Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS KEBERLANJUTAN PEMBANGUNAN

PULAU-PULAU KECIL:
PENDEKATAN MODEL EKOLOGI-EKONOMI1
(Analysis of Small Islands Development Sustainability:
An Ecology-Economical Model Aproach)

Setyo Budi Susilo2


ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menilai keberlanjutan pembangunan pulau-pulau kecil dengan menggu-
nakan sebuah model ekologi-ekonomis, dimana Kabupaten Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, dipilih sebagai
sebuah studi kasus pada tahun 2002. Sebuah model dinamika sistem dengan dua peubah status akumulasi,
yaitu stok ikan laut sebagai peubah ekologis dan jumlah nelayan sebagai peubah ekonomis digunakan untuk
analisis. Hasil penelitian memperlihatkan tidak adanya keseimbangan antara jumlah nelayan dan besarnya
stok ikan yang tersedia. Terlalu banyak nelayan mengeksploitasi stok ikan yang terbatas. Hal ini mengindi-
kasikan bahwa pembangunan pulau-pulau kecil di kabupaten ini masih belum berkelanjutan.
Kata kunci: model ekologi-ekonomis, pembangunan berkelanjutan, pulau-pulau kecil.

ABSTRACT
The study is aimed to assess the sustainability of small islands development using an ecology-eco-
nomical model, where the Regency of Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, was taken as a place for a case study,
in the periode of 2002. A system dynamic model with two state variables, i. e. marine fish stock as an eco-
logical variable and the number of fishermen as an economical variable were used for analysis. The results
showed that there wasn’t balance between the number of fishermen and the available fish stock. Too many
fishermen exploits the existing fish stock. This indicates that the developments of small islands in the regency
is still not sustainable yet.
Keywords: ecology - economical model, sustainable development, small islands.

PENDAHULUAN kelanjutan perlu dieksplorasi sehingga tersedia


berbagai alternatif alat untuk menilai keberlan-
jutan pembangunan pulau-pulau kecil.
Sebagaimana telah disebutkan oleh Susi-
lo (2005) bahwa pulau kecil merupakan salah Pembangunan berkelanjutan merupakan
satu aset kelautan Indonesia yang sangat pen- sebuah proses perubahan dari berbagai atribut
ting bukan saja dari aspek sumberdaya alam te- pembangunan yang saling berinteraksi untuk
tapi juga dari aspek jasa lingkungan dan nilai mencapai tujuan pembangunan yaitu adanya ke-
politiknya. Oleh karena itu pulau-pulau kecil seimbangan antara manfaat social-ekonomi dan
harus dibangun berdasarkan konsep pembangun- kelestarian sumberdaya alam. Penilaian keber-
an yang berkelanjutan. Ia juga menyebutkan lanjutan pembangunan dapat dilakukan pada ta-
bahwa permasalahan yang dihadapi di dalam hap “proses” maupun pada tahap hasil capaian
pembangunan pulau-pulau kecil berkelanjutan “outcome”. Susilo (2005) telah memaparkan sa-
di Indonesia adalah bahwa sampai saat ini be- lah satu metode penilaian keberlanjutan pemba-
lum ada metode yang disepakati bersama untuk ngunan pulau-pulau kecil pada tahap “proses”,
menilai keberlanjutan pembangunan yang dapat dan tulisan ini bertujuan untuk menganalisis sa-
mencakup berbagai dimensi pembangunan ter- lah satu metode penilaian keberlanjutan pemba-
sebut secara terpadu. Mengingat hal tersebut ngunan pulau-pulau kecil pada tahap hasil ca-
berbagai metode dan model pembangunan ber- paian pembangunan. Tujuan dari penelitian ini
adalah menilai keberlanjutan pembangunan pu-
1 lau-pulau kecil di Kabupaten Administrasi Ke-
Diterima 20 November 2006 / Disetujui 9 Februari 2007.
2
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan
pulauan Seribu, DKI Jakarta, melalui analisis
dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. keseimbangan ekonomi-ekologis.

29
30 Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Juni 2007, Jilid 14, Nomor 1: 29-35

METODOLOGI k adalah konstanta adjustment tenaga kerja.


Sebagaimana telah di jelaskan di atas, pe- Penghasilan (π) dapat dirumuskan seba-
nilaian keberlanjutan pembangunan pulau-pulau gai:
kecil dapat dilakukan melalui dua pendekatan, π = Yp − cL (2)
yaitu penilaian seluruh atribut pembangunan dan
penilaian keseimbangan antara manfaat sosial Y adalah hasil biomas tangkapan, p adalah har-
ekonomi dan kelestarian sumberdaya alam dan ga jual per satuan hasil tangkapan, dan c adalah
lingkungan atau yang dikenal sebagai model e- biaya upaya penangkapan per tenaga kerja.
konomi-ekologis (atau ekologi-ekonomis). Sa- Pada persamaan (2), tenaga kerja nelayan
lah satu sumberdaya alam di lingkungan pulau- pemilik (L) sebenarnya mewakili upaya penang-
pulau kecil adalah sumberdaya ikan laut yang kapan (effort, E). Persamaan (1) dan persamaan
dimanfaatkan oleh nelayan setempat sebagai (2) mewakili model ekonomis.
sumber kegiatan ekonomi masyarakat setempat.
Pendekatan penilaian terhadap tujuan pem- Sementara itu dinamika sumberdaya ikan
bangunan pulau-pulau kecil berkelanjutan ada- dimodelkan sebagai:
lah menilai seberapa jauh telah terjadi keseim- dX ⎛ X⎞
= rX ⎜ 1 − ⎟ − Y (3)
bangan antara manfaat sosial-ekonomi dengan dt ⎝ K⎠
kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan.
Pendekatan ini dikenal sebagai model ekonomi- Persamaan (3) ini mewakili model ekologis.
ekologis atau model bioekonomi (Clark, 1985; Menurut Gulland (1983), Y=qLX. Oleh karena
Conrad dan Clark, 1989; Brown dan Roughgar- itu apabila dinamika sumberdaya ikan dan dina-
den, 1997). mika tenaga kerja tersebut digabungkan maka
terdapat dua persamaan dinamis yang saling ter-
Penelitian dilakukan pada tahun 2002 di kait, yaitu:
Kabupaten Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Da- dX ⎛ X⎞
ta dikumpulkan melalui wawancara dengan ne- = rX ⎜1 − ⎟ − qLX (4)
dt ⎝ K⎠
layan setempat maupun dari literatur/laporan
yang terkait. dan
dL
Kerangka Model Dinamik = k ( pqX − c ) L (5)
dt
Model ekonomi-ekologis yang digunakan
di dalam penelitian ini menggunakan peubah k adalah elastisitas tenaga kerja, p adalah harga
stok ikan sebagai peubah kunci sumberdaya a- jual per satuan produksi panenan, c adalah bia-
lam (peubah ekologis) dan peubah tenaga kerja ya per tenaga kerja, r adalah tingkat pertumbuh-
(nelayan) sebagai peubah kunci ekonomi. Ana- an biomas “intrinsic”, K adalah daya dukung
lisis model ekonomi-ekologis didasarkan atas lingkungan, q adalah tingkat kemudahan ter-
dinamika dan keseimbangan dua peubah terse- tangkapnya ikan (catchability), X adalah besar-
but. Dinamika stok ikan dirumuskan berdasar- nya stok ikan (kg), dan L adalah jumlah tenaga
kan model pertumbuhan Schaefer dan dinamika kerja (orang-hari).
tenaga kerja dirumuskan berdasarkan asumsi
model perikanan “open access” (Clark, 1985). Pada persamaan (4) dan persamaan (5)
Model ini pada prinsipnya didasarkan pa- terlihat hubungan saling terkait antara peubah e-
da model perikanan “open access” yang dikem- kologis (X) dengan peubah ekonomis (L). Pada
bangkan Smith pada tahun 1969 (Clark, 1985). persamaan (4) terlihat bahwa dinamika peubah
Jika penghasilan (revenue), π, pada suatu saat X dipengaruhi oleh peubah L, dan sebaliknya
positif maka upaya penangkapan ikan dalam sa- pada persamaan (5) terlihat bahwa dinamika pe-
tuan jumlah tenaga kerja, L, akan meningkat dan ubah L dipengaruhi oleh peubah X. Intinya ada-
sebaliknya. Secara matematis hal ini dapat di- lah bahwa kenaikan L akan dapat menurunkan
modelkan secara sederhana sebagai berikut: X dan sebaliknya penurunan X pada akhirnya
dapat menurunkan L. Pemanfaatan yang berke-
dL lanjutan dicapai pada titik keseimbangan antara
= kπ (1)
dt X dan L.
Susilo, S. B., Analisis Keberlanjutan Pembangunan Pulau-Pulau Kecil: Pendekatan Model … 31

Pembangunan berkelanjutan berdasarkan (dimanfaatkan) oleh zooplankton diasumsikan


model ekonomi ekologi ini dicapai jika besar- 50% dari yang tersedia, oleh ikan omnivora (“i-
nya stok ikan dan jumlah tenaga kerja yang me- kan 1”) sebesar 25%, dan oleh ikan herbivora
manfaatkan stok ikan tersebut berada pada satu (“ikan 2”) sebesar 25%). Ikan karnivora (“ikan
titik keseimbangan yang stabil (stable node). 3”) diasumsikan hanya memangsa “ikan 1” dan
Titik kesimbangan yang stabil dicapai pada sa- “ikan 2”. Akhirnya daya dukung lingkungan
dX dL dihitung dari biomas ikan (ikan 1, ikan 2, dan i-
at = = 0 dan memiliki akar ciri yang ne- kan 3) yang telah dikonversi dari berat karbon
dt dt
gatif (Fauzi dan Anna, 2005). ke berat daging ikan dengan faktor konversi
0.003 (Nakata, 1993).
Secara matematis, melalui teknik lineari-
sasi, titik keseimbangan yang stabil tersebut da- Penelitian mengenai efisiensi ekologis ma-
sih jarang sehingga tidak tersedia cukup data
⎡ c r⎛ c ⎞⎤ yang lebih rinci. Parsons et al. (1984) menye-
pat ditemukan, yaitu pada ⎢ , ⎜1 − ⎟⎥ .
⎣ pq q ⎝ pqK ⎠ ⎦ butkan bahwa secara rata-rata perairan “ocea-
Namun demikian dengan bantuan sebuah pe- nic” mempunyai efisiensi ekologis sebesar 10%,
rangkat lunak analisis sistem, titik keseimbang- perairan “continental shelf” sebesar 15%, dan
an tersebut juga dapat ditemukan. daerah “upwelling” sebesar 20%. Perairan Ke-
pulauan Seribu lebih mirip dengan perairan “con-
Pendugaan Parameter tinental shelf” tetapi mempunyai ekosistem te-
Parameter yang terdapat pada persamaan rumbu karang, suatu ekosistem yang sangat pro-
(4) dan (5) diduga dari wawancara di lapangan duktif dan efisien, yang sangat luas. Oleh kare-
dan literatur. Metode pendugaan parameter ter- na itu dugaan efisiensi ekologis yang digunakan
sebut adalah seperti diuraikan berikut. didalam penelitian ini adalah 20%.
Nilai daya dukung lingkungan (K) didu- Produksi primer diduga dari konsentrasi
ga melalui asumsi bahwa nilai ini merupakan klorofil melalui persamaan hubungan antara ke-
nilai produktivitas pakan ikan alami yang ter- duanya (Susilo, 1999). Hubungan antara pro-
sedia di perairan, dalam hal ini adalah produkti- duktivitas primer dan konsentrasi klorofil-a a-
vitas primer. Didalam model ini produksi pri- dalah:
mer menjadi pembatas daya dukung biomas i- P = 0.046 + 0.0107C (7)
kan yang dimodelkan dalam bentuk “ikan 1” P adalah produktivitas primer (g C/m3/jam), C
(“ikan” pemakan plankton), “ikan 2” (“ikan” her- adalah konsentrasi klorofil-a (μg/l), R adalah
bivora fitoplankton), dan “ikan 3” (“ikan” kar- koefisien korelasi.
nivora). Jumlah biomas ikan yang dapat didu-
kung oleh lingkungan ditentukan oleh produksi Pendugaan produksi primer dimulai de-
primer sebagai makanan paling bawah dan re- ngan menduga volume air produktif yang ada di
rata efisiensi ekologis (Parsons, et al., 1984). lokasi penelitian, yaitu perkalian antara luas per-
Berdasarkan hal ini maka secara umum daya airan dengan kedalaman produktif. Luas perair-
dukung lingkungan dirumuskan sebagai produk- an Kebupaten Administrasi Kepulauan Seribu se-
tivitas daging pada ikan dengan jenjang makan- cara total sekitar 7 000 km2 (Dinas Perikanan DKI
an ke-n: Jakarta, 2001; BPS DKI Jakarta, 2000). De-
ngan demikian angka ini akan digunakan seba-
Pn = P1 E n −1 (6)
gai dugaan parameter luas perairan Kepulauan
Pn adalah produktivitas pada jenjang makanan Seribu.
(trophic level) ke-n; P1 adalah produktivitas pri- Kedalaman produktif sebenarnya adalah
mer (n=1); n adalah jenjang makanan; E adalah kolom air hingga kedalaman kompensasi. Ke-
efisiensi ekologis rata-rata. dalaman kompensasi adalah sekitar 4.6 kali ke-
Produksi primer diasumsikan akan hilang dalaman atenuasi. Kedalaman atenuasi adalah
dengan faktor 0.015 (Nakata, 1993) terutama a- sekitar kedalaman Secchi disc (biasanya disebut
kibat tenggelam (sinking), sehingga fraksi pro- sebagai kecerahan) dibagi dengan 1.7 (Parsons
duksi primer yang dapat dimanfaatkan oleh or- et al., 1984). Dengan demikian kedalaman kom-
ganisme “trophic level” di atasnya adalah sebe- pensasi adalah sekitar 2.7 kali kecerahan. Ke-
sar 0.985. Produksi primer yang akan mengalir dalaman produktif ini diperlukan untuk meng-
32 Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Juni 2007, Jilid 14, Nomor 1: 29-35

hitung volume air yang produktif. Namun de- adalah Rp. 25.000,-. Angka ini kemudian digu-
mikian mengingat perairan Kepulauan Seribu ba- nakan sebagai biaya per tenaga kerja didalam
nyak yang dangkal, jika nilai 2.7 kali kecerahan model. Sementara itu data BPS DKI Jakarta
ini digunakan maka dugaan volume air yang pro- (2000) memperlihatkan bahwa harga rata-rata i-
duktif akan melebihi yang sebenarnya (over esti- kan per kg adalah Rp. 5.881,-.
mate). Oleh karena itu kedalaman produktif ha-
Konstanta “adjustment” tenaga kerja di-
nya akan menggunakan nilai 2 kali kedalaman
maksudkan sebagai faktor atau konstanta res-
Secchi disc (kecerahan) sebagai rata-rata.
pons tenaga kerja terhadap perubahan keun-
Pada bulan Juni 2002 penulis melakukan tungan. Faktor ini (k) merupakan “slope” hu-
pengukuran kecerahan air di 24 titik yang ter- bungan antara keuntungan dengan perubahan
sebar di berbagai pulau di Kepulauan Seribu dan jumlah tenaga kerja atau elastisitas tenaga kerja.
mendapatkan data rata-rata kecerahan adalah Fauzi dan Anna (2002) mencantumkan data
9.52 m. Sementara itu kecerahan air yang per- effort dan present value rente (dalam juta ru-
nah diteliti oleh Dinas Perikanan DKI (1998) di piah) didalam analisisnya mengenai stok ikan
10 titik di perairan ini mendapatkan rata-rata ha- pelagis di Pantura. Data tersebut digunakan se-
nya 5 m. Oleh karena itu dugaan rata-rata kece- bagai dasar pendugaan nilai k. Berdasarkan data
rahan air adalah 8 m, dan dengan demikian du- tersebut maka nilai dugaan k adalah 0.00014628
gaan kedalaman produktif adalah sebesar 16 m. yang berarti bahwa setiap kenaikan keuntungan
Pengukuran konsentrasi klorofil permu- (dalam bentuk present value rente) satu juta
kaan pada bulan Juni 2002 di 24 titik di Kepu- rupiah akan meningkatkan upaya (hari melaut)
lauan Seribu mempunyai rara-rata 0.15 mg/m3. sebesar 146.28 hari. Fauzi dan Anna (2002) meng-
Berdasarkan Susilo (1999) hubungan antara kon- gunakan satuan hari melaut sebagai satuan upa-
sentrasi klorofil permukaan dengan konsentrasi ya penangkapan, sedangkan didalam kajian ini
klorofil kolom air hingga kedalaman 15 m ada- akan digunakan jumlah tenaga kerja (nelayan)
lah Cw = 1.1171 + 3.0615 Cs; dimana Cw adalah sebagai satuan upaya penangkapan. Jika nela-
konsentrasi klorofil kolom air dan Cs adalah yan yang dikaji adalah nelayan yang melakukan
konsentrasi klorofil permukaan. Dengan rumus operasi penangkapan “satu hari kembali” (one
tersebut maka dugaan rata-rata konsentrasi klo- day fishing) maka kiranya satuan hari dengan
rofil di Kepulauan Seribu adalah 1.58 mg/m3. satuan tenaga kerja menjadi tidak berbeda. Na-
Berdasarkan data di atas dan dengan mengguna- mun demikian dengan pertimbangan nilai q yang
kan persamaan (7) maka secara sederhana dapat relatif kecil padahal stok ikan (sumberdaya a-
dihitung produksi primer perairan laut Kepulau- lam) tidak terlalu besar maka dalam kajian ini
an Seribu dalam waktu satu tahun. akan digunakan nilai dugaan k (elastisitas tena-
ga kerja) sebesar 0.000001.
Fauzi dan Anna (2002) menduga tingkat
pertumbuhan populasi ikan-ikan pelagis di Pan- Melalui proses pendugaan tersebut maka
tai Utara Jawa (Pantura) sebesar 1.43157. Se- nilai parameter model ekonomi-ekologi yang
mentara itu Susilo (2002) menduga tingkat per- digunakan dapat dilihat pada Tabel 1. Sementa-
tumbuhan populasi ikan tongkol di Teluk Pela- ra itu model ekonomi-ekologi tersebut diterje-
buhan Ratu sebesar 1.855. Oleh karena itu ting- mahkan ke dalam model konseptual sebagaima-
kat pertumbuhan intrinsik populasi ikan di Ke- na terlihat pada Gambar 1.
pulauan Seribu diduga dari rata-rata kedua nilai
tersebut, yaitu 1.64. HASIL DAN PEMBAHASAN
Nilai peluang tertangkapnya ikan (catch- Hasil analisis model ekonomi-ekologis me-
ability) juga diduga dengan cara yang sama. Fauzi nunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja yang
dan Anna (2002) menduga nilai catchability (q) mengeksploitasi sumberdaya alam di seluruh Ka-
ikan pelagis di Pantura sebesar 0.000005. Nilai bupaten Kepulauan Seribu terlalu banyak diban-
ini akan digunakan sebagai dugaan nilai q dida- ding stok ikan yang ada. Kondisi ini akan menye-
lam tulisan ini. babkan ketidakseimbangan sistem dinamika eko-
nomi-ekologis (Gambar 2).
Berdasarkan hasil wawancara di lapang-
an diperoleh informasi bahwa secara rata-rata Pada Gambar 2 terlihat bahwa dengan te-
biaya operasi per tenaga kerja (nelayan) per hari naga kerja saat ini, yaitu sebesar 500 000 orang-
Susilo, S. B., Analisis Keberlanjutan Pembangunan Pulau-Pulau Kecil: Pendekatan Model … 33

hari, stok ikan sebesar 3 000 000 kg dan rasio c/p seimbang jika jumlah tenaga kerja atau rasio c/p
(rasio antara biaya per tenaga kerja dan harga diturunkan. Analisis ini menunjukkan bahwa a-
jual ikan) sebesar 4.25 maka sumberdaya alam pabila jumlah tenaga kerja diturunkan menjadi
akan “collapse” pada tahun pertama. Tiga peu- 397 000 orang-hari maka sistem ekonomi-ekolo-
bah tersebut sangat menentukan sistem keseim- gis mengarah kekeseimbangan sebagaimana di-
bangan ekonomi-ekologis. Sistem tersebut akan tampilkan pada Gambar 3 dan Gambar 4.

konstanta konversi
Tk pertumbuhan catchability
SDA
Tenaga kerja

Tumbuh Dipanen
Keuntungan Biaya

konversi C ke daging

Daya dukung lingkungan Harga jual per unit Biaya per tenaga kerj

Rerata efisiensi ekologis

Ikan 1 Ikan 2 Ikan 3


Volume air Luas air

Zooplankton Produksi primer kgC\th konsentrasi klorofil


Kedalaman produktif

fraksi ke zoo fraksi ke ikan 1 fraksi ke ikan 2 fraksi yang tidak hilang

Gambar 1. Model Konseptual dari Sistem Dinamis Ekonomi-Ekologis.

Tabel 1. Nilai Dugaan Parameter pada Model stabil dapat diperoleh jika jumlah tenaga kerja
Ekonomi-ekologis. berada pada selang 250 000 – 300 000 orang-ha-
No.Nama Parameter Nilai dugaan ri. Pada kondisi ini keseimbangan yang stabil
1 Luas air (m2) 7 000 000 000 dapat dicapai dalam waktu kurang dari 10 ta-
2 Kedalaman produktif (m) 16 hun.
3 Konsentrasi klorofil (mg/m3) 1.58
4 Efisiensi ekologis 0.20
5 Tingkat pertumbuhan biomas populasi 1.64
6 Catchability 0.000005
7 Konstanta adjustment/elastisitas tenaga kerja 0.000001
8 Fraksi produksi primer yang tidak hilang 0.985
9 Fraksi produksi primer yang ke zooplankton 0.50
10 Fraksi produksi primer ke “ikan omnivora” 0.25
11 Fraksi produksi primer ke “ikan herbivora” 0.25
12 Konversi berat karbon ke berat daging ikan 0.003
Rata-rata biaya operasi per tenaga kerja Gambar 2. Trajektori Stok Sumberdaya Alam
13 25 000 Laut (Stok Ikan) dan Tenaga Kerja
(nelayan) per hari
14 harga rata-rata ikan per kg 5 881 Selama 3 Tahun.
Keterangan: Diolah dari berbagai sumber.
Rasio c/p akan mempengaruhi posisi titik
Jumlah tenaga kerja juga mempengaruhi keseimbangan. Jika rasio c/p diturunkan (keun-
waktu yang diperlukan sistem untuk mencapai tungan nelayan pemilik dinaikkan) maka titik
titik keseimbangan yang stabil. Gambar 5 mem- keseimbangan antara tenaga kerja dengan stok
perlihatkan bahwa dengan kondisi rasio c/p dan ikan yang digambarkan pada Gambar 4 akan ber-
besarnya stok ikan yang ada maka waktu yang geser ke kiri-atas, dan sebaliknya jika rasio c/p
tercepat untuk mencapai titik keseimbangan yang dinaikkan (keuntungan nelayan pemilik diturun-
34 Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Juni 2007, Jilid 14, Nomor 1: 29-35

kan) maka titik keseimbangan akan bergeser ke L = 328 026 – 8644.9 H (8)
kanan-bawah. Pengaruh perubahan rasio c/p ter- Y = 198 257 H (9)
hadap posisi titik keseimbangan dapat dilihat 0 < H < 37.76 (10)
pada Gambar 6.
L adalah jumlah tenaga kerja (orang-hari), Y a-
dalah besarnya stok ikan (kg), dan H adalah ra-
sio c/p. Nilai rasio c/p saat ini adalah 4.25. Ji-
ka rasio c/p diturunkan maka manfaat sosial-eko-
nomi bagi nelayan akan semakin besar karena
keuntungan ekonomi bertambah dan jumlah ne-
layan yang dapat ditampung juga besar. Namun
demikian besarnya stok ikan pada kondisi kese-
imbangan akan menjadi lebih kecil. Hal yang se-
baliknya akan terjadi jika rasio c/p dinaikkan.
Gambar 3. Simulasi Dinamika (Trajektori) Stok
Sumberdaya Alam Laut (SDA/Stok
Ikan) dan Tenaga Kerja Setelah Te-
naga Kerja Diturunkan Jumlahnya
Hingga Tinggal 397 000 OH.

Gambar 6. Phase Diagram Titik-Titik Hubung-


an antara Sumberdaya Alam Laut
Gambar 4. Phase Diagram Titik-Titik Hubung- (SDA/Stok Ikan) dengan Tenaga Ker-
an Antara Sumberdaya Alam Laut ja jika Rasio C/P Diubah.
(SDA/Stok Ikan) dengan Tenaga Ker-
ja yang Mengarah ke Titik Keseim-
bangan yang Stabil. Sebagaimana telah dibahas oleh Susilo
(2005) pembangunan berkelanjutan di pulau-pu-
lau kecil paling tidak harus mencakup 3 aspek
yaitu ekologi, ekonomi, dan sosial. Manfaat eko-
logis, ekonomis, dan sosial yang diperoleh se-
bagai hasil pembangunan tersebut selain harus
besar secara nyata juga harus seimbang di se-
mua aspek. Ketimpangan antar aspek tersebut
sebagai akibat pencemaran lingkungan, eksploi-
tasi sumberdaya alam berlebih, keuntungan pe-
manfaatan sumberdaya alam tidak merata di ma-
syarakat, timbulnya sifat individualistis dan pe-
Gambar 5. Pengaruh Perubahan Jumlah Tena- langgaran peraturan perundangan misalnya, a-
ga Kerja Terhadap Lama Waktu Me-
kan mengakibatkan pembangunan pulau-pulau
nuju Titik Keseimbangan.
kecil menjadi tidak berkelanjutan.
Pada akhirnya dengan menggunakan ga- Di dalam tulisan ini memang hanya dika-
ris keseimbangan pada Gambar 6 dapat dibuat ji dua peubah yang mewakili dua aspek penting
persamaan hubungan antara rasio c/p dengan pembangunan berkelanjutan, yaitu aspek ekolo-
jumlah tenaga kerja maupun besarnya stok ikan gi dan aspek ekonomi. Walaupun demikian pe-
dalam kondisi keberlanjutan. Persamaan terse- ubah ekonomi yang digunakan yaitu jumlah ne-
but adalah: layan (tenaga kerja) sebenarnya juga terkait de-
Susilo, S. B., Analisis Keberlanjutan Pembangunan Pulau-Pulau Kecil: Pendekatan Model … 35

ngan aspek sosial. Pembuatan model keseim- logical issues. Cambridge University Press, Cam-
bangan antara tiga atau lebih peubah sebenarnya bridge. Hal. : 150 - 189.
dimungkinkan tetapi akan sangat rumit dan se- Clark, C. W. 1985. Bioeconomic modelling and fisheries
management. John Wiley & Sons, New York.
cara grafis sulit digambarkan. Brown dan Rough-
garden (1997) misalnya menggunakan tiga peu- Conrad, J. M. dan C. W. Clark. 1989. Natural resource e-
conomics. Cambridge University Press, Cambridge.
bah di dalam modelnya, yaitu biomas sumber-
daya alam, modal, dan tenaga kerja. Secara Dinas Perikanan DKI. 1998. Studi penetapan lokasi pe-
ngembangan budidaya laut di Kepulauan Seribu.
matematis titik keseimbangan antara tiga peu- Kerjasama Dinas Perikanan DKI Jakarta dengan Fa-
bah ini dapat dicari tetapi penggambaran trajek- kultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor.
torinya sulit diinterpretasikan mengingat berada Dinas Perikanan DKI. 2001. Pemetaan Lokasi dan Kegi-
dalam ruang tiga dimensi. atan Prioritas Kelurahan Pulau Panggang. Kerja-
sama Dinas Perikanan DKI Jakarta dengan Pusat Kaji-
KESIMPULAN an Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Institut Pertanian
Bogor.
Analisis model ekologi-ekonomis ini mem- Fauzi, A. dan S. Anna. 2002. Evaluasi status keberlan-
perlihatkan kondisi yang tidak seimbang antara jutan pembangunan perikanan: Aplikasi pendekat-
peubah ekonomi dengan peubah ekologi. Oleh an Rapfish (Studi kasus perairan pesisir DKI Ja-
karta). Jurnal Pesisir dan Lautan, 4(3): 43 -55.
karena itu pembangunan pulau-pulau kecil Ka-
bupaten Kepulauan Seribu belum berkelanjutan. Fauzi, A. dan S. Anna. 2005. Pemodelan Sumber Daya
Perikanan dan Kelautan: untuk Analisis Kebijak-
Agar pembangunan pulau-pulau kecil di Kepu- an. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
lauan Seribu berkelanjutan maka ditinjau dari as-
Gulland, J. A. 1983. Fish stock assessment: A manual of
pek keseimbangan antara sumberdaya ikan dan basic methods. FAO/Wiley Series on Food and
jumlah upaya penangkapan (tenaga kerja) maka Agriculture, Vol. 1, Rome.
jumlah tenaga kerja (orang-hari) harus kurangi. Nakata, K. 1993. Ecosystem model; its formulation and
estimation method for unknown rate parameters.
UCAPAN TERIMA KASIH J. Advanced Marine Technology Conference, 8: 99 –
138.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Parsons, T. R., M. Takahashi, dan B. Hargrave. 1984. Bio-
Prof. Dr. Ir. A. Fauzi, M.Sc., Prof. Dr. Ir. Die- logical oceanographic processes. 3rd edition. Perga-
triech G. Bengen, DEA, dan Prof. Dr. Ir. Dedi mon Press, Oxford.
Soedharma, DEA atas berbagai saran dan ma- Susilo, S. B. 1999. Konsentrasi klorofil-A sebagai pen-
sukannya di dalam penelitian ini. duga produktivitas primer perairan. J. Ilmu-ilmu
Perairan dan Perikanan Indonesia, 6(2): 73 - 82.
PUSTAKA Susilo, S. B. 2002. Pendugaan stok dan daya dukung
biomas ikan melalui data tangkapan ikan. J. Ilmu-
BPS DKI Jakarta. 2000. Potensi ekonomi Kepulauan ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, 9(1): 99 - 108.
Seribu Tahun 2000. BPS Propinsi DKI Jakarta.
Susilo, S. B. 2005. Keberlanjutan Pembangunan Pulau-
Brown, G. dan J. Roughgarden. 1997. An ecological Pulau Kecil: Studi Kasus Kelurahan Pulau Pang-
economi: notes on harvest and growth. In: Perrings, gang dan Pulau Pari, Kepulauan Seribu, DKI Ja-
C., K-G. Maller, C. Folke, C. S. Holling, dan B-O. karta. J. Teknologi Perikanan dan Kelautan Maritek,
Jasson (eds): Biodiversity loss, economic and eco- 5(2): 85 – 110.

Anda mungkin juga menyukai