Anda di halaman 1dari 6

Vani Rahmasari

260110150052

SOAL-SOAL PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI SOLID DAN KOSMETIK

1. Apakah ada indikator selain kristal violet pada penetepan kadar menggunakan
metode titrasi bebas air? jika ada, apa kelebihan indikator kristal violet
dibandingkan dengan indikator yang lain?
2. Kafein dilarutkan dalam klorofom waktu itu. Sedangkan ada reagen logam
berat yang memiliki perbedaan polaritas dengan kloroform, nah jika
kasusnya seperti itu apakah bisa di deteksi atau terdeteksi?
3. Persamaan dan perbedaan dari indikator dalam dan indikator luar?
4. Kenapa basa kuat dapat memutuskan ikatan cincin beta laktam? bisa tidak
basa kuat yang lain selain NaOH digunakan?
5. Kenapa metanol harus dinetralisasi oleh NaOH dulu sewaktu indentifikasi
kuantitatif asam mefenamat?
6. Jelaskan mekanisme reaksi asetosal + NaOH dan mekanisme reaksi NaOH
berlebih dengan PP ?
7. Bagaimana mekanisme reaksi FeCl3 dapat memberikan warna ungu pada uji
kualitatif asetosal ?
8. Kenapa indikator PP yang digunakan dalam identitikasi kuantitatif pada asam
mefenamat?
9. Mengapa yang digunakan titrasi alkalimetri bukan titrasi balik pada
identifikasi asetosal?
10. Selain alkalimetri apakah bisa ditentukan kadar asam mefenamat dengan
metode lain?

Jawab :
1. Indicator selain Kristal violet :
2. Reagen logam berat punya perbedaan polaritas dengan kloroform…
3. Indicator dalam :
Indicator luar :
4. Karena..
5. Methanol harus di netralisasi dengan NaOH terlebih dahulu karena..
6. Mekanisme :

Larutan asetosal ditambahkan PP warnanya masih bening kemudian


dititrasi dengan larutan NaOH sambil digoyang – goyangkan. Setelah
mencapai titik ekivalen dimana mol asetosal tepat bereaksi dengan NaOH
menghasilkan produk dengan warna kemerahan. Jika kita menggunakan
indikator PP dalam titrasi asam – basa, maka titik ekivalen tersebut berada
dalam rentang pH 8.3 – 10. Dalam proses titrasi gugus asetil dalam reaksi
netralisasi ini lebih sukar lepas dri pada gugus karbonil, sehingga terjadi
reaksi :

Titrasi menggunakan indikator PP titik akhirnya ditandai ketika


terjadinya perubahan warna yang konstan. Perubahan warna yang konstan
sangat perlu diperhatikan.

Dalam larutan yang bersifat asam dan pada rentangan pH < 8,3
indikator fenolftalein tidak akan memberikan perubahan warna, dimana warna
larutan tetap tidak berwarna. Sedangkan pada larutan yang bersifat basa pada
rentangan pH 8,3-10,0 indikator fenolftalein akan memberikan perubahan
warna menjadi merah muda, dan pada rentangan pH >10,0 indikator
fenolftalein akan memberikan perubahan warna menjadi merah (Bassett,
1994). Namun dalam suasana basa pekat berlebih indikator fenolftalein
kembali menjadi tidak berwarna. Hal ini didukung dengan hasil percobaan
yang menunjukkan bahwa dalam konsentrasi NaOH yang semakin pekat,
warna fenolftalein semakin pudar (Petruševski dan Risteska, 2007).

Perubahan warna ini tentunya disebabkan oleh perubahan struktur


fenolftalein dalam kondisi penambahan basa yang berlebih (Petruševski dan
Risteska, 2007).

7. Berikut reaksi pembentukan kompleks besi salisilat


Asetosal merupakan ester fenolik dari asam salisilat sehingga tidak dapat
bereaksi dengan Fe3+. Gugus ester tersebut harus dipecah melalui hidrolisis
terlebih dahulu dengan NaOH sehingga terbentuk Na salisilat dan Na stearat,
setelah diasamkan dengan HCl, asam salisilat hasil hidrolisis asetosal dapat
membetuk kompleks dengan pereaksi Fe3+ yang berwarna ungu yang dapat
diukur serapannya pada panjang gelombang 255nm (Higuchi,et.al., 1961).
8. Menggunakan indicator pp karena..

9. Alkalimetri merupakan salah satu metode titrasi asam-basa yang sering


digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu asam. Metode alkalimetri
merupakan metode reaksi penetralan asam dengan basa. Natrium hidroksida
merupakan basa yang paling lazim digunakan. Alkalimetri merupakan metode
titrasi untuk mencari kadar asam dengan menggunakan kadar basa (Day,
2002).
Titrasi balik dilakukan dengan penambahan reagen berlebih yang diketahui
jumlahnya, menyebabkan reaksi selesai, dan menitrasi kelebihan reagen yang
tidak bereaksi dengan menggunakan titrasi yang sesuai (cairns, 2008).
Pada identifikasi asetosal digunakan titrasi alkalimetri dikarenakan titrasi ini
memiliki keuntungan yaitu mudah digunakan, hanya dilakukan satu kali
titrasi, dan sudah diuji keberhasilannya oleh kelompok lain, dibanding dengan
titrasi balik, titrasi tersebut memerlukan dua kali titrasi karena titrasi balik
merupakan titrasi tidak langsung, dan penggunaannya pun belum diuji
keberhasilannya.

10. Selain alkalimetri..

Titrasi bebas air adalah suatu titrasi yang tidak menggunakan air sebagai
pelarut. Tetapi digunakan pelarut organik seperti alkohol, eter atau pelarut-pelarut
organik lain karena senyawa tersebut tidak dapat larut dalam air. (Underwood, 1993).

Titrasi bebas air adalah titrasi yang dilakukan untuk larutan yang tak dapat
larut dalam air tetapi dapat larut dalam pelarut-pelarut organik lainnya, seperti halnya
yang dilakukan pada analisis kuantitatif asam mefenamat tersebut. Dengan pelarut
organik tertentu, kekuatan asam atau basa lemah dapat diperbesar sehingga
memungkinkan suatu titrasi yang tidak memuaskan dalam pelarut air. Titrasi bebas
air ini pada bidang farmasi banyak dipakai karena banyak obat bersifat asam atau
basa lemah yang suka larut dalam air.

Asam mefenamat larut dalam larutan alkali hidroksida; agak sukar larut dalam
kloroform; sukar larut dalam etanol dan metanol; praktis tidak larut dalam air.
(Depkes RI, 1995).
DAFTAR PUSTAKA

Cairns, D., 2008. Intisari Kimia Farmasi. Edisi 2. Jakarta : EGC.

Day, U., 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi 6. Jakarta : Erlangga.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope


Higuchi,et.al., 1961. Pharmaceutical Analysis. New york : John Willey and Sons
Publishers.

Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.


Petruševski, Vladimir M. dan Risteska, Keti. 2007. Behaviour of Phenolphthalein in Strongly
Basic Media. Chemistry, Vol. 16, Iss. 4.
Sudjadi, dkk., 2004. Analisis Obat dan Makanan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Underwood, A.L., Day, RA.1993.“Analisa Kimia Kuantitatif”, Edisi V. Surabaya :


Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai