Bab Ii
Bab Ii
A. Kajian Pustaka
Definisi kecantikan seseorang bervariasi dan berbeda antara ras yang satu
pertengahan tahun 1980 sampai awal 1990, kulit yang kuning langsat masih
W. 2011).
12
Mitos kecantikan telah ada semenjak jaman dahulu. Bagi Plato
adalah jahat. Seseorang dengan moral yang baik berarti cantik secara fisik
atau sedap dipandang, dan yang jahat berarti jelek (Synnott, Anthony.1993:
123). Dengan demikian fisik dan metafisik, tubuh dan jiwa, penampakan
dan realitas, dalam dan luar adalah satu. Masing masing mencerminkan
Sedangkan tokoh filsuf yang lain yaitu Aristoteles lebih memisahkan antara
13
1993: 147). Masing-masing usia tampaknya mengkontruksikan makna dan
yang menjadi piranti bermain gadis kecil menjadi sebuah mitos tentang
Sejumlah predikat yang disematkan pada Barbie adalah sesuatu yang identik
seorang gadis muda yang sangat sempurna dengan rambut yang indah, kaki
yang berkulit putih, bermata biru, berambut pirang digemari oleh anak
gadis. Dia juga mengatakan iklan di televisi dan film Barbie menyuguhkan
14
Menurut Wolf (Wolf, Naomi. 2002: 25), mitos kecantikan merupakan upaya
dikonstruksikan ke dalam norma dan nilai sosial budaya sehingga apa yang
Standar dan kriteria kecantikan yang selama ini telah tumbuh dan
15
Sedangkan konsumtif lebih khusus menjelaskan keinginan untuk
yang memanfaatkan nilai uang lebih besar dari nilai produksinya untuk
Tambunan, 2001).
kebutuhan.
16
berlebihan, penggunaan segala hal yang dianggap paling mahal yang
adanya pola hidup manusia yang dikendalikan dan didorong oleh semua
pada kebutuhan dan memanfaatkan nilai uang lebih besar daripada nilai
pokok lainnya.
17
terhadap berbagai penawaran aneka perawatan dan produk kecantikan
cantik walaupun hal itu harus dibayar dengan mengeluarkan nilai materi
antara lain :
1) Faktor Internal :
a) Motivasi
tersedia di pasar.
b) Kepribadian
c) Konsep diri
18
yang disadari, konsumen yang berusaha memenuhi konsep diri
membelinya.
d) Pengalaman belajar
e) Gaya Hidup
suatu hal.
2) Faktor Eksternal
a) Kebudayaan
19
menentukan bentuk perilaku dalam kehidupannya sebagai anggota
b) Kelas Sosial
c) Kelompok Referensi
dikonsumsinya.
d) Situasi
e) Keluarga
20
menetapkan keputusan konsumen dalam membeli dan
yaitu: faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal antara lain :
21
tersebut hanya karena produk tersebut dibungkus dengan rapi dan
menarik.
atau kegunaannya).
yang mahal dan memberi kesan berasal dari kelas sosial yang lebih
22
6) Memakai produk karena unsur konformitas terhadap model yang
mengiklankan.
produk tersebut.
karena mereka percaya apa yang dikatakan oleh iklan yaitu dapat
23
3. Karakteristik Mahasiswa
Menurut Dwi Siswoyo (2007: 121) mahasiswa adalah individu yang sedang
menuntut ilmu di tingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau
remaja belum memperoleh status orang dewasa tetapi tidak lagi memiliki
status kanak-kanak. Dalam masa transisi ini, remaja sibuk dengan proses
sangat menonjol dari remaja adalah sifat yang labil, unik, rasa ingin tahu
sebagai berikut.
24
Sedangkan dalam fase-fasenya menurut Hurlock masa remaja
digolongkan menjadi :
asdolescence atau remaja, berasal dari kata latin adolescere yang artinya
B. Kajian Teori
1. Budaya Konsumen
nilai guna atau kebutuhan akan suatu barang, tetapi lebih didominasi oleh
keinginan atau hasrat. Hal tersebut menjadi kuat karena para kapitalis yang
25
produknya laku di pasar. Untuk membuat produknya laku di pasaran, maka
yang sama, dan secara tidak sadar kita mirip atau bahkan seragam dengan
di mana ketika hilangnya manfaat asli yang hakiki dari benda-benda yang
aktivitas kehidupan dengan hasrat yang kuat akan materi, selalu ingin
nilai tukar dan nilai guna, berubah menjadi sekedar citra atau gengsi.
26
Makna konsumsi bergeser dari sekedar memenuhi kebutuhan berubah
dalam hubungan objek yang dikontrol oleh petanda atau citra. Perbedaan
sama dengan kelompok sosial tertentu. Citra seolah telah mengambil alih
27
penumpukan modal, persaingan serta monopolisasi yang beroperasi gaya
28
fenomena konsumenrisme dan gaya hidup materialistik bahkan
hedonis.
seseorang mau bekerja keras adalah adanya motivasi (Sardiman, 2010: 80).
keteraturan.
29
berteman, keinginan untuk mempunyai pasangan dan anak, kebutuhan
30
3. Teori Konsumsi
maarxisme. Bagi Karl Marx dan Frederick Engels, transisi dari feodalisme
2006: 144). Ada beberapa pakar teori sosial yang mengkritisi tentang
sebagian pemikiran dari para pakar yang memang ada hubungannya dengan
31
berubah; dan kontrol sosial dilabuhkan pada kebutuhan-kebutuhan baru
kelas sosial. Bagi Bourdieu, konsumsi budaya itu cenderung, sadar dan
sebagai kelas dominan (John Storey, 2006: 146). Kata dominan yang
32
memang sengaja memakainya dengan alasan agar memiliki perbedaan
kecantikan yang terkenal dan mahal, maka seseorang secara tak langsung
memiliki status sosial yang lebih tinggi dibanding dengan yang lain.
adalah.
33
memperbaiki struktur gigi yang tidak rapi. Gaya hidup pemakaian kawat
gigi pada kalangan mahasiswa digunakan untuk kesehatan gigi dan juga
sebagai media untuk mengikuti trend yang sedang berkembang yakni trend
pemakaian kawat gigi. Gaya hidup ini dapat menunjukkan status sosial
pemakai kawat gigi yang dapat dilihat dari jenis kawat gigi yang dipakai.
Gaya hidup ini juga dapat dilihat dari kebiasaan mahasiswa yang suka
tersebut. Dampak positif dari pemakaian kawat gigi adalah kawat gigi
dapat menambah rasa percaya diri, dan dari segi kesehatan kawat gigi
mementingkan penampilan.
34
memiliki subyek penelitian mahasiswa FIS UNY mengingat FIS dan FE
sudah dipisahkan.
Utami, dengan judul “Coffee Shop Sebagai Tren Gaya Hidup: Kajian
penelitian ini dilakukan pada tahun 2010. Tujuan dari penelitian ini adalah
kebutuhan hidup baik dari dirinya sendiri dan maupun pengaruh yang dari
orang lain, 2). Intensitas mahasiswa yang berkunjung ke coffee shop akan
35
menikmati fasilitas wifi gratis, pikiran menjadi tenang, dapat mencari
D. Kerangka Pikir
masyarakat yang rentan terhadap pengaruh gaya hidup, trend, dan mode yang
Keinginan untuk tampil cantik dan menarik merupakan dambaan bagi seluruh
kecantikan menjadi salah satu solusi bagi mahasiswa untuk dapat tampil cantik.
yang ada.
36
Ketika mahasiswa melakukan perawatan wajah dan mengkonsumsi
bukan karena kegunaan suatu barang namun lebih karena sebatas keinginan
kecantikan.
37
Mahasiswa
Keinginan untuk
tampil Cantik
Mengkonsumsi
Perawatan Wajah Klinik Kecantikan
produk kecantikan
Perilaku Faktor-faktor
Konsumtif pendukung Perilaku
Konsumtif
Dampak
38