Anda di halaman 1dari 35

Tugas Modul 6 Kegiatan Belajar 1

1. Laporan Hasil Bacaan tentang Pancasila sebagai Dasar Negara, falsafah Bangsa,
Ideologi Negara, dan Pandangan Hidup Bangsa

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pancasila sebagai dasar Negara mengandung makna bahwa nilai nilai yang terkandung
dalam pancasila menjadi dasar atau pedoman bagi masyarakat Indonesia. Nilai pancasila
dasarnya adalah nilai nilai filsafat yang mendasar yang dijadikan peraturan dan dasar dari
norma norma yang berlaku dalam Indonesia. Nilai dasar pancasila bersifat normatif dan
abstrak yang bisa dijadikan landasan dalam kegiatan bernegara. Pancasila sebagai dasar
Negara berarti pancasila di jadikan sebagai pedoman dalam penyelenggarakan segala norma
norma hukum dan dalam penyelenggarakan Negara.Pada masa sekarang perlu di adakan
tentang penegasan dan mengembalikan kembali kedudukan pancasila sebagai dasar negara,
dan ini merupakan hal yang sangat penting karena sudah terlalu banyak terjadi kesalahan
penafsiran tentang pancasila sebagai dasar negara dan penafsiran itu menyatakan bahwa
pancasila bukan sebagai dasar negara tetapi pancasila sebagaialat kekuasaan yang dapat
mengendalikan semua apapun yang d lakukan di negara Indonesia. Menurut Dr.Koentowijoyo
dalam tulisanya mengenai radikalisasi pancasila (1998) bahwasanya pancasila perlu diberikan
ruh yang baru sehingga pancasila dapat bergerak menjadikekuatan yang menggerakkan
sejarah.dari hal ini kita sudah membawa bahwasanya telah banyaknya penyelewengan
terhadap makna dan tujuan pancasila sebagai dasar Negara dalam masa Orde baru maupun
Orde lama.dan sebgai generasi penerus saya setuju terhadap tulisan Dr.koentowijoyo
bahwasanya kalau pancasila diberikan ruh yang baru pancasila bisa kembali lagi sesuai
dengan jati dirinya yang dijadikan sebagai dasar Negara dan menyelenggarakan visi dari
kenegaraan.dan kesalahan-kesalahan dari pemahaman pancasila bisa diselesaikan tanpa ada
kejanggalan. Nilai nilai dasar pancasila di Indonesia belum bersifat yang kongkrit sesuai
dengan keinginan kita bersama, sebagai nilai yang bersifat abstrak pancasila harus bersifat
kongkrit dan upaya pancasila agar bersifat kongkrit yaitu menjadikan nilai-nilai dasar
pancasila sebagai norma dasar dan sumber normatif bagi penyusunan hukum Negara
Indonesia yang positif bagi Negara. Menurut Undang Undang Dasar Negara Indonesia yang
Eri Irawan 18280202710015
di kemukakan dalam pembukaan, bahwasanya pancasila dapat di jadikan sebagai dasar dasar
Negara yang melingkup : (1) Norma dasar Negara (2) Staatfundamentalnorm (3) Norma
pertama (4) Pokok kaidah Negara yang fundamental (5) Cita hokum (Rechtsidee).
Menurut sejarah, terpuruknya ideologi komunis di Eropa Timur ditandai dengan
berubahnya negara-negara berpaham liberal. Bahkan Uni Soviet, yang dianggap sebagai pusat
komunisme dunia dengan ideologi marxisme-leninisme, mengalami kehancuran. Hal itu
merupakan pelajaran yang berharga bagi bangsa Indonesia.
Pada umumnya, negara-negara komunis terkenal dengan sistem ideologi yang tertutup,
antipembaharuan, dan tidak terbuka terhadap nilai-nilai dan paham liberalisme-
individualisme. Hal itu karena komunisme justru lahir sebagai reaksi dan perlawanan terhadap
nilai liberalisme-kapitalisme. Menurut paham komunis, liberalisme-kapitalisme dianggap
sebagai bentuk kolonialisme yang mengisap tenaga kaum buruh untuk kepentingan kaum
borjuis (kapitalis).
Ideologi komunis di Uni Soviet memang pernah mengalami masa-masa keemasan. Dengan
label sebagai negara superpower di bawah ideologi tertutup, Uni Soviet mampu menandingi
negara-negara Bara. Akan tetapi, kejayaan Uni Soviet hanya bertahan kurang lebih 70 tahun.
Belajar dari semua itu, bangsa Indonesia tidak boleh membiarkan Pancasila sebagai ideologi
yang using dan tertutup. Jika Pancasila usang dan tertutup, ideologi ini tidak akan mampu
menampung dinamika dan perkembangan zaman seiring dengan perubahan masyarakat.
Untuk itu, Pancasila sejatinya harus mau membuka diri terhadap nilai luar yang dapat
memperkaya dan memberikan sumbangsih yang positif terhadap pemecahan problemtik
bangsa Indonesia yang tengah dihadapi dengan bersikap selektif. Bangsa Indonesia tidak
mempunyai pilihan lain, kecuali bersikap aspiratif terhadap nilai-nilai yang baru. Lain halnya
jika bangsa Indonesia sebagai suatu bangsa mau dan sia mengulangi kesalahan bangsa lain.
Dengan demikian, bangsa Indonesia menjadi bangsa yang hanya dikenang dalam sejarah dan
peradapan dunia sebagai suatu bangsa yang gagal dalam menemukan jati dirinya.

B. Tujuan

Tujuan dari laporan ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai Pancasila sebagai
Dasar Negara, falsafah Bangsa, Ideologi Negara, dan Pandangan Hidup Bangsa.

Eri Irawan 18280202710015


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pancasila sebagai Dasar Negara Indonesia dan Sistem Filsafat Bangsa


Pancasila berasal dari Bahasa Sansekerta, yaitu panca yang berarti lima dan sila yang
berarti dasar atau sendi. Pancasila berarti lima dasar atau lima sendi. Awal mula
dikenalnyaistilah Pancasila yaitu pada zaman Kerajaan Majapahit di Jawa. Istilah Pancasila
ini terdapat dalam karya karangan Empu Prapanca dan Empu Tantular. Dalam buku Sutasoma
karangan Empu Tantular, istilah Pancasila bermakna sebagai berbatu sendi yang lima dan
pelaksanaan kesusilaan yang lima, yaitu (1) tidak boleh melakukan kekerasan; (2) tidak boleh
mencuri; (3) tidak boleh berjiwa dengki; (4) tidak boleh berbeohong; dan (5) tidak mabuk
minuman keras (Darmodihardjo et al., 1981). Pancasila yang dijadikan dasar negara Indonesia
mempunyai arti lima dasar, dengan rumusan yang sah dan resmi tercantum dalam alinea ke-4
Pembukaan UUD 1945. Pancasila sebagai filsafat mengandung pemikiran nilai, dan
pandangan dijadikan substansi dan isi pembentukan ideologi Pancasila. Pancasila harus
dibahas agar dapat dipahami secara mendalam. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Notonagoro, (1980, hlm. 34) bahwa “pengetahuan Pancasila yang demikian itu juga
merupakan hakikat Pancasila yang bersifat essensial, abstrak serta universal, tetap dan tidak
berubah.” Secara filsafati, pemikiran Pancasila harus meliputi pemikiran yang sistematis,
komprehensif, dan rasional mengenai kajian-kajian Pancasila seperti hakikat bangsa Indonesia
yang digali dari kausa materialis Pancasila itu sendiri. Oleh karena itu, dalam mempelajari
Pancasila harus tahu bagaimana, mengapa, ke mana dan apa yang terkandung dalam
pengetahuan Pancasila yang deskriptif, kausal, normatif dan Esensial

1. Landasan Ontologis Pancasila


Ontologi pada dasarnya membahas tentang sifat dasar kenyataan terdalam dan asas-asas
rasional kenyataan (Kaelan, 201, hlm. 97). Pancasila secara ontologis berarti untuk
memaknai hakikat dari sila-sila Pancasila. Setiap sila dalam Pancasila bukanlah dasar yang
dapat berdiri sendiri dan terpisah, melainkan suatu kesatuan yang utuh dan tidak dapat
terpisahkan. Sila-sila dalam Pancasila merupakan satu kesatuan yang bulat karena setiap
sila mengandung empat lainnya. Maksud dari kesatuan dan kebulatan tersebut
(Notonagoro, 1980) adalah sebagai berikut:
a. Sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa menjiwai dan meliputi sila kedua, ketiga,
keempat, dan kelima.
Eri Irawan 18280202710015
b. Sila kedua Kemanusiaan yang adil dan beradab, dijiwai dan diliputi sila pertama,
menjiwai dan meliputi sila ketiga, keempat, dan kelima.
c. Sila ketiga Persatuan Indonesia, dijiwai dan diliputi sila pertama dan kedua, menjiwai
dan meliputi sila keempat dan kelima.
d. Sila keempat Kerakyatan yang Dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan permusyawaratan/
perwakilan, dijiwai dan diliputi sila pertama, kedua, dan ketiga, menjiwai dan meliputi
sila kelima.
e. Sila kelima Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dijiwai dan diliputi sila
pertama, kedua, ketiga, dan keempat.

Gambar A.1 Kesatuan dan kebulatan sila-sila Pancasila


Sumber: Sapriya, et al. (2010, hlm. 55)

Dari gambar di atas, dapat diketahui bahwa sila pertama yang berbunyi Ketuhanan
Yang Maha Esa harus menjiwai sila-sila Pancasila selanjutnya, karena secara hirarkis, sila
pertama inilah yang berada di paling atas dan pertama.

2. Landasan Epistemologis Pancasila


Epistemologi merupakan metode atau cara dari ilmu pengetahuan. Titus dalam Kaelan
(2013, hlm. 102) berpendapat bahwa terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam
epistemologi, yaitu:
a. Apakah sumber-sumber pengetahuan? Dari manakah pengetahuan yang benar itu
datang?
b. Apakah watak dari pengetahuan? Adakah dunia yang real di luar akal dan kalau ada
dapatkah kita mengetahui? Ini adalah problem penampilan terhadap relitas.
c. Apakah pengetahuan kita itu benar (valid)? Bagaimana kita membedakan kebenaran
dan kekeliruan? Ini adalah problem menguji kebenaran.

Eri Irawan 18280202710015


Secara epistemologis, Pancasila sebagai filsafat berarti memaknai Pancasila sebagai
sebuah ilmu pengetahuan. Kajian epistemologis Pancasila sangat berkaitan dengan kajian
aksiologisnya. Susunan isi arti Pancasila meliputi tiga hal (Notonagoro, 1975, hlm. 36-40),
yaitu:
a. Umum Universal, yaitu hakikat sila dalam Pancasila merupakan intisari Pancasila
sehingga merupakan titik awal atau acuan dalam kehidupan bernegara dan relalitas
kehidupan praktis dalam berbagai sendi kehidupan yang nyata.
b. Umum Kolektif, yaitu Pancasila sebagai pedoman dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, serta dijadikan landasan hukum negara Indonesia.
c. Khusus dan Konkrit, yaitu Pancasila berbagai bidang kehidupan berbangsa dan
bernegara memiliki sifat khusus konkrit dan dinamis.

3. Landasan Aksiologis Pancasila


Istilah aksiologi berasal dari kata Yunani axios yang artinya nilai, manfaat, dan logos
yang artinya pikiran, ilmu atau teori. Aksiologi berarti sesuatu yang diinginkan atau
diharapkan. Landasan alsiologis Pancasila membahas mengenai filsafat nilai Pancasila.
Berikut adalah tingkatan nilai dalam filsafat Pancasila:
a. Nilai dasar adalah asas-asas yang kita terima sebagai dalil yang bersifat mutlak, sebagai
sesuatu yang benar atau tidak perlu dipertanyakan lagi. Nilai-nilai dasar dari Pancasila
adalah nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai
keadilan.
b. Nilai instrumental adalah nilai yang berbentuk norma sosial dan norma hukum yang
selanjutnya akan terkristalisasi dalam peraturan dan mekanisme lembaga-lembaga
negara
c. Nilai praktis adalah nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam kenyataan. Nilai ini
merupakan batu ujian apakah nilai dasar dan nilai instrumental itu benar-benar hidup
dalam masyarakat.

Nilai etik dan nilai moral termasuk ke dalam nilai instrumental yang selanjutnya
menjadi dasar atau fondasi perilaku dan seluruh aktivitas masyarakat Indonesia.

B. Pancasila sebagai Ideologi dan Pandangan Hidup Bangsa


Ideologi merupakan pedoman kehidupan berbangsa dan berbangsa. Secara terminologi,
ideologi dapat diartikan sebagai gagasan atau sistem nilai. Notonagoro (1982) mengatakan

Eri Irawan 18280202710015


bahwa ideologi dapat ditinjau dari dua pengertian, yaitu dalam arti luas ideologi berarti
ilmu pengetahuan mengenai cita-cita negara. Sedangkan dalam arti sempit, ideologi ialah
cita-cita negara yang menjadi basis bagi teori dan praktek penyelenggaraan negara.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dirumuskan bahwa dalam sebuah ideologi
mengandung:
1. Seperangkat gagasan yang disusun secarasistematis
2. Pedoman tentang cara hidup
3. Tatanan yang hendak dituju oleh suatu kelompok (kelas, negara)
4. Dipegang teguh oleh kelompok yang meyakininya

Ideologi mempunyai fungsi dan peranan sebagai berikut:


1. Bekal dan jalan bagi seseorang untuk menemukan identitasnya.
2. Landasan untuk memahami dan menafsirkan dunia dan kejadian-kejadian dalam alam
sekitarnya.
3. Kekuatan yang mampu menyemangati dan mendorong seseorang untuk menjalankan
kegiatan dan mencapai tujuan.
4. Pedoman dan pegangan bagi seseorang untuk melangkah dan bertindak.
5. Memberikan arahan kepada manusia dalam mencapai tujuan hidupnya.
6. Menjembatani para pendiri bangsa (founding fathers) dan para generasi penerusnya.
7. Menanamkan keyakinan akan kebenaran perjuangan kelompoknya atau negaranya.

Secara historis proses perumusan Pancasila diawali pada sidang BPUPKI. Hasil dari sidang
BPUPKI adalah :
1. Tanggal 29 Mei 1945 Mr. Muhamad Yamin berpidato tentang dasar Negara;
2. Tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno mengusulkan agar dasar negara diberi nama
“Pancasila “ dan usulan tersebut diterima secara bulat oleh sidang BPUPKI;
3. Tanggal 22 Juni 1945 sembilan tokoh nasional mengadakan pertemuan dan
menghasilkan “piagam Jakarta”

Sehari setelah Indonesia merdeka maka PPKI mengadakan sidang pada tanggal 18
Agustus 1945 untuk mengesahkan UUD 1945 sebagai UUD Negara Republik Indonesia
yang terdiri dari pembukaan, pasal-pasal UUD 1945 yang berisi 37 pasal, 1 aturan
peralihan yang terdiri 4 pasal 1 aturan tambahan terdiri 2 ayat dan penjelasan. Dalam
pembukaan UUD 1945 pada alinea ke empat terdapat rumusan Pancasila. Kedudukan
Pancasila di Negara Indonesia adalah sebagai berikut:

Eri Irawan 18280202710015


1. Pancasila sebagai Dasar Negara (staats fundamental norm)
Pembukaan UUD 1945 memuat dasar negara Pancasila yang berbunyi “Maka
Disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia Itu Dalam Suatu Undang-Undang
Dasar Negara Indonesia,Yang Terbentuk Dalam Suatu Susunan Negara Republik
Indonesia Yang Berkedaulatan Rakyat Dengan Berdasar Kepada Ketuhanan Yang Maha
Esa, Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab, Persatuan Indonesia Dan Kerakyatan Yang
Dipimpin Oleh Hikmat Kebijiksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan,Serta
Dengan Mewujudkan Suatu Keadilan Sosial Bagi Seluruh Indonesia.” Pancasila itu
merupakan landasan bagi penyelenggara negara dan pelaksanaan sistem pemerintahan
yang memiliki kedudukan tertinggi dan sebagai sumber dari segala sumber hukum
dalam ketatanegaraan di Indonesia, konsekuensinya segala peraturan yang ada harus
berdasar dan bersumberkan Pancasila. Hal ini sejalan dengan teori Stufenbau menurut
Hans Kelsen yang menyebutkan tentang kaidah hukum berjenjang, artinya peraturan di
bawah harus berpedoman dan tidak boleh bertentangan pada peraturan di atasnya.
Dalam konteks ketatanegaraan Indonesia, teori Stufenbau ini diamanatkan dalam UU
No. 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Pada pasal 7
undang-undang ini, disebutkan bahwa hirarki peraturan perundangan di Indonesia
adalah sebagai berikut:
a. UUD NRI Tahun 1945;
b. Ketetapan MPR;
c. UU/Perpu
d. Peraturan Pemerintah (PP);
e. Peraturan Presiden (Perpres);
f. Peraturan Daerah Provinsi;
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

2. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa


Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa ini merupakan pedoman dan petunjuk
hidup dalam berfikir dan berperilaku bagi masyarakat dan bangsa Indonesia dalam
kehidupan sehari-hari. Pancasila dipergunakan sebagai petunjuk arah semua kegiatan
dan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari. Artinya, setiap sikap dan perilaku manusia
Indonesia harus dijiwai dan merupakan pancaran dari nilai-nilai Pancasila. Dalam
pandangan hidup bangsa terkandung konsepsi dasar mengenai kehidupan yang dicita-
citakan, terkandung pula dasar mengenai pikiran terdalam dan gagasan mengenai wujud
kehidupan yang dianggap baik.

Eri Irawan 18280202710015


3. Pancasila sebagai Ideologi Negara
Pancasila berkedudukan sebagai ideologi bangsa Indonesia. Berikut merupakan latar
belakang Pancasila sebagai ideology bangsa :
a. Secara langsung
1) Asal Mula Bahan (Kausa Materialis)
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila digali dari bangsa Indonesia itu
sendiri berupa kepribadian bangsa, nilai-nilai adat, nilai-nilai religious dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.
2) Asal Mula Tujuan (Kausa Finalis)
Pancasila dirumuskan dan dibahas dalam sidang-sidang para pendiri negara
dengan tujuan untuk dijadikan sebagai dasar negara.
3) Asal Mula Karya (Kausa Efisien)
Pancasila dari calon dasar negara menjadi dasar negara dirumuskan dalam sidang
BPUPKI dan Panitia Sembilan dan disahkan oleh PPKI sebagai bentuk Negara.
4) Asal Mula Bentuk
Bentuk Pancasila termuat dalam Pembukaan UUD 1945.

b. Secara tidak langsung


Nilai–nilai Pancasila terdapat pada kepribadian bangsa, yaitu nilai ketuhanan,
kemanusiaan, kerakyatan, dan keadilan sosial. Ideologi sangat menentukan eksistensi
suatu bangsa dan negara yang menjadi pedoman bagi bangsa dan negara tersebut
untuk mencapai tujuannya melalui berbagai realisasi pembangunan. Ideologi sangat
penting karena memberikan dasar, arah dan tujuan bagi bangsa dan negara dalam
menjalankan kehidupannya. Pancasila sebagai ideologi terbuka artinya Pancasila
tidak bersifat kaku. Ciri khas dari ideologi terbuka adalah nilai-nilai yang menjadi
cita-cita di dalamnya tidak dipaksakan tetapi tumbuh, terpelihara dari kekayaan
budaya bangsa. Pancasila sebagai kristalisasi nilai-nilai luhur bangsa, yang telah
tumbuh dan berkembang seiring dengan dinamika perkembangan peradaban bangsa
Indonesia, selayaknya mampu menerapkan dan mengamalkan secara bulat dan utuh
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai luhur yang
terkandung dalam Pancasila diantaranya:
a. Sila ke-1 Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila ke-1 memberikan kebebasan kepada setiap warganegara untuk melaksanakan
ibadah sesuai dengan agama dan keyakinannya, menciptakan kerukunan umat

Eri Irawan 18280202710015


beragama, saling menghormati antar pemeluk agama dan menyadari bahwa
kedudukan dan martabat manusia sebagai mahluk Tuhan adalah sama.
b. Sila ke-2 Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Sila ke-2 mengandung makna bahwa manusia Indonesia harus selalu menjunjung
tinggi harkat dan martabat manusia sesuai dengan nilai-nilai keadilan. Sila ke-2
menyatakan bahwa bangsa Indonesia menghendaki adanya pergaulan antarumat
manusia dan tidak membeda-bedakan SARA baik di sekolah, di rumah,
masyarakat, bangsa dan Negara.
c. Sila ke-3 Persatuan Indonesia
Dengan sila ke-3 kita sebagai bangsa Indonesia wajib mencintai tanah air
Indonesia dan identitas nasional dengan tidak berlebihan. Artinya kita harus
mampu menganggap bahwa semua bangsa di dunia memiliki harkat dan martabat
yang sama. Oleh karena itu kita wajib menghargai dan mengormati bangsa-
bangsa lain di dunia.
d. Sila ke-4 Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/ Perwakilan
Sila ke-4 ini mengandung makna bahwa dalam menyelesaikan masalah sebaiknya
dimusyawarahkan, musyawarah dilaksanakan dengan tertib dan tiap peserta diberi
kesempatan menyampaikan pendapat dengan mengutamakan kepentingan orang
banyak. Dalam musyawarah dilandasi oleh akal sehat, beritikad baik, dan
dilandasi oleh hati nurani yang luhur, sehingga keputusan musyawarah dapat
dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan dan kepada semua orang.
e. Sila ke-5 Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Sila ke-5 menghendaki agar manusia Indonesia bersikap dan berbuat seperti
anggota keluarga besar yang bertanggung jawab. Setiap manusia Indonesia harus
mampu bersikap dan berbuat adil untuk memberikan sumbangan nyata dalam
upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia

Eri Irawan 18280202710015


BAB III

KESIMPULAN

Pancasila sebagai filsafat mengandung pemikiran nilai, dan pandangan dijadikan substansi
dan isi pembentukan ideologi Pancasila. Ideologi merupakan pedoman kehidupan berbangsa dan
berbangsa. Secara terminologi, ideology dapat diartikan sebagai gagasan atau sistem nilai.
Pancasila itu merupakan landasan bagi penyelenggara negara dan pelaksanaan sistem
pemerintahan yang memiliki kedudukan tertinggi dan sebagai sumber dari segala sumber hukum
dalam ketatanegaraan di Indonesia, konsekuensinya segala peraturan yang ada harus berdasar
dan bersumberkan Pancasila. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa ini merupakan pedoman
dan petunjuk hidup dalam berfikir dan berperilaku bagi masyarakat dan bangsa Indonesia dalam
kehidupan sehari-hari.
Pancasila dipergunakan sebagai petunjuk arah semua kegiatan dan aktivitas dalam kehidupan
sehari-hari. Pancasila sebagai kristalisasi nilai-nilai luhur bangsa, yang telah tumbuh dan
berkembang seiring dengan dinamika perkembangan peradaban bangsa Indonesia, selayaknya
mampu menerapkan dan mengamalkan secara bulat dan utuh dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Sila ke-1 Pancasila bermakna memberikan kebebasan kepada setiap warganegara untuk
melaksanakan ibadah sesuai agama dan keyakinannya. Sila ke-2 Pancasila mengandung makna
bahwa manusia Indonesia harus selalu menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sesuai
dengan nilai-nilai keadilan. Dengan sila ke-3 kita sebagai bangsa Indonesia wajib mencintai
tanah air Indonesia dengan tidak berlebihan, artinya kita harus mampu menganggap bahwa
semua bangsa di dunia memiliki harkat dan martabat yang sama. Sila ke-4 mengandung makna
bahwa dalam menyelesaikan mashalah sebaiknya dimusyawarahkan, musyawarah dilaksanakan
dengan tertib dan tiap peserta diberi kesempatan menyampaikan pendapat dengan
mengutamakan kepentingan orang banyak. Sila ke-5 menghendaki agar manusia Indonesia
bersikap dan berbuat seperti anggota keluarga besar yang bertanggung jawab.

Eri Irawan 18280202710015


DAFTAR PUSTAKA

Darmodihardjo et al. (1988). Santiaji Pancasila. Surabaya: Usaha Nasional.


Djahiri. (1978). Pengajaran Studi Sosial/IPS, Dasar-dasdar Pengertian Metodologi Model Belajar
Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: LPPP-IPS FKIS IKIP Bandung.
Kaelan. (2013). Negara Kebangsaan Pancasila: Kultural, Historis, Filosofis, Yuridis, dan
Aktualisasinya. Yogyakarta: Paradigma.
Notonagoro. (1980). Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila. Jakarta: Rajawali. Rahmat et
al. (2009). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Laboratorium
Pendidikan Kewarganegaraan UPI.
Sapriya et al. (2010). Konsep Dasar Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Laboratorium
Pendidikan Kewarganegaraan UPI.

Eri Irawan 18280202710015


2. Laporan Hasil Diskusi tentang Pancasila sebagai Dasar Negara, falsafah Bangsa,
Ideologi Negara, dan Pandangan Hidup Bangsa

BAB I
Pendahuluan

A. Latar belakang pelaksanaan diskusi


Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia. Pancasila adalah dasar Negara Indonesia yang
digunakan untuk pedoman bangsa Indonesia dalam berperilaku dan bercita –cita. Pancasila
tersebut dicetuskan agar supaya bangsa Indonesia memiliki fondasi yang kuat untuk berdiri
hingga saat ini dan tidak lagi dijajah oleh bangsa lain. Ada beberapa macam fungsi pancasila
yang dari dulu hingga sekarang dianut oleh bangsa Indonesia. Fungsi – fungsi tersebut ada
10. Tiga diantaranya adalah pancasila sebagai dasar Negara, pancasila sebagai ideologi
Negara, dan pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia.
Mengapa pancasila dijadikan sebagai dasar Negara? Negara tanpa dasar, bagaikan rumah
tanpa fondasi. Maksudnya adalah ketika Negara tidak mempunyai dasar mengapa Negara itu
terbentuk, maka akan mudah runtuh atau dijajah oleh bangsa lain. Dasar Negara merupakan
kaki untuk berpijak, dimana kaki tersebut harus kuat dan kokoh. Pancasila mempunyai peran
penting dalam pembangunan bangsa Indonesia. Pancasila adalah dasar Negara yang menjadi
sebuah sumber dari segala sumber hukum yang yang mengatur seluruh pemerintahan,
wilayah dan masyarakat Indonesia. Pancasila terlibat secara langsung dalam hukun
Indonesia, yang terikat dengan formal oleh struktur kekuasaan dan cita – cita hukum yang
menjadi seluruh dasar Negara Indonesia.

B. Tujuan diskusi
Adapun tujuan dilakukannya diskusi adalah sebagai laporan untuk tugas mata kuliah PKn
pada Kelas PPG 2018 sekaligus lebih memahami tentang makna Pancasila sebagai pedoman
hidup dalam berbangsa dan bernegara.

C. Topik atau masalah yang didiskusikan


Yang menjadi topik dalam diskusi ini adalah Pancasila sebagai Dasar Negara, falsafah
Bangsa, Ideologi Negara, dan Pandangan Hidup Bangsa

Eri Irawan 18280202710015


D. Tempat, waktu, dan peserta diskusi
Diskusi ini dilaksanakan di SDN 1 Sukatani Kecamatan Wanasalam Kabupaten Lebak,
Banten. Adapun waktu pelaksanaan diskusi yaitu pada tanggal 18 September 2018, diikuti
oleh 4 orang Guru Kelas SDN 1 Sukatani yaitu: Saepul Huda, S.Pd.SD, Hj. Rita Nuraeni,
M.Pd, Eri Irawan, S.Pd.SD, dan Dany Darmawan, S.Pd

Eri Irawan 18280202710015


BAB II
Uraian Diskusi

Diskusi ini dilakukan pada jam istirahat kegiatan belajar mengajar, dan dilakukan sebagai
obrolan ringan antar guru. Adapun materi diskusi yang dibahas yaitu tentang Pancasila sebagai
Dasar Negara, falsafah Bangsa, Ideologi Negara, dan Pandangan Hidup Bangsa.
Penanya pertama (1)(Eri Irawan) :
Apa yang dimaksud dasar negara?
Jawab: (Hj. Rita Nuraeni)
Dasar negara adalah landasan kehidupan bernegara atau berbangsa yang mana setiap negara
memilki dasar negara sebagai dasar penyelengaran negara tersebut.

Penanya kedua (2) (Dany Darmawan)


Mengapa harus ada dasar negara?
Jawab: (Saepul Huda)
Karena Dasar Negara adalah landasan kehidupan bernegara. Setiap negara harus mempunyai
landasan dalam melaksanakan kehidupan bernegaranya. Dasar negara bagi
suatu negara merupakan suatu dasar untuk mengatur penyelenggaraan negara. Dasar negara bagi
suatu negara merupakan sesuatu yang amat penting.

Penanya ketiga (3) (Eri Irawan)


Apa yang dimaksu dengan ideologi Pancasila?
Jawab: (Saepul Huda)
Pengertian Ideologi Pancasila. Ideologi Pancasila merupakan nilai-nilai luhur budaya dan
religius bangsa Indonesia. Pancasila berkedudukan sebagai dasar negara dan ideologi negara.
Jadi, Ideologi pancasila adalah kumpulan nilai-nilai atau norma yang berdasarkan sila-sila
pancasila.

Penanya keempat (4) (Saepul Huda)


Mengapa Pancasila dijadikan sebagai ideologi sekaligus pedoman hidup bangsa Indonesia dalam
penyelenggaraan dalam berbangsa dan bernegara?
Jawab: (Hj. Rita Nuraeni)
Pancasila sebagai dasar negara berarti Pancasila menjadi dasar atau pedoman dalam
penyelenggaraan negara. Seandainya negara adalah sebuah bangunan, maka Pancasila sebagai

Eri Irawan 18280202710015


fondasi yang nantinya akan dijadikan tempat berpijak bangunan-bangunan berikutnya. Dengan
demikian, Pancasila dijadikan dasar dan tonggak dalam pembuatan segala peraturan perundang-
undangan negara serta berbagai peraturan lainnya yang mengatur di berbagai bidang kehidupan
baik politik, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, maupun pertahanan dan keamanan.
Dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke IV dengan jelas dinyatakan bahwa Pancasila adalah
dasar negara. Dengan demikian Pancasila merupakan nilai dasar yang normatif terhadap seluruh
penyelenggaraan Negara Republik Indonesia. Dengan perkataan lain Pancasila merupakan dasar
falsafah negara atau ideologi negara, karena memuat norma-norma yang paling mendasar untuk
mengukur dan menentukan keabsahan bentuk-bentuk penyelenggaraan negara serta
kebijaksanaan-kebijaksanaan penting yang diambil dalam proses pemerintahan

Kedudukan Pancasila sebagai dasar Negara menempatkan Pancasila sebagai sumber hukum yang
paling utama bagi segala perundang-undangan yang akan dibuat dan digali. Hal ini ditegaskan
dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan bahwa Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum negara. Penempatan
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara adalah sesuai dengan Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pancasila ditempatkan sebagai
dasar dan ideologi negara serta sekaligus dasar filosofis bangsa dan negara sehingga setiap
materi muatan peraturan perundang-undangan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila

Jawab: (Eri Irawan)


Penegasan fungsi Pancasila sebagai dasar Negara dan sumber hukum juga dapat ditemukan
dalam UU Keormasan Tahun 1985, yaitu UU No. 5 Tahun 1985 tentang keharusan semua
kekuatan politik mencantumkan Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam anggaran dasarnya.
Selain itu. UU No.8 Tahun 1985 juga mengharuskan semua organisasi sosial kemasyarakatan
mencantumkan Pancasila sebagai satu-satunya asas. Berdasarkan kedua Undang-undang
tersebut, Pancasila tidak hanya dianggap sebagai dasar negara, tetapi juga sebagai Anggaran
Dasar (AD bagi seluruh organisasi politik, kemasyarakatan maupun sosial keagamaan.
Berdasar uraian di atas, manfaat utama dijadikannya pancasila sebagai dasar Negara adalah
untuk memberi pedoman bagi bangsa dan negara untuk mencapai tujuannnya melalui berbagai
realisasi pembangunan serta menjadi alat pemersatu, artinya Pancasila dapat mempersatukan
orang dari berbagai agama, suku bangsa, ras dan golongan.
Selain sebagi dasar negara, Pancasilajuga sebagai ideologi Negara Kesatuan Republik
Indoesia. Pancasila sebagai ideologi Pancasila mengandung penegrtian bahwa Pancasila

Eri Irawan 18280202710015


merupakan ajaran, gagasan, doktrin, teori atau ilmu yang diyakini kebenarannya dan dijadikan
pandangan hidup bangsa Indonesia dan menjadi pentunjuk dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapi masyarakat, bangsa dan negara Indonesia.
Dengan demikian ideologi Pancasila merupakan ajaran, doktrin, teori dan/atau ilmu tentang cita-
cita (ide) bangsa Indonesia yang diyakini kebenarannya dan disusun secara sistematis serta diberi
petunjuk dengan pelaksanaan yang jelas.
Pancasila sebagai tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 memenuhi persyaratan sebagai suatu
ideologi, karena Pancasila memuat ajaran, doktrin dan atau gagasan (ide) bangsa Indonesia yang
di yakini kebenarannya dan disusun secara sistematis dan diberi petunjuk pelaksanaannya.

Sebagai ideologi negara, Pancasila berperan sebagai ideologi terbuka. Ideologi terbuka
mengandung pengertian ideologi yang dapat berinteraksi dengan perkembangan zaman yang
ditandai adanya dinamika secara internal. Keterbukaan ideologi Pancasila terutama dalam
penerapannya yang berbetuk pola pikir yang dinamis dan konseptual dalam dunia nodern.

Jawab: (Dany Darmawan)


Adapun yang dimkasud Pancasila sebagai pegangan hidup, pedoman hidup, petunjuk hidup dan
jalan hidup (way of life). Sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila berfungsi sebagai
pedoman atau petunjuk dalam kehidupan sehari-ahari. Ini berati, Pancasila sebagai pandangan
hidup merupakan petunjuk arah semua kegiatan atau aktivitas hidup dan kehidupan di segala
bidang
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa merupakan kristalisasi nilai-nilai yang hidup dalam
masyarakat Indonesia. Sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila selalu dijunjung tinggi oleh
setiap warga masyarakat, karena pandangan hidup Pancasila berakar pada budaya dan pandangan
hidup masyarakat Indonesia. Pandangan hidup yang ada dalam masyarakat Indonesia menjelma
menjadi pandangan hidup bangsa yang dirintis sejak jaman Sriwijaya hingga Sumpah Pemuda
1928. Kemudian diangkat dan dirumuskan oleh para pendiri negara ini serta disepakati dan
ditentukan sebagai dasar negara Republik Indonesia. Dalam pengertian yang demikian, maka
Pancasila selain sebagai pandangan hidup negara, sekaligus juga sebagai ideologi negara.

Pandangan hidup yang dimiliki bangsa Indonesia bersumber pada akar budaya dan nilai-nilai
religius sebagai keyakinan bangsa Indonesia, maka dengan pandangan hidup yang diyakini inilah
bangsa Indonesia dapat dan mampu memandang dan memecahkan masalah yang dihadapi secara
tepat. Pandangan hidup bagi suatu bangsa mempunyai arti menuntun, sebab dengan pandangan

Eri Irawan 18280202710015


hidup yang dipegang teguh maka bangsa tersebut memiliki landasan fundamental yang menjadi
pegangan dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.

Eri Irawan 18280202710015


BAB III
Simpulan

Pancasila sebagai dasar negara berarti Pancasila menjadi dasar atau pedoman dalam
penyelenggaraan negara. Seandainya negara adalah sebuah bangunan, maka Pancasila sebagai
fondasi yang nantinya akan dijadikan tempat berpijak bangunan-bangunan berikutnya. Dengan
demikian, Pancasila dijadikan dasar dan tonggak dalam pembuatan segala peraturan perundang-
undangan negara serta berbagai peraturan lainnya yang mengatur di berbagai bidang kehidupan
baik politik, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, maupun pertahanan dan keamanan.
Penegasan fungsi Pancasila sebagai dasar Negara dan sumber hukum juga dapat ditemukan
dalam UU Keormasan Tahun 1985, yaitu UU No. 5 Tahun 1985 tentang keharusan semua
kekuatan politik mencantumkan Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam anggaran dasarnya.
Selain itu. UU No.8 Tahun 1985 juga mengharuskan semua organisasi sosial kemasyarakatan
mencantumkan Pancasila sebagai satu-satunya asas. Berdasarkan kedua Undang-undang
tersebut, Pancasila tidak hanya dianggap sebagai dasar negara, tetapi juga sebagai Anggaran
Dasar (AD bagi seluruh organisasi politik, kemasyarakatan maupun sosial keagamaan.

Eri Irawan 18280202710015


BAB IV
Lampiran

Daftar Hadir Diskusi

Materi : Pancasila sebagai Dasar Negara, falsafah Bangsa, Ideologi Negara, dan
Pandangan Hidup Bangsa
Tempat : SDN 1 Sukatani
Tanggal : 18 September 2018

No Nama Guru Kelas Tanda Tangan

1 Hj. Rita Nuraeni, M.Pd Guru Kelas III

2 Saepul Huda, S.Pd.SD Guru Kelas VI A

3 Eri Irawan, S.Pd.SD Guru Kelas VI B

4 Dany Darmawan, S.Pd Staf Tata Usaha

Eri Irawan 18280202710015


3. Hasil kajian realitas hubungan sila ke-1 Pancasila dengan kehidupan beragama di
Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pancasila terdiri dari lima sila atau dasar yang terdapat dalam tiap jiwa raga seluruh rakyat
Indonesia yang tentunya akan memberikan petunjuk, kekuatan, dan pelajaran yang tentunya
akan membimbing dan membuat bangsa Indonesia menjadi masyarakat yang adil dan
makmur sesuai dengan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam tiap-tiap silanya. Sebagai
suatu ideologi bangsa dan dasar negara, Pancasila diangkat dari nilai-nilai adat istiadat, nilai-
nilai kebudayaan serta nilai religius yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat
Indonesia sebelum membentuk negara. Dengan kata lain, unsur-unsur yang merupakan materi
Pancasila diangkat dari pandangan hidup masyarakat Indonesia sendiri.
Salah satu ciri khas dari Pancasila yaitu ada nilai religius yang terkandung didalamnya,
dimana nilai itu ada dalam sila pertama. Sila pertama Pancasila yaitu berbunyi “Ketuhanan
Yang Maha Esa”. Seperti yang telah kita ketahui, segala tindak tanduk perbuatan dan adat
istiadat tidak pernah terlepas dari yang namanya agama. Dimulai dari kepercayaan animisme
dan dinamisme, kemudian masuknya agama – agama yang berasal dari belahan dunia yang
lain diakibatkan adanya interaksi dengan dunia luar semisal berdagang. Rasa antusiasme
masyarakat Indonesia dari sejak dahulu kala terhadap suatu agama dan kepercayaan
menjadikan di tiap – tiap sendi kehidupan dan struktur kemasyarakatan (bahkan struktur suatu
kerajaan) tidak pernah tertinggal corak kepercayaan atau agama. Dengan adanya sila
Ketuhanan Yang Maha Esa yang tercantum didalam Pancasila maknanya segala tindakan
yang dilakukan baik dari tingkat individu maupun tingkat hukum dan kenegaraan hendaknya
tidak meninggalkan nilai – nilai keagamaan yang menciptakan kebaikan untuk semua.
Namun realita yang terjadi sekarang disamping dampak – dampak positif dimana ada
dampak – dampak negatif yang tercipta akibat kurangnya pemahaman tentang semangat
bernegara yang dibalut dalam nuansa religius, dan malah menjadikan agama sebagai topeng
untuk kepentingan perseorangan atau pemicu kerusuhan. Untuk itulah sebagai generasi
penerus bangsa, kita wajib mengkaji, memahami, dan menerapkan sila pertama Pancasila.
Diharapkan melalui pembahasan sila Ketuhanan Yang Maha Esa ini, akan terwujud generasi
Eri Irawan 18280202710015
– generasi penerus bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai Ketuhanan dan
berbudi luhur.
B. Rumusan Masalah
Beberapa Rumusan masalah dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1) apakah makna sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa?
2) apa sajakah butir-butir pengamalan Pancasila sila pertama?
3) apa dampak – dampak yang ditimbulkan oleh karena sila pertama yang tercantum di
Pancasila?
4) apa solusi yang tepat dan efektif untuk mencegah atau menyelesaikan problem –
problem yang ada akibat kesalahan dalam memahami sila pertama Pancasila?

C. Tujuan Makalah
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1) Memberikan wawasan mengenai realita – realita yang berkaitan dengan sila pertama
dari Pancasila baik disisi positif maupun negatif.
2) Memahami setiap realita yang terjadi dengan analisis-analisis yang akurat.
3) Mampu memberikan solusi yang tepat serta efisien dari problem yang tidak sejalan
dengan sila pertama dari Pancasila.

Eri Irawan 18280202710015


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Umum dan Sejarah Singkat Lahirnya Pancasila


Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan pokok pikiran yang berisi nilai – nilai luhur
bangsa yang dirumuskan oleh para pendiri negara. Nilai-nilai itu kemudian dijabarkan lebih
nyata dalam sistem tata negara melalui Undang-Undang Dasar dan Undang-Undang.
Barulah turunannya menjadi produk hukum diberlakukan melalui Peraturan Presiden,
Peraturan Menteri, Perda dan sebagainya yang mengikat sanksi-sanksi hukum.
Pancasila merupakan landasan dari segala keputusan bangsa dan menjadi ideologi tetap
pada bangsa serta mencerminkan kepribadian bangsa. Pancasila adalan ideologi bagi
Republik Indonesia, yang dipergunakan sebagai dasar yang mengatur pemerintahan negara.
Kedudukan dan fungsi Pancasila bilamana dikaji secara ilmiah memliki pengertian
pengertian yang luas, baik dalam kedudukannya sebagai dasar negara, sebagai pandangan
hidup bangsa, sebagai ideologi bangsa dan negara, sabagai kepribadian bangsa bahkan
dalam proses terjadinya terdapat berbagai macam terminologi yang harus didesktipsikan
secara objektif. Selain itu, Pancasila secara kedudukan dan fungsinya juga harus dipahami
secara kronologis.
Oleh karena itu, untuk memahami Pancasila secara kronologis baik menyangkut
rumusannya maupun peristilahannya maka pengertian Pancasila tersebut meliputi lingkup
pengertian sebagai berikut :
Secara etimologis istilah “Pancasila” berasal dari bahasa Sansekerta. Menurut
Muhammad Yamin, dalam bahasa sansekerta perkataan “Pancasila” memilki dua macam arti
secara leksikal yaitu panca artinya lima, syila dengan vokal i pendek artinya batu sendi, alas,
atau dasar, dan syiila dengan vokal i panjang artinya peraturan tingkah laku yang baik, yang
penting atau yang senonoh.
Kata – kata tersebut kemudian dalam bahasa Indonesia terutama bahasa Jawa diartikan
“susila “ yang memilki hubungan dengan moralitas. Oleh karena itu secara etimologis kata
“Pancasila” yang dimaksudkan adalah adalah istilah Panca Syila dengan vokal i pendek
yang memilki makna leksikal “berbatu sendi lima” atau secara harfiah “dasar yang memiliki
lima unsur”. Adapun istilah Panca Syiila dengan huruf Dewanagari i bermakna 5 aturan
tingkah laku yang penting.

Eri Irawan 18280202710015


Apabila dilihat dari segi sejarahnya, proses perumusan Pancasila diawali ketika dalam
sidang BPUPKI pertama dr. Radjiman Widyodiningrat, mengajukan suatu masalah,
khususnya akan dibahas pada sidang tersebut. Masalah tersebut adalah tentang suatu calon
rumusan dasar negara Indonesia yang akan dibentuk. Kemudian tampilah pada sidang
tersebut tiga orang pembicara yaitu Mohammad Yamin, Soepomo dan Soekarno.
Pada tanggal 1 Juni 1945 di dalam siding tersebut Ir. Soekarno berpidato secara lisan
(tanpa teks) mengenai calon rumusan dasar negara Indonesia. Kemudian untuk memberikan
nama “Pancasila” yang artinya lima dasar, hal ini menurut Soekarno atas saran dari salah
seorang temannya yaitu seorang ahli bahasa yang tidak disebutkan namanya.
Menurut Ir. Soekarno : Pancasila adalah isi dalam jiwa bangsa Indonesia yang turun –
temurun lamanya terpendam bisu oleh kebudayaan barat. Dengan demikian, Pancasila tidak
saja falsafah negara, tetapi lebih luas lagi, yakni falsafah bangsa Indonesia.
Menurut Muhammad Yamin : Pancasila berasal dari kata Panca yang berarti “lima”
serta Sila berarti “sendi, atas, dasar atau peraturan tingkah laku yang penting serta baik”.
Menurut Notonegoro : Pancasila adalah dasar falsafah dari negara Indonesia, sehingga
dapat diambil kesimpulan bahwasanya Pancasila adalah dasar falsafah serta ideologi negara
yang dapat diharapkan menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia sebagai dasar kesatuan.
Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, kemudian
keesokan harinya tanggal 18 Agustus 1945 disahkannya Undang-Undang Dasar 1945
termasuk Pembukaan UUD 1945 di mana didalamnya termuat isi rumusan lima prinsip atau
lima prinsip sebagai satu dasar negara yang diberi nama Pancasila.
Sejak saat itulah perkataan Pancasila menjadi bahasa Indonesia dan merupakan istilah
umum. Walaupun dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 tidak termuat istilah “Pancasila”,
namun yang dimaksudkan Dasar Negara Republik Indonesia adalah disebut dengan istilah
“Pancasila”. Hal ini didasarkan atas interpretasi historis terutama dalam rangka
pembentukan calon rumusan dasar negara, yang secara spontan diterima oleh peserta sidang
secara bulat.
Dalam bagian pembukaan UUD 1945 yang terdiri atas empat alinea tersebut tercantum
rumusan Pancasila sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia

Eri Irawan 18280202710015


Rumusan Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 inilah yang
secara konstitusional sah dan benar sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang disahkan
oleh PPKI yang mewakili seluruh rakyat Indonesia.
Pancasila di tetapkan menjadi dasar negara karena 2 alasan pokok ;
1. Bersifat umum serta dapat diterima oleh semua pihak.
2. Relevan untuk dijadikan dasar negara.

B. Tujuan Pancasila Terutama Sila Pertama Dalam Kehidupan Berbangsa dan


Bernegara
Pancasila merupakan pandangan hidup, dasar negara, dan pemersatu bangsa
Indonesia yang majemuk. Mengapa begitu besar pengaruh Pancasila terhadap bangsa dan
negara Indonesia? Kondisi ini dapat terjadi karena perjalanan sejarah dan kompleksitas
keberadaan bangsa Indonesia seperti keragaman suku, agama, bahasa daerah, pulau, adat
istiadat, kebiasaan budaya, serta warna kulit jauh berbeda satu sama lain tetapi mutlak
harus dipersatukan.
Pancasila sebagai dasar negara memang sudah final. Menggugat Pancasila hanya
akan membawa ketidakpastian baru. Bukan tidak mungkin akan timbul chaos (kesalahan)
yang memecah-belah eksistensi negara kesatuan. Akhirnya Indonesia akan tercecer
menjadi negara – negara kecil yang berbasis agama dan suku. Untuk menghindarinya maka
penerapan hukum – hukum agama (juga hukum-hukum adat) dalam sistem hukum negara
menjadi penting untuk diterapkan. Pancasila yang diperjuangkan untuk mengikat agama –
agama dan suku – suku itu harus tetap mengakui jati diri dan ciri khas yang dimiliki setiap
agama dan suku.
Sila pertama Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, mengandung makna
adanya keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa , yang menciptakan alam semesta
beserta isinya. Diantara makhluk ciptakan Tuhan Yang Maha Esa yang berkaitan dengan
sila ini ialah manusia. Sebagai Maha Pencipta, kekuasaan Tuhan tidaklah terbatas,
sedangkan selain-Nya adalah terbatas.
Negara Indonesia yang didirikan atas landasan moral luhur, yaitu berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa berkonsekuensi untuk menjamin kepada warga negara dan
penduduknya memeluk dan untuk beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya,
seperti pengertiannya terkandung dalam:
a) Pembukaan UUD 1945 aline ketiga, yang antara lain berbunyi :
“Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa .... “

Eri Irawan 18280202710015


Dari bunyi kalimat ini membuktikan bahwa negara Indonesia sangat menjunjung tinggi
nilai-nilai Ketuhanan.
b) Pasal 29 UUD 1945
1. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya.

Oleh karena itu, di dalam bangsa Indonesia tidak boleh ada pertentangan dalam
hal Ketuhanan Yang Maha Esa. Kita seharusnya menghindari sikap atau perbuatan
yang anti terhadap Tuhan Yang Maha Esa, anti agama.

Eri Irawan 18280202710015


BAB III
PEMBAHASAN

A. Makna Sila Ketuhanan Yang Maha Esa


Pancasila adalah keniscayaan sejarah yang dinamis dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Kendati demikian, tinjauan filosofis tidak hendak mengabaikan
sumbangan budi – nurani terhadap aspek – aspek religius dalam Pancasila (Lapasila,
1986:13-14). Dengan tercantumnya Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila pertama dalam
Pancasila, Pancasila sebenarnya telah membentuk dirinya sendiri sebagai suatu ruang
lingkup filsafat dan religi. Karena hanya sistem filsafat dan religi yang mempunyai ruang
lingkup pembahasan tentang Ketuhanan yang Maha Esa. Dengan demikian secara inheren
Pancasila mengandung watak filosofis dan aspek-aspek religius, sehingga pendekatan
filosofis dan religius adalah konsekuensi dari essensia Pancasila sendiri yang mengandung
unsur filsafat dan aspek religius. Karenanya, cara pembahasan yang terbatas pada bidang
ilmiah semata-mata belum relevan dengan Pancasila.
Setelah melakukan beberapa perundingan, Bung Hatta, selaku anggota PPKI, dengan
bijaksana merumuskan sila petama pancasila dengan frasa “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Karena terminologi “Ketuhanan” jauh lebih luas, dapat merangkum segala penyebutan Sang
ada pada tiap – tiap agama yang berbeda. Maknanya akan menjadi kerdil kata seandainya
kita coba telaah dalam satu sudut pandang (dogma) agama tertentu saja.
Kebebasan memeluk agama adalah salah satu hak yang paling asasi diantara hak – hak
asasi manusia, sebab kebebasan agama itu langsung bersumberkan kepada martabat manusia
sebagai mahluk Tuhan.
Manusia selain merupakan mahluk ciptaan Tuhan juga merupakan mahluk sosial, yang
berarti bahwa manusia memerlukan pergaulan dengan manusia lainnya. Setiap manusia
perlu bersosialisasi dengan anggota masyarakat lainnya. Bangsa Indonesia yang beraneka
agama, menjalankan ibadahnya masing-masing dimana pemeluk melaksanakan ajaran-Nya
sesuai dengan norma agamanya. Agar tidak terjadi pertentangan antara pemeluk agama yang
berbeda, maka hendaknya dikembangkan sikap toleransi beragama, yaitu sikap hormat
menghormati sesama pemeluk agama yang berbeda, sikap menghormati kebebasan
menjalankan ibadah sesuai ajaran agama masing-masing, dan tidak boleh memaksakan suatu
agama kepada orang lain. Toleransi beragama tidak berarti bahwa ajaran agama yang satu
bercampur. Dari beberapa uraian di atas kita dapat menyimpulkan pelaksanaan ibadah
agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa antara lain :

Eri Irawan 18280202710015


1. Negara kita adalah negara yang berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Negara memberikan jaminan kebebasan kepada warga negara untuk memeluk salah satu
agama atau kepercayaan sesuai dengan keyakinan masing-masing.
3. Kita tidak boleh memaksakan seseorang untuk memeluk agama kita atau memaksa
seseorang pindah dari satu agama ke agama yang lain.
4. Dalam hal ibadah negara memberikan jaminan seluas-luasnya kepada semua umat
beragama dan penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa untuk
melaksanakan ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan masing-masing.
5. Setiap warga negara Indonesia harus percaya dan beriman kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
6. Fungsi Agama; agama mempunyai fungsi yang penting antara lain :
 Agama sebagai sumber inspirasi.
Bagi bangsa indonesia, agama dapat menjadi sumber inspirasi dalam berbudaya baik
yang berupa fisik maupun non fisik.
 Sumber Moral.
Agama di Indonesia dapat memberikan dorongan batin maupun moral atau akhlak
yang baik bagi manusia. Pembangunan berjalan dengan baik karena dilakukan
dengan semangat ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa.
 Sumber Motovasi dan Inovasi.
Agama dapat memberikan semangat dalam bekerja dan lebih kreatif serta produktif.
Pada gilirannya dapat pula mendorong tumbuhnya pembaharuan dan
penyempurnaan.
 Sumber penyatuan dalam melaksanakan pembangunan Nasional.
Agama dapat mengintegrasikan/menyatukan dan menyerasikan segenap aktifitas
manusia baik individual maupun sebagai anggota masyarakat. Dengan adanya
kesamaan dalam katakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa maupun kebersamaan
sebagai mahluk sosial, timbul rasa persatuan sebagai makhluk sosial dengan
demikian rasa persatuan sebagai bangsa Indonesia akan terjadi dengan sendirinya.

Selain uraian makna di atas, pancasila sila Ketuhanan Yang Maha Esa juga memiliki
arti dan juga makna sebagai berikut :
 Mengandung arti pengakuan adanya kuasa prima (sebab pertama) yaitu Tuhan yang
Maha Esa
 Menjamin penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut
agamanya.

Eri Irawan 18280202710015


 Tidak memaksa warga negara untuk beragama.
 Menjamin berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan beragama.
 Bertoleransi dalam beragama, dalam hal ini toleransi ditekankan dalam beribadah
menurut agamanya masing-masing.
 Negara memberi fasilitator bagi tumbuh kembangnya agama dan iman warga negara
dan mediator ketika terjadi konflik agama.
Sebagai bangsa Indonesia seharusnya menyadari betul bahwa negara kita mempunyai
prinsip untuk mengatur rakyatnya, demikian juga seharusnya prinsip itu dimulai dari setiap
individu bagaimana seharusnya individu itu berbuat sesuai dengan norma norma yang
berlaku di masyarakat. Setiap Agama mengajarkan kepada umatnya tentang perintah dan
larangan.
Menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Kepercayaan dan keyakinan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa hendaknya diikuti oleh ketakwaan terhadap-Nya, yaitu
dengan melaksanakan apa yang diperintahkan dan menjauhi larangan-Nya. Keyakinan itu
diantaranya adalah sebagai berikut :
 Kita harus selalu menyembah Tuhan, karena Tuhanlah yang telah menciptakan kita
beserta seluruh alam semesta.
 Dan juga Tuhanlah yang memelihara alam semesta.
 Kita meyakini Tuhan Yang Maha Esa karena Tuhanlah yang telah mengkaruniakan
seluruh nikmat kepada setiap makhluk - Nya.
 Kita meyakini bahwa alam semesta beserta isinya diatur oleh Tuhan yang Maha Esa

Menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya berarti kita melakukan


perbuatan menghambakan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa yang didasari oleh
keikhlasan untuk melakukannya. Keihklasan untuk menjalankan perintah-Nya dan
menjauhi larangan-Nya bagi umat beriman dan bertakwa bukan hanya kewajiban, akan
tetapi merupakan kebutuhan dan kebanggaan. Hal ini merupakan pernyataan rasa syukur
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Pelaksanaan perintah Tuhan Yang Maha Esa meliputi:
 Perintah secara vertikal, menurut agama Islam hal seperti ini disebut Hablum
Minallah yaitu hubungan secara langsung dengan Tuhan Yang Maha Esa, sedangkan
untuk agama Kristen misalnya kebaktian.
 Perintah secara horizontal, disebut juga dengan Hablum Minannas hubungan dengan
mahluk Tuhan terutama manusia dan alam sekitarnya, menjaga lingkungan hidup
atau pelestarian alam dan lain sebagainya.

Eri Irawan 18280202710015


Perintah Tuhan untuk menjauhi larangan-Nya antara lain sebagai berikut :
 Tidak boleh mencuri, menggarong, merampok, malak, dan lain lain.
 Tidak boleh menyakiti sesama mahluk hidup.
 Tidak boleh mengkonsumsi obat – obat terlarang, misalnya pil Ectasy, Nipam, Sabu
– sabu dan lain sebagainya termasuk di dalamnya Narkotik atau Ganja.

B. Realita Sila Ketuhanan Yang Maha Esa yang Terjadi di Indonesia


Menilik realita/ kenyataan yang terjadi disekitar kita, lebih – lebih perbuatan yang telah
menodai semangat sila pertama yaitu ketuhanan yang membawa kebaikan untuk seluruh
umat marak terjadi. Mulai dari golongan muda hingga golongan tua, tidak sedikit dari
perbuatan mereka yang luntur dari makna sila pertama Pancasila, meskipun ada beberapa
yang masih memegang teguh kepercayaan dan agama mereka sebagai solusi terbaik untuk
menciptakan kedamaian.
Dari sekian banyak dampak polemik dan problem yang ada, maka pada makalah ini
akan diuraikan dan dibahas sebagian dari kasus yang ada. Berikut uraian singkat tentang
beberapa kasus di Indonesia yang menyinggung sila Ketuhanan Yang Maha Esa pada
Pancasila.
1. Kearifan lokal di Desa Ubud, Provinsi Bali
Desa ubud merupakan salah satu desa yang berada di Provinsi Bali. Desa ini dikenal
bahkan hingga ke mancanegara karena kearifan lokal yang dimilikinya serta keramah-
tamahan yang selalu mereka aplikasi baik ketika berinteraksi dengan sesama warga
ataupun pelancong yag datang. Bahkan ketika ada suatu barang yang tak berpemilik
tertinggal begitu saja, maka tak ada satupun yang mau mencurinya. Semua keunikan yang
dimiliki oleh Desa Ubud ini sebenarnya tidak jauh – jauh dari persoalan adat istiadat dan
kepercayaan. Desa Ubud yang mayoritas masyarakatnya beragama hindu, sangat menjaga
dan memegang teguh nilai – nilai agama yang telah diajarkan kepada mereka seperti
hukum karma (sebab akibat). Dari hukum tersebut mereka yakin bahwa ketika perbuatan
jahat yang mereka lakukan, pasti akan ada akibatnya entah itu di waktu – waktu yang
akan datang ataupun di kehidupan selanjutnya, sehingga efek domino yang terjadi adalah
mereka tidak berani bertindak jahat dan sembrono.

2. Tindakan euthanasia
Kaitan euthanasia terhadap sila pertama tercermin dari tindakan dokter yang tidak serta
melakukan tindakan euthanasia terhadap pasien yang dirasa sudah tidak dapat tertolong
lagi nyawanya berdasarkan sisi medis. Hal ini terjadi karena adanya harapan hidup pada

Eri Irawan 18280202710015


pasien yang terjadi akibat mukjizat yang diberikan oleh Tuhan, dan berlandaskan juga
pada sila Ketuhanan Yang Maha Esa, maka tindakan euthanasia memiliki prosedur yang
amat ketat apabila hendak dilakukan di Negara Indonesia.

3. Konflik Poso
Indonesia pada tahun 1997 dilanda krisis moneter yang disertai dengan fluktuasi kondisi
ekonomi dan politik yang tidak menentu, telah mengiring indonesia menuju konflik
nasional, baik secara struktural maupun horizontal. semenjak runtuhnya rezim Orde baru
tahun 1998 yang di gantikan oleh oleh B.Hhabibie yang diharapakan dapat menata
sisitem politik yang demokrasi berkeadilan.
Saat itu, Indonesia sangat rentan dengan perpecahan. Terjadi berbagai gejolak konflik di
berbagai daerah. Salah satunya konflik yang terjadi di Poso yang disinyalir oleh banyak
kalangan adalah konflik bernuansa SARA, yaitu pertikaian antar suku dan pemeluk agama
islam dan kristen.
Peristiwa kerusuhan diawali dengan pertikaian antardua pemuda yang berbeda agama
sehingga belarut dan berhujung dengan terjadinya kerusuhan. Impliksasi-implikasi
tentang kepentingan politik elite Nasional, elite lokal dan miiter juga diduga menyulut
terjadinya konflik horizontal sehingga sulit mencari penyelesaian yang lebih tepat.
Bahkan, terkesan pihak keamanan porli lamban menangani konflik tersebut. Sehigga
konflik terjadi belarut-larut yang memakan korban jiwa dan harta.
Secara umum konflik di Poso sudah berlangsung beberapa kali. Peristiwa pertama
terjadi pada akhir tahun 1998, kerusuhan pertama ini denga cepat di atasi pihak
keamanan setempat kemudian di ikuti oleh komitmen kedua belah pihak yang berseteru
agar tidak terulang lagi. Kendati sudah ada kesepakatan Malino, nampaknya tak
kunjung usai.
Berbagai aksi teror bom dan letusan senjata api masih terjadi. Kecemasan warga Poso
pun kembali menyeruak, berselang kurang lebih 17 bulan kemudian tepatnya pada 16
april 2000, dalam kerusuhan tersebut terjadilah saling serang antara desa Nasrani dan
desa Islam. Menurut data Polri, kerusuhan tersebu memakan korban 137 orang
meninggal, sedangkan menurut militer 237 orang meninggal, 27 luka-luka, puluhan
rumah rusak dan dibakar, 1 bus dibom, beberapa gereja dirusak, dibakar, dan dibom.
(Anonim D, 2009).

4. Saling toleransi antar agama, terutama saat hari – hari besar keagamaan
Tidak dipungkiri bahwa secara tak sadar sila Ketuhanan Yang Maha Esa telah
diterapkan di kehidupan kia sehari – hari, contohnya toleransi antar umat beragama

Eri Irawan 18280202710015


ketika hari – hari besar keagamaan diselenggarakan. Seperti himbauan warung makan
untuk menutup sementara jam kerja ketika waktu berpuasa umat islam, ditutupnya
Bandara Internasional Ngurah Rai untuk menghormati orang – orang hindu merayakan
Hari Nyepi, dijadikannya hari libur ketika Hari Raya Natal yang diselenggarakan oleh
masyarakat kristiani dan diliburkannya Hari Minggu untuk memberikan kesempatan
umat kristiani untuk beribadah merupakan beberapa contoh realita bahwasannya negara
sangat menjunjung tinggi hak warga negara untuk melaksanakan ibadah mereka
kepadan Tuhan Yang Maha Pemurah.

5. Anarkisme atas nama agama


Kita telah banyak mendengar atau mengakses berita dimana disitu tertera bahwa suatu
komunitas keagamaan melakukan tindakan anarkisme dengan merusak fasilitas –
fasilitas negara sebagai suatu aksi untuk menentang suatu hal yang bersifat buruk.
Sebenarnya tindakan oknum yang melakukan aksi untuk menentang keburukan ini
adalah hal yang benar, inilah fungsi organisasi kemasyarakatan sebagai kontrol tindakan
yang menyeleweng di sekitar namun hal ini serta merta tidak menjadikan tindakan
anarkisme diperbolehkan, apalagi merugikan Negara Indonesia.

6. Isu rasisme yang menyelimuti Pilkada DKI Jakarta


Dewasa ini ramai diperbincangkan polemik yang mewarnai Pilkada DKI Jakarta
terutama polemik rasisme antar agama, dimana suatu oknum menjadikan ajaran
agamanya untuk menunjukkan rasa ketidaksetujuan mereka terhadap calon pemimpin
daerah yang maju dikarenakan perbedaan keyakinan. Hal ini seharusnya tidak boleh
terjadi karena Indonesia bukanlah negara agama, namun juga bukan negara sekulerisme.
Dengan begitu tidak serta merta suatu doktrin dalam kepercayaan harus dipaksakan
dalam ruang lingkup Indonesia yang cenderung plural (beragam) baik masalah
keyakinan ataupun adat istiadat.

7. Pelecehan agama
Sejalan dengan kasus yang mewarnai Pilkada DKI Jakarta, maka kita juga mendengar
suatu kasus pelecehan yang dilakukan individu yang hendak maju menjadi calon
pemimpin daerah terhadap ayat suci suatu kepercayaan. Hal ini sangat buruk, bahkan
suatu tindakan yang tidak pantas dilakukan oleh seorang calon pemimpin daerah.
Hendaknya kita saling menghargai ajaran suatu keyakinan.

8. Aksi Terorisme

Eri Irawan 18280202710015


Saat ini juga ramai diperbicangkan aksi terorisme yang dilakukan suatu oknum beratas
namakan agama. Hal ini harus kita basmi, bersama – sama pemerintah dan masyarakat
mencegah aksi terorisme tumbuh di NKRI. Dan juga jangan mengeneralisasikan
tindakan aksi yang dilakukan suatu oknum terhadap suatu kepercayaan, tindakan ini
nanti malah akan memunculkan problem baru bahkan sampai kisruh antar umat
beragama. Sebagai warga negara kita harus cerdas untuk menyikapi suatu kasus, jangan
langsung menerima suatu berita tanpa ada usaha untuk mencari tahu kebenaran akan
berita tersebut.

9. Gotong royong dalam pembangunan rumah ibadah


Kerukunan antarumat beragama di Kabupaten Alor sudah terjalin sejak ratusan tahun
lalu, tak heran jika pemeluk Islam ikut membangun gereja dan warga beragama Kristen
membantu mendirikan masjid. Bahkan di salah satu desa, ada Gereja Ismail yang
dibangun atas inisiatif warga Muslim.
Nama Ismail bukanlah nama yang 'lazim' untuk sebuah gereja. Tetapi menurut sesepuh
kampung dan pengurus gereja, nama itu diambil dari orang Muslim yang mendirikan
rumah ibadah umat Kristiani itu.Umat Islam di sini berkeinginan membangun gereja di
sini agar empat KK yang beragama Kristen bisa pergi ke gereja di sini, tetapi tidak
masuk persyaratan untuk dimasukan ke wilayah kependetaan, jadi beberapa orang
Muslim memasukan nama mereka ke dalam daftar yang mengajukan izin pembangunan
gerejaBeberapa bagian gereja hancur ketika gempa besar terjadi di Alor pada 1991 lalu,
begitu pula dua masjid yang ada di Kampung Ilawe ini. Kemudian, warga saling
membantu membangun kembali dan merenovasi rumah ibadah yang rusak itu.
Kerukunan antar agama yang terjalin dalam masyarakat di Kabupaten Alor ataupun di
NTT, merupakan bentuk hubungan kultural yang dibangun sebelum agama masuk ke
wilayah ini.
“Hubungan umat beragama ini bukan merupakan hubungan yang formal tetapi sejak
awal kultural, suatu hubungan bukan hanya berdasarkan agama di dalam dirinya tetapi
suatu hubungan berdasarkan hidup manusia”, jelas salah satu pemuka agama yang ada
disana.
10. Tindakan korupsi
Korupsi sebagai pencurian yang melalui penipuan dalam situasi yang mengkhianati
kepercayaan. Korupsi merupakan wujud perbuatan immoral dari dorongan untuk

Eri Irawan 18280202710015


mendapatkan sesuatu menggunakan metode penipuan dan pencurian. Poin penting yang
harus anda tahu bahwa nepotisme dan kolusi itu merupakan bentuk korupsi.

Lalu apa kaitan tindakan korupsi terhadap sila pertama Pancasila? Tindakan korupsi
yang marak terjadi di Negara Indonesia terjadi disebabkan hilang semangat dan nilai –
nilai keagamaan pada bangsa Indonesia, padahal ketika pelantikan jabatan, mereka telah
disumpah atas nama agama untuk menjadi pemimpin yang baik. Namun yang terjadi
malah suatu kontradiksi, menjadikan jabatan hanya untuk memperkaya diri sendiri,
mengenyampingkan dosa dan Tuhan, sehingga mati hati nuraniya.

11. Pemerkosaan, seks bebas dan penggunaan obat – obat terlarang


Baru – baru ini kita dengar bahwasannya banyak kalangan muda zaman sekarang telah
terjurumus dalam kubangan narkotika dan seks bebas. Bahkan parahnya lagi, seorang
anak sekolah dasar ikut terlibat dalam tindakan pemerkosaan sekaligus pembunuhan.
Bertebarannya tempat prostitusi yang dibangun, menjadikan akses yang mudah bagi
anak muda untuk melakukan tindakan asusila. Hal ini telah mencerminkan betapa
bobroknya perilaku anak zaman sekarang. Sesungguhnya peran agama sangat viral
disini, dimana agama dapat menjadi tameng untuk membatasi tindakan penyelewengan
yang dilakukan suatu individu. Agama menjadi pembawa kedamaian dan keamanan
bagi warga Indonesia.

12. Pornografi dan pornoaksi


Sejalan dengan poin (11), tindakan pornoaksi dan pornografi juga marak dilakukan oleh
anak – anak zaman sekarang. Tidak ada lagi rasa malu didalam hati anak – anak zaman
kini sehingga berani mengumbar kemesraan di depan khalayak ramai, tanpa rasa risih.
Bahkan mereka dengan beraninya merekam tindakan tidak senonoh mereka ke media
sosial dan menjadi konsumsi bagi banyak orang, dimana ada beberapa orang yang tidak
seharusnya mengonsumsi hal itu. Disini membuktikan bahwa yang namanya Ketuhanan
yang berkebudayaan telah hilang semangat dan nilainya di akal dan hati di kebanyakan
kalangan generasi muda

Eri Irawan 18280202710015


BAB IV
KESIMPULAN

Dengan tercantumnya Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila pertama dalam Pancasila,
Pancasila sebenarnya telah membentuk dirinya sendiri sebagai suatu ruang lingkup filsafat
dan religi. Karena hanya sistem filsafat dan religi yang mempunyai ruang lingkup
pembahasan tentang Ketuhanan yang Maha Esa. Dengan demikian secara inheren Pancasila
mengandung watak filosofis dan aspek-aspek religius, sehingga pendekatan filosofis dan
religius adalah konsekuensi dari essensia Pancasila sendiri yang mengandung unsur filsafat
dan aspek religius. Karenanya, cara pembahasan yang terbatas pada bidang ilmiah semata-
mata belum relevan dengan Pancasila.
Setelah melakukan beberapa perundingan, Bung Hatta, selaku anggota PPKI, dengan
bijaksana merumuskan sila petama pancasila dengan frasa “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Karena terminologi “Ketuhanan” jauh lebih luas, dapat merangkum segala penyebutan Sang
ada pada tiap – tiap agama yang berbeda. Maknanya akan menjadi kerdil kata seandainya
kita coba telaah dalam satu sudut pandang (dogma) agama tertentu saja. Kebebasan
memeluk agama adalah salah satu hak yang paling asasi diantara hak – hak asasi manusia,
sebab kebebasan agama itu langsung bersumberkan kepada martabat manusia sebagai
mahluk Tuhan.
Dari sekian banyak dampak polemik dan problem yang ada, maka pada makalah ini
akan diuraikan dan dibahas sebagian dari kasus yang ada. Berikut uraian singkat tentang
beberapa kasus di Indonesia yang menyinggung sila Ketuhanan Yang Maha Esa pada
Pancasila, antara lain: Kearifan lokal di Desa Ubud, Provinsi Bali, Tindakan euthanasia,
Konflik Poso, Saling toleransi antar agama, terutama saat hari – hari besar keagamaan,
Anarkisme atas nama agama, Isu rasisme yang menyelimuti Pilkada DKI Jakarta, Pelecehan,
agama, Aksi Terorisme, Gotong royong dalam pembangunan rumah ibadah, Tindakan
korupsi, Pemerkosaan, seks bebas dan penggunaan obat – obat terlarang, Pornografi dan
pornoaksi

Eri Irawan 18280202710015


Daftar Pustaka

Djahiri. (1978). Pengajaran Studi Sosial/IPS, Dasar-dasar Pengertian Metodologi Model Belajar
Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: LPPP-IPS FKIS IKIP Bandung.
Kaelan. (2013). Negara Kebangsaan Pancasila: Kultural, Historis, Filosofis, Yuridis, dan
Aktualisasinya. Yogyakarta: Paradigma.
Notonagoro. (1980). Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila. Jakarta: Rajawali.
Rahmat et al. (2009). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Laboratorium
Pendidikan Kewarganegaraan UPI.
Sapriya et al. (2010). Konsep Dasar Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Laboratorium
Pendidikan Kewarganegaraan UPI.

Eri Irawan 18280202710015

Anda mungkin juga menyukai