Dina Shifana. Panggilannya Dina. Renata sudah bilang
sebelumnya bahwa aku akan sekelas dengan teman Sdnya. Dina merupakan anak tengah dari 3 bersaudara, Mas Deby dan adiknya Zaskia. Dina lahir pada tanggal 9 Juni 1999. Ayahnya bernama Edi dan sang bunda memiliki nama yang sama dengan ummikku, Nur. Dina pernah cerita, dia juga ada keluarga di Jombang entah itu dari ayah atau bundanya, aku lupa.
Sejak pertama, Dina selalu bersama dengan Nanda. Dapat
kutarik kesimpulan bahwa mereka bersahabat. Awal-awal aku kadang tertukar nama panggilan mereka. Aku mulai akrab dengan Dina sejak kami duduk satu bangku di pojokan depan dekat pintu. Banyak hal yang kami saling ceritakan termasuk perihal “doi”, walau kami sama-sama tak menyebut merk. Herannya, bangku kami sangat sering diganggu oleh Anang, kadang pula semua anak laki-laki di kelas ikut nimbrung saat aku hanya pergi meninggalkan bangkuku sebentar. Alhasil, aku yang jadi emak-emak tukang marahin mereka. Bahkan para anak cowok itu sok-sok-an mau bikin band dan hendak mengajak Dina menjadi vokalisnya. Suara Dina memang lumayan bagus, sesekali kami bernyanyi bersama, dan ia juga hafal lagu-lagu awal tahun 2000-an yang juga kusuka.
Saat kami sebangku, kami juga ikut lomba nulis cerpen
bertemakan psikopat. Alhamdulillah, karya kami sama-sama lolos. Kami jadi saling heboh, terlebih rupanya Dina yang menduduki juara 1. Kami juga masih harus repot mentranslatenya ke bahasa inggris.
Dina memang suka hal-hal yang berbau semacam itu,
entah aku bingung bahasa yang tepat. Maka dari itu Nanda merekomendasikannya untuk ikut, dan hasil cerita Dina pun luar biasa bikin ngeri. Dia juga yang merekomendasikan padaku untuk mengikuti fanpage creepypasta di facebook. Walau aku jadi sering takut jadinya, tapi aku menyukai cerita-cerita yang ada.
Selain itu dia adalah K-Popers, boyband korea ia
gandrungi, entah aku tak tau siapa favoritnya karena banyak, selain itu ia juga mengoleksi dramanya. Jadilah aku nyetok drama ke dia, hingga ia memberikan Hyde Jkill Me. Drama yang bikin nangis dan seru banget, menurutku itu adalah drama terbagus dari yang pernah kutonton, dan kami kadang heboh yang ngebahas, terlebih tentang yang jadi tokoh antagonisnya.
Dina juga anak teater dan juga pandai berpuisi. Kami
memiliki beberapa kesamaan, salah satunya suka kucing. Kucingnya banyak di rumahnya. Tak jarang kami memang jadi membahas tentang kucing. Bahkan sempat aku ditawari kucingnya oleh orang tua Dina, namun kucingku juga sudah cukup banyak di rumah. Selain itu, saat pertama masuk kelas kami sama-sama menganggap bahwa Angga yang paling cakep di kelas, mungkin selera kami sama. Atau mungkin ada ikatan batin antara sesama penyuka kucing, karena Angga juga suka kucing. Serta dapat disimpulkan pula bahwa kami memiliki karakter penyayang, hehe. Dina juga bercerita bahwa ia ingin mejadi dokter hewan, kupikir itu cocok untuknya.
Saat kami akhirnya berpisah dari bangku pojok itu, ada
kabar yang beredar. Tentang Dina dan Anang. Berselang sekitar seminggu, mereka jadian. Aku bertanya-tanya bagaimana bisa Anang. Dina sendiri yang mengatakan bahwa selama ini ia menceritakan tentang Anang padaku. Aku hanya bisa percaya tak percaya, Anang yang sudah 12 tahun kukenal itu.
Kami pernah sekelompok, seperti halnya kelompok PKWU,
Padi Makan Ayam. Kami semua si cewek-cewek—berhubung yang cowok cuma Anang dan Aufal dan mereka juga tak mungkin ikut menginap--bekerja sama hingga larut. Kami tidur bersama sempit-sempitan, di rumah Icha dan di rumah Dina. Tentu saja beberapa hal lucu terjadi.
Dina memiliki hobi nembak. Saat kami menginap rame-
rame di aspi dalam rangka persiapan tes degra itu, aku tidur pas di sebelah Dina, 2 malam berturut-turut. Aku juga susah tidur gara-gara ia bergurau dengan Desi hingga larut, dan masih diimbuhi tembakan-tembakannya. Saat di rumah Icha pun hal itu terjadi juga.
Pernah ia ketahuan di kelas, dan Waiz yang membesar-
besarkannya. Semua itu gara-gara Novi. Aku sih tertawa saja, karena sudah tahu Dina seperti itu. Tapi Waiz malah gawat, padahal hal itu wajar saja bagi manusia.
Dina sering dijadikan peran utama dalam drama atau
video, seperti yang untuk Vector, ia berperan sebagai Dora. Ia juga memerankan video di Tanean Lanjheng. Saat drama, ia juga totalitas, seperti Thumbelina, Drama tragedi saat kelas 11 ia berperan menjadi anak kecil, dan drama ujian praktek bahasa madura ia menjadi nenek-nenek. Wajar saja, berhubung ia memang anak teater.
Pertama ke rumah Dina, seingatku saat ia mengadakan
bakar-bakar ikan di rumahnya. Saat itu malam, dan aku diantar abang yang kebetulan ada latian basket. Setelah itu saat menginap yang mengerjakan padi makan ayam, dan baru ku sadari suasana rumah Dina begitu nyaman, suasana pagi yang menenangkan dengan ada lahan tepat di depan rumahnya.
Cewek dengan kacamata bundar ini memiliki tingkat ke
PD-an yang tinggi, sering ia bergaya imut dan mengakuinya sendiri, atau merasa dia cantik. Untung saja memang sesuai, tapi aku tak bisa membayangkan jika aku bertingkah sepertinya. Dina juga saat berbicara seluruh tubuhnya jadi ikutan juga, goyang-goyang atau gerak-gerak. Dina memang orang yang ceria dan penuh semangat.
Pesanku untuk Dina,
Tolong pahami tentang hal-hal yang dilakukan ya,
khawatir sedikit belok dari jalan lurus. Terima kasih atas segala kebaikanmu, segala yang kau bagikan, berupa tawa kebahagiaan ataupun yang lainnya. Maaf atas semua kesalahanku ya, kata-kata yang kurang berkenan di hati, sok ngatur atau semua kesalahanku yang lainnya. kuharap kita bisa terus jadi teman yang saling berbagi cerita. Temanmu, Si sama penyuka warna kuning juga