaman
V V V V V
tablet orang lain
101 D Feminax 3x sehari 1 Pengalaman
tablet orang lain
V V x x x
102 B Feminax 3x sehari 1 Pengalaman
V V V V V
tablet orang lain
103 B Kunyit asam Pengalaman
orang lain
V V V V V v
104 B Kunyit asam Pengalaman
orang lain
V V V V V v
105 B Feminax 3x sehari 1 Pengalaman
V V V V V
tablet orang lain
106 D Feminax 3x sehari 1 Pengalaman
V V V V V
tablet orang lain
107 D Biogesic 3x sehari 1 Media
V V V V V
tablet elektronik
108 B Biogesic 3x sehari 1 Media
V V V V V
tablet elektronik
109 B Feminax 3x sehari 1 Pengalaman
V V V V V
tablet orang lain
110 B Feminax 3x sehari 1 Pengalaman
V V V V V
tablet orang lain
111 D Ponstan 1 tablet / 6 Pengalaman
jam orang lain x x V x x
112 D Ponstan 1 tablet / 6 Pengalaman
jam orang lain x x x x x
113 D Feminax 3x sehari 1 Pengalaman
tablet orang lain
V V x x x
114 D Feminax 3x sehari 1 Pengalaman
V V V V V
tablet orang lain
115 A,B,C dan D Bimacyl 3-4 sehari 1 Pengalaman
V V V V V
tablet orang lain
116 B,C dan D Biogesic 3x sehari 1 Pengalaman
V V V V V
tablet orang lain
117 B Biogesic 3x sehari 1 Pengalaman
V V V V V
tablet orang lain
118 B Ponstan 1 tablet / 6 Pengalaman
jam orang lain x x x x x
119 D Feminax 3x sehari 1 Pengalaman
V V V V V
tablet orang lain
120 D Feminax 3x sehari 1 Pengalaman
V V V V V
tablet orang lain
54

121 D dan E Asmef 1 tab/6 jam Pengalaman


jika perlu orang lain x x x x x
122 D Asmef 1 tab/6 jam Pengalaman
jika perlu orang lain x x x V x
123 D Biogesic 3x sehari 1 Pengalaman
V V V V V
tablet orang lain
124 D Biogesic 3x sehari 1 Pengalaman
V V V V V
tablet orang lain
125 D Feminax 3x sehari 1 Pengalaman
V V V V V
tablet orang lain
126 E Novalgin 3-4x sehari Pengalaman
1- 2 tablet orang lain x x x x x
127 B Feminax 3x sehari 1 Pengalaman
V V V V V
tablet orang lain
128 D Bimacyl 3-4 sehari 1 Pengalaman
V V V V V
tablet orang lain
TOTAL 118 118 107 108 105 21 2

PROSENTASE 92,9 % 92,9 % 84,25% 85 % 82,6% 16,4 % 1.6%

Keterangan :
TO : Tepat obat
TG : Tepat golongan
TD : Tepat dosis
WE : Efek samping
A : mual, muntah dan rasa letih
B : sakit daerah bawah pinggang
C : perasaan cemas dan tegang
D : sakit kepala, pegal, dan nyeri
E : tidak bias melakukan aktivitas sama sekali sakpai terbaring di tempat
tidur
V : BENAR
- : SALAH
55

LAMPIRAN 5

Daftar banyaknya responden memilih obat dalam swamedikasi Dismenore Primer


56

NO NAMA OBAT KETERANGAN


1 Feminax
2 Biogesic Asam mefenamat = 4 responden
3 Bimacyl Biogesic = 24 responden
4 Feminax Bimacyl = 4 responden
5 Feminax Feminax = 62 responden
6 Kiranti Ibu profen = 7 responden
7 Asmef Kiranti = 21 responden
8 Kiranti Kunyit asam = 2 responden
9 Feminax Novalgin = 1 responden
10 Biogesic Ponstan = 3 responden
11 Feminax
12 Kiranti
13 Kiranti
14 Kiranti
15 Feminax
16 Feminax
17 Ibu profen
18 Feminax
19 Feminax
20 Kiranti
21 Feminax
22 Feminax
23 Feminax
24 Kiranti
25 Feminax
26 Ibu profen
27 Feminax
28 Feminax
29 Kiranti
30 Kiranti
31 Feminax
32 Feminax
33 Feminax
34 Asmef
35 Feminax
36 Biogesic
37 Ibu profen
38 Feminax
39 Biogesic
40 Biogesic
41 Kiranti
42 Feminax
43 Biogesic
44 Feminax
45 Kiranti
46 Kiranti
57

Anda mungkin juga menyukai