Anda di halaman 1dari 12

Biosorpsi Timbal oleh Biomassa Daun Ketapang…(Reza Mulyawan, dkk)

BIOSORPSI TIMBAL OLEH BIOMASSA DAUN KETAPANG

LEAD BIOSORPTION USING BIOMASS FROM KETAPANG LEAF

Reza Mulyawan1, Asep Saefumillah2, Foliatini1

1
Akademi Kimia Analisis Bogor
2
Departemen Kimia FMIPA Universitas Indonesia
Email : rezamulyawan@yahoo.com

ABSTRAK
Limbah yang mengandung logam berat timbal (Pb) sangat berbahaya bagi lingkungan. Proses
pengolahan telah diperkenalkan untuk mengolah limbah, dari proses pengendapan, hingga
menggunakan resin penukar ion. Daun ketapang telah di gunakan sebagai media pengolahan
air yang digunakan untuk akuarium. Para peneliti telah menunjukkan daun ketapang
berpotensi sebagai pengolah air limbah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi
biosorpsi daun ketapang pada limbah yang tercemar logam berbahaya, dengan mempelajari
karakteristik biosorpsi, kesetimbangan, kinetika dan termodinamika. Kondisi optimum seperti
pH, dosis daun ketapang, waktu kontak dan suhu akan diamati pada penelitian ini. Hasil
Penelitian biomassa daun ketapang berpotensi sebagai biosorben, dengan perlakuan asam atau
basa daun ketapang ini masih berpotensi sebagai biosorben. Penyerapan sangat dipengaruhi
oleh pH, konsentrasi ion Pb, massa adsorben, waktu kontak dan suhu, yang berurutan nilai
maksimum nya adalah pH 3, konsentrasi ion Pb 5 mg/L, massa adsorben 0,5 gram, waktu
kontak 4 jam, dan suhu 40 ºC. Laju reaksi berjalan pada orde satu dan memenuhi kaidah
isotermal Langmuir. Daun ketapang memiliki energi aktivasi yang rendah sehingga cocok
untuk dijadikan adsorben alternatif penyerapan logam Pb dari limbah yang mengandung
logam Pb.
Kata kunci: Adsorpsi, daun ketapang, timbal (Pb)

ABSTRACT

Waste containing of lead (Pb) is very dangerous for the environment. However, waste
treatment process has been introduced to minimize the waste, either by precipitation process or
ionic exchange resin. In addition, researchers have shown that ketapang leaves (Terminalia
catappa) can be potentially used in waste water treatment. It has been used as water treatment
media for fresh water aquarium. Moreover, this research was aimed to find out the potential of
ketapang leaves biosorption for waste treatment that has been polluted by heavy metal, such as
lead, by investigating the characteristics of biosorption, kinetics and thermodynamics.
Maximum conditions of pH, ketapang leaves dose, contact time, and temperature were also
investigated in this research. The result showed that biomass of ketapang leaves has potential
as biosorbent. Nevertheless, the absorbtion was highly affected by dependent to pH, Pb
concentration, adsorbent mass, contact time, and temperature, in which the maximum limits
are 3; 5 mg/L; 0.5 gram; 4 hours; 40 ºC; respectively. Reaction rate, moreover, was running

45
Molekul, Vol. 10. No. 1. Mei, 2015: 45 - 56

on order one and was fulfilled the principle of Langmuir. Ketapan leaves have a low activation
energy making it suitable to be used as an alternative adsorbent Pb absorption of waste
containing Pb.
Key words: Adsorption, Lead (Pb), Ketapang leaf.

PENDAHULUAN tumbuhan. Adsorben jenis ini disebut


biosorben dan potensial untuk dimanfaatkan
Pengolahan dengan cara
dalam pengolahan limbah yang ramah
pengendapan menggunakan koagulan yaitu
lingkungan dan berbiaya rendah. Contohnya
mengolah limbah dengan menambahkan
adalah penggunaan alga hijau oleh Mawardi
sejumlah bahan kimia yang bersifat
(2007) sebagai adsorben logam berat dan
mengendapkan limbah, sehingga terbentuk
Klimmek et.al. (2001).
sedimentasi yang akan terendapkan di dasar.
Kelebihan dari pengolahan dengan Daun ketapang (Terminalia catappa)
sedimentasi adalah tingkat efektivitas yang adalah sejenis pohon tepi pantai yang
baik, tetapi membutuhkan lahan yang luas rindang dan banyak ditanam sebagai
dan proses yang lama sekitar 24 hingga 48 peneduh di pinggir jalan. Sejak dahulu daun
jam. ketapang banyak digunakan sebagai media
yang membantu akuarium dalam pengolahan
Berbagai adsorben telah
airnya. Salah satu ikan hias yang cocok
diaplikasikan untuk mengolah limbah logam
dengan daun ketapang sebagai media
berat dalam limbah cair, diantaranya:
biosoprsi adalah ikan cupang. Stephen dan
Penggunaan zeolit oleh Chao dan Chang
Sulochana (2006) dan dikuatkan oleh
(2012), penggunan arang aktif oleh Zabihi
penelitian Zabihi et.al (2009) yang telah
et.al. (2009) dan penggunaan daun ketapang
melakukan pengolahan limbah yang
sebagai biosorben untuk logam paladium
mengandung merkuri dengan menggunakan
dan platina oleh Ramakul (2012).
ekstrak buah ketapang. Ramakul (2012)
Pengolahan limbah logam berat
dapat membuktikan daun ketapang dapat
menggunakan adsorpsi merupakan
digunakan sebagai biomassa pereduksi ion
pengolahan yang sederhana namun
logam paladium (Pd2+) dan platinum (Pt4+).
menghasilkan efisiensi yang tinggi. Metode
Karena ketersediaan biomaterial daun
adsorpsi menggunakan biomassa disebut
ketapang yang cukup tinggi dan
juga biosorpsi, yaitu menggunakan adsorben
efektifitasnya cukup baik dan tinggi maka
dari biomassa sebagai penyerap ion logam
biomaterial tersebut dapat diuji lebih lanjut
yang terkandung dalam limbah sehingga
untuk adsorben logam lain salah satunya
kandungan ion logam dalam air limbah
logam timbal.
menjadi turun. Walaupun zeolit dan arang
aktif banyak digunakan dalam pengolahan METODOLOGI PENELITIAN
limbah mengandung logam berat, tetapi Penelitian terdiri atas dua tahap,
masih terdapat kelemahan, yaitu proses yaitu (1) preparasi biomassa daun ketapang,
pembuatan yang cukup rumit dan (2) pengujian biosorpsi Pb2+ dan biosorben
memerlukan aktivator untuk kontak dengan daun ketapang dengan meneliti pengaruh
logam berat. waktu, pH, konsentrasi biomassa,
Alternatif adsorben lain yang dapat konsentrasi Pb, suhu, termodinamika dan
digunakan adalah adsorben berbasis kinetika. Penelitian ini berlangsung selama 7
biomaterial yaitu yang berupa bagian dari bulan.

46
Biosorpsi Timbal oleh Biomassa Daun Ketapang…(Reza Mulyawan, dkk)

Alat-alat yang dipakai adalah AAS pengeringan biomasssa dalam oven suhu 70
Shimadzu 6300, FTIR Bruker, Milipore °C selama 48 jam.
Water Purifier, pH Meter Agilent, SEM b. Daun Ketapang dengan Perlakuan
EDAX, Shaker Thermo Science, Hot plate Penambahan Basa
Thermo Science, Neraca analitik AND, Oven Daun ketapang yang sudah
Memmert, Stiring hot plate Thermo Science, dihaluskan dilarutkan dalam NaOH 0,1 N
Blender Phillips, Peralatan gelas Iwaki, (10 g daun ketapang/L NaOH 0,1 N),
Termometer. direndam selama 3 jam, kemudian disaring,
biomassa yang tertahan di kertas saring
Bahan yang dipakai daun ketapang,
dicuci dengan air demin hingga netral,
kertas saring Whatman 40, 41, 42, Standar
dilanjutkan dengan pengeringan biomasssa
Pb dari Merck, asam klorida dari Merck,
dalam oven suhu 70 °C selama 48 jam.
Natrium hidroksida dari Merck, Natrium
bikarbonat dari Merck, Air demin, Lantanum Karakterisasi Proses Adsorpsi Pb2+
Klorida dari Merck. Dengan Pengaruh Waktu Kontak
Preparasi Biosorben Daun Ketapang Sebanyak 200 mL larutan yang
mengandung Pb2+ dalam Erlenmeyer 250
Daun ketapang dicuci dengan
mL ditambahkan 0,5 g/L adsorben. Larutan
akuabides, dikeringkan dalam oven dengan
diaduk menggunakan shaker dengan
suhu 70 °C selama 48 jam, dilanjutkan
kecepatan 100 rpm selama 5 jam. Setiap 0,5
dengan pengeringan dalam oven pada suhu
jam larutan tersebut di sampling 10 mL
70 °C selama 48 jam. Daun ketapang yang
dilakukan pengukuran konsentrasi Pb2+
sudah kering kemudian diblender hingga
dalam larutan secara AAS. Konsentrasi akhir
halus.
a. Daun Ketapang dengan Perlakuan Pb2+ (Ct ) dihitung dengan menggunakan
kurva kalibrasi. Konsentrasi Pb2+ yang
Penambahan Asam
Daun ketapang yang sudah terserap (C) merupakan selisih dari
dihaluskan dilarutkan dalam HCl 0,1 N (10 g Ct dengan C0 . Sementara kapasitas adsorpsi
daun ketapang/L HCl 0,1 N), direndam didapat dari selisih Ct dengan C0 dan
selama 3 jam, kemudian disaring, biomassa dikalikan dengan volume larutan serta dibagi
yang tertahan di kertas saring dicuci dengan massa adsorben. Efektivitas % adsorpsi dan
air demin hingga netral, dilanjutkan dengan kapasitas adsorpsi dihitung berdasarkan
persamaan berikut:
Ct − C0
% Adsorpsi (efektivitas) = x 100
Ct
mg (Ct − C0 ) x V
Kapasitas Adsorpsi q t ( ) =
g W
2+
Keterangan : Ct = Konsentrasi akhir Pb (mg/L)
C0 = Konsentrasi akhir Pb2+(mg/L)
W = Bobot biosorben (gram)

Karakterisasi Proses Adsorpsi Pb2+ diaduk menggunakan shaker dengan


dengan Pengaruh Suhu kecepatan 100 rpm dipanaskan pada suhu 30
; 40 ; 50 ; 60 ; 70 ; 80 °C selama 3 jam dan
Sebanyak 100 mL larutan yang
larutan disaring dengan filter Whatman 42
mengandung Pb2+ dalam Erlenmeyer 250
mL ditambahkan 0,5 g/L adsorben. Larutan

47
Molekul, Vol. 10. No. 1. Mei, 2015: 45 - 56

lalu filtrat dilakukan pengukuran konsentrasi yaitu orde 1, 2, dan 3. Dengan demikian
Pb2+ dalam larutan secara AAS. diperoleh kurva ln C terhadap waktu (t)
untuk orde 1, kurva 1/C terhadap waktu (t)
Karakterisasi Proses Adsorpsi Pb2+
untuk orde 2, dan kurva 1/C2 terhadap waktu
dengan Pengaruh pH
(t) untuk orde 3. Masing-masing kurva
Sebanyak 200 mL larutan yang dihitung nilai korelasi (r) dari ketiga orde
mengandung Pb2+ dalam Erlenmeyer 250 reaksi, kurva dengan nilai r mendekati nilai
mL ditambahkan 0,5 g/L adsorben. Larutan 1 maka menunjukkan bahwa kurva tersebut
diaduk menggunakan shaker dengan paling linier dan kinetika orde reaksi
kecepatan 100 rpm, di kondisikan pH 2 ; 3 ; mengikuti orde yang dinyatakan dalam
4 ; 5 ; 6 ; 7 ; 8 ; 9 ; 10 selama 3 jam dan kurva tersebut.
larutan disaring dengan filter Whatman 42
Model Isotermal Biosorpsi
lalu filtrat dilakukan pengukuran konsentrasi
Pb2+ dalam larutan secara AAS. Model isotermal biosorpsi diuji
dengan persamaan Langmuir. Untuk
Karakterisasi Proses Adsorpsi Pb2+
persamaan Langmuir dibuat plot antara 1/C
Dengan Pengaruh Massa Adsorben
terhadap 1/qe. Dengan ploting 1/Ce dan 1/qe
Disiapkan sebanyak 10 beaker glass untuk memenuhi persamaan Langmuir.
250 mL berisi larutan Pb2+ 100 mL, satu
Karakterisasi FTIR
diantaranya sebagai blanko diaduk
menggunakan shaker dengan kecepatan 100 Daun ketapang yang sudah
rpm, ditambahkan adsorben sebanyak 0,1 ; dikeringkan dan sudah diaplikasikan sebagai
0,2 ; 0,3 ; 0,4 ; 0,5 ; 1 ; 2 ; 3 ; 4, dan 5 gram biosorben untuk larutan yang mengandung
adsorben ke dalam masing-masing beaker Pb2+ dikarakterisasi dengan alat FTIR.
glass diproses selama 3 jam dan larutan Sampel 0,1 gram di masukan ke dalam
disaring dengan filter Whatman 42 lalu tempat sampel yang berbentuk bulat,
filtrat dilakukan pengukuran konsentrasi pastikan semua permukaan tertutupi sampel,
Pb2+ dalam larutan secara AAS. dikarakterisasi dengan dengan sumber lampu
IR dengan bilangan gelombang 500 – 4000
Karakterisasi Proses Adsorpsi Pb2+
cm-1.
dengan Pengaruh Konsentrasi Ion Pb2+
Karakterisasi SEM EDAX
Sebanyak 200 mL larutan yang
mengandung Pb2+ dalam Erlenmeyer 250 Daun ketapang yang sudah
mL ditambahkan 0,5 g/L adsorben. Larutan dikeringkan dan sudah diaplikasikan sebagai
diaduk menggunakan shaker dengan biosorben untuk larutan yang mengandung
kecepatan 100 rpm, dikondisikan konsentrasi Pb2+ dikarakterisasi dengan alat SEM EDAX
larutan Pb 0 ; 5 ; 10 ; 15 ; 20 ; 25 mg/L pada perbesaran 500 – 10000 kali.
diproses selama 3 jam dan larutan disaring HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan filter Whatman 42 lalu filtrat Penelitian ini memanfaatkan daun
dilakukan pengukuran konsentrasi Pb2+ ketapang sebagai biosorben logam berat
dalam larutan secara AAS. Pb2+, karena daun ketapang relatif mudah
Kinetika Biosorpsi ditemukan dan proses adsorpsi dapat
berlangsung secara sederhana serta tidak
Dari konsentrasi Pb2+ yang terserap
membutuhkan instrumentasi yang rumit.
(C) diplotkan terhadap waktu sesuai dengan
Sebelum dan sesudah diaplikasikan pada
beberapa persamaan orde reaksi yang diuji,
larutan yang mengandung Pb2+

48
Biosorpsi Timbal oleh Biomassa Daun Ketapang…(Reza Mulyawan, dkk)

dikarakterisasi dengan FTIR dan SEM dalam biomassa dengan menggunakan FTIR
EDAX untuk mengetahui potensi gugus aktif dapat dilihat pada Gambar 1. Spektra FTIR
yang dapat dijadikan gugus aktif penyerap biomassa daun ketapang memperlihatkan
Pb2+ serta untuk melihat apakah Pb2+ hasil pita serapan 3271 cm-1 yang
terserap oleh biosorben. merupakan uluran -OH (alkohol). Pita
serapan 2971 cm-1 merupakan uluran O-H
FTIR
(karboksilat) dan 2850 cm-1 merupakan
Karakterisasi awal dari biomassa uluran C-H (gugus CH, CH2, dan CH3).
daun ketapang melalui analisis gugus fungsi

Gambar 1. Spektra FTIR Daun Ketapang


Berdasarkan hasil FTIR yang dapat aplikasikan pad larutan yang mengandung
dilihat pada Gambar 1 diketahui bahwa pita Pb2+, seperti terlihat pada Gambar 1 telah
serapan 1610 cm-1 merupakan uluran C-O bergeser hingga 10 cm-1. Hal ini dapat
karboksil, diperkuat oleh pita serapan 1316 terjadi karena telah terjadi perubahan gugus
cm-1 merupakan uluran uluran C-O fungsi yang telah mengikat Pb2+, penelitian
karboksil, serta pita serapan 1059 cm-1 Mawardi (2007) mengemukakan hal yang
merupakan gugus alkohol primer (C-OH). sama yaitu telah terjadi pergeseran bilangan
Spektra IR dari daun ketapang yang telah gelombang saat biomassa alga hijau
diaplikasikan terhadap larutan yang mengikat logam dibandingkan dengan
2+
mengandung Pb dapat dilihat pada sebelum mengikat logam.
Gambar 1. Spektra FTIR biomassa daun
SEM EDAX
ketapang memperlihatkan hasil pita serapan
3271 cm-1 yang merupakan uluran -OH Karakterisasi dengan SEM-EDAX
(alkohol). Pita serapan 2971 cm-1 dan 2850 bertujuan untuk melihat topografi dari hasil
cm-1 merupakan uluran O-H (karboksilat) penyerapan pada permukaan adsorben. Pada
dan uluran C-H (gugus CH, CH2, dan CH3) , hasil SEM-EDAX diperoleh hasil gambar
dan pita serapan 1059 cm-1 merupakan hitam dan putih/gelap terang, hasil ini
gugus alkohol primer (C-OH). dipengaruhi dari unsur penyusunnya. Unsur
logam akan akan memberikan warna putih
Terdapat pergeseran pita serapan
terutama logam Pb.
pada biomassa sebelum dan sesudah di

49
Molekul, Vol. 10. No. 1. Mei, 2015: 45 - 56

Karakterisasi daun ketapang dengan satunya adalah Pb. Ismayadi (2010) meneliti
menggunakan SEM-EDAX memperoleh kandungan timbal pada daun tanaman yang
hasil seperti yang tertera pada Tabel 1. tumbuh di pinggir jalan, salah satunya daun
Penyusun utama dari biomassa daun tanaman ketapang, dan mendapatkan
ketapang adalah C dan O dan unsur logam, kandungan timbal dalam daun ketapang
ini sesuai dengan penelitian Chyau et.al sebesar 0,2 mg Pb/Kg daun ketapang.
(2006) daun ketapang mengandung 15,2%, Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat
13,3%, 17,2%, 17,8%, 31,4% dan 5,1% bahwa serapan Pb sebelum dan setelah
berurutan asam p-hidroksibenzoat, asam 4- proses dapat terlihat perbedaan, ion Pb
hidroksi phenil propionat, asam m-kumarat, terikat kepermukaan daun ketapang, dan
asam 3,4-dihidroksibenzoat, asam p-kumarat hasil ini dibuktikan pula dengan kenaikan
dan asam galat. Keberadaan logam timbal di konsentrasi Pb hasil analisis komposisi
daun ketapang berasal dari paparan timbal SEM-EDAX Tabel 1 dengan kenaikan dari
yang bersumber dari transportasi, karena
0,85 % menjadi 1,54 %. Meskipun SEM-
daun diambil dari tanaman yang tumbuh EDAX dapat menghitung % berat namun
dipinggir jalan. Hal ini diperkuat oleh Lim pada umumnya perhitungan secara
(2012) yang menyatakan selain antioksidan kuantitatif tidak menggunakan teknik
dan tanin, daun ketapang juga mengandung instrumentasi tersebut.
cemaran logam berbahaya yang salah
Tabel 1. Karaterisasi SEM-EDAX
C O Na Mg Si Pb Ca
Daun
(%b/b) (%b/b) (%b/b) (%b/b) (%b/b) (%b/b) (%b/b)
*
Sebelum 60,28 30,67 1,14 1,13 4,43 0,85 1,30
*
Sesudah 47,05 39,36 0,47 1,18 2,85 1,54 7,55
*sebelum dan sesudah menyerap Pb

Waktu Optimum terlihat bahwa biosorben dengan perlakuan


asam memiliki % adsorpsi lebih tinggi dari
Pengaruh waktu kontak pada proses
biosorben yang lainnya. Gambar 2
penyerapan kation Pb2+ di gambarkan oleh
menunjukkan kesetimbangan terjadi pada
grafik pengaruh waktu kontak. Berdasarkan
3,5 jam untuk biosorben daun murni
data diperoleh, waktu yang dibutuhkan
kapasitas adsorpsi yang dinyatakan sebagai
untuk menyerap secara maksimum berada
jumlah ion logam yang terserap (dalam mg)
pada 3,5 jam untuk daun ketapang murni.
untuk setiap satuan berat adsorben. Hasil
Dari grafik juga diperoleh bahwa setelah
perhitungan kapasitas serapan dengan
waktu kontak optimum proses penyerapan
pengaruh waktu di gambarkan oleh Gambar
kation Pb2+ berjalan stabil setelah
2. Nilai kapasitas adsorpsi sebagai fungsi
kesetimbangan tercapai. Biomassa daun
waktu memiliki pola yang sama dengan
ketapang terlihat bahwa pada menit-menit
kenaikan kapasitas adsorpsi pada waktu
awal penyerapan Pb2+ berlangsung dengan
optimum, yaitu setelah tercapai waktu
intensif, hal ini ditunjukkan dengan nilai %
kesetimbangan.
adsorpsinya yang meningkat tajam. Jika
dibandingkan antara ketiga biosorben

50
Biosorpsi Timbal oleh Biomassa Daun Ketapang…(Reza Mulyawan, dkk)

Gambar 2. Hubungan Kapasitas Adsorpsi dengan Waktu.


Pengaruh waktu kontak dalam meningkat seiring meningkatnya nilai pH.
adsorpsi juga dikemukan oleh Largitte Pada nilai pH awal 2 adsorpsi meningkat
(2014) yang mendapatkan bahwa kapasitas tajam hingga pH maksimum 3-4 dan
adsorpsi Pb2+ akan meningkat seiring waktu kembali menurun seiring kenaikan pH
berjalan walaupun adsorben yang digunakan menuju basa. Proses ini dipengaruhi oleh
adalah menggunakan presipitasi. Sementara reaksi yang melibatkan pertukaran ion-ion
Plazinski menggambarkan pendekatan logam dengan gugus-gugus fungsi yang
permodelan adsorpsi untuk multi komponen terkandung dalam adsorben. Gugus
dimana Plazinski menyatakan bahwa waktu karboksil, karbonil, dan terutama gugus
kontak adalah salah satu faktor yang hidroksi yang terkandung dalam adsorben
signifikan dalam proses adsorpsi ion logam. dapat mengikat ion logam dari larutan. Nilai
pH optimum dari proses adsorpsi ini adalah
Pengaruh pH
3. Dengan pH asam gugus-gugus tersebut di
Proses penyerapan ion logam berat oleh atas dapat bereaksi dengan Pb2+. Kondisi pH
biomassa sangat dipengaruhi oleh pH, yang lebih besar dari 2 menghasilkan
beberapa penelitian terdahulu menunjukkan kapasitas adsorpsi daun cenderung tinggi,
hal tersebut. Jiang et.al (2012) mendapatkan namun pada pH 6 % adsorpsi dan kapasitas
bahwa kation Pb terserap oleh biosorben adsorpsi menurun tajam, seperti di
secara maksimal pada pH asam (1-6). gambarkan oleh Gambar 3. Pengaruh pH
Sementara Freitas et.al (2011) menerangkan terjadi karena pada pH 2 hingga pH 4 Pb
bahwa kation Pb dapat optimum diserap berbentuk Pb2+ garam asam yang dapat
menggunakan biomassa pada pH 5, dimana berinteraksi dengan gugus-gugus dari
biomassa yang digunakan adalah biomassa, tetapi saat pH 5 mulai terbentuk
Aschophyllum nodosum. Menurut penelitian Pb(OH)- yang kurang berinteraksi dengan
tersebut hal ini disebabkan oleh Pb2+ yang gugus dari biomassa daun ketapang. Pada
merupakan ion logam bersifat asam, akan pH 6 hingga pH 10 Pb cenderung
bereaksi secara optimum saat kondisi membentuk Pb(OH)2 yang kurang
lingkungan bersifat asam pH 1-6. Penelitian berinteraksi dengan gugus biomassa, ini
ini juga ditemukan pengaruh pH dalam dibuktikan dengan kecenderungan
adsorpsi Pb2+ oleh biosorben daun ketapang penurunan kapasitas adsorpsi pada saat pH
sangat besar. Peningkatan adsorpsi 6 hingga pH 10.

51
Molekul, Vol. 10. No. 1. Mei, 2015: 45 - 56

Gambar 3 Kurva Hubungan Antara pH dengan Kapasitas Adsorpsi


Pengaruh Massa Adsorben meningkatnya jumlah biosorben. Pada
rentang tertentu kenaikan kapasitas adsorpsi
Berdasarkan hasil penelitian dosis
menjadi tidak signifikan. Hal ini terjadi
adsorben dapat dilihat pada Gambar 4
karena peningkatan sisi aktif tidak dibarengi
kapasitas adsorpsi yang turun drastis pada
dengan peningkatan volume media air
peningkatan biosorben dari 0,1 menjadi 5
sebagai tempat berjalannya reaksi.
gram. Hal ini disebabkan meningkatnya
jumlah sisi aktif untuk mengikat Pb2+ dengan

Gambar 4. Kurva Hubungan Antara Massa Adsorben dengan Kapasitas Adsorpsi.


Peningkatan konsentrasi biomassa Data ini sejalan dengan teori adsorpsi
umumnya meningkatkan jumlah zat terlarut Langmuir yang menyatakan bahwa
biosorben dimana luas permukaan permukaan adsorben memiliki sejumlah
meningkat sehingga jumlah logam yang tertentu situs aktif (active site) adsorpsi.
terikat akan lebih banyak. Sebaliknya, Oscik dan Cooper (1992) menjelaskan
jumlah zat terlarut biosorben per satuan bahwa banyaknya situs aktif sebanding
berat pada satu titik tertentu akan menurun dengan luas permukaan biosorben dan
seiring bertambahnya dosis biosorben. masing-masing situs aktif hanya dapat
Fenomena ini diduga akibat kejenuhan pori- mengadsorpsi satu molekul adsorbat. Pada
pori permukaan biosorben yang telah keadaan dimana tempat adsorpsi jenuh
dipenuhi oleh logam berat sehingga dengan adsorbat maka kenaikan jumlah
biosorben tidak mampu menyerap kembali. biosorben cenderung tidak menaikkan
jumlah zat yang teradsorpsi.

52
Biosorpsi Timbal oleh Biomassa Daun Ketapang…(Reza Mulyawan, dkk)

Pengaruh Konsentrasi Pb sehingga reaksi berlangsung lebih cepat


(Widianti, 2010).
Berdasarkan Gambar 5 variasi
konsentrasi dilakukan untuk melihat pada Mekanisme penyerapan logam berat
konsentrasi berapa biosorben dapat bekerja bergantung pada konsentrasi awal logam
lebih baik mengingat larutan yang digunakan berat itu sendiri. Pada konsentrasi rendah
adalah limbah artifisial. Pengaruh logam berat teradsorbsi oleh situs spesifik,
konsentrasi pada proses adsorpsi dapat sementara peningkatan konsentrasi logam
dijelaskan dengan teori tumbukan. Semakin akan mengakibatkan situs spesifik menjadi
tinggi konsentrasi menandakan semakin jenuh dan situs pertukaran (exchange sites)
banyak molekul dalam setiap satuan luas akan penuh terisi (Saeed, et al., dkk, 2005).
ruangan, dengan demikian tumbukan antar Kapasitas adsorpsi pada ketiga jenis
molekul akan semakin sering terjadi. biosorben meningkat seiring dengan
Semakin banyak tumbukan yang terjadi bertambahnya konsentrasi awal logam pada
berarti kemungkinan untuk menghasilkan larutan.
tumbukan yang efektif akan semakin besar

Gambar 5 Kurva Hubungan Antara Konsentrasi Pb2+ dengan Kapasitas Adsorpsi.


Pengaruh Suhu Adsorpsi Pb2+ semakin banyak terjadi kestabilan akan
terganggu (Rumidatul, 2006). Hal ini tidak
Hasil pengujian daun ketapang murni
sejalan dengan penelitian yang dilakukan
dan perlakuan asam basa dengan pengaruh
oleh Mujtahid (2005) yang menyatakan suhu
suhu dapat di lihat pada Gambar 6. Daun
tidak berpengaruh signifikan pada
ketapang dengan kenaikan suhu mengalami
chemisorption karena molekul yang bereaksi
kenaikan serapan hingga suhu 40 °C dan
sedikit dan laju reaksi berjalan cepat, yang
sedikit turun dengan kenaikan suhu hingga
menggunakan chitin sebagai adsorben logam
50 °C. Hal ini disebabkan oleh kenaikan
timbal. Pengaruh suhu dalam kinetika kimia
jumlah gugus aktif yang dihasilkan oleh
dinyatakan oleh Largitte (2014) mendapat-
protonasi/deprotonasi gugus fungsi dalam
kan suhu sangat berpengaruh dalam
biosorben. hal ini dikarenakan kenaikan
penyerapan logam timbal dalam larutan
suhu menyebabkan tumbukkan antar
menggunakan presipitasi karbon aktif batok
molekul meningkat (Atkins, 1999), tetapi
kelapa.
ketika suhu semakin tinggi dan tumbukkan

53
Molekul, Vol. 10. No. 1. Mei, 2015: 45 - 56

Gambar 6. Kurva Hubungan Suhu dengan Kapasitas Adsorpsi


Kinetika Reaksi Penyerapan dapat diketahui bahwa laju reaksi adsorpsi
Pb2+ dengan adsorben daun ketapang murni,
Pengujian kinetika adsorpsi pada
daun ketapang diasamkan, dan daun
penelitian ini dibatasi pada pengujian orde
ketapang dibasakan berjalan pada reaksi
reaksi. Orde reaksi yang diuji adalah orde 1,
orde 1, yang menunjukkan reaksi ini
2, dan 3. Kurva yang diperoleh pada
bergantung pada konsentrasi reaktan dan
berbagai orde reaksi diperlihatkan oleh
berbanding lurus dengan konsentrasi
Gambar 7. Nilai r yang diperoleh dari
pereaksi.
ketiga orde tersebut dibandingkan dengan
nilai r yang paling mendekati 1 Tabel. 2 Nilai r Orde 1, Orde 2, dan Orde 3
menunjukkan bahwa kurva yang linier
Orde 1
dengan penyerapan Pb2+ berjalan mengikuti
orde yang ditunjuk kurva tersebut. 1 2 3
- -
Reaksi berjalan pada orde 1 dan r 0,93 0,79 0,76
bukan orde 2 atau orde 3 karena nilai R2 - -
yang mendekati 1 hanya reaksi orde 1, slope 0,18 0,03 0,01
sedangkan reaksi orde 2 dan orde 3 sangat intercept 1,06 0,30 0,09
jauh nilai R2 dari 1, seperti terlihat pada
Tabel 2. Dari Gambar 2 hingga Gambar 5

Gambar 7. Laju Reaksi Orde 1 Biomasa


Isotermal Adsorpsi pada proses adsorpsi. Dari persamaan
isoterm adsorpsi dapat dilihat karakteristik
Penentuan isotermal adsorpsi bertujuan
isoterm berupa kapasitas dan mekanisme
untuk melihat penyerapan dari biosorben

54
Biosorpsi Timbal oleh Biomassa Daun Ketapang…(Reza Mulyawan, dkk)

proses biosorpsi. Persamaan isoterm yang suhu 40 °C. Laju reaksi berjalan pada orde
digunakan dalam penelitian ini adalah satu dan memenuhi kaidah isotermal
persamaan Freundlich dan persamaan Langmuir. Daun ketapang murni mempunyai
Langmuir (Atkin, 1999). Dari hasil memiliki energi aktivasi yang rendah
perhitungan dibentuk kurva linear antara mencirikan interaksi fisisorpsi.
1/Ce dan 1/qe untuk persamaan Langmuir.
SARAN
Persamaan isoterm yang sesuai dengan
percobaan ini dapat dibuktikan melalui Saran untuk kelanjuttan penelitian ini
koefisien determinasi (R2) yang ditunjukkan adalah penelitian lanjutkan untuk melihat
pada grafik linearisasi masing-masing potensi biomassa sebagai adsorben logam
persamaan. berbahaya lainnya. Pengaruh leaching bahan
organik dalam proses adsorpsi .
Konstanta isoterm Langmuir
menunjukkan pola ikatan yang terbentuk
DAFTAR PUSTAKA
antara biosorben dan adsorbat. Nilai qm dari
Langmuir menggambarkan ikatan antara Atkins, PW. 1999. Kimia Fisik. Jilid I dan
biosorben dan logam Pb2+ mampu II. Irma I Kartohadiprojo,
membentuk lapisan monolayer dalam jumlah penerjemah; Rohdyan T, Hadiyana
besar. Apabila biosorben mencapai nilai qm, K, editor. Erlangga. Jakarta.
maka kapasitas adsorpsi mencapai angka Terjemahan dari Physical Chemistry.
maksimum atau mengalami titik jenuh Chao, H., and Chang, C 2012. Adsorption
dimana seluruh situs penyerapan telah penuh Of Copper(II), Cadmium(II),
dan kemudian terbentuk lapisan pada Nickel(II) And Lead(II) From
permukaan adsorben. Nilai KL Aqueous Solution Using Biosorbents.
mengindikasikan tingkat afinitas antara Pb2+ Adsorption 18:395–401 DOI
dengan permukaan biosorben. Nilai K > 1 10.1007/s10450-012-9418-y.
menunjukkan tingkat afinitas yang kuat. Springer
Jiang. H., Tingqiang L., Xuan H., Xiaoe Y.,
Tabel 3 Nilai r, slope dan intercept
Zhenli H. 2012. Effects of pH and
Persamaan Langmuir dan Freundlich
low molecular weight organic acids
Langmuir on competitive adsorption and
r 0,99 desorption of cadmium and lead in
slope 5,0 paddy soils. Environ Monit Assess
intercept 0,0 184:6325–6335. Springer
Ismayadi S. 2010. Kajian Tingkat Toleransi
KESIMPULAN Jenis-Jenis Pohon Sebagai Penyerap
Dan Penjerap Polutan Timbal (Pb)
Berdasarkan penelitian pada Dan Cd Dl Berbagai Tipe Curah
percobaan dan perhitungan dapat Hujan. Pusat Penelitian Dan
disimpulkan bahwa biomassa daun ketapang Pengembangan Konservasi Dan
berpotensi sebagai biosorben. Penyerapan Rehabilitasi Badan Penelitian Dan
sangat dipengaruhi oleh pH, konsentrasi ion Pengembangan Kehutanan
Pb, massa adsorben, waktu kontak dan suhu, Kementrian Kehutanan RI.
yang berurutan nilai maksimum nya adalah Klimmek, Stan, Wilke, Bunke, Buchholz.
pH 3, konsentrasi ion Pb 5 mg/L, massa (2001). Comparative Analysis of The
adsorben 0,5 gram, waktu kontak 4 jam, dan Biosorption of Cadmium, Lead,

55
Molekul, Vol. 10. No. 1. Mei, 2015: 45 - 56

Nickel, and Zinc by Algae., L.) leaf biomass: Kinetic and


.Environment Science equilibrium studies. 2012. Elsevier.
Technology.35, 4283-4288 Rumidatul, A. (2006). Efektivitas Arang
Largitte (2014). Removal of lead from Aktif sebagai Adsorben pada
aqueous solutions by adsorption with Pengolahan Air Limbah. Tesis
surface precipitation. Adsorption Departemen Teknologi Hasil Hutan.
(2014) 20:689–700. Springer. Institut Pertanian Bogor
Lim. 2012 Edible Medicinal And Non- Saeed, A., Waheed-Akhter, M., & Iqbal, M.
Medicinal Plants: Volume 2, Fruits, (2005). Removal and recovery of
143 DOI 10.1007/978-94-007-1764- heavy metals from aqueous solution
0_24, © Springer Science+Business using papaya wood as a new
Media B.V. biosorbent. Sep. Purif. Technol. 45:
Mawardi. 2007. Kajian Biosorpsi Ion-Ion 25–31.
Logam Berat Oleh Biomassa Alga Stephen I., N. Sulochana.2006. Mercury
Hijau Spirogyra subalsa. Disertasi adsorption on a carbon sorbent
Universitas Indonesia. derived from fruit shell of Terminalia
Mujtahid, K. 2005. Kesetimbangan Adsorpsi catappa. Journal of Hazardous
Logam Berat Pb Dengan Adsorben Materials B133 (2006) 283–290
Chitin Secara Batch. E k u i l i b r i u Widhianti, W. D. (2010). Pembuatan Arang
m vol. 4 no. 1 Juni Aktif dari Biji Kapuk (Cieba
Oscik, J., & Cooper, I. L. (1992). Adsoption. pentandra L.). Skripsi Departemen
Ellis Horwood Publisher Limited, Kimia Fakultas Sains dan Teknologi.
Chichester. Universitas Airlangga Surabaya.
Ramakul, P. 2012. Biosorption of Zabihi, A. Ahmadpour, A. Haghighi Asl.
palladium(II) and platinum(IV) from 2009. Removal of mercury from
aqueous solution using tannin from water by carbonaceous sorbents
Indian almond (Terminalia catappa derived from walnut shell. Journal of
Hazardous Materials 167 230–236

56

Anda mungkin juga menyukai