Anda di halaman 1dari 33

Tugas Modul 6 Kegiatan Belajar 2

1. Laporan Hasil Bacaan tentang konsep warga negara, teori kewarganegaraan Indonesia,
dan permasalahan kewarganegaraan yang terjadi di Indonesia.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagai suatu kesatuan, warga negara adalah salah satu ciri suatu negara yang
berkedaulatan, cukup dilihat dari warga negaranya saja kita bisa melihat seberapa maju
negara tersebut.
Dalam suatu negara, warga negara harus tahu bagaimana negara yang dia berada di
dalamnya. Sistem pemerintahannya, hukum yang berkembang dinegara tersebut dan banyak
lagi yang patut dia ketahui dalam menjalani kehidupan sebagai warga negara yang baik.
Warga negara adalah alat kunci keberhasilan suatu negara dalam mengembangkan
sayapnya di kancah Internasional, maka dari itu pendidikan kewarganegaraan harus
diketahui oleh warga negara, supaya dia bisa mengetahui orang yang bagimana yang diakui
oleh negara sebagai warga negara, dan orang yang bagaimana yang tidak diakui oleh negara.
Kala ini warga negara harus mengetahui hubungan timbal balik antara warga negara
ataupun pemerintah yang menaunginya. Seperti masyarakat Modern saat ini, hubungan
timbal balik antar warga negara semakin nyata contohnya saja pada saat warga hak warga
negara pada hukum. Hak warga negara melaporkan dirinya telah terjadi suatu kerugian yang
dimisalkan pada pencurian dan kewajiban aparatur negara yaitu polisi sebagai aparat
penegak hukum yang menegakkan hukum di negaranya untuk menangkap pelaku tindakan
kriminal, dan itu termasuk tindakan nyata hubungan timbal balik antara pemerintah yang
menjadi aparatur negara dan masyarakat.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Konsep Dasar Tentang Warga Negara ?

2. Apa Unsur-unsur yang Menentukan Kewarganegaraan ?

3. Apa Problem Status Kewarganegaraan ?

4. Bagaimana Karakteristik Warga Negara yang demokrat ?

Eri Irawan 18280202710015


5. Bagaimana Cara dan Bukti Memperoleh Kewarganegaraan Indonesia ?

6. Apa Hak dan Kewajiban Warga Negara ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana konsep warga Negara.

2. Untuk mengetahui apa saja unsur-unsur yang menentukan kewarganegaraan.

3. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi problem status dalam kewarganegaraan.

4. Untuk mengetahui bagaimana karakterisrik warga Negara yang demokrat.

5. Untuk mengetahui bagaimana cara dan bukti untuk memperoleh kewarganegaraan


Indonesia.

6. Untuk mengetahui hak dan kewajiban warga Negara.

Eri Irawan 18280202710015


BAB II

PEMBAHASAN

KEWARGANEGARAAN

A. KONSEP DASAR TENTANG WARGA NEGARA

1. Pengertian Warga Negara

Warga negara diartikan dengan orang-orang sebagai bagian dari suatu penduduk
yang menjadi unsur negara. Istilah ini dahulu biasa disebut hamba atau kawula
negara.Istilah warga negara lebih sesuai dengan kedudukannya sebagai orang yang
merdeka dibandingkan dengan istilah hamba atau kawula negara, karena warga negara
mengandung arti peserta, anggota atau warag dari suatu negara, yakni peserta dari suatu
persekutuan yang didirikan dengan kekuatan bersama. Untuk itu, setiap warga negara
mempunyai persamaan hak di hadapan hukum. Semua warga negara memiliki kepastian
hak, privasi, dan tanggungjawab.
Sejalan dengan definisi di atas, AS Hikam pun mendefinisikan bahwa negara yang
merupakan terjemahan dari citizenship adalah anggota dari sebuah komunitas yang
membentuk negara itu sendiri. Istilah ini menurutnya lebih baik ketimbang kawula
negara, karena kawula negara betul-betul berarti objek yang dalam bahasa Inggris
(object) berarti orang yang dimilki dan mengabdi kepada pemiliknya.
Secara singkat, Koerniatmanto S., mendefinisikan warga negara dengan anggota
negara. Sebagai anggota negara, seorang warga negara mempunyai kedudukan yang
khusus terhadap negaranya. Ia mempunyai hubungan hak dan kewajiban yang bersifat
timbale balik terhadap negaranya.

Dalam konteks Indonesia, istilah warga negara (sesuai dengan UUD 1945 pasal 26)
dimaksudkan untuk bangsa Indonesia asli dan bangsa lain yang disahkan undang-undang
sebagai warga negara. Dalam penjelasan UUD 1945 pasal 26 ini, dinyatakan bahwa
orang-orang bangsa lain, misalnya orang peranakan Belanda, Cina, Arab dan lain-lain
yang bertempat tinggal di Indonesia, mengakui Indonesia sebagai Tanah Airnya dan
bersikap setia kepada Negara Republik Indonesia dapat menjadi warga negara.

Selain itu, sesuai dengan pasal 1 UU No. 22/1958 dinyatakan bahwa warag negara
Republik Indonesia adalah orang-orang yang berdasarkan perundang-undangan dan/atau

Eri Irawan 18280202710015


perjanjian-perjanjian dan/atau peraturan-peraturan yang berlaku sejak Proklamasi 17
Agustus 1945 sudah menjadi warga negara Republik Indonesia.

2. Asas Kewarganegaraan

Asas kewarganegaraan di perlukan untuk mengatur status kewarganegaraan


seseorang. Hal ini penting agar seseorang mendapatkan perlindungan hukum dari Negara,
serta menerima hak dan kewajibannya. Banyak contoh kasus tentang pentingnya status
kewarganegaraan seperti anak yang lahir dari perkawinan yang orang tuanya berbeda
kewarganegaraan, atau atau warga keturunan Tionghoa yang lahir dan besar di Indoinesia
namun kesulitan mendapatkan kewarganegaraan.
Setiap Negara bebas menetapkan asas kewarganegaraan, karena setiap Negara
memiliki budaya, sejarah dan tradisi yang berbeda satu sama lain. Dalam asas
kewarganegaraan dikenal dua pedoman yaitu: (1) asas kewarganegaraan berdasarkan
keturunan dan kelahiran dan (2) asas kewarganegaraan berdasarkan perkawinan.
1. Asas kewaganegaraan berdasarkan keturunan dan kelahiran
a. Asas keturunan (ius sanguinis)
Asas keturunan (ius sanguinis) adalah penentuan status kewarganegaraan
berdasarkan darah atau keturunan. Asas ini menetapkan seseorang memperoleh
kewarganegaraan suatu negara apabila orang tuanya berstatus warga negara dari
negara tersebut ; artinya apabila seseorang lahir di Indonesia, tetapi oang tuanya
berkewarganegaraan asing, ia memperoleh status kewarganegaraan bardasarkan
dari orang tuanya.
b. Asas kelahiran (ius soli)
Asas kelahiran (ius soli) adalah penentuan status kewarganegaraan berdasarkan
tempat atau daerah kelahiran seseorang; artinya, apabila seseorang lahir di suatu
wilayah negara, maka ia berhak mendapatkan status warga negara tersebut.

1. Asas kewarganegaraan berdasarkan perkawinan


a. Asas kesatuan hukum
Asas kwearganegaraan yang diperoleh atas adanya pemahaman dan komitmen yang
sama dari suami dan istri untuk menjalankan hukum yang sama.
b. Asas persamaan derajat
Asas yang menentukan bahwa suatu perkawinan tidak menyebabkan perubahan
status kewarganegaraan pihak masing-masing. Oleh karena itu, suami ataupun istri
dapat memiliki kewarganegaraan asal.

Eri Irawan 18280202710015


B. UNSUR-UNSUR YANG MENENTUKAN KEWARGANEGARAAN

1. Unsur darah atau keturunan (ius sanguinis)


Kewarganegaraan yang diperoleh atas kewarganegaraan dari orang tua yang melahirkan.
Bila orang tua berkewarganegaraan indonesia maka anaknya adalah warga negara
Indonesia. Unsur ini telah berlaku dalam sistem kesukusn sejak dahulu, dan sekarang
berlaku di antaranya di Inggris, Amerika Serikat,perancis, Jepang, dan Indonesia.
2. Unsur daerah tempat lahir (ius soli)
Kewarganegaraan yang diperoleh atas dasar daerah kelahiran dari orang tua yang
melahirkan.
3. Unsur pewarganegaraan (naturalisasi)
Kewarganegaraan yang diperoleh atas hak opsi, yaitu untuk memilih dan mengajukan
kehendak menjadi warga negara dari suatu negara. Hak kewarganegaraan ini disebut juga
kewarganegaraan aktif. Sementara itu seseorang dapat menggunakan hak repudiasi, yaitu
hak untuk menolak pemberian kewarganegaraan dari suatu negara.

C. PROBLEM STATUS KEWARGANEGARAAN


Berkaitan dengan status kewarganegaraan, persoalan akan muncul apabila sebuah
negara menerapkan secara tegas asas kewarganegaraan tertentu. Persoalan- persoalan itu
dikenal sebagai berikut.
1) Apatride, yaitu seseorang tidak memperoleh status kewarganegaraan tertentu oleh karena
ia lahir lahir di sebuah nagara yang menganut ius sanguinis.
2) Bipatride, yaitu seseorang memiliki kewarganegaraan ganda oleh karena orang tersebut
baresal dari orang tua yang negaranya menganut ius sanguinis sedangkan ia lahir di
negara yang menganut ius soli.
3) Multipatride, yaitu seseorang yang memiliki lebih dari dua status kewarganegaraan,
seperti penduduk yang tinggal di perbatasan antar dua negara.

Guna mengatasi persoalan status kewarganegaraan di atas, setiap negara memiliki


peraturan sendiri yang prinsip-prinsipnya bersifat universal. Bagi negara Indonesia,
persoalan kewarganegaaan diatur oleh UUD 1945 pasal 28D Ayat 4: “setiap orang berhak
atas status kewarganegaraan”. UU No. 62 Tahun 1958tentang kewargarganegaraan
Indonesia menyatakan bahwa cara memperoleh kewarganegaraan indonesia adalah karena
kelahiran, karena pengangkatan, karena perkawinan, karena turut ayah dan ibu, karena

Eri Irawan 18280202710015


pernyataan, dan karena kewarganegaraan, yaitutata cara bagi orang asing untuk memperoleh
kewarganegaraan RI melalui permohonan, seperi ditegaskan dalam UU No. 12 Tahun 2006
sebagai yang menggantikan UU No. 62 Tahun1958, dan UU No. 3 Tahun 1976 tentang
perubahan pasal 18 UU No. 62 Tahun 1958.
1. Karena kelahiran
Akta yang dimiliki oleh warga negara dari kantor catatan sipil kabupaten/kota sebagai
bukti tanggal, bulan , tahun (waktu), dan tempat kelahiran setelah kantor tersebut
menerima usul pengajuan yang berisi bukti kelahiran dari rumah sakit/bersalin maupun
instansi yang berwenang seperti kelurahan.

2. Karena pengangkatan
Adalah keputusan negara untuk memberikan kesempatan bagi anak warga negara asing
melalui pengangkatan. Pengangkatan ini berdasarkan peraturan pemerintah No. 67 Tahun
1958 dan sesuai dengan surat Edaran Menteri Kehakiman tanggal 5 Januari 1959 dengan
bukti adanya pernyataan sah dari buku catatan tentang pengangkatan anak asing dari
pemerintah melalui menteri kehakiman. Sebaliknya bahwa anak warga negara indonesia
(WNI) yang belum berusia 5 tahun diangkat secara sah sbagai anak oleh warga negara
asing berdasarkan penetapan pengadilan tetap diakui sebagai WNI (Menurut UU N0. 12
tahun 2006 pasal 5 ayat 2).

3. Karena perkawinan
Adalah keputusan presiden mengenai pemberian hak kewarganegaraan atas dasar
perkawinan yang dibuktikan dengan buku nikah dari Kantor Uruan Agama (KUA)
Departemen Agama RI.

4. Karena turut ayah dan ibu


Adalah keputusan presiden mengenai pemberian hak kewarganegaraan karena keikut
sertaan warga negara tersebut dengan ayah dan ibunya.

5. Karena pernyataan
Adalah keputusan presiden mengenai pemberian hak kewarganegaraan kepada warga
negara melalui pembuatan pernyataan yang berisi mengenai kehilangan.

Eri Irawan 18280202710015


6. Karena pewaganegaraan
Adalah keputusan presiden mengenai diterimanya permionan perolehan hak
kewarganegaraan dengan memenuhi semua persyaratan yang telah ditentukan oleh
undang-undang. Bukti kewarganegaraan berdasarkan permohonan adalah petikan
keputusan presiden tentang permohonan tersebut. Bukti ini diberikan kepada pemohon
setelah permohonan dikabulkan dan pemohon melakukan pengucapan sumpah dan janji
setia kepada negara RI.

D. KARAKTERISTIK WARGA NEGARA YANG DEMOKRAT


1. Rasa Hormat dan Tanggung Jawab
Sebagai warga negara yang demokratis, hendaknya memiliki rasa hormat terhadap
sesama warga negara terutama dalam konteks adanya pluralitas masyarakat Indonesia
yang terdiri dari berbagai etnis, suku, ras, keyakinan, agama, dan ideologi politik. Selain
itu, sebgai warga negara yang democrat, seorang warga negara juga di tuntut untuk turut
bertanggung jawab menjaga keharmonisan hubungan antar etnis serta keteraturan dan
ketertiban negara yang berdiri di atas pluralitas tersebut.

2. Bersikap Kritis
Warga negara yang demokrat hendaknya selalu bersikap kritis, baik terhadap kenyataan
empiris(realitas social, budaya, dan politik) maupun terhadap kenyataan supra-empiris
(agama, mitologi, kepercayaan). Sikap kritis juga harus ditujukan pada diri sendiri. Sikap
kritis pada diri sendiri itu tentu disertai sikap kritis terhadap pendapat yang berbeda.
Tentu saja sikap kritis ini harus didukung oleh sikap yang bertanggung jawab terhadap
apa yang dikritisi.

3. Membuka Diskusi dan Dialog


Perbedaan pendapat dan pandangan serta perilaku merupakan realitas empirik yang pasti
terjadi di tengah komunitas warga negara, apalagi di tengah komunitas masyarakat yang
plural dan multi etnik. Untuk meminimalisasi konflik yang ditimbulkan dari perbedaan
tersebut, maka membuka ruang untuk berdiskusi dan berdialog merupakan salah satu
solusi yang bisa digunakan. Oleh karenanya, sikap membuka diri untuk dialog dan
diskusi merupakan salah satu ciri sikap warga negara yang demokrat.

Eri Irawan 18280202710015


4. Bersikap Terbuka
Sikap terbuka merupakan bentuk penghargaan terhadap kebebasan sesama manusia,
termasuk rasa menghargai terhadap hal-hal yang tidak biasa atau baru serta pada hal-hal
yang mungkin asing. Sikap terbuka yang didasarkan atas kesadaran akan pluralisme dan
keterbatasan diri akan melahirkan kemampuan untuk menahan diri dan tidak secepatnya
menjatuhkan penilaian dan pilihan.

5. Rasional
Bagi Negara yang demokrat, memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara
bebas dan rasional adalah sesuatu yang yang harus dilakukan. Keputusan-keputusan yang
diambil secara rasional akan mengantarkan sikap yang logis yang ditampilkan oleh warga
negara sementara. Sikap dan keputusan yang diambil secara tidak rasional akan
membawa implikasi emosional dan cenderung egois.

6. Adil
Sebagai negara yang demokrat, tidak ada tujuan baik yang patut diwujudkan dengan cara-
cara yang tidak adil. Penggunaan cara-cara yang tidak adil adalah bentuk pelanggaran hak
asasi dari orang yang diperlakukan tidak adil. Dengan semangat keadilan, maka tujuan-
tujuan bersama bukanlah suatu yang didiktekan tetapi ditawarkan.

7. Jujur
Memiliki sikap dan sifat yang jujur bagi warga negara merupakan sesuatu yang niscaya.
Kejujuran merupakan kunci bagi terciptanya keselarasan dan keharmonisan hubungan
antar warga negara. Sikap jujur biasa diterapkan di segala sektor, baik politik, sosial dan
sebagainya.

Kejujuran politik adalah bahwa kesejahteraan warga negara merupakan tujuan yang
ingin di capai, yaitu kesejahteraan dari masyarakat yang memilih para politisi. Ketidak
jujuran politik adalah seorang poliotisi mencari keuntungan bagi dirinya sendiri atau
mencari keuntungan bagi partainya. Karena partai itu penting bagi kedudukannya.

Beberapa karakteristik warga negara yang demokrat tersebut, merupakan sikap dan sifat
yang seharusnya melekat pada seorang warga negara. Sebagai warga negarayang otonom, ia
mempunyai karesteritik lanjutan sebagai berikut:

Eri Irawan 18280202710015


1. Memiliki kemandirian.

2. Memiliki tanggung jawab.

3. Menghargai martabat manusia dan keharmonisan pribadi.

4. Berpartisipasi dalam urusan kemasyarakatan dengan pikiran sikap yang santun.

5. Mendorong berfungsinya demokrat konstitusional yang sehat.

Warga negara yang otonom harus melakukan tiga hal untuk mewujudkan demokrasi
konstitusional yaitu :

a. Menciptakan kultur taat hukum yang sehat dan aktif (culture of law).

b. ikut mendorong proses pembuatan hukum yang aspiratif (process of law making)

c. mendukung pembuatan materi-materi hukum yang renponsif (content of law)

d. Ikut menciptakan aparat penegak hokum yang jujur dan bertanggung jawab (structure of
law)

E. CARA DAN BUKTI MEMPEROLEH KEWARGANEGARAAN INDONESIA


Persyaratan untuk memperoleh kewarganegaraan RI, yaitu:
a. Telah berusia 18 tahun atau sudah menikah.
b. Pada waktu pengajuan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah negara RI
paling singkat 5 tahun berturut-turut atau paling lambat 10 tahun tidak berturut-turut.
c. Sehat jasmani dan rohani.
d. Dapat berbahasa indonesia serta mengakui dasar negara pancasila dan konstitusi UUD
1945.
e. Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan
pidana 1 tahun atau lebih.
f. Jika dengan memperoleh kewarganegaraan RI, tidak menjadi kewarganegaraan ganda.
g. Memiliki pekerjaan dan atau berpenghasilan tetap.
h. Membayar uang pewarganegaraan ke kas negara.

Tata cara permohonan memperoleh kewarganegaraan:

Eri Irawan 18280202710015


a. Permohonan pewarganegaraan di ajukan di Indonesia oleh pemohon secara tertulis
dalam bahasa Indonesia di atas kertas bermaterai cukup kepada presiden melalui
menteri.
b. Berkas permohonan pewarganegaraan disampaikan kepada pejabat.
c. Menteri meeneruskan permohonan tersebut disertai dengan pertimbangan kepada
presiden dalam waktu paling lambat 3 bulan terhitung sejak tanggal permohonan
diterima.
d. Permohonan pewarganegaraan dikenai biaya, yang diatur dengan peraturan pemerintah.

Syarat dan Tata Cara Memperoleh Kewarganegaraan Indonesia:


Untuk mengatasi masalah kewarganegaraan Indonesia dalam UU No. 62 Tahun 1958 dan
diperbaharui dalam UU No. 12 Tahun 2006 yang meliputi delapan cara, yaitu:
a. Telah berusia 18 tahun atau sudah kawin.
b. Pada waktu mengajukan permohonan kewarganegaraan telah tinggal di Negara RI
paling singkat 5 tahun berturut-turut atau paling singkat 10 tahun tidak berturut-turut.
c. Sehat jasmani dan rohani.
d. Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar Negara pancasila dan UUD Negara RI
tahun 1945.
e. Tidak pernah di jatuhi pidana karena karena melakukan tindak pidana yang di ancam
dengan pidana penjara 1 tahun atau lebih.
f. Jika dengan memperoleh kewarganegaraan RI, tidak menjadi berkewarganegaraan
ganda.
g. Mempunyai pekerjaan dan atau berpenghasilan tetap.
h. Membayar uang pewarganegaraan ke kas Negara.

Adapun tata caranya adalah sebagai berikut:


a. Permohonan di ajukan di Indonesia oleh pemohon secara tertulis dalam bahasa
Indonesia di atas kertas bermaterai cukup kepada presiden melalui menteri.
b. Berkas permohonan tersebut di sampaikan kepada pejabat.
c. Permohonan di sertai dengan pertimbangan kepada presiden dalam waktu paling lambat
3 bulan terhitung sejak tanggal permohonan diterima.
d. Permohonan di kenai biaya yang besarnya diatur dengan peraturan pemerintah.
e. Presiden dapat menerima dan menolak permohonan.

Eri Irawan 18280202710015


f. Pengabulan permohonan di tetapkan dengan keputusan presiden paling lambat 3 bulan
terhitung sejak permohonan diterima oleh menteri dan pemberitahuan kepada pemohon
paling lambat 14 hari terhitung sejak keputusan presiden di tetapkan.
g. Penolakanpermohonan disertai alasan dan di beritahukan oleh menteri paling lambat 3
bulan sejak tanggal permohonan di terima oleh menteri.
h. Keputusan presiden mengenai pengabulan permohonan berlaku efektif terhitung sejak
tanggal pemohon mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.
i. Paling lambat 3 bulan sejak keputusan presiden di kirim kepada pemohon, pejabat
memanggil pemohon untuk mengucapkan sumpah dan janji setia.
j. Apabila tidak hadir dalam pemanggilan tanpa alasan yang sah, maka keputusan presiden
batal demi hukum.
k. Apabila pelaksanaan sumpah atau janji tidak dapat di lakukan karena kelailan pejabat,
mak pemohon dapat menyatakan pengucpan sumpah atau janji setia di hadapan pejabat
lain yang di tunjuk menteri.
l. Pejabat tersebut membuat berita acara pelaksanaan sumpah atau janji.
m. Paling lambat 14 hari sejak tanggal pengucapan sumpah atau janji, pejabat
menyampaikan berita acara yang tersbut.
n. Setelah pengucapan sumpah atau janji pemohon wajib menyerahkan dokumen
keimigrasian atas namanya kepada kantor imigrasi paling lambat 14 hari.
o. Salinan keputusan presiden tentang pewarganegaraan menjadi bukti sah
kewarganegaraan seseorang.
p. Menteri mengumumkan nama orang yang telah memperoleh kewarganegaraan dalam
berita Negara RI.

Pada umumnya ada dua kelompok warga negara dalam suatu negara, yakni warga
negara yang memperoleh status kewarganegaraannya melalui stelsel pasif atau dikenal juga
dengan warga negara by operation of law dan warga negara yang memperoleh status
kewarganegaraannya melalui stelsel aktif dikenal dengan by registration.

Dalam penjelasan umum Undang-undang No.62/1958 bahwa ada tujuh cara


memperoleh kewarganegaraan Indonesia, yaitu (1) karena kelahiran. (2) karena
pengangkatan. (3) karena dikabulkannya permohonan. (4) karena pewarganegaraan. (5)
karena perkawinan. (6) karena turut ayah dan ibu serta (7) karena pernyataan.

Untuk memperoleh status kewarganegaraan Indonesia, diperlukan bukti-bukti sebagai


berikut (berdasarkan Undang-undang No.62/1958:

Eri Irawan 18280202710015


1. Surat bukti kewarganegaraan untuk mereka yang memperoleh kewarganegaraan
Indonesia karena kelahiran adalah dengan Akta Kelahiran.

2. Surat bukti kewarganegaraan untuk mereka yang memperoleh kewarganegaraan


Indonesia karena pengangkatan adalah Kutipan Pernyataan Sah Buku Catatan
Pengangkatan Anak Asing dari peraturan pemerintah No.67/1958, sesuai dengan Surat
Edaran Menteri Kehakiman No. JB.3/2/25. Butir 6. Tanggal 5 Januari 1959.

3. Surat bukti kewarganegaraan untuk mereka yang memperoleh kewarganegaraan


Indonesia karena dikabulkannya permohonan adalah Petikan Keputusan
Presidententang permohonan tersebut (tanpa pengucapan sumpah dan janji setia).

4. Surat bukti kewarganegaraan untuk mereka yang memperoleh kewarganegaraan


Indonesia karena pewarga-negaraan adalah Petikan Keputusan Presiden.

1. Surat bukti kewarganegaraan untuk mereka yang memperoleh kewarganegaraan


Indonesia karena pernyataan adalah sebagaimana diatur dalam surat edaran menteri
kehakiman No. JB.3/166/22, tanggal 30 September 1958 tentang memperoleh
kehilangan kewarganegaraan Repoblik Indonesia dengan pernyataan.

F. HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA


Apabila seseorang menjadi warga Negara suatu Negara, maka orang tersebut
mempunyai hak dan kewajiban. Hak adalah suatu yang seharusnya diperoleh oleh warga
Negara setelah melaksanakan segala sesuatu yang menjadi kewajibanya sebagai warga
Negara.
Hak dan kewajiban warga Negara yang di maksud adalah sebagai berikut:
1) Hak Warga Negara Indonesia menurut UUD 1945, adalah:
a. Hak atas pekerjaan dan penhidupan yang layak.
b. Berhak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan.
c. Berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan.
d. Setiap anak kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang, serta perlindungan
terhadap kekerasan.
e. Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya.
f. Berhak mendapatkan pendidikan,ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya
demi meningkatkan kualitas hidupnya dan atau demi kesejahteraan hidup manusia.

Eri Irawan 18280202710015


g. Setiap orang berhak memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara
kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya
h. Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum
yang adil serta perlakuan yang sama di depan hukum.
i. Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapatkan imbalan dan perlakuan yang
adil dan layak dalam hubungan kerja.
j. Setiap warga Negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahan.
k. Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.
l. Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadah menurut agamanya, memilih
pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih
tempat tinggal di wilayah Negara, dan meninggalkan nya serta berhak kembali.
m. Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran, dan
sikap, sesuai dengan hati nuraninya.
n. Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan
pendapat.
o. Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
menembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi dengan
menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.
p. Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat,
dan harta benda yang di bawah kekuasaannya serta berhak atas rasa aman dan
perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang
merupakan hak asasi.
q. Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan
derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka poliyik dari Negara lain.
r. Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik, serta bserhak memperoleh pelayanan
kesehatan.
s. Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh
kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan.
t. Setiap orang berhak atas jaminan social yang memungkinkan pengembangan dirinya
secara utuh sebagai manusia yang bermatabat.
u. Setiap orang berhak mempunuai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh
di ambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun.

Eri Irawan 18280202710015


v. Hak untuk hidup, hak untuk tidak di siksa, hak kemerdekaan pikiran, dan hati nurani,
hak beragama, hak untuk tidak di perbudak, hak untuk di akui sebagai pribadi di
hadapan hukum, hak untuk tidak di tuntut atas dasar hukum yang berlaku hukum
adalah hak asasi manusia yang tidak dapat di kurangi dalam keadaan apapun.
w. Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskrim.inatif atas dasar
apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat
diskriminatif itu.
x. Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional di hormati selaras dengan
perkembangan zaman dan peradaban.

2) Kewajiban warga Negara meliputi :


a. Wajib membayar pajak sebagai kontrak utama, antara Negara dengan warga Negara
dan membela tanah air (pasal 27).
b. Wajib membela pertahanan dan keamanan Negara (pasal 29).
c. Rajin menghormati hak asai orang lain dan mematuhi pembatasan yang terutang
dalam peraturan (pasal 28).
d. Wajib menjunjung hukum dan pemerintah.
e. Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan Negara.
f. Wajib tunduk kepada pembatasan yang di tetapkan dengan undang-undang untuk
menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain.

g. Wajib mengikuti pendidikan dasar

Eri Irawan 18280202710015


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Warga negara diartikan dengan orang-orang sebagai bagian dari suatu penduduk yang
menjadi unsur negara. Dalam menerapkan asas kewarganegaraan, dikenal dengan dua
pedoman, yaitu asas kewarganegaraan berdasarkan kelahiran dan asas kewarganegaraan
berdasarkan perkawinan. Dari sisi kelahiran, ada dua asas kewarganegaraan yang sering
dijumpai, yaitu ius soli (tempat kelahiran) dan ius sanguinis(keturunan). Sedangkan dari sisi
perkawinan dikenal pula asas kesatuan hukum dan asas persamaan derajat.
Unsur- unsur yang menentukan kewarganegaraan:
1. Unsur darah keturunan (Ius Sanguinis);
2. Unsur daerah tempat kelahiran (Ius Soli);
3. Unsur pewarganegaraan (Naturaalisasi).
Karateristik warga negara yang demokrat:
1. Rasa hormat dan tanggung jawab;
2. Bersikap kritis;
3. Membuka diskusi dan dialog;
4. Bersikap terbuka;
5. Rasional;
6. Adil;
7. Jujur.

B. Saran
Sebagai warga negara yang baik kita harus mencintai dan menjaga kesatuan negara kita
agar negara yang sangat kita cintai ini menjadi negara yang makmur dan sentosa seperti cita-
cita dan tujuan bangsa kita yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945.

Eri Irawan 18280202710015


DAFTAR PUSTAKA

http://hapidzcs.wordpress.com/2012/10/05/konsep-dasar-sebagai-warga-negara/

http://putrajelapat.blogspot.com/2009/11/konsep-tentang-warganegara-civic.html

Eri Irawan 18280202710015


2. Laporan Hasil Diskusi tentang konsep warga negara, teori kewarganegaraan Indonesia,
dan permasalahan kewarganegaraan yang terjadi di Indonesia.

BAB I
Pendahuluan

A. Latar belakang pelaksanaan diskusi


Dalam pengertian warga negara secara umum dinyatakan bahwa warga negara
merupakan anggota negara yang mempunyai kedudukan khusus terhadap negaranya. Ia
mempunyai hubungan hak dan kewajiban yang bersifat timbal balik terhadap negaranya.
Berdasarkan pada pengertian tersebut, maka adanya hak dan kewajiban warga negara
terhadap negaranya merupakan sesuatu yang niscaya ada. Dalam konteks Indonesia, hak
warga negara terhadap negaranya telah diatur dalam Undang-undang Dasar 1945 dan berbagai
peraturan lainnya yang merupakan derivasi dari hak-hak umum yang digariskan dalam UUD
1945. di antara hak-hak warga negara yang dijamin dalam UUD adalah hak asasi manusia.
Dalam melakasanakan haknya, seseorang dibatasi oleh kewajibannya sendiri dan hak
orang lain. Dengan kata lain, perlaksanaan hak seseorang harus memeprtimbangkan hak orang
lain pula. Alangkah lebih baik, sebelum menuntut hak harus melaksanakan kewajiban terlebih
dahulu. Kewajiban seorang warga negara misalnya membayar pajak dan mengikuti peraturan
perundang-undangan yang berlaku di negaranya.

B. Tujuan diskusi
Adapun tujuan dilakukannya diskusi adalah sebagai laporan untuk tugas mata kuliah
PKn pada Kelas PPG 2018 sekaligus lebih memahami tentang makna Pancasila sebagai
pedoman hidup dalam berbangsa dan bernegara.

C. Topik atau masalah yang didiskusikan


Yang menjadi topik dalam diskusi ini adalah konsep warga negara, teori
kewarganegaraan Indonesia, dan permasalahan kewarganegaraan yang terjadi di Indonesia.

D. Tempat, waktu, dan peserta diskusi


Diskusi ini dilaksanakan di SDN 1 Sukatani Kecamatan Wanasalam Kabupaten Lebak,
Banten. Adapun waktu pelaksanaan diskusi yaitu pada tanggal 19 September 2018, diikuti
oleh 4 orang Guru Kelas SDN 1 Sukatani yaitu: Masmuah, S.Pd.SD, Dadan Ramdani, S.Pd,
Eri Irawan, S.Pd.SD, dan Ahmad Basohi, S.Pd.SD

Eri Irawan 18280202710015


BAB II
Uraian Diskusi

Diskusi ini dilakukan pada jam istirahat kegiatan belajar mengajar, dan dilakukan sebagai
obrolan ringan antar guru. Adapun materi diskusi yang dibahas yaitu tentang Konsep warga
negara, teori kewarganegaraan Indonesia, dan permasalahan kewarganegaraan yang terjadi di
Indonesia.
Penanya pertama (1)(Ahmad Basohi) :
Apa yang dimaksud warga negara?
Jawab: (Masmuah)
Dalam pengertian warga negara secara umum dinyatakan bahwa warga negara merupakan
anggota negara yang mempunyai kedudukan khusus terhadap negaranya. Ia mempunyai
hubungan hak dan kewajiban yang bersifat timbal balik terhadap negaranya. Berdasarkan pada
pengertian tersebut, maka adanya hak dan kewajiban warga negara terhadap negaranya
merupakan sesuatu yang niscaya ada. Dalam konteks Indonesia, hak warga negara terhadap
negaranya telah diatur dalam Undang-undang Dasar 1945 dan berbagai peraturan lainnya yang
merupakan derivasi dari hak-hak umum yang digariskan dalam UUD 1945.

Penanya kedua (2) (Eri Irawan)


Apa saja hak warga negara? Mohon dijelaskan!
Jawab: (Dadan Ramdani)
hak-hak warga negara yang dijamin dalam UUD adalah hak asasi manusia yang rumusan
lengkapnya tertuang dalam pasal 26, 27, 28 dan 30, 31, yaitu sebagai berikut:
a. Pasal 26 ayat (1) yang menjadi warga negara adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan
orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan Undang-undang sebagai warga negara. Pada
ayat (2), syarat-syarat mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan undang-undang.

b. Pasal 27, ayat (1) Segala warga negara bersamaan dengan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya. Pada ayat (2), Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan.

c. Pasal 28, Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan
tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.

d. Pasal 30 ayat (1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaa
negara. dan ayat (2) Syarat-syarat tentang pembelaan diatur dengan undang-undang.
Eri Irawan 18280202710015
e. Pasal 31 ayat (1) Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran.

Sedangkan contoh kewajiban yang melekat bagi setiap warganegara antara lain kewajiban
membayar pajak sebagai kontrak utama antara negara dengan warga, membela tanah air,
membela pertahanan dan keamanan negara, menghormati hak asasi orang lain dan mematuhi
pembatasan yang tertuang dalam peraturan, dan berbagai kewajiban lainnya dalam undang-
undang. Prinsip utama dalam penentuan hak dan kewajiban warganegara adalah terlibatnya
warga (langsung atau perwakilan) dalam setiap perumusan hak dan kewajiban tersebut, sehingga
warga sadar dan menganggap hak dan kewajiban tersebut sebagai bagian dari kesepakatan
mereka yang dibuat sendiri

Penanya ketiga (3) (Eri Irawan)


Apa saja yang menjadi kewajiban warga negara? Mohon penjelasannya!
Jawab: (Masmuah)
contoh kewajiban yang melekat bagi setiap warganegara antara lain kewajiban membayar pajak
sebagai kontrak utama antara negara dengan warga, membela tanah air, membela pertahanan dan
keamanan negara, menghormati hak asasi orang lain dan mematuhi pembatasan yang tertuang
dalam peraturan, dan berbagai kewajiban lainnya dalam undang-undang.

Penanya keempat (4) (Ahmad Basohi)


Jelaskan jenis-jenis hak warga negara!
Jawab: (Eri Irawan)
Hak merupakan sesuatu yang boleh kita dapatkan, miliki, dan bukanlah menjadi keharusan.
Kansil (1989) membedakan hak ke dalam dua jenis hak, yakni:
a. Hak mutlak ialah hak yang memberikan wewenang kepada seseorang untuk melakukan suatu
perbuatan, hak mana dapat dipertahankan terhadap siapapun juga, dan sebaliknya setiap orang
juga harus menghhormati hak tersebut. Misalnya hak untuk hidup dan hak untuk memeluk
agama. Selnajutnya hak mutlah terbagi ke dalam tiga macam hak, yaitu:
1) Hak asasi manusia, misalnya hak untuk hidup dan melanjutkan keturunan.
2) Hak publik mutlak, misalnya hak negara untuk memungut pajak dari rakyatnya.
3) Hak keperdataan, misalnya hak marital.
b. Hak nisbi atau hak relatif ialah hak yang memberikan wewenang kepada seorang tertentu atau
beberapa orang tertentu untuk menuntut agar seseorang atau beberapa orang tertentu
memberikan sesuatu, melakukan sesuatu, atau tidak melakukan sesuatu. Hak ini biasanya
berada dalam hukum perikatan yang harus disetujui oleh kedua belah pihak.

Eri Irawan 18280202710015


BAB III
Simpulan

Warga negara secara umum dinyatakan bahwa warga negara merupakan anggota negara
yang mempunyai kedudukan khusus terhadap negaranya. Ia mempunyai hubungan hak dan
kewajiban yang bersifat timbal balik terhadap negaranya. Cara memperoleh kewargenegaraan
dengan kelahiran terdapat dua asas (Komalasari & Syaifullah, 2009, hlm. 6), yaitu asas
keturunan (ius sanguinis) dan asas tempat kelahiran (ius soli). Prinsip ini akan menimbulkan
permasalahan kewarganegaraan, yaitu apatride (tidak berkewarganegaraan) dan bipatribe
(berkewarganegaraan ganda). Warga negara global adalah warga negara yang bertanggungjawab
untuk memenuhi persyaratan institusional dan kultural demi kebaikan yang lebih besar bagi
masyarakat (Korten, 1993). Sifat yang menjadi ciri khas dari seorang warga negara yang
bertanggung jawab adalah adanya komitmen terhadap nilai integratif dan penerapan aktif
kesadaran kitisnya, yaitu kemampuan untuk berpikir mandiri, kritis, dan konstruktif, kemampuan
melihat masalah dalam konteks jangka panjang, dan untuk membuat penilaiian berdasarkan
suatu komitmen kepada kepentingan masyarakat jangka panjang.

Eri Irawan 18280202710015


BAB IV
Lampiran

Daftar Hadir Diskusi

Materi : konsep warga negara, teori kewarganegaraan Indonesia, dan permasalahan


kewarganegaraan yang terjadi di Indonesia.
Tempat : SDN 1 Sukatani
Tanggal : 19 September 2018

No Nama Guru Kelas Tanda Tangan

1 Masmuah, s.Pd.SD Guru Kelas II

2 Ahmad Basohi, S.Pd.SD Guru Kelas VB

3 Eri Irawan, S.Pd.SD Guru Kelas VI B

4 Dadan Ramdani, S.Pd Guru Penjasorkes

Eri Irawan 18280202710015


3. Hasil kajian permasalahan kewarganegaraan yang terjadi di Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Negara? Apa itu negara? Pada dasarnya negara adalah sebuah organisasi seperti
layaknya sebuah organisasi, Negara memiliki anggota, tujuan dan peraturan. Anggota negara
adalah warganya, tujuan Negara biasanya tercantum dalam pembukaan konstitusinya
(Undang-undang dasar), sedang peraturannya dikenal sebagai hokum. Bedanya dengan
organisasi yang lain, Negara berkuasa di atas individu-individu dan di atas organisasi-
organisasi pada suatu wilayah tertentu. Peraturan negara berhak mengatur seluruh individu
dan organisasi yang ada pada suatu wilayah tertentu, sedangkan peraturan organisasi hanya
berhak mengatur fihak-fihak yang menjadi anggotanya saja. Peraturan Negara bersifat
memaksa, nila ada yang tidak mematuhinya, mempunyai hak untuk memberikan sanksi yang
bersifat kekerasan. Sepanjang sejarah manusia hidup di atas permukaan bumi, manusia telah
bernegara. Mulai dari Negara dalam bentuknya yang paling primitive yaitu kesukuan, Negara
kota, sampai Negara kerajaan, Negara republic dan Negara demokrasi. Sampai saat ini tidak
ada satupun ta’rif negara yang diakui semua fihak. Ahli-ahli ilmu kenegaraan saling berbeda
pendapat tentang apa itu negara. Secara sederhana bisa kita katakan bahwa yang dimaksud
dengan Negara adalah organisasi yang menaungi semua fihak dalam suatu wilayah tertentu.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep dasar tentang negara?
2. Apa saja tujuan negara?
3. Apa saja unsur-unsur negara?
4. Bagaimana teori terbentuknya negara?
5. Bagaimana hubungan agama dan negara?
6. Bagaimana relasi agama dan negara dalam perspektif Islam?

Eri Irawan 18280202710015


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Warga Negara dan Kewarganegaraan


1. Warga Negara
Warga negara diartikan dengan orang-orang sebagai bagian dari suatu penduduk
yang menjadi unsur negara. Istilah ini dahulu disebut hamba atau kawula. Istilah warga
negara lebih sesuai dengan kedudukannya sebagai orang merdeka dibandingkan dengan
istilah hamba atau kawula negara, karena warga negara mengandung arti peserta, anggota
atau warga dari suatu negara, yakni peserta dari suatu persekutuan yang didirikan dengan
kekuatan bersama, atas dasar tanggung jawab bersama dan untuk kepentingan bersama.
Untuk itu, setiap warga negara empunyai persamaan hak di hadapan hukuum. Semua
warga negara memiliki kepastian hak, privasi, dan tanggung jawab.
istilah warga negara merupakan terjemahan dari kata citizen (bahasa Ingggris) yang
mempunyai arti sebagai berikut;
1. Warga negara;
2. Petunjuk dari sebuah kota;
3. Sesama warga negara, sesama penduduk, orang setanah air;
4. Bawahan atau kawula.

Menurut As Hikam dalam Ghazalli (2004), warga negara sebagai sebagai terjemahan
dari citizen artinya adalah anggota dari suatu komunitas yang membentuk negara itu
sendiri.
Pengertian warga negara secara umum dinyatakan bahwa warga negara merupakan
anggota negara yang mempunyai kedudukan khusus terhadap negaranya.

2. Pengertian Kewarganegaraan
Istilah kewarganegaraan (citizenship) memiliki arti keanggotaan yang menunjukkan
hubungan atau ikatan anatara negara dan warga negara. Menurut memori penjelasan dari
pasal II Peraturan Penutup Undang-Undang No. 62 tahun 1958 tentang Kewarganeraan
Republik Indonesia, kewarganegaraan diartikan segala jenis hubungan dengan suatu negara
yang mengakibatkan adanya kewajiban negara itu untuk melindungi orang ang

Eri Irawan 18280202710015


bersangkutan. Adapun menurut Undang-Undang Kewarganegaraan Republik Indonesia,
kewarganegaraan adalh segala hal ihwal yang berhubungan dengan negara.

3. Konsep Dasar Tentang Negara


Secara litral istilah negara merupakan terjemahan dari kata-kata asing,
yakni state(bahasa Inggris), staat (bahasa Belanda dan Jerman), dan etat (bahasa Prancis).
Kata state, staat, etat itu diambil dari kata bahasa Latin status atau statum, yang berarti
keadaan yang tegak dan tetap atau sesuatu yang memiliki sifat-sifat yang tegak dan tetap.
Secara terminologi, negara diartikan dengan organisasi tertinggi diantara ssatu
kelompok masyarakat yang mempunyai cita-cita untuk bersatu, hidup di dalam daerah
tertentu yang mempunyai pemerintah yang beraulat. Pengertian ini mengandung nilai
konstitutif dari sebuah negara yang meniscayakan adanya unsur dalam sebuah negara,
yakni adanya masyarakat (rakyat), adanya wilayah (daerah) dan adanya pemerintah yang
berdaulat.
Secara sederhana dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan negara adalah suatu
daerah teritorial yang rakyatnya diperintah (governed) oleh sejumlah pejabat yang berhak
menuntut dari warganegaranya untuk taat pada peraturan perundang-undangan melalaui
penguasaan (kontrol) monopolistis dari kekuasaan yang sah.
4. Tujuan Negara
Sebagai sebuah organisasi kekuasaan dari kumpulan orang-orang yang mendiaminya,
negara harus memiliki tujuan yang disepakati bersama. tujuan sebuah negara dapat
bermaam-macam, antara lain;
1. Bertujuan untuk memperluas kekuasaan semata-mata;
2. Bertujuan menyelenggarakan ketertiban hukum;
3. Bertujuan untuk mencapai kesejahteraan umum

Dalam konsep dan ajaran plato, tujuan dengan adanya negara adalah untuk memajukan
kesusilaan manusia, sebagai perseorangan (individu) dan sebagai makhluk sosial.
Sedangkan menurut Roger H. Soltau tujuan negara adalah memungkinkan rakyatnya
berkembang serta menyelenggarakan daya ciptanya sebebas mungkin.
Dalam islam, seperti yang dikemukakan oleh Ibnu Arabia, tujuan negara adalah agar
manusia dapat menjalakan kehidupannya dengan baik, jauh dari sengketa dan menjaga
intervensi pihak-pihak asing. Paradigma ini didasarkan pada konsep sosio-historis bahwa
manusia diciptakan oleh Allah dengan watak dan kecenderungan berkumpul dan

Eri Irawan 18280202710015


bermasyarakat, yang membawa konsekuensi antara individu-individu satu sama lain saling
membutuhkan bantuan. Sementara menurut Ibnu Khaldun, tujuan negara adalahh untuk
kemaslahatan agama dan dunia yang bermuara pada kepentingan akhirat.
Sementara itu, dalam konsep dan ajaran Negara Hukum, tujuan negara adalah
menelenggarakan ketertiban hukum, dengan berdasarkan dan berpedoman pada hukum.
Dalam negara hukum segala kekuasaan dai alat-alat pemerrintahannya didasarkan atas
hukum. Semua oarang tanpa kecuali harus tunduk dan taat pada hukum, hanya hukumlah
yang berkuasa dalam negara itu (government not by man but by low = the rule of law).
Dalam konteks negara Indonesia, tujuan negara (sesuai dengan pembukaan UUD 1945)
adalah untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamain abadi dan
keadilan sosial. Selain itu dalam pembukaan UUD 1945 ditetapkan bahwa Negara
Indonesia berdasarkan atas hukum (rechtstaat), tidak berdasarkan kekuasaan belaka
(matchstaat). Dari pembukaan dan penjelasan Uud 1945 tersebut, dapat dikatakan bahwa
Indonesia merupakan suatu negara hukum yang bertujuan untuk mewujudkan
kesejahteraan umum, membentuk suatu masyarakat yang adil dan makmur.

5. Unsur-unsur Negara
Sebuah negara mempunyai unsur-unsur yang harus ada di dalamnya yaitu sebagai berikut.
1. Rakyat (Masyarakat/Warga Negara)
Setiap negara tidak mungkin bisa ada tanpa adanya warga atau rakyatnya. Unsur rakyat
ini sangat penting dalam sebuah negara, karena secara konkret rakyatlah memiliki
kepentingan agar negara itu dapat berjalan dengan baik. Selain it, bagaimanapun juga
manusialah yang akan mengatur dan menentukan sebuah organisasa (negara).Rakyat
dalam konteks ini diartikan sebagai sekumpulan manusia yang dipersatukan oleh suatu
rasa persamaan dan yang bersama-sama mendiami suatu wilayah tertentu. Mungkin
tidak dapat dibayangkan adanya suatu negara tanpa rakyat (warga negara). Rakyat
adalah substratum dari negara.

2. Wilayah
Wilayah dalam sebuah negara merupakan unsur yang harus ada, karena tidak mungkin
ada negara tanpa ada batas-batas teritorial yang jelas. Secara mendasar, wilayah dalam
sebuah negara biasanya mencakup daratan (wilayah darat), peraiaran (wilayah
laut/perairan) dan udara (wilayah udara).
 Daratan (Wilayah Darat)

Eri Irawan 18280202710015


Wilayah darat suatu negara dibatasi oleh wilayah darat dan laut (perairan) negara
lain. Perbatasan wilayah sebuah negara biasanya ditentukan berdasarkan perjanjian
yakni perjanjian antara dua negara atau lebih.

 Perairan (Wilayah Laut/Perairan)


Perairan atau laut yang menjadi bagian atau termasuk wilayah suatu negara disebut
perairan atau laut teritorial dari negara yang bersangkutan. Adapun batas dari
perairan teritorial itu pada umumnya 3 mil laut (5,555 km) yang dihitung dari pantai
ketika air surut. Laut yang berada diluar perairan teritorial disebut Lautan Bebas
(Mare Liberum). Disebut dengan Lautan Bebas, karena wilayah perairan tersebut
tidak termasuk wilayah kekuasaan suatu negara sehingga siapapun bebas
memanfaatkannnya.

 Udara (wilayah Udara)


Udara yang berada di atas wilayah darat (daratan) dan wilayah laut (perairan)
teritorial suatu negara merupakan bagian dari wilayah udara sebuah negara.
Mengenai batas ketinggian sebuah wilayah negara tidak memiliki batas yang pasti,
asalkan negara yang bersangkutan dapat mempeertahankannya.

3. Pemerintah

Pemerintah adalah alat kelengkapan negara yang bertugas memimpin organisasi negara
untuk mencapai tujuan negara. Oleh karenanya, pemerintah seringkali menjadi
personifikasi sebuah negara.

Pemerintah menegakkan hukum dan memberantas kekacauan, mengadakan perdamaian


dan menyelaraskan kepentingan-kepentingan yang bertantangan. Pemerintah yang
menetapkan, menyatakan dan menjalankan kemauan individu-individu yang tergabung
dalam organisasi politik yang disebut negara. Pemerintah adalah badan yang mengatur
urusan sehari-hari, yang menjalankan kepentingan-kepentingan bersama. Pemerintah
melaksanakan tujuan-tujuan negara, menjalankan fungsi-fungsi kesejahteraan bersama-
sama.

6. Teori Terbentuknya Negara


Adapun beberapa teori tentang terbentuknya suatu Negara yakni sebagai berikut.
1. Teori kontrak sosial (social contract)/ Teori Perjanjian Masyarakat

Eri Irawan 18280202710015


Teori ini beranggapan bahwa Negara dibentuk berdasarkan perjanjian-perjanjian
masyarakat. Beberapa pakar penganut teori kontrak sosial yang menjelaskan teori asal-
mula Negara, diantaranya:
 Thomas Hobbes (1588-1679)
Menurutnya syarat membentuk Negara adalah dengan mengadakan perjanjian
bersama individu-individu yang tadinya dalam keadaan alamiah berjanji akan
menyerahkan semua hak-hak kodrat yang dimilikinya kepada seseorang atau sebuah
badan. Teknik perjanjian masyarakat yang dibuat Hobbes sebagai berikut setiap
individu mengatakan kepada individu lainnya bahwa “Saya memberikan kekuasaan
dan menyerahkan hak memerintah kepada orang ini atau kepada orang-orang yang
ada di dalam dewan ini dengan syarat bahwa saya memberikan hak kepadanya dan
memberikan keabsahan seluruh tindakan dalam suatu cara tertentu.

 John locke (1632-1704)


Dasar kontraktual dan Negara dikemukakan Locke sebagai peringatan bahwa
kekuasaan penguasa tidak pernah mutlak tetapi selalu terbatas, sebab dalam
mengadakan perjanjian dengan seseorang atau sekelompok orang, individu-individu
tidak menyerahkan seluruh hak-hak alamiah mereka.

 Jean Jacques Rousseau (1712-1778)


Keadaan alamiah diumapamakannya sebagai keadaan alamiah, hidup individu bebas
dan sederajat, semuanya dihasilkan sendiri oleh individu dan individu itu puas.
Menurut “Negara” atau “badan korporatif” dibentuk untuk menyatakan “kemauan
umumnya” (general will) dan ditujukan pada kebahagiaan besama. Selain itu Negara
juga memperhatikan kepentingan-kepentingan individual (particular interest).
Kedaulatannya berada dalam tangan rakyat melalui kemauan umumnya.

2. Teori Ketuhanan

Negara dibentuk oleh Tuhan dan pemimpin-pemimpin Negara ditunjuk oleh Tuhan Raja
dan pemimpin-pemimpin Negara hanya bertanggung jawab pada Tuhan dan tidak pada
siapapun. Penganut teori ini adalah Agustinus, Yulius Stahi, Haller, Kranenburg dan
Thomas Aquinas.

3. Teori kekuatan

Eri Irawan 18280202710015


Negara yang pertama adalah hasil dominasi dari komunikasi yang kuat terhadap
kelompok yang lemah, Negara terbentuk dengan penaklukan dan pendudukan. Dengan
penaklukan dan pendudukan dari suatu kelompok etnis yang lebih kuat atas kelompok
etnis yang lebih lemah, dimulailah proses pembentukan Negara. Penganut teori ini
adalah H.J. Laski, L. Duguit, Karl Marx, Oppenheimer dan Kollikles.

4. Teori Organis

Menurut Dede Rosyada, dkk (2005: 54) mengemukakan konsepsi organis tentang
hakikat dan asal mula negara adalah suatu konsep bilogis yang melukiskan negara
dengan istilah-istilah ilmu alam. Negara dianggap atau disamakan dengan makhluk
hidup, manusia atau binatang individu yang merupakan komponen-komponen Negara
dianggap sebagai sel-sel dari makhluk hidup itu. Kehidupan corporal dari Negara dapat
disamakan sebagai tulang belulang manusia, undang-undang sebagai urat syaraf, raja
(kaisar) sebagai kepala dan para individu sebagai daging makhluk itu.

5. Teori Historis

Teori ini menyatakan bahwa lembaga-lambaga sosial tidak dibuat, tetapi tumbuh secara
evolusioner sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan manusia.

6. Teori kedaulatan hukum

Teori kedaulatan hukum (Rechts souvereiniteit) (Mienu, 2010) menyatakan semua


kekuasaan dalam negara berdasar atas hukum. Pelopor teori ini adalah H. Krabbe dalam
buku Die Moderne Staats Idee.

7. Teori Hukum Alam

Filsufgaul (2012) menuliskan teori hukum alam yakni negara terjadi karena kehendak
alam yang merupakanlembaga alamiah yang diperlukan manusia untuk
menyelenggarakan kepentingan umum. Penganut teori ini adalah Plato, Aristoteles,
Agustinus, dan Thomas Aquino.

7. Teori Hubungan Agama dan Negara

Eri Irawan 18280202710015


Dalam memahami hubungan agama dan negara dapat dijelaskan dengan beberapa konsep
hubungan agama dan negara menurut beberapa aliran, yaitu paham teokrasi, paham
sekuler dan paham komunis.

1. Paham Teokrasi

Dalam paham teokrasi, hubungan agama dan negara digambarkan sebagai dua hal
yang tidak dapat dipisahkan. Negara menyatu dengan agama, karena pemerintahan
menurut paham ini diajalankan berdasarkan firman-firman Tuhan, segala tata
kehidupan dalam masyarakat, bangsa, dan negara dilakukan atas titah tuhan. Dengan
demikian, urusan kenegaraan atau politik, dalam paham teokrasi juga diyakini
sebagai menifestasi firman Tuhan.

Dalam perkembangannya, paham teokrasi terbagi ke dalam dua bagian, yakni paham
teokrasi langsung dan paham teokrasi tidak langsung. Menurut paham teokrasi
langsung, pemerintahan diyakini sebagai otoritas Tuhan secara langsung pula.
Adanya negara di dunia ini adalah atas kehendak Tuhan, dan oleh karena itu yang
memerintah adalah Tuhan pula. Sedangkan menurut sistem pemerintahan teokrasi
tidak langsung yang memerintah bukanlah Tuhan sendiri, melainkan yang
memerintah adalah raja atau kepala negara yang memiliki otoritas atas nama Tuhan.
Kepala negara atau raja diyakini memerintah atas kehendak Tuhan. Dalam kata lain
dalam paham teokrasi ini sistem dan norma-norma dalam negara dirumuskan
berdasarkan firman-firman Tuhan.

2. Paham Sekuler

Paham sekuler memisahkan dan membedakan antara agama dan negara. Dalam
negara sekuler, tidak ada hubungan antara sistem kenegaraan dengan agama. Dalam
paham ini, negara adalah urusan hubungan manusia dengan manusia lain, atau urusan
dunia. Sedangkan agama adalah hubungan manusia dengan Tuhan. Dua hal ini,
menurut paham ini tidak dapat disatukan.

3. Paham Komunis

Paham ini menimbulkan paham atheis, paham yang dipelopori oleh Karl Mark ini,
memandang agama sebagai candu masyarakat (Mark, dalam Louis Leahy, 1992:97-
98). Menurutnya manusia ditentukan oleh dirinya sendiri. Sementara agama dalam

Eri Irawan 18280202710015


paham ini, dianggap sebagai suatu kesadaran diri bagi manusia sebelum menemukan
dirinya sendiri.

Kehidupan manusia adalah dunia menusia itu sendiri yang kemudian menghasilkan
masyarakat negara. Sedangkan agama dipandang sebagai realisasi fantasi makhluk
manusia, dan agama merupakan keluhan makhluk tertindas. Oleh karena itu, agama
harus ditekan, bahkan dilarang. Nilai yang tertinggi dalam negara adalah materi,
karena manusia sendiri pada hakekatnya adalah materi.

8. Relasi Agama dan Negara dalam Perspektif Islam

Dalam lintasan sejarah dan opini para teoritis politik Islam, ditemukan beberapa pendapat
yang berkenaan dengan konsep hubungan agama dan negara, antara lain dapat dirangkum
ke dalam tiga paradigma, yakni integralistik, simbiotik, sekularistik.

1. Paradigma Integralistik

merupakan paham dan konsep hubungan agama dan negara yang menganggap bahwa
agama dan negara merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya
merupakan dua lembaga yang menyatu (integrated). Ini juga memberikan pengertian
bahwa negara merupakan suatu lembaga politik dan sekaligus lembaga agama.
Konsep ini menegaskan kembali bahwa Islam tidak mengenal pemisahan antara
agama dan politik atau negara. Konsep ini sama seperti konsep teokrasi.

Paradigma ini kemudian melahirkan konsep tentang agama-negara, yang berarti


bahwa kehidupan kenegaraan diatur dengan menggunakan hukum dan prinsip
keagamaan. Dari sinilah kemudian paradigma integralistik dikenal juga dengan
paham Islam (Din wa Dawlah), yang sumber hukum positifnya adalah hukum
agama. Paradigma Integralistik ini antara lain dianut oleh kelompok Islam Syi’ah.
Hanya saja Syi’ah tidak menggunakan term dawlah tetapi dengan term imamah.

2. Paradigma Simbiotik

Menurut konsep ini, hubungan agama dan negara dipahami saling membutuhkan dan
bersifat timbal balik. Dan dalam konteks ini, agama membutuhkan negara sebagai
instrumen dalam melestarikan dan mengembangkan agama. Begitu juga sebaliknya,
negara juga memerlukan agama, karena agama juga membantu negara dalam
membina moral, etika, dan spiritualitas.
Eri Irawan 18280202710015
Dalam konteks ini paradigma simbiotik ini, Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa
adanya kekuasaan yang mengatur kehidupam manusia merupakan kewajiban agama
yang paling besar, karena tanpa kekuasaan negara, maka agama tidak bisa berdiri
tegak (Taimiyah, al Siyasah al Syar’iyyah: 162). Pendapat Ibnu Taimiyah tersebut
meligitimasi bahwa antara agama dan negara merupakan dua entitas yang berbeda,
tetapi saling membutuhkan. Oleh karena itu, konstitusi yang berlaku dalam
paradigma ini tidak saja berasal dari adanya social contract, tetapi bisa saja diwarnai
oleh hukum agama (syari’at)

3. Paradigma Sekularistik

Paradigma sekularistik beranggapan bahwa ada pemisahan (disparitas) antara agama


dan negara. Agama dan negara merupakan dua bentuk yang berbeda dan satu sama
lain memiliki garapan bidang masing-masing, sehingga keberadaannya harus
dipisahkan dan tidak boleh satu sama lain melakukan intervensi. Berdasarkan pada
pemahaman yang dikotomis ini, maka hukum positif yang berlaku adalah hukum
yang betul-betul berasal dari kesepakatan manusia melalui social contract dan tidak
ada kaitannya dengan hukum agama (syari’at).

Konsep ini bisa dilihat dari pendapat Ali Abdul Raziq yang menyatakan bahwa
dalam sejarah kenabian Rasulullah saw. pun tidak ditemukan keinginan Nabi
Muhammad SAW. untuk mendirikan agama. Rasulullah saw. hanya menyampaikan
risalah kepada manusia dan mendakwahkan ajaran agama kepada manusia.

Eri Irawan 18280202710015


BAB III
KESIMPULAN

Peraturan negara berhak mengatur seluruh individu dan organisasi yang ada pada suatu
wilayah tertentu, sedangkan peraturan organisasi hanya berhak mengatur fihak-fihak yang
menjadi anggotanya saja. Peraturan Negara bersifat memaksa, nila ada yang tidak mematuhinya,
mempunyai hak untuk memberikan sanksi yang bersifat kekerasan. Sepanjang sejarah manusia
hidup di atas permukaan bumi, manusia telah bernegara. Mulai dari Negara dalam bentuknya
yang paling primitive yaitu kesukuan, Negara kota, sampai Negara kerajaan, Negara republic dan
Negara demokrasi. Sampai saat ini tidak ada satupun ta’rif negara yang diakui semua fihak.
Ahli-ahli ilmu kenegaraan saling berbeda pendapat tentang apa itu negara. Secara sederhana bisa
kita katakan bahwa yang dimaksud dengan Negara adalah organisasi yang menaungi semua
fihak dalam suatu wilayah tertentu.
Istilah warga negara lebih sesuai dengan kedudukannya sebagai orang merdeka
dibandingkan dengan istilah hamba atau kawula negara, karena warga negara mengandung arti
peserta, anggota atau warga dari suatu negara, yakni peserta dari suatu persekutuan yang
didirikan dengan kekuatan bersama, atas dasar tanggung jawab bersama dan untuk kepentingan
bersama. Untuk itu, setiap warga negara empunyai persamaan hak di hadapan hukuum. Semua
warga negara memiliki kepastian hak, privasi, dan tanggung jawab.
Dalam konteks negara Indonesia, tujuan negara (sesuai dengan pembukaan UUD 1945)
adalah untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamain abadi dan keadilan
sosial. Selain itu dalam pembukaan UUD 1945 ditetapkan bahwa Negara Indonesia berdasarkan
atas hukum (rechtstaat), tidak berdasarkan kekuasaan belaka (matchstaat). Dari pembukaan dan
penjelasan Uud 1945 tersebut, dapat dikatakan bahwa Indonesia merupakan suatu negara hukum
yang bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan umum, membentuk suatu masyarakat yang adil
dan makmur.

Eri Irawan 18280202710015


DAFTAR PUSTAKA

Azra, Azyumardi. 2003. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah,

Wahab, Abdul Aziz. 2011. Teori dan Landasan Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung:
Alfabeta.

Winarso. 2009. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Kansil. 2001. Ilmu Negara Umum Dan Indonesia. Jakarta: PT Pradnya Paramita.

Wibowo, Dwi Cahyadi. Konsep Teori dan Proses terbentuknya Negara, Dalam
laman http://dwicahyadiwibowo.blogspot.com

Muhammad, Hussein. 2000. Islam dan Negara Kebangsaan. Yogyakarta: LKIS.

Azyumardi Azra, Pendidikan Kewarganegaraan, (Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah,


2003), hal. 73

Abdul Aziz Wahab, Teori dan Landasan Pendidikan Kewarganegaraan, (Bandung: Penerbit
Alfabeta, 2011) hal. 201

Winarso, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), hal.
49

Azyumardi Azra, Pendidikan Kewarganegaraan, (Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah,


2003), hal. 43-44

Kansil, Ilmu Negara Umum Dan Indonesia, (Jakarta: PT Pradnya Paramita, 2001), hal. 69-70

Dwi Cahyadi Wibowo, Konsep Teori dan Proses terbentuknya Negara, Dalam
laman http://dwicahyadiwibowo.blogspot.com, diunduh pada 18 Maret 2015.

Hussein Muhammad, Islam dan Negara Kebangsaan, (Yogyakarta: LKIS, 2000), hal 69.

Eri Irawan 18280202710015

Anda mungkin juga menyukai