Anda di halaman 1dari 2

Konservasi Penyu di Indonesia Menjadi Contoh

Penulis : Tri Wahono | Rabu, 20 Agustus 2008 | 16:08 WIB

Dibaca: 183

Komentar: 0
|

Share:

DENPASAR, RABU — Negara-negara kawasan Samudra Hindia dan Asia Tenggara yang
tergabung dalam The Indian Ocean and South East Asia (IOSEA) memuji upaya konservasi
penyu di Indonesia.

"Berbagai upaya pemeliharaan dan perlindungan terhadap enam jenis penyu di Indonesia
guna mencegah kepunahan akan bisa menjadi contoh negara lain," kata Sekjen IOSEA
Douglas Hykle pada pertemuan ke-5 IOSEA di Sanur, Bali, Rabu (20/8).

Dalam pertemuan anggota IOSEA yang berlangsung hingga Sabtu (23/8), delegasi dari
berbagai negara anggota yang melihat langsung konservasi penyu di Indonesia dapat saling
bertukar informasi ilmiah dan teknis guna meningkatkan kerja sama promosi internasional.
Pertemuan tersebut, katanya, dimaksudkan untuk memfasilitasi pengembangan rencana aksi
pengelolaan dan konservasi penyu serta mengidentifikasi kebutuhan program mitigasi
interaksi antara ikan dan penyu, seperti perlindungan telur dan tempat penyu betina bertelur
di pantai.

Menurut Douglas Hykle, promosi jaringan dan kemitraan dimaksudkan untuk mendorong
implementasi kesepakatan IOSEA tentang penyu laut sebagai bagian dari aktivitas
internasional dalam konservasi dan pengelolaan penyu. Dari 44 negara anggota IOSEA, 28
negara di antaranya telah menandatangani kesepakatan tersebut, termasuk Indonesia, dan
yang terakhir dilakukan Oman.

Upaya pelestarian penyu menjadi perhatian dunia, mengingat dari ribuan telur yang menetas,
sangat sedikit yang bisa bertahan hidup hingga dewasa. Misalnya, penyu hijau di berbagai
daerah di Nusantara yang berpotensi mencapai sekitar 40.000 ekor. Dalam dua bulan masing-
masing induk mampu bertelur delapan kali, dengan jumlah telur 110 butir. Namun, dari setiap
1.000 telur yang menetas, diperkirakan hanya dua ekor yang bertahan hidup hingga dewasa.

IOSEA merupakan lembaga kerja sama antarnegara kawasan Samudra Hindia dan Asia
Tenggara serta negara lain yang memiliki perhatian terhadap pelestarian penyu. Ancaman
utama terhadap penyu laut terutama oleh kegiatan eksploitasi yang tanpa menjaga
kelestariannya (unsustainable exploitation), perusakan terhadap habitat khususnya tempat
bertelur dan mencari makan, serta kematian akibat penangkapan tak sengaja oleh nelayan.

Sementara itu, Menteri Kelautan dan Perikanan Freddy Numberi mengatakan, sejauh ini
pihaknya telah melakukan kampanye terpadu untuk menyelamatkan penyu melalui penerapan
sejumlah peraturan, termasuk yang terkait dengan penangkapan ikan. Pihak-pihak yang
melakukan pelanggaran, seperti perusahaan bidang perikanan yang terbukti menangkap
penyu, dikenai sanksi berat sesuai ketentuan yang ada.

Dijelaskan bahwa penangkapan ikan dengan pukat harimau harus menggunakan jaring TED
(turtle extrude devices) yang secara otomatis akan meloloskan penyu yang tertangkap
kembali ke laut. Penangkapan ikan dengan cara memancing, katanya, juga disyaratkan
menggunakan kail berbentuk huruf "C" yang bisa menyelamatkan penyu dan dilarang
memakai kail berbentuk "J" yang menjerat dan mematikan penyu.

Menurut Freddy, kini telah ditetapkan sejumlah lokasi konservasi yang merupakan kawasan
tempat bertelur penyu, seperti habitat penyu hijau di Kepulauan Derawan, Kalimantan Timur,
dan penyu belimbing di Janursba Medi serta Warnon di Papua. Perlindungan dan pelestarian
penyu juga dilakukan melalui berbagai upaya, seperti mencegah pemangsaan telur oleh
burung elang dan biawak maupun tindakan perburuan sarang telur penyu oleh masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai