1. Laporan Hasil Bacaan tentang Pancasila sebagai Dasar Negara, falsafah Bangsa,
Ideologi Negara, dan Pandangan Hidup Bangsa
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pancasila sebagai dasar Negara mengandung makna bahwa nilai nilai yang terkandung
dalam pancasila menjadi dasar atau pedoman bagi masyarakat Indonesia. Nilai pancasila
dasarnya adalah nilai nilai filsafat yang mendasar yang dijadikan peraturan dan dasar dari
norma norma yang berlaku dalam Indonesia. Nilai dasar pancasila bersifat normatif dan
abstrak yang bisa dijadikan landasan dalam kegiatan bernegara. Pancasila sebagai dasar
Negara berarti pancasila di jadikan sebagai pedoman dalam penyelenggarakan segala norma
norma hukum dan dalam penyelenggarakan Negara.Pada masa sekarang perlu di adakan
tentang penegasan dan mengembalikan kembali kedudukan pancasila sebagai dasar negara,
dan ini merupakan hal yang sangat penting karena sudah terlalu banyak terjadi kesalahan
penafsiran tentang pancasila sebagai dasar negara dan penafsiran itu menyatakan bahwa
pancasila bukan sebagai dasar negara tetapi pancasila sebagaialat kekuasaan yang dapat
mengendalikan semua apapun yang d lakukan di negara Indonesia. Menurut Dr.Koentowijoyo
dalam tulisanya mengenai radikalisasi pancasila (1998) bahwasanya pancasila perlu diberikan
ruh yang baru sehingga pancasila dapat bergerak menjadikekuatan yang menggerakkan
sejarah.dari hal ini kita sudah membawa bahwasanya telah banyaknya penyelewengan
terhadap makna dan tujuan pancasila sebagai dasar Negara dalam masa Orde baru maupun
Orde lama.dan sebgai generasi penerus saya setuju terhadap tulisan Dr.koentowijoyo
bahwasanya kalau pancasila diberikan ruh yang baru pancasila bisa kembali lagi sesuai
dengan jati dirinya yang dijadikan sebagai dasar Negara dan menyelenggarakan visi dari
kenegaraan.dan kesalahan-kesalahan dari pemahaman pancasila bisa diselesaikan tanpa ada
kejanggalan. Nilai nilai dasar pancasila di Indonesia belum bersifat yang kongkrit sesuai
dengan keinginan kita bersama, sebagai nilai yang bersifat abstrak pancasila harus bersifat
kongkrit dan upaya pancasila agar bersifat kongkrit yaitu menjadikan nilai-nilai dasar
pancasila sebagai norma dasar dan sumber normatif bagi penyusunan hukum Negara
Indonesia yang positif bagi Negara. Menurut Undang Undang Dasar Negara Indonesia yang
Eri Irawan 18280202710015
di kemukakan dalam pembukaan, bahwasanya pancasila dapat di jadikan sebagai dasar dasar
Negara yang melingkup : (1) Norma dasar Negara (2) Staatfundamentalnorm (3) Norma
pertama (4) Pokok kaidah Negara yang fundamental (5) Cita hokum (Rechtsidee).
Menurut sejarah, terpuruknya ideologi komunis di Eropa Timur ditandai dengan
berubahnya negara-negara berpaham liberal. Bahkan Uni Soviet, yang dianggap sebagai pusat
komunisme dunia dengan ideologi marxisme-leninisme, mengalami kehancuran. Hal itu
merupakan pelajaran yang berharga bagi bangsa Indonesia.
Pada umumnya, negara-negara komunis terkenal dengan sistem ideologi yang tertutup,
antipembaharuan, dan tidak terbuka terhadap nilai-nilai dan paham liberalisme-
individualisme. Hal itu karena komunisme justru lahir sebagai reaksi dan perlawanan terhadap
nilai liberalisme-kapitalisme. Menurut paham komunis, liberalisme-kapitalisme dianggap
sebagai bentuk kolonialisme yang mengisap tenaga kaum buruh untuk kepentingan kaum
borjuis (kapitalis).
Ideologi komunis di Uni Soviet memang pernah mengalami masa-masa keemasan. Dengan
label sebagai negara superpower di bawah ideologi tertutup, Uni Soviet mampu menandingi
negara-negara Bara. Akan tetapi, kejayaan Uni Soviet hanya bertahan kurang lebih 70 tahun.
Belajar dari semua itu, bangsa Indonesia tidak boleh membiarkan Pancasila sebagai ideologi
yang using dan tertutup. Jika Pancasila usang dan tertutup, ideologi ini tidak akan mampu
menampung dinamika dan perkembangan zaman seiring dengan perubahan masyarakat.
Untuk itu, Pancasila sejatinya harus mau membuka diri terhadap nilai luar yang dapat
memperkaya dan memberikan sumbangsih yang positif terhadap pemecahan problemtik
bangsa Indonesia yang tengah dihadapi dengan bersikap selektif. Bangsa Indonesia tidak
mempunyai pilihan lain, kecuali bersikap aspiratif terhadap nilai-nilai yang baru. Lain halnya
jika bangsa Indonesia sebagai suatu bangsa mau dan sia mengulangi kesalahan bangsa lain.
Dengan demikian, bangsa Indonesia menjadi bangsa yang hanya dikenang dalam sejarah dan
peradapan dunia sebagai suatu bangsa yang gagal dalam menemukan jati dirinya.
B. Tujuan
Tujuan dari laporan ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai Pancasila sebagai
Dasar Negara, falsafah Bangsa, Ideologi Negara, dan Pandangan Hidup Bangsa.
PEMBAHASAN
Dari gambar di atas, dapat diketahui bahwa sila pertama yang berbunyi Ketuhanan
Yang Maha Esa harus menjiwai sila-sila Pancasila selanjutnya, karena secara hirarkis, sila
pertama inilah yang berada di paling atas dan pertama.
Nilai etik dan nilai moral termasuk ke dalam nilai instrumental yang selanjutnya
menjadi dasar atau fondasi perilaku dan seluruh aktivitas masyarakat Indonesia.
Secara historis proses perumusan Pancasila diawali pada sidang BPUPKI. Hasil dari sidang
BPUPKI adalah :
1. Tanggal 29 Mei 1945 Mr. Muhamad Yamin berpidato tentang dasar Negara;
2. Tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno mengusulkan agar dasar negara diberi nama
“Pancasila “ dan usulan tersebut diterima secara bulat oleh sidang BPUPKI;
3. Tanggal 22 Juni 1945 sembilan tokoh nasional mengadakan pertemuan dan
menghasilkan “piagam Jakarta”
Sehari setelah Indonesia merdeka maka PPKI mengadakan sidang pada tanggal 18
Agustus 1945 untuk mengesahkan UUD 1945 sebagai UUD Negara Republik Indonesia
yang terdiri dari pembukaan, pasal-pasal UUD 1945 yang berisi 37 pasal, 1 aturan
peralihan yang terdiri 4 pasal 1 aturan tambahan terdiri 2 ayat dan penjelasan. Dalam
pembukaan UUD 1945 pada alinea ke empat terdapat rumusan Pancasila. Kedudukan
Pancasila di Negara Indonesia adalah sebagai berikut:
KESIMPULAN
Pancasila sebagai filsafat mengandung pemikiran nilai, dan pandangan dijadikan substansi
dan isi pembentukan ideologi Pancasila. Ideologi merupakan pedoman kehidupan berbangsa dan
berbangsa. Secara terminologi, ideology dapat diartikan sebagai gagasan atau sistem nilai.
Pancasila itu merupakan landasan bagi penyelenggara negara dan pelaksanaan sistem
pemerintahan yang memiliki kedudukan tertinggi dan sebagai sumber dari segala sumber hukum
dalam ketatanegaraan di Indonesia, konsekuensinya segala peraturan yang ada harus berdasar
dan bersumberkan Pancasila. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa ini merupakan pedoman
dan petunjuk hidup dalam berfikir dan berperilaku bagi masyarakat dan bangsa Indonesia dalam
kehidupan sehari-hari.
Pancasila dipergunakan sebagai petunjuk arah semua kegiatan dan aktivitas dalam kehidupan
sehari-hari. Pancasila sebagai kristalisasi nilai-nilai luhur bangsa, yang telah tumbuh dan
berkembang seiring dengan dinamika perkembangan peradaban bangsa Indonesia, selayaknya
mampu menerapkan dan mengamalkan secara bulat dan utuh dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Sila ke-1 Pancasila bermakna memberikan kebebasan kepada setiap warganegara untuk
melaksanakan ibadah sesuai agama dan keyakinannya. Sila ke-2 Pancasila mengandung makna
bahwa manusia Indonesia harus selalu menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sesuai
dengan nilai-nilai keadilan. Dengan sila ke-3 kita sebagai bangsa Indonesia wajib mencintai
tanah air Indonesia dengan tidak berlebihan, artinya kita harus mampu menganggap bahwa
semua bangsa di dunia memiliki harkat dan martabat yang sama. Sila ke-4 mengandung makna
bahwa dalam menyelesaikan mashalah sebaiknya dimusyawarahkan, musyawarah dilaksanakan
dengan tertib dan tiap peserta diberi kesempatan menyampaikan pendapat dengan
mengutamakan kepentingan orang banyak. Sila ke-5 menghendaki agar manusia Indonesia
bersikap dan berbuat seperti anggota keluarga besar yang bertanggung jawab.
BAB I
Pendahuluan
B. Tujuan diskusi
Adapun tujuan dilakukannya diskusi adalah sebagai laporan untuk tugas mata kuliah PKn
pada Kelas PPG 2018 sekaligus lebih memahami tentang makna Pancasila sebagai pedoman
hidup dalam berbangsa dan bernegara.
Diskusi ini dilakukan pada jam istirahat kegiatan belajar mengajar, dan dilakukan sebagai
obrolan ringan antar guru. Adapun materi diskusi yang dibahas yaitu tentang Pancasila sebagai
Dasar Negara, falsafah Bangsa, Ideologi Negara, dan Pandangan Hidup Bangsa.
Penanya pertama (1)(Eri Irawan) :
Apa yang dimaksud dasar negara?
Jawab: (Hj. Rita Nuraeni)
Dasar negara adalah landasan kehidupan bernegara atau berbangsa yang mana setiap negara
memilki dasar negara sebagai dasar penyelengaran negara tersebut.
Kedudukan Pancasila sebagai dasar Negara menempatkan Pancasila sebagai sumber hukum yang
paling utama bagi segala perundang-undangan yang akan dibuat dan digali. Hal ini ditegaskan
dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan bahwa Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum negara. Penempatan
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara adalah sesuai dengan Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pancasila ditempatkan sebagai
dasar dan ideologi negara serta sekaligus dasar filosofis bangsa dan negara sehingga setiap
materi muatan peraturan perundang-undangan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila
Sebagai ideologi negara, Pancasila berperan sebagai ideologi terbuka. Ideologi terbuka
mengandung pengertian ideologi yang dapat berinteraksi dengan perkembangan zaman yang
ditandai adanya dinamika secara internal. Keterbukaan ideologi Pancasila terutama dalam
penerapannya yang berbetuk pola pikir yang dinamis dan konseptual dalam dunia nodern.
Pandangan hidup yang dimiliki bangsa Indonesia bersumber pada akar budaya dan nilai-nilai
religius sebagai keyakinan bangsa Indonesia, maka dengan pandangan hidup yang diyakini inilah
bangsa Indonesia dapat dan mampu memandang dan memecahkan masalah yang dihadapi secara
tepat. Pandangan hidup bagi suatu bangsa mempunyai arti menuntun, sebab dengan pandangan
Pancasila sebagai dasar negara berarti Pancasila menjadi dasar atau pedoman dalam
penyelenggaraan negara. Seandainya negara adalah sebuah bangunan, maka Pancasila sebagai
fondasi yang nantinya akan dijadikan tempat berpijak bangunan-bangunan berikutnya. Dengan
demikian, Pancasila dijadikan dasar dan tonggak dalam pembuatan segala peraturan perundang-
undangan negara serta berbagai peraturan lainnya yang mengatur di berbagai bidang kehidupan
baik politik, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, maupun pertahanan dan keamanan.
Penegasan fungsi Pancasila sebagai dasar Negara dan sumber hukum juga dapat ditemukan
dalam UU Keormasan Tahun 1985, yaitu UU No. 5 Tahun 1985 tentang keharusan semua
kekuatan politik mencantumkan Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam anggaran dasarnya.
Selain itu. UU No.8 Tahun 1985 juga mengharuskan semua organisasi sosial kemasyarakatan
mencantumkan Pancasila sebagai satu-satunya asas. Berdasarkan kedua Undang-undang
tersebut, Pancasila tidak hanya dianggap sebagai dasar negara, tetapi juga sebagai Anggaran
Dasar (AD bagi seluruh organisasi politik, kemasyarakatan maupun sosial keagamaan.
Materi : Pancasila sebagai Dasar Negara, falsafah Bangsa, Ideologi Negara, dan
Pandangan Hidup Bangsa
Tempat : SDN 1 Sukatani
Tanggal : 18 September 2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pancasila terdiri dari lima sila atau dasar yang terdapat dalam tiap jiwa raga seluruh rakyat
Indonesia yang tentunya akan memberikan petunjuk, kekuatan, dan pelajaran yang tentunya
akan membimbing dan membuat bangsa Indonesia menjadi masyarakat yang adil dan
makmur sesuai dengan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam tiap-tiap silanya. Sebagai
suatu ideologi bangsa dan dasar negara, Pancasila diangkat dari nilai-nilai adat istiadat, nilai-
nilai kebudayaan serta nilai religius yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat
Indonesia sebelum membentuk negara. Dengan kata lain, unsur-unsur yang merupakan materi
Pancasila diangkat dari pandangan hidup masyarakat Indonesia sendiri.
Salah satu ciri khas dari Pancasila yaitu ada nilai religius yang terkandung didalamnya,
dimana nilai itu ada dalam sila pertama. Sila pertama Pancasila yaitu berbunyi “Ketuhanan
Yang Maha Esa”. Seperti yang telah kita ketahui, segala tindak tanduk perbuatan dan adat
istiadat tidak pernah terlepas dari yang namanya agama. Dimulai dari kepercayaan animisme
dan dinamisme, kemudian masuknya agama – agama yang berasal dari belahan dunia yang
lain diakibatkan adanya interaksi dengan dunia luar semisal berdagang. Rasa antusiasme
masyarakat Indonesia dari sejak dahulu kala terhadap suatu agama dan kepercayaan
menjadikan di tiap – tiap sendi kehidupan dan struktur kemasyarakatan (bahkan struktur suatu
kerajaan) tidak pernah tertinggal corak kepercayaan atau agama. Dengan adanya sila
Ketuhanan Yang Maha Esa yang tercantum didalam Pancasila maknanya segala tindakan
yang dilakukan baik dari tingkat individu maupun tingkat hukum dan kenegaraan hendaknya
tidak meninggalkan nilai – nilai keagamaan yang menciptakan kebaikan untuk semua.
Namun realita yang terjadi sekarang disamping dampak – dampak positif dimana ada
dampak – dampak negatif yang tercipta akibat kurangnya pemahaman tentang semangat
bernegara yang dibalut dalam nuansa religius, dan malah menjadikan agama sebagai topeng
untuk kepentingan perseorangan atau pemicu kerusuhan. Untuk itulah sebagai generasi
penerus bangsa, kita wajib mengkaji, memahami, dan menerapkan sila pertama Pancasila.
Diharapkan melalui pembahasan sila Ketuhanan Yang Maha Esa ini, akan terwujud generasi
Eri Irawan 18280202710015
– generasi penerus bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai Ketuhanan dan
berbudi luhur.
B. Rumusan Masalah
Beberapa Rumusan masalah dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1) apakah makna sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa?
2) apa sajakah butir-butir pengamalan Pancasila sila pertama?
3) apa dampak – dampak yang ditimbulkan oleh karena sila pertama yang tercantum di
Pancasila?
4) apa solusi yang tepat dan efektif untuk mencegah atau menyelesaikan problem –
problem yang ada akibat kesalahan dalam memahami sila pertama Pancasila?
C. Tujuan Makalah
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1) Memberikan wawasan mengenai realita – realita yang berkaitan dengan sila pertama
dari Pancasila baik disisi positif maupun negatif.
2) Memahami setiap realita yang terjadi dengan analisis-analisis yang akurat.
3) Mampu memberikan solusi yang tepat serta efisien dari problem yang tidak sejalan
dengan sila pertama dari Pancasila.
LANDASAN TEORI
Oleh karena itu, di dalam bangsa Indonesia tidak boleh ada pertentangan dalam
hal Ketuhanan Yang Maha Esa. Kita seharusnya menghindari sikap atau perbuatan
yang anti terhadap Tuhan Yang Maha Esa, anti agama.
Selain uraian makna di atas, pancasila sila Ketuhanan Yang Maha Esa juga memiliki
arti dan juga makna sebagai berikut :
Mengandung arti pengakuan adanya kuasa prima (sebab pertama) yaitu Tuhan yang
Maha Esa
Menjamin penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut
agamanya.
2. Tindakan euthanasia
Kaitan euthanasia terhadap sila pertama tercermin dari tindakan dokter yang tidak serta
melakukan tindakan euthanasia terhadap pasien yang dirasa sudah tidak dapat tertolong
lagi nyawanya berdasarkan sisi medis. Hal ini terjadi karena adanya harapan hidup pada
3. Konflik Poso
Indonesia pada tahun 1997 dilanda krisis moneter yang disertai dengan fluktuasi kondisi
ekonomi dan politik yang tidak menentu, telah mengiring indonesia menuju konflik
nasional, baik secara struktural maupun horizontal. semenjak runtuhnya rezim Orde baru
tahun 1998 yang di gantikan oleh oleh B.Hhabibie yang diharapakan dapat menata
sisitem politik yang demokrasi berkeadilan.
Saat itu, Indonesia sangat rentan dengan perpecahan. Terjadi berbagai gejolak konflik di
berbagai daerah. Salah satunya konflik yang terjadi di Poso yang disinyalir oleh banyak
kalangan adalah konflik bernuansa SARA, yaitu pertikaian antar suku dan pemeluk agama
islam dan kristen.
Peristiwa kerusuhan diawali dengan pertikaian antardua pemuda yang berbeda agama
sehingga belarut dan berhujung dengan terjadinya kerusuhan. Impliksasi-implikasi
tentang kepentingan politik elite Nasional, elite lokal dan miiter juga diduga menyulut
terjadinya konflik horizontal sehingga sulit mencari penyelesaian yang lebih tepat.
Bahkan, terkesan pihak keamanan porli lamban menangani konflik tersebut. Sehigga
konflik terjadi belarut-larut yang memakan korban jiwa dan harta.
Secara umum konflik di Poso sudah berlangsung beberapa kali. Peristiwa pertama
terjadi pada akhir tahun 1998, kerusuhan pertama ini denga cepat di atasi pihak
keamanan setempat kemudian di ikuti oleh komitmen kedua belah pihak yang berseteru
agar tidak terulang lagi. Kendati sudah ada kesepakatan Malino, nampaknya tak
kunjung usai.
Berbagai aksi teror bom dan letusan senjata api masih terjadi. Kecemasan warga Poso
pun kembali menyeruak, berselang kurang lebih 17 bulan kemudian tepatnya pada 16
april 2000, dalam kerusuhan tersebut terjadilah saling serang antara desa Nasrani dan
desa Islam. Menurut data Polri, kerusuhan tersebu memakan korban 137 orang
meninggal, sedangkan menurut militer 237 orang meninggal, 27 luka-luka, puluhan
rumah rusak dan dibakar, 1 bus dibom, beberapa gereja dirusak, dibakar, dan dibom.
(Anonim D, 2009).
4. Saling toleransi antar agama, terutama saat hari – hari besar keagamaan
Tidak dipungkiri bahwa secara tak sadar sila Ketuhanan Yang Maha Esa telah
diterapkan di kehidupan kia sehari – hari, contohnya toleransi antar umat beragama
7. Pelecehan agama
Sejalan dengan kasus yang mewarnai Pilkada DKI Jakarta, maka kita juga mendengar
suatu kasus pelecehan yang dilakukan individu yang hendak maju menjadi calon
pemimpin daerah terhadap ayat suci suatu kepercayaan. Hal ini sangat buruk, bahkan
suatu tindakan yang tidak pantas dilakukan oleh seorang calon pemimpin daerah.
Hendaknya kita saling menghargai ajaran suatu keyakinan.
8. Aksi Terorisme
Lalu apa kaitan tindakan korupsi terhadap sila pertama Pancasila? Tindakan korupsi
yang marak terjadi di Negara Indonesia terjadi disebabkan hilang semangat dan nilai –
nilai keagamaan pada bangsa Indonesia, padahal ketika pelantikan jabatan, mereka telah
disumpah atas nama agama untuk menjadi pemimpin yang baik. Namun yang terjadi
malah suatu kontradiksi, menjadikan jabatan hanya untuk memperkaya diri sendiri,
mengenyampingkan dosa dan Tuhan, sehingga mati hati nuraniya.
Dengan tercantumnya Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila pertama dalam Pancasila,
Pancasila sebenarnya telah membentuk dirinya sendiri sebagai suatu ruang lingkup filsafat
dan religi. Karena hanya sistem filsafat dan religi yang mempunyai ruang lingkup
pembahasan tentang Ketuhanan yang Maha Esa. Dengan demikian secara inheren Pancasila
mengandung watak filosofis dan aspek-aspek religius, sehingga pendekatan filosofis dan
religius adalah konsekuensi dari essensia Pancasila sendiri yang mengandung unsur filsafat
dan aspek religius. Karenanya, cara pembahasan yang terbatas pada bidang ilmiah semata-
mata belum relevan dengan Pancasila.
Setelah melakukan beberapa perundingan, Bung Hatta, selaku anggota PPKI, dengan
bijaksana merumuskan sila petama pancasila dengan frasa “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Karena terminologi “Ketuhanan” jauh lebih luas, dapat merangkum segala penyebutan Sang
ada pada tiap – tiap agama yang berbeda. Maknanya akan menjadi kerdil kata seandainya
kita coba telaah dalam satu sudut pandang (dogma) agama tertentu saja. Kebebasan
memeluk agama adalah salah satu hak yang paling asasi diantara hak – hak asasi manusia,
sebab kebebasan agama itu langsung bersumberkan kepada martabat manusia sebagai
mahluk Tuhan.
Dari sekian banyak dampak polemik dan problem yang ada, maka pada makalah ini
akan diuraikan dan dibahas sebagian dari kasus yang ada. Berikut uraian singkat tentang
beberapa kasus di Indonesia yang menyinggung sila Ketuhanan Yang Maha Esa pada
Pancasila, antara lain: Kearifan lokal di Desa Ubud, Provinsi Bali, Tindakan euthanasia,
Konflik Poso, Saling toleransi antar agama, terutama saat hari – hari besar keagamaan,
Anarkisme atas nama agama, Isu rasisme yang menyelimuti Pilkada DKI Jakarta, Pelecehan,
agama, Aksi Terorisme, Gotong royong dalam pembangunan rumah ibadah, Tindakan
korupsi, Pemerkosaan, seks bebas dan penggunaan obat – obat terlarang, Pornografi dan
pornoaksi
Djahiri. (1978). Pengajaran Studi Sosial/IPS, Dasar-dasar Pengertian Metodologi Model Belajar
Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: LPPP-IPS FKIS IKIP Bandung.
Kaelan. (2013). Negara Kebangsaan Pancasila: Kultural, Historis, Filosofis, Yuridis, dan
Aktualisasinya. Yogyakarta: Paradigma.
Notonagoro. (1980). Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila. Jakarta: Rajawali.
Rahmat et al. (2009). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Laboratorium
Pendidikan Kewarganegaraan UPI.
Sapriya et al. (2010). Konsep Dasar Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Laboratorium
Pendidikan Kewarganegaraan UPI.