REPUBLIK INDONESIA
A. PENDAHULUAN
C. RUANG LINGKUP
D. DEFINISI
1. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk
pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan
air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai
makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan
tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan
dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau
minuman.
2. Aman dikonsumsi adalah kondisi pangan yang tidak mengandung bahan-
bahan yang dapat membahayakan kesehatan manusia seperti
menimbulkan penyakit atau keracunan.
3. Layak dikonsumsi adalah kondisi pangan dalam keadaan normal, tidak
rusak, berbau busuk, menjijikkan, kotor, tercemar atau terurai, sehingga
dapat diterima untuk dikonsumsi oleh masyarakat pada umumnya.
4. Keamanan Pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk
mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan fisik
yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan
manusia, serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya
masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi.
5. Produksi Pangan adalah kegiatan atau proses menghasilkan, menyiapkan,
mengolah, membuat, mengawetkan, mengemas, mengemas kembali,
dan/atau mengubah bentuk pangan
-7-
6. Mutu Pangan adalah nilai yang ditentukan atas dasar kriteria keamanan
dan kandungan Gizi Pangan
7. Pangan Olahan adalah makanan atau minuman hasil proses dengan cara
atau metode tertentu, dengan atau tanpa bahan tambahan.
8. Industri Rumah Tangga Pangan yang selanjutnya disingkat IRTP adalah
perusahaan pangan yang memiliki tempat usaha di tempat tinggal dengan
peralatan pengolahan pangan manual hingga semi otomatis.
9. Pengawas Pangan Kabupaten/Kota atau District Food Inspector yang
selanjutnya disingkat DFI adalah pegawai negeri sipil yang mempunyai
kualifikasi DFI, yang mempunyai kompetensi sesuai dengan bidangnya
dalam produksi pangan dan diberi tugas untuk melakukan pengawasan
keamanan pangan IRT dalam rantai pangan dari organisasi yang kompeten.
10. Penyuluh Keamanan Pangan yang selanjutnya disingkat PKP adalah
pegawai negeri sipil di Kabupaten/Kota yang mempunyai kualifikasi PKP
dan kompetensi yang sesuai dengan bidangnya dan mampu memberikan
penyuluhan dan/atau bimbingan teknis tentang keamanan pangan
termasuk penerapan cara produksi pangan olahan yang baik untuk IRTP.
11. Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga yang selanjutnya
disingkat SPP-IRT adalah jaminan tertulis yang diberikan oleh
Bupati/Walikota c.q. Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten/Kota
terhadap pangan produksi IRTP di wilayah kerjanya yang telah memenuhi
persyaratan pemberian SPP-IRTP untuk diedarkan.
12. Pangan Industri Rumah Tangga adalah pangan olahan hasil produksi
IRTP yang diedarkan dalam kemasan eceran dan berlabel.
13. Pemantauan atau Monitoring adalah pengamatan atau pengukuran
parameter pengendalian keamanan pangan secara terencana dan
berurutan untuk menilai apakah tindakan pengendalian keamanan pangan
telah dilakukan dengan baik dan benar.
14. Pengawasan Pangan Kabupaten/Kota adalah aktivitas regulatori wajib
dari Pemerintah Kabupaten/Kota oleh tenaga Pengawas Pangan
Kabupaten/Kota (District Food Inspector/DFI) dalam rangka melindungi
masyarakat, dan menjamin keamanan dan mutu pangan selama
diproduksi, ditangani, disimpan, diproses dan didistribusikan. Selain itu,
juga menjamin kesesuaian label pangan dengan peraturan dan ketentuan
tentang label pangan, termasuk pengujian produk pangan atau produk
setengah jadi untuk memastikan kesesuaian produk dengan .persyaratan
regulasi.
15. Pemerintah Daerah yang selanjutnya disingkat Pemda adalah kepala
daerah sebagai unsur penyelenggaraan pemerintah daerah yang memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah
otonom Kabupaten/Kota.
Masalah keamanan pangan dapat juga terjadi karena bahan baku yang
digunakan tidak bermutu, kotor atau sudah tercemar mikroba. Sebagai contoh
bahan baku kacang-kacangan terutama kacang tanah atau biji-bijian seperti
jagung dapat berasal dari sumber yang kotor sehingga kemungkinan sudah
tercemar kapang penghasil mikotoksin seperti aflatoksin. Jika bahan baku
tersebut disimpan pada tempat yang lembab pada suhu yang relatif hangat,
maka kapang Aspergillus flavus dapat tumbuh dan menghasilkan aflatoksin.
Demikian juga masalah keamanan pangan dapat timbul jika bahan baku
seperti sayuran atau buah-buahan sudah mengandung residu pestisida cukup
tinggi karena diperoleh dari sumber lahan yang tidak menerapkan cara budi
daya yang baik, misalnya menggunakan pestisida saat hanya satu atau dua
hari sebelum sayuran atau buah-buahan dipanen.
Terkait dengan Pembinaan, PP No. 28/2004 Pasal 51, ayat (4) menyatakan
bahwa Pembinaan terhadap industri rumah tangga pangan dilaksanakan oleh
Bupati/Walikota. Sedangkan pembinaan terhadap Pemerintah Daerah dan
masyarakat di bidang Pengawasan Pangan dilaksanakan oleh Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan.
Salah satu peranan penting dari KIE adalah menyusun dan mendiseminasikan
Komunikasi Risiko (Risk Communication) jika ada ditemukan masalah
Keamanan Pangan yang berisiko bagi masyarakat. Pada prinsipnya
Komunikasi Risiko adalah pertukaran informasi tentang risiko dari suatu
masalah atau bahaya Keamanan Pangan di antara para anggota pengkaji risiko
(Risk Assessor), pengelola risiko (Risk Manager), dan pihak-pihak lain yang
berkepentingan termasuk produsen dan konsumen. Mengkomunikasikan
risiko harus berdasarkan hasil kajian risiko yang dilakukan secara ilmiah, dan
harus disampaikan secara hati-hati dan bijaksana kepada masyarakat untuk
menghindari kepanikan atau histeria masa yang tidak ada gunanya.
Catatan:
Produk TMS adalah produk yang melanggar persyaratan keamanan pangan,
yaitu:
1. adanya penggunaan bahan yang dilarang untuk kemasan;
2. adanya penggunaan bahan berbahaya atau dilarang untuk pangan;
3. adanya penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang melebihi batas
maksimum yang diizinkan atau yang bukan untuk peruntukannya;
4. pangan mengandung cemaran; yang melampaui ambang batas maksimal
yang ditetapkan;
5. pangan telah melampaui kedaluwarsa; dan
6. pangan diproduksi dengan cara yang dilarang.
Sedangkan TMK (Tidak Memenuhi Ketentuan) jika label pangan tidak sesuai
dengan peraturan tentang label dan iklan pangan serta tidak memenuhi
ketentuan CPPB-IRT.
HASIL PEMERIKSAAN :
…………………….,…………………
Tim Pemeriksa
Mengetahui : 1. ……………………… ……………………
Pimpinan/ Penanggung Jawab 2. ……………………… ……………………
Sarana Yang diperiksa 3. ……………………… …………………..
…………………………………….
ttd.
PENNY K. LUKITO