Anda di halaman 1dari 14

PROGRAM KERJA INTERNAL AUDIT

PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

ISNAINI NUR ANNISA


(1221509010)
TEORI AKUNTANSI / B

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perusahaan dapat bersaing di pasar global sangat ditentukan oleh kinerja
perusahaan itu sendiri. Perusahaan yang memiliki daya saing tinggi
mengindikasikan perusahaan harus memiliki kinerja yang baik. Perusahaan ini
tidak dapat mempertahankan kinerjanya secara bertahap akan digulingkan dari
industri lingkungan. Karena itu kelangsungan hidup perusahaan terjaga maka
manajemen harus dapat mempertahankan dan meningkatkan kinerjanya.
Sehubungan dengan peningkatan kinerja perusahaan, manajemen akan selalu
berhadapan dengan pengambilan keputusan.
Laporan keuangan merupakan sarana komunikasi bagi manajemen dan pihak
eksternal untuk mengetahui kondisi keuangan dan kelangsungan bisnis
perusahaan. Analisis laporan keuangan digunakan untuk membantu mengatasi
kesenjangan dalam informasi itu. Analisis laporan keuangan suatu perusahaan
pada dasarnya dilakukan karena tidak mengetahui tingkat laba, tingkat risiko atau
tingkat kesehatan suatu perusahaan. Penerapan manajemen risiko juga dapat
membantu perusahaan menyusun strategi untuk mencapai tujuan perusahaan
dengan memperhatikan keseimbangan kepentingan semua pemangku kepentingan,
serta kebijakan dan melindungi sumber daya yang dimiliki perusahaan.
Perusahaan yang berhasil menerapkan manajemen risiko yang efektif
memiliki keunggulan kompetitif jangka panjang yang dapat menjaga para
pemangku kepentingan mendapatkan hak mereka masing-masing, karena sistem
manajemen risiko dirancang dengan benar akan memastikan bahwa semua
kegiatan yang mengandung risiko dievaluasi secara hati-hati oleh manajer dan
pekerja yang bertanggung jawab (Nocco dan Stulz, 2006). Susilo dan Kaho (2010),
dengan menerapkan manajemen risiko akan lebih baik dalam mengendalikan
risiko, perusahaan dapat lebih mengeksplorasi dan memanfaatkan peluang,
meningkatkan hubungan dengan pemangku kepentingan, dapat meningkatkan
reputasi perusahaan dan juga melindungi direksi dan pejabat lainnya dalam
mengelola perusahaan.
Nilai perusahaan dapat ditentukan oleh profitabilitas. Profitabilitas adalah
kemampuan perusahaan memperoleh untung. Perusahaan mendapatkan untung
yang berasal dari penjualan investasi yang dilakukan dan keputusan perusahaan.
Profitabilitas juga merupakan deskripsi manajemen kinerja dalam mengelola
perusahaan. Profitabilitas yang tinggi menunjukkan prospek perusahaan yang baik
sehingga investor akan merespons secara positif dan harga saham akan naik.
Profitabilitas yang tinggi akan memberikan keuntungan kepada investor. Ini telah
menjadi daya tarik investor untuk memiliki saham perusahaan. (Ade, 2015).
Investor akan memilih untuk berinvestasi di perusahaan yang memiliki kriteria
peringkat skor yang termasuk dalam kategori kepercayaan. Melalui penerapan
Good Corporate Governance akan menghasilkan kinerja yang baik.
1.2 Rumusan Masalah
Laporan keuangan merupakan sarana komunikasi bagi manajemen dan pihak
eksternal untuk mengetahui kondisi keuangan dan kelangsungan bisnis
perusahaan. Analisis laporan keuangan digunakan untuk membantu mengatasi
kesenjangan dalam informasi itu. Analisis laporan keuangan suatu perusahaan
pada dasarnya dilakukan karena tidak mengetahui tingkat laba, tingkat risiko atau
tingkat kesehatan suatu perusahaan. Nilai perusahaan dapat ditentukan oleh
profitabilitas. Profitabilitas yang tinggi menunjukkan prospek perusahaan yang
baik sehingga investor akan merespons secara positif dan harga saham akan naik.
Profitabilitas yang tinggi akan memberikan keuntungan kepada investor. Ini telah
menjadi daya tarik investor untuk memiliki saham perusahaan.
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memperkaya pengetahuan khususnya
pada teknik penyusunan program kerja penugasan yang menggunakan pendekatan
audit berbasis risiko. Digunakannya pendekatan penyusunan program kerja
penugasan berbasis risiko diharapkan akan dapat mengarahkan focus laporan
keuangan yang benar dan dapat meningkatkan nilai perusahaan.
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Manajemen risiko


Menurut Djohanputro (2008: 43), manajemen risiko adalah proses
terstruktur dan sistematis dalam mengidentifikasi, mengukur, memetakan,
mengembangkan penanganan risiko alternatif, dan monitor dan kontrol
penanganan risiko. Menurut Marthin dan Bonny (2014), risiko manajemen
adalah pendekatan terstruktur dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan
dengan ancaman; sebuah seri aktivitas manusia termasuk: penilaian risiko,
pengembangan strategi untuk mengelolanya dan risiko mitigasi dengan
menggunakan pemberdayaan / manajemen sumber daya.
Strategi yang dapat diambil termasuk memindahkan risiko ke pihak lain,
menghindari risiko, mengurangi efek negatif dari risiko, dan mengakomodasi
beberapa atau semua konsekuensi dari risiko khusus. Manajemen risiko
tradisional berfokus pada risiko yang ditimbulkan oleh fisik atau hokum
penyebab (seperti bencana alam atau kebakaran, kematian, dan tuntutan hukum.
Manajemen risiko keuangan, pada sisi lain, berfokus pada risiko yang dapat
dikelola dengan menggunakan instrumen keuangan. Risiko manajemen
melibatkan proses, metode dan teknik yang membantu manajer proyek
probabilitas dan konsekuensi maksimum dari probabilitas peristiwa positif dan
minimum dan konsekuensi dari acara tersebut. Proses yang dilakukan dalam
manajemen risiko adalah (Marthin dan Bonny, 2014):
1) Perencanaan Manajemen Risiko, perencanaan melibatkan penentuan cara
pendekatan dan perencanaan kegiatan manajemen risiko untuk proyek
tersebut
2) Identifikasi risiko, tahap selanjutnya dari proses mengidentifikasi risiko
adalah mengidentifikasi jenis risiko yang mungkin (dan umumnya)
dihadapi oleh setiap pelaku bisnis.
3) Analisis risiko kualitatif, analisis kualitatif dalam manajemen risiko adalah
proses menilai (penilaian) dampak dan kemungkinan risiko yang telah
diidentifikasi. Ini proses dilakukan dengan mengatur risiko berdasarkan
efek pada tujuan proyek.
4) Analisis risiko kuantitatif adalah proses identifikasi dalam probabilitas
numerik apa pun risiko dan konsekuensi terhadap tujuan proyek.
5) Perencanaan Respons Risiko, perencanaan respons risiko adalah proses
yang dilakukan untuk meminimalkan tingkat risiko yang dihadapi hingga
batas yang dapat diterima.
6) Kontrol dan Pemantauan risiko, langkah ini adalah proses mengawasi
risiko yang dimiliki sudah diidentifikasi, risiko yang tersisa, memantau dan
mengidentifikasi risiko baru, memastikan pelaksanaan rencana manajemen
risiko dan mengevaluasi efektivitasnya dimengurangi risiko.
2.2 Risiko dan Peran Auditor Internal
Risiko secara umum diartikan sebagai suatu kejadian/kondisi yang
berkaitan dengan hambatan dalam pencapaian tujuan. Pengertian risiko berkaitan
dengan ”adanya tujuan”, sehingga apabila tidak ada tujuan yang ditetapkan maka
tidak ada risiko yang harus dihadapi.
Jadi, jika tujuan Auditor Internal adalah untuk mendukung pencapaian
tujuan yang ditetapkan instansi, maka Auditor Internal dalam penugasan
auditnya juga harus memperhatikan seluruh risiko yang mungkin dihadapi oleh
organisasi dalam rangka mencapai tujuannya. Dengan mengenali risiko inilah
Auditor Internal akan mampu memberikan masukan kepada auditee sehingga
auditee dapat meminimalisasi dampak risiko. Logika berpikir ini dapat
digambarkan sebagai berikut (Pusdiklatwas BPKP, 2007:2)

Gambar 2.1 Logika Berpikir Auditor


Terdapat pergeseran filosofi internal auditing dari paradigma lama menuju
paradigma baru, yang ditandai dengan perubahan orientasi dan peran profesi Auditor
Internal. Pada abad XXI ini Auditor Internal lebih berorientasi untuk memberikan
kepuasan kepada jajaran manajemen sebagai pelanggan (customer satisfaction).
Auditor Internal tidak dapat lagi hanya berperan sebagai watchdog, namun harus dapat
berperan sebagai mitra bagi manajemen.
2.3 Perencanaan Penugasan Audit Berbasis Risiko
Pendekatan audit berbasis risiko mempengaruhi proses persiapan dan
pelaksanaan audit dimana Auditor harus melakukan perencanaan dan analisis dengan
lebih mendalam. Auditor akan lebih banyak meluangkan waktu dalam usaha untuk
memahami pengendalian operasional organisasi seperti halnya memahami
pengendalian intern dalam audit laporan keuangan.
Metodologi audit berbasis risiko dalam tingkatan audit individual adalah sebagai
berikut.
2.3.1 Tahap 1 - Melakukan Wawancara Dengan Seluruh Pihak yang
Terkait Dengan Kegiatan yang Akan Diaudit
2.3.2 Tahap 2 - Mendokumentasikan Semua Pengendalian yang Ada
2.3.3 Tahap 3 - Melakukan Analisis atas Informasi yang Diberikan
2.3.4 Tahap 4 - Pelaksanaan Audit dan Pelaporan
2.4 Rincian Tahap Perencanaan Penugasan Audit Berbasis Risiko
2.4.1 Tahap 1 – Melakukan Wawancara Dengan Seluruh Pihak yang Terkait Dengan
Kegiatan yang Akan Diaudit
Dalam tahap ini auditor harus melakukan wawancara dengan manajemen
level atas pada entitas yang diaudit atau pejabat yang dapat memberikan
informasi mengenai tujuan dan sasaran serta risiko jangka panjang dan pendek
entitas yang bersangkutan. Dalam wawancara tersebut auditor harus berupaya
untuk mengetahui informasi-informasi sebagai berikut:
a. Apa risiko terbesar yang akan dihadapi entitas untuk lima tahun ke depan?
b. Apakah entitas tersebut telah mempunyai rencana untuk menghilangkan/
menghindari/mengurangi risiko tersebut?
c. Apa permasalahan yang dihadapi oleh entitas pada saat ini?
d. Apakah manajemen level atas mempunyai “titipan” atau permasalahan yang
harus diperhatikan oleh auditor selama pelaksanaan pemeriksaan?
e. Apa yang diharapkan untuk dilihat di dalam data-data keuangan?
Sebagai informasi tambahan, auditor juga harus melakukan tindak lanjut
atas permasalahan yang ditemukan pada pelaksanaan audit sebelumnya. Setelah
itu, auditor harus melakukan wawancara/pembicaraan dengan setiap level
manajemen mengenai pokok permasalahan di atas dengan disain pertanyaan
diarahkan agar sesuai dengan level manajemen yang bersangkutan.
Dengan melakukan wawancara/pertemuan dengan setiap level manajemen,
diharapkan auditor dapat mengidentifikasi area yang berisiko dan selanjutnya
merumuskan risiko-risiko yang dihadapi oleh manajemen dari sudut pandang
manajemen itu sendiri.
Contoh risiko dan area yang berpotensi menimbulkan risiko:
a. Risiko Finansial - menjamin kebenaran catatan keuangan, pengelolaan aset
dan modal, proses pengadaan, pengamanan uang dan piutang.
b. Risiko Sumber Daya Manusia – verifikasi atas proses penggajian, menjamin
perlakuan yang memadai antara pegawai dan konsultan.
c. Hubungan Masyarakat – menguji prosedur yang ada untuk
menghilangkan risiko terjadinya publikasi yang tidak baik atau kebocoran
informasi.
Dalam tahap ini auditor diharapkan dapat membuat matriks yang
menghubungkan antara risiko dan pencapaian tujuan dan sasaran entitas.
Contoh matriks risiko dampak adalah sebagai berikut:
Dampak Pada Entitas
Kegiatan/Unit Kerja Risiko Potensial Laporan
Kerugian
Keuangan
Kasir/Penerimaan Kehilangan uang v
Pembelian Pembelian barang yang
tidak dibutuhkan v
Kredit/Persetujuan Kredit tidak dapat ditagih
Pinjaman v
Persediaan Asset dapat digunakan
untuk keperluan pribadi v
Tabel 2.2
Contoh Matriks Risiko-Dampak
Dari matriks di atas terlihat bahwa auditor harus menghubungkan
kemungkinan terjadinya masalah (risiko) pada masing-masing kegiatan/unit
kerja dan memperkirakan dampaknya terhadap pencapaian tujuan dan sasaran
entitas.
Misalnya dalam kegiatan pembelian, ada kemungkinan entitas akan melakukan
pemborosan karena membeli barang yang tidak diperlukan dan apabila risiko
tersebut terjadi maka dampak bagi entitas adalah berupa kerugian atau
mengurangi pendapatan.
2.4.2 Tahap 2 – Mendokumentasikan Semua Pengendalian Yang Ada Setelah
melakukan wawancara/pertemuan dengan setiap level entitas, tahap selanjutnya
adalah auditor harus memfokuskan perhatian pada pengendalian yang ada untuk
menjamin bahwa tidak hanya tujuan dan sasaran dapat dicapai, namun juga
untuk mengurangi, menghilangkan atau menghindari risiko yang dihadapi atau
mungkin terjadi. Hal ini merupakan salah satu dari pendekatan Audit Berpeduli
Risiko yang membedakan dengan audit konvensional.
Dalam Audit Berpeduli Risiko, auditor diharapkan tidak hanya memahami
dan menguji pengendalian yang berkaitan dengan pelaksanaan asersi
manajemenatas penyajian laporan keuangan tetapi juga perlu memahami dan
menguji pengendalian yang berhubungan dengan kegiatan operasional entitas.
Dalam tahap ini auditor harus lebih banyak mempelajari dan mereviu serta
melakukan analisis atas kebijaksanaan, peraturan dan prosedur operasi standar
dari entitas dan mencoba mengindentifikasi dan mendokumentasikan
pengendalian-pengendalian yang ada serta mengaitkannya dengan tujuan dan
sasaran entitas. Untuk lebih fokus dalam mereviu pengendalian yang ada, maka
auditor harus melakukan reviu atas proses dari setiap level manajemen untuk
mengelola risiko dan menghilangkan risiko pada masing-masing area risiko
yang telah diindentifikasi. Hal tersebut dilakukan melalui reviu atas informasi
yang telah diperoleh, permasalahan yang diperoleh pada saat penilaian atas
pengendalian intern dan ketaatan manajemen terhadap peraturan dan prosedur
yang berlaku.
Dalam tahap ini diharapkan auditor dapat membuat matriks yang
menghubungkan antara risiko, pencapaian tujuan & sasaran entitas dan
pengendalian yang ada; contoh matriks risiko dampak berikut pengendaliannya
adalah sebagai berikut:
Kegiatan/Unit
Risiko Potensial Pengendalian
Kerja

Kasir/Penerimaan Kehilangan uang Penggunaan mesin


kas register
Pembelian Pembelian barang Harus mendapat
yang tidak dibutuhkan persetujuan Direktur
(untuk pembelian
diats
10 juta)
Kredit/Persetujuan Kredit tidak dapat
X
Pinjaman ditagih
Persediaan Asset dapat digunakan
untuk keperluan X
pribadi
X= Tidak ada pengendalian
Tabel 2.3
Contoh Matriks Risiko-Pengendalian

Dari matriks tersebut terlihat bahwa auditor berusaha


mengidentifikasi pengendalian yang ada untuk meminimalisasi risiko. Apabila
tidak ada pengendalian, maka auditor akan menjadikannya sebagai catatan
untuk memberikan rekomendasi kepada manajemen dan mempertimbangkan
area tersebut sebagai fokus audit. Auditor dapat mengidentifikasi pengendalian
yang ada dengan membaca kebijakan dan prosedur, melakukan wawancara
dengan manajemen, pegawai dan melakukan tinjauan lapangan. Hasil
identifikasi atas pengendalian dapat dituangkan dalam bentuk bagan arus
dokumen (document flow chart)untuk mempermudah dalam mengidentifikasi
pengendalian dan kegiatan yang terkait dengan risiko. Tahap ini memerlukan
pengalaman auditor, sehingga besar kemungkinan akan memberikan hasil yang
berbeda antar Auditor, tergantung pada pengalaman Auditor dan tingkat
pemahaman atas kegiatan entitas.
2.4.3 Tahap 3 – Melakukan Analisis atas Informasi Yang Diberikan. Pada tahap ini
auditor akan menentukan tingkat kedalaman dari pelaksanaan audit dimana
auditor harus memutuskan apakah akan memperluas atau mempersempit audit
rinci (detailed audit) dengan meningkatkan analisis atas pengendalian yang ada.
Apabila pengendalian yang ada dirasakan telah memadai untuk mengatasi risiko
yang teridentifikasi maka auditor akan mengurangi pelaksanaan audit rinci
(detailed audit). Jadi dalam tahap ini auditor akan membuat matriks yang
menghubungkan antara risiko yang terindentifikasi pada masingmasing area
dengan pengendalian yang ada. Matriks ini akan digunakan untuk melihat
ada/tidaknya pengendalian dan tingkat ketaatan manajemen untuk
melaksanakan pengendalian tersebut, serta untuk mengidentifikasi area risiko
yang belum memiliki pengendalian yang memadai.
Dalam tahap ini auditor akan memformulasikan: area mana yang akan
difokuskan selama audit, kriteria apa yang digunakan, dan pengujian
pengendalian apa yang akan dilakukan. Pengujian atas pengendalian
dilakukan untuk menjawab pertanyaan:
a. apakah pengendalian telah memadai sehingga dapat menjamin tercapainya
tujuan dan sasaran entitas, serta dapat mengurangi atau menghilangkan
risiko yang dihadapi?
b. apakah pengendalian telah dilaksanakan secara memadai oleh para
pejabat atau pegawai yang terkait sehingga tujuan dan sasaran entitas dapat
dicapai secara optimal serta risiko dapat dimitigasi.
Setelah pengujian atas pengendalian, auditor sampai pada suatu tahap untuk
menentukan area mana saja yang akan menjadi fokus audit serta prosedur audit
yang akan dilaksanakan. Hal ini dilakukan dengan membuat urutan prioritas
atas permasalahan yang terjadi dan dikaitkan dengan tujuan audit.
Sebagai contoh, akan digunakan pendekatan pengukuran risiko dan
pengendalian yang ada:
Urutan prioritas didasarkan pada tingkat keandalan pengendalian dan
dampaknya atas pencapaian tujuan dan sasaran entitas. Semakin tinggi urutan
(misalnya 4) akan semakin menjadi fokus audit dan dengan kedalaman
pengujian yang lebih.
Matriks di atas merupakan contoh yang sederhana dan dalam kondisi nyata
matriks tersebut akan lebih kompleks. Hal ini karena dalam setiap kegiatan
banyak risiko yang mungkin terjadi dan harus difahami serta dianalisis dampak
dan kecukupan pengendaliannya. (Pusdiklatwas BPKP, 2007:55-62)
BAB III
PROGRAM KERJA AUDIT INTERNAL

I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pengawasan internal merupakan kegiatan pengujian/memastikan dan
konsultasi yang independen, obyektif, tidak berprasangka buruk terhadap auditee serta
menjunjung kode etik auditor, yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan
meningkatkan kegiatan operasi perusahaan dalam mencapai tujuan melalui suatu
pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi serta meningkatkan
efektivitas operasi, pengelolaan risiko, pengendalian dan proses governance dengan
mengedepankan sikap profesionalisme sesuai prinsip Tata Kelola Perusahaan yang
Baik
2. Fungsi
a. Menyelenggarakan evaluasi dan pemeriksaan seluruh pelaksaan kebijakan
manajemen, serta memberi saran perbaikan untuk system pengedalian manajemen
perusahaan.
b. Menyelenggarakan audit atau pemeriksaan atas proses GCG dan system
pendukung, mengevaluasi pelaksaan kegiatan pengelolaanya, serta memberi saran
perbaikan untuk system pengedalian manajemen perusahaan.
c. Memonitor pelaksanaan Standard Operating Procedure (SOP) yang digunakan
seluruh unit organisasi perusahaan agar pelaksaan kerja berdasarkan pada
prosedur yang berlaku di perusahaan, serta melakukan perbaikan perbaikan.
d. Memberikan saran atau rekomendasi kepada Direktur Utama dalam memperbaiki
system pengendalian manajemen agar kinerja perusahaan setiap tahun dapat
mencapai program dan rencana yang ditetapkan.
e. Menjaga kerahasian dokumen, data dan informasi perusahaan.
3. Tanggung Jawab dan Kewenangan
Dalam memenuhi kewajiban satuan Audit Internal kepada Direktur Utama, maka
satuan Audit Internal mempunyai yanggung jawab dan kewenangan sebagai berikut :
a. Tanggung Jawab
i. Menyusun dan melaksanakan rencana Audit Internal tahunan;
ii. Menguji dan mengevaluasi pelaksanaan pengendalian interen dan sistem
manajemen risiko sesuai dengan kebijakan perusahaan;
iii. Melakukan pemeriksaan dan penilaian atas efisiensi dan efektivitas di bidang
keuangan, akuntansi, operasional, sumber daya manusia, pemasaran,
teknologi informasi dan kegiatan lainnya;
iv. Memberikan saran perbaikan dan informasi yang objektif tentang kegiatan
yang diperiksa pada semua tingkat manajemen;
v. Membuat Laporan hasil audit dan menyampaikan laporan tersebut kepada
Direktur Utama dan Dewan Komisaris;
vi. Memantau, menganalisis dan melaporkan pelaksanaan tindak lanjut
perbaikan yang telah disarankan;
vii. Menyusun program untuk mengevaluasi mutu kegiatan audit internal yang
dilakukannya;
viii. Merekomendasikan peningkatan pengendalian Internal agar manajemen
dapat terukur, serta memastikan semua ketentuan pemerintah dan perusahaan
dilaksanakan dengan tertib; dan
ix. Melakukan pemeriksaan khusus apabila diperlukan.
b. Kewenangan
i. Mengakses seluruh informasi yang relevan terkait dengan tugas dan
fungsinya;
ii. Melakukan komunikasi secara langsung dengan Direktur Utama, Dewan
Komisaris dan/atau Komite Audit.
iii. Mengadakan rapat secara berkala dan insidentil dengan Direktur Utama dan
Dewan Komisaris dan/atau Komite Audit;
iv. Melakukan koordinasi kegiatannya dengan kegiatan Auditor Eksternal;
v. UAI memiliki kebebasan dalam menetapkan metode, cara, teknik dan
pendekatan audit yang akan dilakukan, termasuk manunjuk Konsultan
independen untuk membantu atau melaksanakan tugasnya dalam melakukan
audit internal. Penunjukkan Konsultan Independen untuk membantu UAI
harus mendapat persetujuan dari Direktur Utama Perusahaan.
II. SASARAN
Dalam rangka turut memberikan nilai tambah bagi Perusahaan dan mendorong bagi
terciptanya Good Corporate Governance (GCG) dalam penyelenggaraan perusahaan,
satuan Audit Internal berdasarkan pengalaman audit tahun sebelumnya, Program Kerja
Audit Tahunan tahun 2016, dibuat dengan sasaran sebagai berikut :
1. Melaksanakan pemeriksaan dan pelaporan pemeriksaan atas Perusahaan, yang
meliputi :
a. Penjualan & Piutang Usaha
b. Pembelian & Hutang Usaha
c. Persediaan
d. Kas & Bank
2. Melaksanakan pemeriksaan dan pelaporan pemeriksaan atas Divisi Operasional,
yang meliputi :
a. Pembelian
b. Maintenance
III.TUJUAN POKOK
1. Kebijakan dan prosedur opeasional dijalankan secara efektif
2. Pengendalian atas kegiatan operasional cukup (memadai) dan efektif
3. Sistem pengendalian manajemen berjalan dengan memadai untuk menunjang
efektivitas dan efesiensi Perusahaan
4. Laporan Keuangan disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan sehingga
Laporan Keuangan bebas dari salah saji material dan dapat digunakan untuk
mengambil keputusan.
IV. RUANG LINGKUP
Berdasarkan sasaran dan tujuan pokok yang ingin dicapai, maka dibuat ... program
pemeriksaan baik dikantor pusat maupun cabang, melakukan monitorin hasil audit setiap
triwulan dan meningkatkan kapasitas pemeriksa dengan mengikuti pelatihan, untuk
menghasilkan tujuan pokok tersebu
V. PENUTUP
Semoga dengan adanya program kerja ini akan membawa manfaat bagi Perusahaan ini
agar tumbuh dan besar.
VI. LAMPIRAN
- Jadwal pemeriksaan Satuan Audit Internal periode 1 Januari s/d 31 Desember
2016
- Anggaran

Anda mungkin juga menyukai