PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru di
bandingkan dengan teori-teori belajar yang sudah dibahas sebelumnya. Teori
ini berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan ilmu informasi.
Hakekat managemen pembelajaran berdasarkan teori sibernetik adalah usaha
guru untuk membantu siswa mencapai tujuan belajarnya secara efektif dengan
cara mengfungsikan unsur-unsur kognisi siswa, terutama unsur pikiran untuk
memahami stimulus dari luar melalui proses pengolahan informasi.
“Teaching as organising students activity” berikut pernyataan Ramsden
(Dalam Arqam:2010). Pernyataan ini adalah satu di antara 3 konsep teori
mengajar yang diyakini, bahwa mengajar pada dasarnya mengorganisasikan
kegiatan peserta didik dalam melakukan serangkaian aktifitas yang
melahirkan pegalaman belajar. Mengajar dipandang sebagai proses suprvisi
dengan jumlah teknik tertentusehingga peserta didik dapatbelajar dnagn
optimal seperti yang di harapakan.
B. Rumusan masalah
1. Apakah yang di maksud dengan belajar menurut aliran sibernetik?
2. Bagaimanakah tujuan pembelajaran teori sibernetik?
3. Bagaimanakah teori belajar sibernetik menurut para ahli?
BAB II
PEMBAHASAN
1
A. Pengertian Belajar Menurut Pandangan Sibernetik
Sibenertik merupakan bentuk kata serapan dari kata “Cybernetic” yakni sistem
kontrol dan komunikasi yang memungkinkan feedback atau umpan balik. Teori
belajar sibenertik ini bisa dibilang baru dari teori sebelumnya yang telah dibahas.
Teori ini berkembang pesat dengan perkembangan IPTEK. Menurut teori ini, belajar
adalah pengolahan informasi. Teori ini memiliki kesamaan dengan teori kognitif yaitu
mengutamakan proses daripada hasil namun yang lebih penting lagi adalah sistem
informasi yang akan dipelajari oleh siswa (Budiningsih,2005). Ada juga yang
beransumsi bahwa teori sibernetik penerimaan informasinya antara lain usaha guru
untuk membantu orang dengan orang yang lain busa berbeda. Hakikat pembelajaran
berdasarkan teori ini yaitu usaha guru untuk membantu siswa mencapai tujuan
belajarnya secara efektif dengn cara memfungsikan unsur-unsur kognitif siswa.
2
2. stimulus yang diproses melalui tahapan-tahapan tadi akan mengalami
peruabahan bentuk ataupun isinya,
3. salah satu dari tahapan mempunyai kapasitas yang terbatas.
Ketiaga asumsi tersebut menjadi dasar pengembangan teori tentang
komponen struktur dan pengatur alur pemrosesan informasi.
Komponen pemrosesan informasi dipilih menjadi tiga berdasarkan
perbedaan fungsi, kapasitas, bentuk informasi, serta proses terjadinya
“lupa’’. Berikut adalah pemrosesan informasi.
Sensory Receptor (SR)
SR merupakan sel tempat pertama kali informasi diterima dari luar.
Working Memory
WM diasumsikan mampu menangkap informasi yang diberi perhatian
oleh individu. Karakteri WM adalah:
memiliki kapasitas yang terbatas, kurang dari 7 slot. Informasi
yang di dapat hanya mampu bertahan kurang lebih 15detik
apabila tanpa adanya upaya pengulangan (rehearsal)
informai dapat disandi didalam bentuk yang berbeda dari
stimulus aslinya baik dalam bentuk herbal, visua ataupun
semantic, yang dipengaruhi oleh peran proses kontrol dan
seseorang dapat denagn sadar mengendalikannya.
Long Term Memory
Long Time Memory merupakan bagian dari sistem memory manusia yang
menyimpan informasi untuk sebuah periode yang cukup lama. Informasi yang
diperoleh dalam jaringan kerja ini melalui spred ofactivation, yaitu pencarian kembali
infomasi berdasarkan keterangannya dengan informasi-informasi yang lain.
Informasi yang tersimpan dalam long term memory tidak akan pernah terhapus atau
hilang.
Dalam teori Landa membedakan ada dua macam cara berfikir, yaitu :
3
Yaitu proses berpikir yang sistematis, tahap demi tahap, linier, konvergen, lurus,
menuju ke satu target tujuan tertentu.
Yaitu cara berpikir devergen yang menuju ke beberapa target tujuan sekaligus.
Menurut Landa proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran yang
hendak dipelajari atau hendak masalah yang hendak dipecahkan diketahui ciri-
cirinya. Materi pelajaran tertentu akan lebih tepat disajikan dalam urutan yang teratur,
sedangkan materi pelajaran lainnya akan lebih tepat bila disajikan dalam bentuk
“terbuka” dan memberi kebebasan kepada siswa untuk berimajinasi dan berpikir.
Misalnya, agar siswa mampu memahami suatu rumus matematika, mungkin akan
lebih efektif jika presentasi informasi tentang rumus tersebut disajikan secara
algoritmik. Alasannya, karena suatu rumus matematika biasanya mengikuti aturan
tahap demi tahap yang sudah teratur dan mengarah kesatu target tertentu. Namun
untuk memahami makna suatu konsep yang lebih luas dan banyak mengandung
intrepetasi, misalnya konsep keadilan atau demokrasi, akan lebih baik jika proses
berpikir siswa dibimbing kearah yang “menyebar” atau berpikir heuristik, dengan
harapan pemahaman mereka terhadap konsep itu tidak tunggal, monoton, dogmatik
atau linier.
Pask dan Scott juga termasuk penganut teori sibernetik. Menurut mereka ada dua
macam cara berpikir, yaitu cara berpikir serialis dan cara berpikir wholist atau
menyeluruh. Pendekatan serialis yang dikemukakannya memiliki kesamaan dengan
pendekatan algoritmik. Namun apa yang dikatakan sebagai cara berpikir menyeluruh
(wholist) tidak sama dengan cara berpikir heuristik. Bedanya, cara berpikir
menyeluruh adalah berpikir yang cenderung melompat kedepan, langsung ke
gambaran lengkap sebuah sistem informasi. Ibarat melihat lukisan, bukan detail-detail
4
yang diamati lebih dahulu, melainkan seluruh lukisan itu sekaligus baru sesudah itu
kebagian-bagian yang lebih detail. Sedangkan cara berpikir heuristik yang
dikemukakan oleh Landa adalah cara berpikir devergen mengarah kebeberapa aspek
sekaligus.
Teori sibernetik sebagai teori belajar sering kali dikritik karena tidak secara langsung
membahas tentang proses belajar sehingga menyulitkan dalam penerapan. Ulasan
teori ini cenderung kedunia psikologi dan informasi dengan mencoba melihat
mekanisme kerja otak. Karena pemahaman dan pengetahuan akan mekanisme ini
sangat terbatas maka terbatas pula kemampuan untuk menerapkan teori ini.
Dan kaitannya dengan contoh aplikasi dalam bidang studi Pendidikan Agama
Islam, materi ajar perilaku (qana’ah dan tasamuh) sebagai berikut.
5
4. siswa dapat mengaplikasikan prilaku qana’ah dan tasamuh dalam
kehidupannya dengan penuh kesadaran (pemecahan masalah)
Sekolah ...........
Kelas/Semester :IX/1
Materi Pembelajaran
Metode Pembelajaran
Tanya jawab
Modeling
Diskusi
6
CTL
Kegiatan Pendahuluan
Apresepsi
Guru memotivasi siswa menegnai indahnya berakhlak mulia
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
Kegiatan Inti
1. Eksplorasi
Guru menguraikan contoh-contoh perilaku dan tasamuh dalam bentuk
tampilan gambar
2. Elaborasi
Siswa melakukan memberi respon terhadap dengan dapat membedakan
contoh dan bukan contoh pada prilaku qana’ah dan tasamuh
3. Konfirmasi
Siswa menuliskan kesan-kesannya dengan memahami manfaat dari
mengaplikasikan perilaku qana’ah dan tasamuh
4. Latihan
Siswa membuat kesimpulan manfaat prilaku qana’ah dan tasamuh
dalamkehidupan
Kegiatan Penutup
Sumber Belajar
Penilian
7
Indikator Pencapaian Kompetensi Teknik Penilain Bentuk Instrumen/Soal
Soal
Tes Tertulis
Tes Simulasi
BAB III
PENUTUP