01 GDL Zulkarnaen 1889 1 Ktizulk 3 PDF
01 GDL Zulkarnaen 1889 1 Ktizulk 3 PDF
DISUSUN OLEH :
ZULKARNAEN PRIMASTITO
NIM. P.13 064
DISUSUN OLEH :
ZULKARNAEN PRIMASTITO
NIM. P.13 064
i
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T karena atas limpahan
hidayah, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul “PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT
PROGRESIF TERHADAP TINGKAT STRES DAN TEKANAN DARAH PADA
ASUHAN KEPERAWATAN Ny. N DENGAN HIPERTENSI DI UPTD
PUSKESMAS SIBELA.”
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada
yang terhormat :
1. Ns. Wahyu Rima Agustin, M.Kep, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada yang
telah memberi kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma
Husada Surakarta.
2. Ns. Meri Oktariani M.Kep, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan
yang telah memberi kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes
Kusuma Husada Surakarta.
3. Ns. Alfyana Nadya Rachmawati. M.Kep, selaku Sekertaris Ketua Program
Studi DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat
menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
4. Ns. Amalia Senja. M.Kep, selaku dosen pembimbing akademik Karya Tulis
Ilmiah yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-
masukan, inspirasi, serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
5. Ns. Nataliana Indah AN, S.Kep, selaku pembimbing klinik Kaya Tulis Ilmiah
di UPTD Puskesmas Sibela Surakarta yang telah membimbing dengan cermat,
memberikan saran, inspirasi dalam bimbingan serta memfasilitasi demi
sempurnanya studi kasus ini.
6. Ns. Siti Mardiyah, S.Kep selaku dosen penguji yang telah membimbing,
memberikan masukan-masukan, serta memfasilitasi demi sempurnanya studi
kasus ini.
iv
7. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya
serta ilmu yang bermanfaat.
8. UPTD Puskesmas Sibela Surakarta yang telah berkenan memberikan lahan
dalam pengambilan studi kasus atas kebersamaan dan bantuan secara langsung
maupun tidak langsung dan membimbing dalam melaksanakan asuhan
keperawatan.
9. Ny. N dan keluarganya, atas kerelaannya memberikan kesempatan kepada saya
untuk memeriksa, mengaplikasikan tindakan dan merawat selama studi kasus.
10. Kedua orangtuaku, bapak Priyanto dan ibu Astuti yang selalu menjadi inspirasi
dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan.
11. Muzdalifah, A.Md.Kep yang telah menjadi inspirasi dan memberikan
semangat dalam menyelesaikan studi kasus ini.
12. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma
Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu,
yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu
keperawatan dan kesehatan. Aamiin.
Penulis
v
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. Hipertensi .................................................................... 6
3. Stres ........................................................................... 16
vi
B. Tempat dan Waktu ............................................................ 22
D. Prosedur Tindakan............................................................. 22
B. Pengkajian ......................................................................... 27
D. Intervensi ........................................................................... 34
F. Evaluasi ............................................................................. 42
BAB V PEMBAHASAN
A. Pengkajian ......................................................................... 46
C. Intervensi ........................................................................... 52
E. Evaluasi ............................................................................. 57
A. Kesimpulan........................................................................ 60
B. Saran .................................................................................. 64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
(JNC)VII ....................................................................................... 24
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 2 Jurnal
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dari 140 mmHg dan diastolik lebih dari 90 mmHg (Wijayaningsih, 2013).
stroke, dan penyakit ginjal. Dari hasil survei NHANES (National Health and
hipertensi di Amerika sebesar 67% pada kelompok umur ≥60 tahun. Dimana
cukup tinggi dari 39% menjadi 51%, berbeda dengan penduduk wanita yang
hanya dari 35% menjadi 37% (Yechiam et al, 2007, dalam Saputri, 2010)
Puskesmas Gajahan 3.421 orang, dan Puskesmas Sangkrah 2.543 orang. Data
1
2
seseorang diusia dewasa muda dipengaruhi oleh gaya hidup yang tidak sehat.
Hal-hal yang termasuk gaya hidup tidak sehat antara lain kebisaaan merokok,
kurang olahraga, konsumsi makanan kurang bergizi, dan stres (Nisa, 2012).
stres yang merupakan upaya untuk mengendalikan stres namun tidak untuk
merupakan salah satu teknik pengelolaan diri yang didasarkan pada cara kerja
sistem saraf simpatis dan para simpatis. Selain itu, ketika otot-otot sudah
2014). Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktifitas saraf
Hipertensi akan muncul pada orang yang sering stres dan mengalami
bersifat diuretik, simpatik, beta bloker, dan vasodilator yang mempunyai efek
3
diet rendah garam dan lemak, terapi komplementer (Ramadi, 2012). Terapi
terapi relaksasi otot progresif, terapi musik, senam aerobik, dan yoga
(Triyanto, 2014).
ketegangan dan mengalami rasa nyaman tanpa tergantung pada hal atau subjek
diluar dirinya (Indriana, 2014). Relaksasi otot progresif Jacobson ini dapat
asma serta dapat melawan rasa cemas, stres atau tegang dengan menegagkan
atau melemaskan otot sehingga sesorang bisa kehilangan kontraksi otot dan
cukup sering digunakan untuk mereduksi stres yang dirasakan pada penderita
hipertensi. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Shinde dkk pada tahun 2013
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
dengan hipertensi.
dengan hipertensi.
hipertensi.
relaksasi otot progresif terhadap tingkat stres dan tekanan darah pada
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Pasien
sehari-hari.
5
4. Bagi Penulis
keperawatan medikal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Hipertensi
a. Definisi Hipertensi
2000).
6
7
b. Klasifikasi Hipertensi
mmHg.
85-89 mmHg.
c. Etiologi Hipertensi
keluhan.
lain.
5) Lemas, kelelahan
6) Sesak nafas
7) Gelisah
9
e. Patofisiologi Hipertensi
darah terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Pada titik ini,
f. Komplikasi Hipertensi
diantaranya:
1) Pada ginjal
2) Pada otak
3) Pada mata
g. Penatalaksanaan Hipertensi
dua yaitu:
1) Farmakologis
2) Non farmakologis
a) Diet
b) Latihan fisik
c) Edukasi psikologis
ketegangan.
otot progresif.
1) Pengkajian
a) Aktivitas/Istirahat
b) Sirkulasi
c) Integritas Ego
d) Eliminasi
e) Makanan/Cairan
obesitas, edema.
f) Neurosensori
g) Nyeri/Ketidaknyamanan
h) Pernapasan
2) Diagnosa Keperawatan
peningkatan afterload.
darah.
3) Intervensi
peningkatan afterload.
dan perifer
darah.
distraksi)
penyakit.
penyakit.
2. Tekanan Darah
2006).
keringat dingin.
3. Stress
a. Definisi Stres
yang bersifat non spesifik terhadap setiap beban atas tugas atau
suhu dingin, panas, atau agens kimia, stressor fisiologis meliputi nyeri
reaksi emosi, seperti takut akan gagal dalam menghadapi ujian atau
b. Etiologi Stres
Stres terbentuk dari berbagai hal yang berasal dari dalam tubuh
2005).
c. Klasifikasi Stres
1) Stres Ringan
2) Stres Sedang
seseorang.
3) Stres Berat
lama/kronis.
pengelolaan diri yang didasarkan pada cara kerja sistem saraf simpatis
2009).
(Suratini, 2013)
19
1) Fase Orientasi
a) Mengucap salam.
b) Memperkenalkan diri.
d) Menjaga privasi.
2) Fase Kerja
betis.
detik.
bahu.
Kosasih, 2012).
3) Fase Terminasi
c) Mencuci tangan.
B. Kerangka Teori
Peningkatan Tekanan
Darah
Hipertensi
Penatalaksanaan Penatalaksanaan
Farmakologis Non Farmakologis
Relaksasi Otot
Progresif
METODE APLIKASI
Subjek yang akan digunakan dalam aplikasi riset ini adalah Ny. N
WIB.
3. Stetoskop
D. Prosedur Tindakan
4) Fase Orientasi
a) Mengucap salam.
22
23
b) Memperkenalkan diri.
d) Menjaga privasi.
5) Fase Kerja
bahu.
6) Fase Terminasi
c) Mencuci tangan
E. Alat Ukur
adalah checklist sebelum dan sesudah dilakukan terapi relaksasi otot progresif.
Tabel 3.1 Klasifikasi Tekanan Darah Tinggi Joint National Committee (JNC) VII
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal < 130 (dan) < 85
High Normal 130-139 (atau) 85-89
Ht. Grade 1 140-159 (atau) 90-99
Ht. Grade 2 160-179 (atau) 100-109
Ht. Grade 3 180-209 (atau) 110-119
Ht. Grade 4 ≥ 210 (atau) ≥ 120
25
Alat ukur untuk tingkat stres adalah Perceived Stress Scale (PSS).
Petunjuk Pengisian:
pendapat Anda dengan memberi tanda centang (√) pada kolom jawaban yang
c) Kadang-kadang = skor 2
LAPORAN KASUS
A. Identitas
Januari 2016 jam 09.15 WIB. Dari pengkajian diperoleh data identitas yaitu,
Ibu Rumah Tangga. Penanggung jawab dari Ny.N adalah Nn. D umur 37
B. Pengkajian
Ny.N saat dikaji adalah nyeri pada daerah tengkuk. Riwayat penyakit
sekarang, Ny.N mengatakan bahu dan tengkuk sering terasa pegal bila
94x/menit, Provocate (P)= Ny.N mengatakan merasa nyeri jika kelelahan saat
beraktivitas, Quality (Q)= nyeri seperti ditimpa benda berat, Region (R)= nyeri
terasa pada bagian tengkuk hingga kepala bagian belakang, Scale (S)= skala
yang dirasakan nyeri tingkat 4, Time (T)= terasa sewaktu-waktu, hilang timbul,
terasa selama 3 sampai 5 menit. Ny.N mengatakan selama beberapa hari ini
penglihatannya terasa kabur, mampu melihat tetapi kurang begitu jelas. Sehari-
27
28
menderita penyakit darah tinggi setelah suami meninggal, karena Ny.N merasa
tertekan dengan keadaan yang dialami. Namun tidak berlangsung lama Ny.N
darah Ny.N mencapai 200/130 mmHg. Setelah itu Ny.N rutin check-up ke
Selama ini Ny.N hanya mengkonsumsi air perasan labu siam pada siang hari
dan menjalani terapi masasse telapak kaki ketika banyak aktivitas untuk
darah rendah dengan tekanan darah 100/60 mmHg dan tidak pernah melebihi
tekanan darah tersebut. Selain itu Ny.N mengatakan tidak memiliki riwayat
bersih, setiap minggu selalu ada gotong royong bersih lingkungan di tempat
tinggal Ny.N.
29
Genogram :
Keterangan :
= perempuan = Ny.N
X X = meninggal
Gambar 4.1 Genogram
itu penting dan menjadi prioritas, jika ada anggota keluarga sakit maka
Pola kesehatan nutrisi, Ny.N mengatakan hanya makan satu porsi setiap
harinya, terkadang Ny.N enggan untuk makan karena merasa masih kenyang.
kali sehari. Frekuensi BAB Ny.N mengatakan BAB 1-2 kali perhari.
mengatakan bisa tidur 6-8 jam perhari dan tidak ada gangguan. Selama sakit
30
Ny.N mengatakan tidur 3-4 jam perhari, seringkali tidur larut malam, sering
terjaga pada dini hari dan tidak dapat melanjutkan tidur dan saat terbangun dari
tengkuk dan bahu, pengkajian PQRST Ny.N mengatakan P= merasa nyeri jika
nyeri terasa pada bagian tengkuk hingga kepala bagian belakang, S= skala
Pengkajian pola persepsi konsep diri, identitas diri Ny.N adalah seorang
ibu rumah tangga dan sekaligus kepala rumah tangga, pada ideal diri Ny.N
mengatakan menerima keadaan dirinya yang sudah menginjak usia tua, pada
harga diri Ny.N tetap percaya diri meskipun dalam keadaan sakit, pada
meskipun sudah berusia tua. Pada peran diri Ny.N mengatakan menjadi kepala
jenis KB suntik.
31
menderita penyakit darah tinggi setelah suami meninggal, karena Ny.N merasa
tertekan dengan keadaan yang dialami. Namun tidak berlangsung lama Ny.N
menerima penyakitnya dengan ikhlas dan menganggap itu adalah ujian dari
didapat hasil tingkat stress Ny.N pada kategori sedang (skor = 20).
Pola nilai dan keyakinan, Ny.N mengatakan baragama katholik dan rutin
tanda vital didapatkan hasil tekanan darah 140/100 mmHg, frekuensi nadi 94
kali per menit, irama teratur, kekuatan kuat, frekuensi pernapasan 22 kali per
menit dan irama teratur, suhu 36,8 °C. Pemeriksaan fisik kepala, bentuk kepala
mesochepal, kulit kepala bersih, dan rambut hitam, lurus, sedikit beruban.
Mata Ny.N simetris antara kanan dan kiri, sclera tidak ikterik, konjungtiva
tampak anemis, reflek pupil baik mengecil jika terdapat rangsangan cahaya
(miosis), dan tidak menggunakan alat bantu penglihatan. Hidung bersih, tidak
terdapat polip, tidak terdapat sekret. Mulut simetris, mukosa bibir lembab, dan
tidak terdapat stomatitis. Gigi bersih tetapi sudah tidak lengkap. Telinga
32
Pada pemeriksaan dada paru, untuk inspeksi, tidak ada jejas, tidak
kanan dan kiri, palpasi vocal fremitus antara kanan dan kiri sama, saat perkusi
suara paru sonor, dan saat auskultasi suara nafas vesikuler. Pemeriksaan
jantung saat inspeksi ictus cordis tidak tampak dan teraba tidak terlalu kuat di
sub intercosta 5 saat di palpasi, bunyi pekak saat di perkusi, auskultasi bunyi
inspeksi perut datar, tidak ada jejas, auskultasi bising usus 20 kali per menit,
saat dilakukan perkusi terdengar bunyi pekak pada kuadran I dan pada kuadran
II, III, IV terdengar timpani, dan saat dilakukan palpasi tidak terdapat nyeri
Pemeriksaan genetalia dan anus bersih tidak terpasang kateter dan tidak
ada hemoroid. Pemeriksaan ekstremitas atas tangan kanan dan kiri tidak ada
kelainan, tidak ada batasan gerak, capilary refile kurang dari 3 detik, perabaan
akral hangat, tidak terdapat oedem. Pemeriksaan ekstremitas bawah kaki kanan
dan kiri tidak ada kelainan, tidak ada batasan gerak, capilary refile kurang dari
Analisa data yang dilakukan tanggal 7 Januari 2016 jam 09.30 WIB,
saat kelelahan atau banyak beraktivitas, Q= nyeri terasa seperti ditimpa beban
berat, R= nyeri terasa pada bagian tengkuk hingga kepala bagian belakang, S=
hari ini penglihatannya terasa kabur, mampu melihat tetapi kurang jelas. Data
obyektif Ny.N tampak lelah, hasil pemerisaan fisik, tekanan darah 140/100
mmHg, nadi 94 kali/ menit, Ny.N tampak memijat bagian tengkuk yang nyeri.
keperawatan yaitu nyeri akut (sakit kepala) berhubungan dengan agen cidera
Analisa data yang dilakukan tanggal 7 Januari 2016 jam 09.40 WIB,
tidur 3-4 jam perhari, seringkali tidur larut malam, sering terjaga pada dini hari
dan tidak dapat melanjutkan tidur dan saat terbangun dari tidur merasa kurang
puas. Data obyektif yaitu Ny.N tampak masih mengantuk, Ny.N tampak lemas
dan kurang segar, konjungtiva tampak anemis. Tekanan darah 140/100 mmHg,
Analisa data yang dilakukan tanggal 7 Januari 2016 jam 10.00 WIB,
tinggi setelah suami meninggal, karena Ny.N merasa tertekan dengan keadaan
dengan ikhlas dan menganggap itu adalah ujian dari Tuhan agar lebih
mendekatkan diri. Data obyektif dari hasil pengukuran skala stress dengan
menggunakan PSS 10 didapat hasil tingkat stress Ny.N pada kategori sedang
(skor = 20).
D. Intervensi
tujuan dan kriteria hasil keperawatan dalam manajemen nyeri (2100): selama
3X24 jam diharapkan masalah nyeri Ny.N berkurang, dengan kriteria hasil
skala nyeri berkurang (2102) Ny.N mampu melaporkan skala nyeri berkurang
dari skala 4 menjadi 0, kontrol nyeri (1605) Ny.N mampu mengontrol nyeri,
tanda vital Ny.N dalam rentang normal (0802) tekanan darah, nadi,
Ny.N, penyebab, kualitas, lokasi, skala, dan frekuensi nyeri. Ajarkan teknik
tujuan dan kriteria hasil keperawatan dalam tidur (0004): selama 3X24 jam
diharapkan kebutuhan tidur terpenuhi dengan kriteria hasil Ny.N merasa segar
selama 3X24 jam diharapkan terjadi peningkatan pola kognitif dan perilaku
untuk kesejahteraan dengan kriteria hasil menerima status kesehatan Ny.N saat
ini, skala stress berkurang, Ny.N, mampu melakukan koping secara efektif.
dalam peningkatan koping (5230): kaji dampak dari situasi kehidupan Ny.N
terhadap hubungan dengan orang lain, bantu Ny.N dalam peningkatan koping,
E. Implementasi Keperawatan
respon subyektif Ny.N mengatakan bersedia untuk diukur tanda vital. Respon
obyektif tekanan darah 140/ 90 mmHg, nadi 92x per menit, pernapasan 24x
mengatakan merasa hangat pada bagian yang diberi relaksasi. Respon objektif
tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 94x permenit, pernapasan 24x permenit.
Kumutha et.al (2014) yaitu dengan persiapan alat menggunakan tensi meter
jarum, stetoskop, dan panduan teknik relaksasi otot progresif. Tahap pertama
berbaring atau duduk bersandar (ada sandaran untuk kaki dan bahu),
identifikasi daerah-daerah otot yang sering terasa tegang, seperti dahi, tengkuk,
selama 20 sampai 30 detik. Minta Ny.N merasakan rileksnya dan aliran darah
Tindakan akhir yang dilakukan setelah teknik relaksasi otot progresif selesai
Relaksasi Otot Progresif” pada Ny.N didapatkan hasil tekanan darah 140/90
38
mmHg. Dan hasil penilaian tekanan darah setelah dilakukan tindakan “Teknik
Ny.N mengatakan tidak bisa tidur jika belum larut malam. Respon obyektif
dengan respon subyektif Ny.N mengatakan saat malam sebelum tidur biasanya
Ny.N minum air putih terlebih dahulu dan tidur dengan posisi miring kearah
WIB mengkaji dampak stress terhadap hubungan dengan orang lain, dengan
respon subyektif Ny.N mengatakan selama ini hubungan dengan keluarga dan
orang sekitar baik-baik saja, jika ada masalah dibicarakan bersama. Respon
kepada Ny.N. Respon obyektif keluarga Ny.N tampak mengerti dan paham.
39
125/80 mmHg.
jam 09.00 WIB yaitu mengkaji karakteristik nyeri, dengan respon subyektif
Ny.N mengatakan P= sudah tidak merasa nyeri pada tengkuk, Q= tidak terasa
seperti ditimpa beban, R= nyeri sudah tidak terasa pada bagian tenkuk, S=
skala nyeri berkurang dari skala 3 menjadi 0, T= nyeri tidak terasa. Respon
130/80 mmHg.
40
tidur sekitar jam 23.00, Ny.N juga mengatakan sudah dapat beristirahat namun
terbangun sekitar jam 3.00 dini hari. Respon obyektif Ny.N tampak masih
jam 11.00 WIB mengkaji pandangan Ny.N terhadap kondisi kesehatan Ny.N
dan kooperatif.
jam 16.30 WIB mengukur tekanan darah Ny.N, dengan respon subyektif Ny.N
120/70 mmHg.
jam 08.30 WIB yaitu mengukur tekanan darah Ny.N, dengan respon subyektif
130/80 mmHg.
sudah dapat beristirahat dengan nyaman dan jam tidur lebih lama. Respon
Ny.N dan keluarga tentang teknik istirahat tidur, dengan respon Ny.N
jam 11.00 WIB mengkaji pandangan Ny.N terhadap kondisi kesehatan Ny.N
dengan PSS 10, dengan respon subyektif Ny.N mengatakan bersedia, respon
42
obyektif Ny.N tampak mengisi skala dengan teliti, hasil pengukuran skala
stress dengan PSS 10 menunjukkan hasil tingkat stress Ny.N pada kategori
jam 15.30 WIB yaitu mengukur tekanan darah Ny.N, dengan respon subyektif
120/70 mmHg.
F. Evaluasi
tanggal 7 Januari 2016 jam 16.30 adalah subyektif Ny.N mengatakan masih
merasa nyeri jika kecapekan, seperti ditimpa beban berat, terasa pada bagian
tengkuk, skala nyeri berkurag dari skala 4 menjadi skala 3, nyeri terasa hilang
timbul selama beberapa menit. Obyektif Ny.N tampak menahan nyeri dan
memijit bagian nyeri, tekanan darah 125/80 mmHg. Analisis masalah belum
43
tanggal 7 Januari 2016 jam 16.40 WIB adalah subyektif, Ny.N mengatakan
merasa mengantuk tetapi tidak bisa tidur. Obyektif yaitu Ny.N tampak masih
tanggal 7 Januari 2016 jam 16.50 WIB adalah subyektif, Ny.N mengatakan
hubungan dengan keluarga dan orang sekitar baik dan tidak ada masalah.
sebagian dan intervensi dilanjutkan yaitu kaji pandangan Ny.N tentang kondisi
tanggal 8 Januari 2016 jam 17.00 WIB adalah subyektif Ny.N mengatakan
sudah tidak merasakan nyeri pada daerah tengkuk, skala nyeri berkurang dari 3
menjadi 0. Obyektif yaitu Ny.N tampak nyaman, tekanan darah 120/70 mmHg.
lanjut monitor tekanan darah dan berikan tindakan “Teknik Relaksasi Otot
Progresif”.
44
evaluasi tanggal 8 Januari 2016 jam 17.10 WIB adalah subyektif Ny.N
mengatakan bisa tidur siang tapi hanya sebentar, Ny.N juga mengatakan sudah
dapat beristirahat namun masih terbangun lebih awal dinihari tadi. Obyektif
yaitu Ny.N tampak masih mengantuk. Analisis masalah belum teratasi dan
lingkungan nyaman dan tenang dengan mematikan lampu ruangan saat Ny.N
tidur.
evaluasi tanggal 8 Januari 2016 jam 17.30 WIB adalah subyektif Ny.N
motivasi.
tanggal 9 Januari jam 15.50 WIB adalah subyektif Ny.N mengatakan sudah
tidak merasa nyeri, badan terasa hangat setiap melakukan terapi teknik
instruksi yang diberikan saat tindakan, tekanan darah 120/70 mmHg. Analisis
masalah teratasi, karena sudah terjadi perubahan tekanan darah , dan intervensi
telaksasi otot progresif dua kali dalam sehari, kolaborasi keluarga dalam
tanggal 9 Januari jam 16.00 WIB adalah subyektif Ny.N mengatakan sudah
dapat beristirahat dengan nyaman. Obyektif yaitu Ny.N tampak lebih segar.
menerima keadaannya saat ini dan bersyukur kepada Tuhan. Obyektif yaitu
sebagian, karena terjadi penurunan skor stress dari 20 menjadi 18, dan
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas proses keperawatan pada asuhan
keperawatan yang dilakukan pada tanggal 7-9 Januari 2016 di rumah Ny.N yang
keperawatan. Pembahasan yang dilakukan dalam bab ini yaitu membahas adanya
kesesuaian maupun kesenjangan antara teori dan hasil praktik pada kasus yang
ditemukan di lapangan.
A. Pengkajian
Menurut Smeltzer dan Bare (2002) riwayat yang lengkap harus diperoleh
untuk mengkaji gejala yang menunjukkan apakah sistem tubuh lainnya telah
46
47
denyut apikal dan perifer untuk mendeteksi efek hipertensi terhadap jantung
begitu juga setiap faktor psikologis seperti karakteristik nyeri serta faktor yang
keletihan, perasaan marah, dan isolasi sosial, keletihan dan efeknya terhadap
mental, suasana hati dan respon emosional, serta pengkajian citra tubuh untuk
atau kematian.
tengkuk, penglihatan terasa kabur, mampu melihat tetapi kurang jelas, dan
Keluhan dari Ny.N tidak jauh berbeda dengan teori. Keluhan utama pada
Ny.N adalah nyeri pada tengkuk, nyeri terasa jika kelelahan atau banyak
beraktivitas, nyeri seperti ditimpa beban berat, terasa pada tengkuk hingga
kepala bagian belakang, skala nyeri yang dirasakan tingkat 4, terasa hilang
nyeri atau pusing kepala, rasa berat di tengkuk, dan mudah lelah (Triyanto,
2014).
Ny.N juga mengeluh beberapa hari ini penglihatan Ny.N terasa kabur,
mampu melihat tetapi kurang jelas. Peningkatan tekanan darah yang dialami
Ny.N ditandai dengan nyeri pada tengkuk yang terasa berat, penglihatan mulai
kabur, hal tersebut terjadi akibat meningkatnya tekanan intra kranial karena
Hasil pemeriksaan tanda - tanda vital Ny.N diperoleh hasil tekanan darah
Ny.N 140/100 mmHg, frekuensi nadi 94 kali permenit, kekuatan denyut kuat,
tanda vital Ny.N sesuai dengan teori yang didefinisikan oleh Joint National
Selain itu Ny.N juga mengatakan usianya sudah 67 tahun dan tidur 3
sampai 4 jam perharinya, seringkali tidur larut malam, sering terjaga pada din
hari dan tidak dapat melajutkan tidur dan saat tidur merasa kurang puas.
Keluhan pada Ny.N tidak jauh berbeda dengan teori, dimana pola tidur
berubah bersamaan dengan bertambahnya usia. Pada tahap ke-3 dan ke-4 dari
siklus tidur adalah tidur yang paling dalam, dimana sulit sekali dibangunkan.
Tahap tidur dalam ini umumnya terjadi dengan frekuensi yang lebih jarang
akan menciptakan impresi kurang tidur atau insomnia. Artritis, nyeri, nokturia,
49
dan apnea saat tidur dapat menyebabkan terbangun dari tidur (Smeltzer dan
Bare, 2006).
menderita penyakit darah tinggi setelah suami meninggal, karena Ny.N merasa
tertekan dengan keadaan yang dialami. Namun tidak berlangsung lama Ny.N
menerima penyakitnya dengan ikhlas dan menganggap itu adalah ujian dari
Tuhan agar lebih mendekatkan diri. Hasil pengukuran tingkat stress dengan
PSS 10 menurut Cohen (1988) termasuk dalam kategori sedang dengan skor
20. Keluhan dari Ny.N tidak jauh berbeda pada teori, menurut Yekti dan Ari
hipertensi yaitu: toksin, faktor genetik, umur, jenis kelamin, stres, obesitas,
yang aktual atau potensial yang merupakan dasar untuk memilih intervensi
(Darmawan, 2012).
50
Perumusan masalah yang diambil oleh penulis adalah nyeri akut (sakit
(Wilkinson, 2011).
mengatakan merasa nyeri saat kelelahan atau banyak beraktivitas, nyeri terasa
seperti ditimpa beban berat, nyeri terasa pada bagian tengkuk hingga kepala
bagian belakang, skala nyeri yang dirasakan skala 4, nyeri terasa sewaktu-
waktu hilang timbul dengan frekuensi sekitar 3 sampai 5 menit. Data obyektif
Ny.N tampak lelah, hasil pemerisaan fisik, tekanan darah 140/100 mmHg, nadi
Keadaan pada Ny.N tidak jauh berbeda dengan teori, dimana Ny.N
melaporkan nyeri secara verbal, terjadi peningkatan tekanan darah, dan tampak
memijat bagian yang terasa nyeri. Batasan karakteristik untuk nyeri akut (sakit
yaitu berupa perubahan tekanan darah, sikap melindungi / menutupi area nyeri,
melaporkan nyeri secara verbal maupun isyarat, indikasi nyeri yang dapat
tidur sendiri yaitu periode waktu yang lama tanpa tidur (terputusnya kesadaran
51
relaif yang periodik dan dialami secara terus menerus), selain itu dapat juga
diartika sebagai gambaran kondisi kurang tidur yang berlangsung lama dengan
tindakan keperawatan yang berfokus pada peredaan gejala, seperti gelisah dan
pada data subyektif yaitu Ny.N mengatakan usianya sudah 67 tahun, tidur 3-4
jam perhari, seringkali tidur larut malam, sering terjaga pada dini hari dan
tidak dapat melanjutkan tidur dan saat terbangun dari tidur merasa kurang
puas. Data obyektif yaitu Ny.N tampak masih mengantuk, Ny.N tampak lemas
dan kurang segar, konjungtiva anemis. Tekanan darah 140/100 mmHg, nadi 94
kali per menit. Batasan karakteristik dari deprivasi tidur yaitu konfusi akut,
memiliki pengertian yaitu suatu upaya kognitif dan perilaku untuk mengatasi
dengan ikhlas dan menganggap itu adalah ujian dari Tuhan agar lebih
52
mendekatkan diri. Data obyektif Dari hasil pengukuran skala stress dengan
menggunakan PSS 10 didapat hasil tingkat stress Ny.N pada kategori sedang
(skor = 20).
Keadaan Ny.N menurut data diatas tidak jauh berbeda dengan teori pada
C. Intervensi
dengan kondisi pasien dan fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat
dan Timing. Pembahasan dari intervensi yang meliputi tujuan, kriteria hasil
manajemen nyeri (2100) selama 3X24 jam diharapkan masalah nyeri Ny.N
53
berkurang, dengan kriteria hasil skala nyeri berkurang (2102) Ny.N mampu
melaporkan skala nyeri, kontrol nyeri (1605) Ny.N mampu mengontrol nyeri,
tanda vital Ny.N dalam rentang normal (0802) tekanan darah, nadi,
karakteristik nyeri Ny.N, penyebab, kualitas, lokasi, skala, dan frekuensi nyeri.
berdasarkan klasifikasi tujuan dan kriteria hasil keperawatan pada tidur (0004):
selama 3X24 jam diharapkan kebutuhan tidur terpenuhi dengan kriteria hasil
Ny.N merasa segar setelah bangun tidur (000408), kebutuhan tidur tercukupi
dengan kriteria hasil menerima status kesehatan Ny.N saat ini, skala stress
koping (5230): yaitu kaji dampak dari situasi kehidupan Ny.N terhadap
D. Implementasi Keperawatan
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang lebih baik yang
teknik relaksasi otot progresif. Teknik relaksasi otot progesif merupakan salah
satu teknik pengelolaan diri yang didasarkan pada cara kerja sistem saraf
hipertensi (Ramdhani, 2009). Selain itu teknik relaksasi otot progresif menurut
Jacobson adalah suatu keterampilan yang dapat dipelajari dan digunakan untuk
Pada pengelolaan kasus Ny.N, pada diagnosa pertama yaitu nyeri akut
Januari 2016 jam 10.20 WIB penulis melakukan pengukuran tekanan darah
Progresif” pada Ny.N dengan menggunakan teori menurut Hahn dan Kim
penurunan tekanan darah pada Ny.N dari 140/90 mmHg mejadi 130/90
mmHg.
diterapkan pada klien dengan hipertensi untuk mengurangi tingkat stress dan
menurunkan tekanan darah tinggi pada klien tanpa adanya intervensi lain dan
pengaplikasian pada klien terdapat intervensi lain yaitu senam rutin hipertensi
dan masasse telapak kaki sebagai tindakan pencegahan yang dilakukan klien
dilakukan kurang dari dua minggu. Hal tersebut menunjukkan bahwa tindakan
56
Tabel 5.1 Hasil Pengukuran Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Pemberian
Terapi Relaksasi Otot Progresif
Tekanan Darah Tekanan Darah
No Hari, tanggal
(Sebelum Tindakan) (Sesudah Tindakan)
Kamis, 7 Januari 140/100 130/90
1
2016 130/70 125/80
Jum’at, 8 Januari 140/80 130/80
2
2016 130/60 120/70
Sabtu, 9 Januari 130/70 130/80
3
2016 130/60 120/70
4 Minggu, 10 Januari 2016 130/60 120/70
5 Senin, 11 Januari 2016 120/70 120/80
Selasa, 12 Januari 130/90 130/80
6
2016 130/80 120/80
Rabu, 13 Januari 130/70 130/80
7
2016 140/80 130/80
Kamis, 14 Januari 130/60 120/60
8
2016 120/60 120/70
9 Jum’at, 15 Januari 2016 130/90 130/80
10 Sabtu, 16 Januari 2016 130/80 120/80
penurunan tingkat stress dan tekanan darah Ny.N adalah cukup efektif
berdasarkan dari data table diatas, dimana terjadi perubahan pada tekanan
sistolik maupun diastolik sebelum dan sesudah pemberian terapi relaksasi otot
progresif. Hasil penilaian skala stress dengan PSS 10 dan tekanan darah
didapatkan skala stress pada kategori sedang dengan skor 20 dan tekanan darah
140/100 mmHg yaitu hipertensi grade 1. Dan hasil penilaian skala stress
Relaksasi Otot Progresif” pada Ny.N didapatkan skala stress pada kategori
57
sedang dengan skor 18 dan tekanan darah 120/80 mmHg yaitu tekanan darah
normal.
lingkungan nyaman yaitu dengan mematikan lampu kamar saat Ny.N tidur.
adalah yaitu mengkaji dampak dari situasi kehidupan Ny.N terhadap hubungan
E. Evaluasi
dasar tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon perilaku
pasien dan fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat dilaksanakan
rencana. Evaluasi pada diagnosa pertama yaitu nyeri akut (sakit kepala)
dilakukan pada tanggal 9 Januari 2016 jam 15.50 WIB adalah subyektif Ny.N
terapi teknik relaksasi otot progresif. Obyektif yaitu tampak nyaman dan
mmHg. Analisa masalah nyeri teratasi, karena sudah terjadi penurunan skala
nyeri dan terjadi perubahan tekanan darah, dan intervensi dilanjutkan dengan
rencana tindak lanjut, anjurkan Ny.N melakukan teknik telaksasi otot progresif
dua kali dalam sehari, kolaborasi keluarga dalam pemantauan terapi teknik
pergeseran tahap tidur terkait proses penuaan yang dilakukan pada tanggal 9
Januari 2016 jam 16.00 WIB adalah subyektif Ny.N mengatakan sudah dapat
beristirahat dengan nyaman. Obyektif yaitu Ny.N tampak lebih segar. Analisis
berhubungan dengan tingkat persepsi kendali diri yang dilakukan pada tanggal
keadaannya saat ini dan bersyukur kepada Tuhan. Obyektif yaitu Ny.N tampak
sedang (skor= 18). Analisa masalah dapat ditingkatkan sebagian, karena terjadi
penurunan skor stress dari 20 menjadi 18, dan intervensi dilanjutkan dengan
tingkat stress dan tekanan darah Ny.N adalah cukup efektif berdasarkan dari
data table diatas, dimana terjadi perubahan pada tekanan sistolik maupun
Progresif” terdapat intervensi lain yaitu senam rutin hipertensi dan masasse
darah.
BAB VI
A. Kesimpulan
1. Pengkajian
fisik, tekanan darah 140/100 mmHg, nadi 94 kali/ menit, Ny.N tampak
tahun, tidur 3-4 jam perhari, seringkali tidur larut malam, sering terjaga
pada dini hari dan tidak dapat melanjutkan tidur dan saat terbangun dari
tidur merasa kurang puas. Ny.N tampak masih mengantuk, Ny.N tampak
60
61
ikhlas dan menganggap itu adalah ujian dari Tuhan agar lebih
PSS 10 didapat hasil tingkat stress Ny.N pada kategori sedang (skor = 20).
2. Diagnosa
penuaan.
kendali diri.
3. Intervensi
nonfarmakologis.
62
yaitu kaji dampak dari situasi kehidupan Ny.N terhadap hubungan dengan
4. Implementasi
5. Evaluasi
diagnosa nyeri akut (sakit kepala) sudah teratasi. Hasil evaluasi masalah
Otot Progresif” pada Ny.N didapatkan skala stress pada kategori sedang
Dan hasil penilaian skala stress dengan PSS 10 dan tekanan darah setelah
didapatkan skala stress pada kategori sedang dengan skor 18 dan tekanan
B. Saran
hipertensi.
3. Bagi Pembaca
keperawatan medikal.
Daftar Pustaka
Brunner And Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8.
Editor: Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare. Jakarta: EGC
Doenges, M.E. 2000. Nursing Care Plan: Guidelines For Planning And
Documenting Patient Care. Philadelpia : FA. Davis
DKK Surakarta. 2014. Profil Kesehatan Kota Surakarta 2013. Surakarta: Dinas
Kesehatan Kota Surakarta
Indriana Bil Resti. 2014. Teknik Relaksasi Otot Progresif Untuk Mengurangi Stres
Pada Penderit Asma. Rumah Sakit Tamar Medical Center Pariaman
Looker, Terry and Gregson, Olga. 2005. Managing Stress Mengatasi Stres Secara
Mandiri. Yogyakarta: BACA
Moorhead, Sue et al. 2008. NIC 5th ed. USA: Mosby Elsevier
Moorhead, Sue et al. 2008. NOC 5th ed. USA: Mosby Elsevier
Rasmund. 2004. Pengertian Stres, Sumber Stres, dan Sifat Stresor. Jakarta:
Sagung Seto.
Yekti, S., Ari W. 2011. Cara Jitu Mengatasi Darah Tinggi “Hipertensi”.
Yogyakarta: ANDI