Jtptunimus GDL Sikhatunna 6707 2 Babii
Jtptunimus GDL Sikhatunna 6707 2 Babii
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di
dalam rongga mulut yaitu tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina (tonsil faucial),
tonsil lingual (tonsil pangkal lidah), tonsil tuba Eustachius (lateral band dinding faring
atau Gerlach’s tonsil) (Soepardi, 2007). Sedangkan menurut Reeves (2001) tonsilitis
Tonsilitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman streptococcus
disebabkan oleh virus (Mansjoer, 2000). Tonsilektomi adalah pengangkatan tonsil dan
merupakan suatu peradangan pada tonsil yang disebabkan oleh bakteri ataupun virus,
1
Menurut Soepardi (2007) macam-macam tonsilitis yaitu :
1. Tonsilitis Akut
a. Tonsilitis viral
Gejala tonsilitis viral lebih menyerupai commond cold yang disertai rasa
nyeri tenggorok. Virus Epstein Barr adalah penyebab paling sering. Hemofilus
virus coxschakie, maka pada pemeriksaan rongga mulut akan tampak luka-luka
kecil pada palatum dan tonsil yang sangat nyeri dirasakan klien.
b. Tonsilitis bakterial
detritus yang jelas disebut tonsilitis folikularis. Bila bercak-bercak detritus ini
2. Tonsilitis Membranosa
a. Tonsilitis difteri
2
Tonsilitis difteri merupakan tonsilitis yang disebabkan kuman Coryne
berusia kurang dari 10 tahun frekuensi tertinggi pada usia 2 sampai 5 tahun.
b. Tonsilitis septik
didapatkan pada penderita dengan hygiene mulut yang kurang dan defisiensi
vitamin C.
mononukleosis timbul di faring atau tonsil yang tertutup membran semu. Gejala
pertama sering berupa epistaksis, perdarahan di mukosa mulut, gusi dan di bawah
e. Tonsilitis Kronik
beberapa jenis makanan, hygiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan
3
B. Anatomi Fisiologi
Tonsil merupakan bagian dari jaringan limfoid yang melingkari faring dan
secara kolektif dikenal sebagai cincin waldeyer. Cincin ini terdiri dari jaringan limfoid
dari dasar lidah (tonsil lidah), dua tonsil tekak, adenoid, dan jaringan limfoid pada
dinding posterior. Jaringan ini berperan sebagai pertahanan terhadap infeksi, tetapi ia
Gambar 1
Anatomi tonsil
(Price, 2006)
4
Tonsil terdiri atas:
1. Tonsil faringealis atau adenoid, agak menonjol keluar dari atas faring dan terletak di
belakang koana.
2. Tonsil palatina atau faucial, dilapisi oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk.
3. Tonsil lingual atau tonsil pangkal lidah, epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk.
dengan cara menahan kuman memasuki tubuh melalui mulut, hidung, dan
kerongkongan, oleh karena itu tidak jarang tonsil mengalami peradangan. Peradangan
pada tonsil disebut dengan tonsilitis, penyakit ini merupakan salah satu gangguan
Sistem imunitas ada 2 macam yaitu imunitas seluler dan humoral. Imunitas
seluler bekerja dengan membuat sel (limfoid T) yang dapat “memakan“ kuman dan
virus serta membunuhnya. Sedangkan imunitas humoral bekerja karena adanya sel
kuman dan virus. Kuman yang dimakan oleh imunitas seluler tonsil dan adenoid
terkadang tidak mati dan tetap bersarang disana serta menyebabkan infeksi amandel
yang kronis dan berulang (Tonsilitis kronis). Infeksi yang berulang ini akan
5
menyebabkan tonsil dan adenoid bekerja terus dengan memproduksi sel-sel imun
yang
banyak sehingga ukuran tonsil dan adenoid akan membesar dengan cepat melebihi
C. Etiologi
D. Patofisiologi
Bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau mulut, amandel
berperan sebagai filter atau penyaring yang menyelimuti organisme berbahaya, sel-sel
darah putih ini akan menyebabkan infeksi ringan pada amandel. Hal ini akan memicu
tubuh untuk membentuk antibodi terhadap infeksi yang akan datang, akan tetapi
kadang-kadang amandel sudah kelelahan menahan infeksi atau virus. Infeksi bakteri
Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel terkikis maka jaringan limfoid
leukosit poli morfonuklear. Proses ini secara klinik tampak pada korpus tonsil yang
6
berisi bercak kuning yang disebut detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit,
akut dengan detritus disebut tonsilitis falikularis, bila bercak detritus berdekatan
menjadi satu maka terjadi tonsilitis lakunaris. Tonsilitis dimulai dengan gejala sakit
tenggorokan ringan hingga menjadi parah. Pasien hanya mengeluh merasa sakit
melemah di dalam daerah sub mandibuler, sakit pada sendi dan otot, kedinginan,
seluruh tubuh sakit, sakit kepala dan biasanya sakit pada telinga. Sekresi yang
berlebih membuat pasien mengeluh sukar menelan, belakang tenggorokan akan terasa
jam.
Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membran semu
berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga pada proses
penyembuhan, jaringan limfoid diganti jaringan parut. Jaringan ini akan mengkerut
sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh detritus,
proses ini meluas sehingga menembus kapsul dan akhirnya timbul perlengketan
7
dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan
(Reeves, 2001)
E. Manifestasi klinik
(2000) adalah suhu tubuh naik sampai 40◦C, rasa gatal atau kering di tenggorokan,
lesu, nyeri sendi, odinofagia (nyeri menelan), anoreksia, dan otalgia (nyeri telinga).
Bila laring terkena suara akan menjadi serak. Pada pemeriksaan tampak faring
F. Komplikasi
8
Komplikasi tonsilitis akut dan kronik adalah :
1. Abses peritonsil
Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses ini
terjadi beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh
Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius (eustochi) dan
dapat mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah pada ruptur spontan
3. Mastoiditis akut
Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke dalam sel-sel
4. Laringitis
Peradangan ini mungkin akut atau kronis yang disebabkan bisa karena virus,
5. Sinusitis
Merupakan suatu penyakit inflamasi atau peradangan pada satu atau lebih dari
sinus paranasal. Sinus adalah merupakan suatu rongga atau ruangan berisi udara
9
6. Rhinitis
nasopharinx. Sama halnya dengan sinusitis, rhinitis bisa berupa penyakit kronis
dan akut yang kebanyakan disebabkan oleh virus dan alergi (Reeves, 2001)
(2009) yaitu motorik anak usia sekolah biasanya lebih mampu menggunakan otot-otot
kasar dari pada otot-otot halus. Misalnya lompat tali, badminton, bola voly pada akhir
masa sekolah motorik halus lebih berkurang, anak laki-laki lebih aktif dari pada anak
perempuan.
sering pergi dari rumahnya untuk bermain dengan teman, saat ini sekolah sangat
berperan untuk membentuk pribadi anak, di sekolah anak harus berinteraksi dengan
orang lain selain keluarganya, sehingga peranan guru sangatlah besar. Pertumbuhan
fisik anak berat badannya meningkat 2 sampai 3 kg/tahun, tinggi badan meningkat 6
sampai 7 cm/tahun.
10
H. Dampak hospitalisasi pada anak
kelompok) dan reaksi terhadap nyeri (anak mampu mengkomunikasikan rasa nyeri,
mampu mengontrol perilaku jika merasa nyeri dengan cara : menggigit bibir dan
(Sukarmin, 2009)
I. Penatalaksanaan
11
Penatalaksanaan pasien tonsilitis secara umum :
1. Jika penyebab bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut) selama 10 hari,
b. Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 2 tahun.
c. Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 3 tahun.
a. Antibiotik golongan penicilin atau sulfanamid selama 5 hari dan obat kumur
atau obat isap dengan desinfektan, bila alergi dengan diberikan eritromisin atau
klidomisin.
12
c. Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari komplikasi
kantung selama 2 sampai 3 minggu atau sampai hasil usapan tenggorok 3 kali
negatif.
d. Pemberian antipiretik
a. Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur atau hisap.
yaitu:
1) Serangan tonsilitis lebih dari tiga kali per tahun walaupun telah mendapatkan terapi
yang adekuat.
pertumbuhan orofasial.
3) Sumbatan jalan nafas yang berupa hipertrofi tonsil dengan sumbatan jalan nafas,
4) Rhinitis dan sinusitis yang kronis, peritonsilitis, abses peritonsil, yang tidak
13
6) Tonsilitis berulang yang disebabkan oleh bakteri grup A Sterptococcus β
hemoliticus
(Soepardi, 2007)
Penatalaksanaan tonsilektomi :
dapatkan kultur yang diperlukan untuk menentukan ada tidak dan sumber
infeksi.
Perdarahan pada anak atau keluarga, kaji status hidrasi, siapkan anak secara
boneka, gambar), bicaralah pada anak tentang hal-hal baru yang akan dilihat di
kamar operasi, dan jelaskan jika terdapat konsep-konsep yang salah, bantu
14
orang tua menyiapkan anak mereka dengan membicarakan istilah yang umum
terlebih dahulu
yakinkan orang tua bahwa tingkat komplikasi rendah dan masa pemulihan
biasanya cepat, anjurkan orang tua untuk tetap bersama anak dan membantu
memberikan perawatan.
2) Perawatan pascaoperasi :
c) Siapkan alat pengisap dan alat-alat nasal untuk berjaga-jaga seandainya terjadi
kedaruratan.
d) Pada saat anak masih berada dalam pengaruh anestesi, beri posisi telungkup
atau semi telungkup pada anak dengan kepala dimiringkan ke samping untuk
mencegah aspirasi
f) Pada awalnya anak dapat mengalami muntah darah lama. Jika diperlukan
g) Ingatkan anak untuk tidak batuk atau membersihkan tenggorok kecuali jika
perlu.
h) Berikan asupan cairan yang adekuat; beri es batu 1 sampai 2 jam setelah sadar
dari anestesi. Saat muntah susah berhenti, berikan air jernih dengan hati-hati.
15
i) Tawarkan jus jeruk dingin disaring karena cairan itulah yang paling baik
ditoleransi pada saat ini, kemudian berikan es loli dan air dingin selama 12
j) Ada beberapa kontroversi yang berkaitan dengan pemberian susu dan es krim
perdarahan.
k) Berikan collar es pada leher, jika anak menjadi gelisah, lepas collar es tersebut.
m) Jaga agar anak dan lingkungan sekitar bebas dari drainase bernoda darah untuk
n) Anjurkan orang tua agar tetap bersama anak ketika anak sadar.
(Nettina, 2006)
a. Wawancara
16
4) Bagaimana pola makannya
b. Pemeriksaan fisik
a) Integritas Ego
c) Hygiene
e) Pernapasan
f) Tenggorokan
17
18
L. Diagnosa Keperawatan
1. Pre Operasi
tonsilektomi.
2. Post Operasi
sekret.
19
M. Fokus Intervensi
1. Pre Operasi
dengan anoreksia
Kriteria hasil : kebutuhan nutrisi klien adekuat, tidak ada tanda malnutrisi,
Intervensi :
keefektifan terapi
20
4) Berikan diet nutrisi seimbang (makanan cair atau halus) atau makanan
(Doenges, 2000)
nyeri menurun
Intervensi:
ketidaknyamanan.
21
Rasional : dapat menunjukkan terjadinya komplikasi yang memerlukan
evaluasi lanjutan.
5) Catatan indikator non-verbal respon automatik terhadap nyeri evaluasi efek samping
pengobatan
(Doenges, 2000)
normal
Kriteria hasil : suhu tubuh normal ( 36ºC sampai 37ºC ) tubuh tidak terasa
Intervensi :
2) Pantau suhu lingkungan, batasi atau tambahan linen tempat tidur sesuai indikasi
mendekati normal.
4) Berikan antipiretik
22
(Doenges, 2000)
tonsilektomi.
Intervensi :
1) Jelaskan prosedur bedah kepada anak dan orang tua dengan menggunakan bahasa
yang sederhana.
makan atau minum setelah tengah malam pada hari pembedahan dilakukan
pembedahan.
jika anak memiliki tanda dan gejala infeksi akut, termasuk peningkatan
suhu, hidung terdapat sekret, dan nyeri pada telinga pada hari pembedahan.
23
4) Beri tahu orang tua tentang kemungkinan lama pembedahan dan tempat
5) Jelaskan kepada anak dan orang tua tentang kemungkinan kondisi pasca
operasi.
(Doenges, 2000)
2. Post Operasi.
Tujuan : tidak ada masalah tentang nyeri, nyeri dapat hilang atau berkurang
Kriteria hasil : melaporkan nyeri berkurang dan ekspresi wajah tampak rileks.
Intervensi :
2) Ajarkan teknik non farmakologi dengan distraksi atau latihan nafas dalam.
24
Rasional : teknik distraksi atau latihan nafas dalam dapat mengurangi nyeri.
4) Anjurkan klien untuk mengurangi nyeri dengan minum air dingin atau es,
istirahat.
(Doenges, 2000)
b. Risiko tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret
Intervensi :
dibanding inspirasi.
25
2) Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, misalnya mengi, krekles atau
ronkhi.
Rasional : bunyi nafas krekles dan ronkhi terdengar pada inspirasi atau
3) Kaji klien untuk posisi yang nyaman, misalnya peninggian kepala tempat tidur, duduk
pernafasan
pernafasan
(Doenges, 2000)
kriteria hasil : Kulit tidak sianosis, tanda-tanda vital normal, klien tenang dan
rileks.
Intervensi :
26
Rasional : jika ada peningkatan suhu tubuh kemungkinan infeksi.
mencetuskan perdarahan.
perifer.
(Doenges, 2000)
27
membran mukosa lembab, turgor kulit baik, capilary refill time
normal.
Intervensi :
cairan
kehilangan darah.
4) Awasi batuk dan bicara karena akan mengiritasi luka dan menambah perdarahan
(Doenges, 2000)
normal.
Intervensi :
28
1) Pantau tanda-tanda vital.
2) Lakukan perawatan luka aseptik dan lakukan pencucian tangan yang baik.
29