Anda di halaman 1dari 23

TUGAS MK PANCASILA

KONSEP DAN URGENSI MEMPELAJARI PANCASILA

Disusun Oleh :

Kelompok 1 (Kelas B)

1. Muhammad Abdur Rosyid Dakhilulah 09021181722002

2. Bayu Catur Wangsa Ramadhan 09021181722004

3. Muhammad Agung Hikmatullah 09021181722006

DOSEN PEMBIMBING : NUKMAL HAKIM

PRODI TEKNIK INFORMATIKA

FASILKOM UNSRI INDRALAYA

2018
BAB I
PENDAHULUAN

Istilah “Pancasila” telah dikenal di Indonesia sejak zaman majapahit abad ke-14 yang terdapat
dalam buku Negara Kertagama karangan Empu Prapanca dan dalam buku Sutasoma karangan
Empu Tantular. Tetapi Pancasila baru dikenal oleh bangsa Indonesia sejak tanggal 1 Juni 1945,
yaitu pada waktu Ir. Soekarno mengusulkan Pancasila sebagai dasar negara dalam sidang
Badan Penyidik Usaha – Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Dari segi
etimologi Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya Panca (lima) dan Sila
(dasar/prinsip). Jadi, pancasila adalah lima dasar atau lima prinsip.

Pancasila adalah jati diri bangsa Indonesia, sebagai falsafah, ideologi, dan alat pemersatu
bangsa Indonesia. Pancasila merupakan pandangan hidup, dasar negara, dan pemersatu bangsa
Indonesia yang majemuk. Mengapa begitu besar pengaruh Pancasila terhadap bangsa dan
negara Indonesia? Kondisi ini dapat terjadi karena perjalanan sejarah dan kompleksitas
keberadaan bangsa Indonesia seperti keragaman suku, agama, bahasa daerah, pulau, adat
istiadat, kebiasaan budaya, serta warna kulit jauh berbeda satu sama lain tetapi mutlak harus
dipersatukan.

Kedudukan Pancasila di Indonesia adalah sebagai dasar negara yang merupakan nilai, norma
dan dasar untuk mengatur penyelenggaraan negara, sebagai sumber hukum tertinggi yakni
sebagai acuan dalam merumuskan aturan – aturan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
sebagai pkitangan hidup yang merupakan kesatuan nilai-nilai luhur sebagai acuan dalam
menata kehidupan, sebagai ideologi bangsa yakni kristalisasi pkitangan, gagasan, ide,
keyakinan, kepercayaan yang menyeluruh yang mengatur tingkah laku bangsa indonesia dan
yang terakhir adalah sebagai alat pemersatu dalam hal pemersatu ideologi, kepentingan,
keragaman serta kemajemukan bangsa indonesia.

Generasi bangsa telah mulai melupakan nilai-nilai Pancasila dan lebih tertarik dengan
kehidupan gaya barat yang hedonis dan individualistik. Korupsi, kolusi, dan nepotisme kini
telah menjadi kebisaaan. Banyak hal-hal yang dulunya tabu kini telah menjadi suatu hal yang
biasa, karena tidak lagi mau mengkaji dan mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila. Oleh
karena itu diperlukan kajian lebih lanjut mengenai urgensi mempelajari Pancasila, yang akan
dibahas pada makalah ini.
BAB II
MASALAH

1.1.Apa yang dimaksud dengan konsep mempelajari Pancasila?


1.2. Apa yang dimaksud dengan urgensi mempelajari Pancasila?
2.1. Bagaimana pengaruh Pancasila terhadap masyarakat?
2.2. Apa hubungan urgensi mempelajari Pancasila dengan kehidupan berbangsa dan
bernegara?
3.1. Mengapa urgensi mempelajari Pancasila berkaitan dengan perguruan tinggi,
khususnya bagi mahasiswa dan generasi muda?
3.2. Sebutkan dan jelaskan beberapa fenomena sosial yang menunjukkan urgensi
mempelajari Pancasila?
BAB III
PEMBAHASAN

1.1.Konsep Mempelajari Pancasila


Pancasila sebagai bagian dasar negara dan pedoman bangsa Indonesia, pastinya
memiliki konsep yang sesuai dengan keadaan bangsa sehingga dibentuklah Pancasila.
Mulai dari keadaan hubungan sosial yang baik, hingga hubungan sosial yang negatif.
Yang nantinya diharapkan, pancasila dapat menjadi lkitasan untuk melakukan setiap
hal, terutama dalam kehidupan bermasyarakat.
Hal yang cukup memprihatinkan di kalangan mahasiswa adalah pengetahuan
tentang Pancasila sangat terbatas mulai dari segi akses tentang pendidikan Pancasila
namun juga pemahaman secara mendalam tentang nilai-nilai pancasila yang sesuai
dengan kapsitas seorang mahasiswa. Dari sini muncul persoalan lagi dimana nila-nilai
dan esensi dari Pancasila telah dipolitisir untuk kepentingan pihak tertentu dengan
memanfaatkan sifat idealis mahasiswa yang ditunjang dengan terbatasnya pengetahuan
mereka tentang nilai-nilai Pancasila. Inilah yang menyebabkan banyak aksi protes yang
menggunakan Pancasila sebagai lkitasan atau sebagai alasan. Sehingga peran
mahasiswa yang seharusnya bisa menjadi penyelesai masalah malah menambah
permasalahan dengan aksi atau aktivitas yang berbau politik dan kepentingan dari pihak
tertentu.
Munculnya permasalahan yang mendera Indonesia, memperlihatkan telah
tergerusnya nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Oleh karena itu, perlu diungkap berbagai permasalahan di negeri tercinta
ini yang menunjukkan pentingnya mata kuliah pendidikan Pancasila sesuai dengan
konsep nilai-nilai bangsa Indonesia. Dengan memperhatikan masalah di atas, konsep
pendidikan nilai – nilai pancasila memang sangat penting diberlakukan pada berbagai
jenjang pendidikan, khususnya di perguruan tinggi. Agar mahasiswa memiliki
pedoman atau kaidah penuntun dalam berpikir dan bertindak dalam kehidupan sehari-
hari dengan berlkitaskan nilai-nilai Pancasila. Selain itu, pendidikan Pancasila dapat
memperkokoh jiwa kebangsaan mahasiswa sehingga menjadi dorongan pokok dan
bintang penunjuk jalan (Abdulgani, 1979: 14).
Dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia, sesungguhnya nilai-nilai
Pancasila sebagai pkitangan hidup bangsa sudah terwujud dalam kehidupan
bermasyarakat sejak sebelum Pancasila sebagai dasar negara dirumuskan dalam satu
sistem nilai. Sejak zaman dahulu, wilayah-wilayah di nusantara ini mempunyai
beberapa nilai yang dipegang teguh oleh masyarakatnya, sebagai contoh:
1. Percaya kepada Tuhan dan toleran. Sesuai dengan sila yang pertama “Ketuhanan
Yang Maha Esa” konsep pancasila adalah percaya kepada Tuhan. Sehingga tidak
ada warga negara Indonesia yang tidak memiliki Tuhan atau memiliki kepercayaan
Atheis (tidak percaya akan adanya Tuhan). Di Indonesia, terdapar 6
agama/kepercayaan yang diakui, yaitu Islam, Budha, Hindu, Kristen, Katolik, dan
Konghucu. Dengan adanya keberagaman agama ini, maka diwajibkan untuk bangsa
Indonesia agar memiliki rasa toleransi, dan tenggang rasa terhadap sesama umat
beragama.
2. Gotong royong. Hal ini sesuai dengan Pancasila sila ke-2 yaitu “Kemanusiaan yang
adil dan beradab”. Salah satu budaya bangsa Indonesia adalah gotong royong, yang
mencerminkan sebagai bangsa yang memiliki adab yang baik.
3. Musyawarah. Hal ini sesuai dengan pancasila sila ke-4. Maksudnya, setiap orang di
Indonesia memiliki hak untuk memberikan aspirasi atau pendapatnya kepada
sesama maupun kepada pemerintah. Musyawarah juga berarti pemerintahan
Indonesia yang tidak otoriter terhadap kekuasaannya yang memang diberikan dari
rakyat Indonesia ini.
4. Solidaritas atau kesetiakawanan sosial, dan sebagainya. Sesuai dengan pancasila
sile ke-3 dan ke-5 “Persatuan Indonesia” dan “Keadilan sosial bagi seluruh bangsa
Indonesia. Solidaritas berarti bersatu, kompak, saling merangkul seperti kata
pepatah “Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing”, sehingga tidak ada bangsa lain
ataupun negara lain yang dapat memecahbelahkan Indonesia, walaupun Indonesia
adalah negara dengan keadaan sosial yang majemuk dan heterogen.
Kesetiakawanan sosial, yaitu keadilan yang memang menjadi hak warga Indonesia,
baik dalam interaksi sosial maupun dalam perlakuan hukum pemerintah. Sehingga
tidak adanya diskriminasi bangsa.

Nilai-nilai di atas merupakan konsep pendidikan yang diajarkan pancasila


kepada bangsanya, khususnya pemuda yang menykitang status sebagai mahasiswa.
Pemuda yang nantinya akan memegang sistem pemerintahan di Indonesia.
1.2.Urgensi Mempelajari Pancasila
Menurut KKBI, urgensi merupakan suatu keharusan yang mendesak atau hal
yang sangat penting. Sedangkan pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia.
Untuk membahas betapa pentingnya mempelajari Pancasila itu, berikut beberapa alasan
mengapa Pancasila harus dipelajari oleh setiap anak bangsa Indonesia. Beberapa alasan
itu antara lain:
1. Pancasila adalah perjanjian luhur yang telah disepakati oleh bangsa Indonesia untuk
dijadikan sebagai jiwa dan kepribadian bangsa, falsafah hidup bangsa dan dasar
negara Republik Indonesia. Sebagai jiwa bangsa, Pancasila melekat pada eksistensi
bangsa Indonesia.
2. Sebagai falsafah hidup bangsa, Pancasila bukan hanya untuk dimiliki, apalagi
sekedar dijadikan pusaka. Nilai-nilai luhur Pancasila harus dapat dihayati dan
terwujud dalam perilaku nyata setiap anak bangsa dalam kehidupan sehari-hari,
yaitu dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.
3. Sebagai dasar negara, Pancasila menjadi dasar pedoman dalam kehidupan
bernegara, baik bagi pemerintah (dalam arti luas) maupun bagi setiap dan segenap
warganegara Indonesia. Jadi, warganegara yang baik adalah warganegara yang
mentaati segala peraturan yang didasarkan kepada nilai-nilai Pancasila, yang tidak
menyimpang apalagi bertentangan dengan Pancasila.
4. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, yang pluralistik, yang ber-
bhinneka tunggal ika. Dalam perjalanan sejarah dan gerak kehidupan bangsa
Indonesia telah terbukti bahwa Pancasila cocok sebagai falsafah pemersatu bangsa.
Sangat disadari bahwa bangsa majemuk itu sangat potensial untuk bertumbuhnya
benih konflik dan dis-integrasi, sehingga sangat diperlukan adanya falsafah
pemersatu yang bisa diterima oleh segenap komponen kemajemukan bangsa.
5. Ilmu dan pemahaman yang baik dan benar tentang Pancasila perlu dipelajari oleh
setiap anak bangsa untuk dapat mewarisi dan menjaga kelestariannya. Setiap
generasi penerus harus mampu mewarisi ilmu dan pemahaman itu dari generasi
pendahulunya.
Dengan demikian, maka dapat pula dijelaskan bahwa yang menjadi tujuan
setiap anak bangsa Indonesia ini mempelajari Pancasila adalah:
1. Untuk mengenal Pancasila
Tujuan pada tahapan dan tingkatan terendah adalah dimulai dari mengenal apa
itu Pancasila. Pada tingkatan ini setidak-tidaknya setiap anak bangsa sudah mulai
mengetahui bahwa Pancasila itu ada, dan Pancasila itu bukan nama bagi makanan
atau nama orang atau nama binatang purba atau nama lainnya, melainkan Pancasila
adalah nama bagi falsafah atau pkitangan hidup bangsa dan dasar negara kita,
Indonesia.

2. Untuk memahami Pancasila


Pada tahapan berikutnya, mempelajari Pancasila adalah untuk memahaminya
secara benar dan sedalam-dalamnya. Sampai seberapa dalam pemahamannya tentu
berbeda-beda pada masing-masing anak bangsa, tergantung banyak faktor
penyebabnya. Tetapi yang pasti, setiap pemahaman yang terjadi akan melahirkan
satu dari dua kemungkinan kesimpulan.
Pertama, kesimpulan yang positif, yang menilai bahwa Pancasila itu baik, cocok
dan karena itu diperlukan. Kesimpulan ini membawa kepada proses penerimaan
yang positif pula, yaitu menerima Pancasila secara ikhlas, tegas, dan penuh
kesadaran.
Kedua, kesimpulan yang negatif, yang menilai bahwa Pancasila itu tidak ada
manfaatnya, tidak cocok dan karena itu tidak diperlukan. Kesimpulan ini berpotensi
membawa kepada proses penolakan atau penerimaan yang negatif, yaitu menerima
Pancasila karena terpaksa, ragu-ragu, atau sekedar sebuah siasat atau strategi.
Misal, dalam sejarah bangsa tercatat, partai komunis yang semula nampaknya
menerima Pancasila kemudian terbukti bahwa penerimaannya itu tidaklah ikhlas,
bahkan kemudian mencoba mengganti Pancasila dengan ideologi lain, yaitu
komunisme.
Dan untuk dapat meningkat kepada tahapan berikutnya, maka syaratnya,
penerimaannya itu haruslah penerimaan yang positif.
3. Untuk menghayati Pancasila
Menghayati atau menjiwai adalah memasukkan kedalam jiwa. Dengan
penerimaan yang positif akan memungkinkan terjadinya proses internalisasi, proses
mendarah-dagingkan nilai-nilai luhur Pancasila kedalam diri pribadi masing-
masing individu anak bangsa, sehingga akan mewarnai kepribadian dan sikap
perilakunya.

4. Untuk mengamalkan Pancasila


Nilai-nilai luhur Pancasila itu tentu sia-sia dan tidak ada manfaatnya jika tidak
diamalkan. Pada tahapan ini tujuan mempelajari Pancasila tidak hanya berhenti
pada sekedar memahami, tetapi bagaimana nilai-nilai yang sudah difahami secara
benar dan dihayati dengan keikhlasan itu dapat terwujud secara nyata dalam bentuk
amal atau perbuatan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

5. Untuk melestarikan Pancasila


Jika Pancasila sudah mampu diamalkan dan merasakan manfaat darinya, maka
akan tumbuh kesadaran untuk menjaga agar Pancasila itu dapat terus dilestarikan,
terus dapat dimiliki, dihayati, dan diamalkan.
Proses pelestarian ini bisa dilakukan dengan dua cara. Pertama, dengan menjaga
agar Pancasila tidak dirongrong, tidak diselewengkan, bahkan agar Pancasila tidak
diganti dengan ideologi lain. Kedua, dengan mewariskan nilai-nilai luhur Pancasila
itu kepada generasi muda penerus estafeta kehidupan bangsa, utamanya melalui
proses pendidikan, baik pendidikan informal, formal, maupun pendidikan non-
formal.

Dari uraian diatas, berkaitan dengan fenomena yang dihadapi, maka yang
terpenting adalah bagaimana memahami, menghayati dan mengamalkan Pancasila
dalam segala segi kehidupan, karena tanpa pengamalan Pancasila hanya merupakan
rangkaian kata-kata indah yang tertulis dalam pembukaan UUD 1945, seperti yang
telah terjadi pada masa orde baru.
2.1.Pengaruh Pancasila Terhadap Masyarakat
Pancasila pada saat ini cenderung menjadi lambang dan hanya menjadi
formalitas yang dipaksakan kehadirannya di Indonesia. Kehadiran Pancasila pada saat
ini bukan berasal dari hati nurani bangsa Indoensia. Bukti dari semua itu adalah tidak
diterapkannya sila – sila yang terkandung pada Pancasila dalam kehidupan masyarakat
Indonesia. Berdasarkan realita yang ada dalam masyarakat, penerapan sila – sila
Pancasila jauh dari harapan. Banyaknya kerusuhan yang berlatar belakang SARA
(suku, ras, dan antargolongan), adanya pelecehan terhadap hak asasi manusia, gerakan
separatis, lunturnya budaya musyawarah, serta ketidak adilan dalam masyarakat
membuktikan tidak diterapkannya Pancasila dalam kehidupan sehari – hari. Adanya hal
seperti ini menjauhkan harapan terbentuknya masyarakat yang sejahtera, aman, dan
cerdas yang di idamkan melalui Pancasila.
Sebenarnya bangsa Indonesia bisa berbangga dengan Pancasila, sebab Pancasila
merupakan ideologi yang komplit. Bila dibandingkan dengan pemikiran tokoh
nasionalis Cina, dr. Sun Yat Sen, Pancasila jauh lebih unggul. Sun Yat Sen
memunculkan gagasan tentang San Min Chu I yang berisi tiga pilar, yaitu nasionalisme,
demokrasi, dan sosialisme. Gagasan Sun Yat Sen ini mampu mengubah pemikiran
bangsa Cina bagian selatan. Dengan gagasan ini, Sun Yat Sen telah mampu
mewujudkan Cina yang baru, modern, dan maju. Apabila San Min Chu I-nya Sun Yat
Sen mampu untuk mengubah bangsa yang sedemikian besar, seharusnya Pancasila
yang lebih komplit itu mampu untuk mengubah Indonesia menjadi lebih baik.
Di Indonesia, sejak diresmikannya Pancasila sampai sekarang, penerapan
Pancasila masih ‘jauh bara dari api’. Yang terjadi pada saat ini bukan penerapan
Pancasila, melainkan pergeseran Pancasila. Ketuhanan yang menjadi pilar utama
moralitas bangsa telah diganti dengan keuangan. Kemanusiaan yang akan mewujudkan
kondisi masyarakat yang ideal telah digantikan dengan kebiadaban dengan banyaknya
pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Persatuan yang seharusnya ada sekarang telah
berubah menjadi perpecahan dan disintegrasi. Permusyawarahan sebagai sikap
kekeluargaan berubah menjadi sikap kebrutalan. Sementara itu, keadilan sosial berubah
menjadi keserakahan.
Selain dari pihak masyarakat sendiri, pergeseran makna Pancasila juga
dilakukan oleh pihak penguasa. Pada masa tertentu, secara sistematis Pancasila telah
dijadikan sebagai alat politik untuk melanggengkan kekuasaan. Tindakan yang
dilakukan terhadap Pancasila ini turut menggoncang keberadaan Pancasila. Pancasila
seakan – akan momok yang menakutkan, sehingga oleh sebagian masyarakat dijadikan
sebuah simbol kekuasaan dan kelanggengan salah satu pihak.
Dalam era global sekarang, ideologi asing mudah berkembang dalam aneka
bentuknya dan menjadi pesaing Pancasila. Hedonisme (aliran yang mengutamakan
kenikmatan hidup) misalnya, semakin terasa menjadi pesaing yang membahayakan
potensialitas Pancasila sebagai kepribadian bangsa. Nilai intrinsik Pancasila pun masih
sangat dipengaruhi oleh berbagai situasi kondisi. Padahal, gugatan terhadap Pancasila
sebagai dasar negara dengan sendirinya akan menjadi gugatan terhadap esensi dan
keberadaan kita sebagai manusia dan warga negara Indonesia.
Untuk menghadapi kedua pihak ekstrim (pihak yang memkitang nilai – nilai
Pancasila terlalu sulit dilaksanakan oleh segenap bangsa Indonesia dan pihak lain yang
memkitang nilai – nilai Pancasila kurang efektif untuk memperjuangkan pencapaian
masyarakat adil dan makmur yang di idamkan seluruh bangsa Indonesia) diperlukan
usaha bersama yang tak kenal lelah guna menghayati Pancasila sebagai warisan budaya
bangsa yang bernilai luhur, suatu sistem filsafat yang tidak bertentangan dengan nilai -
nilai agama, bersifat normatif dan ideal, sehingga pengamalannya merupakan tuntutan
batin dan nalar setiap warga Negara Indonesia.
Dari berbagai kenyataan di atas timbul berbagai pertanyaan, apakah pancasila
sudah tidak cocok lagi dalam kehidupan masyarakat Indonesia, kalau pancasila masih
cocok di Indonesia, bagaimana membangun Indonesia yang lebih baik sehingga sesuai
dengan cita – cita para pendiri bangsa.
Salah seorang budayawan Indonesia yaitu Sujiwo Tejo mengatakan bahwa
“untuk memajukan bangsa ini kita harus melihat kebelakang, karena masa depan
bangsa Indonesia ada dibelakang”. Maksudnya kita harus melihat kembali sejarah
berdirinya bangsa Indonesia. Cita – cita untuk memajukan bangsa Indonesia ada disana.
Cita – cita bersama itu adalah suatu paham yang diperkanalkan oleh Ir. Soekarno dalam
rapat BPUPKI. Cita – cita tersebut ialah pancasila.
Pancasila merupakan perpaduan nilai – nilai yang tumbuh dan berkembang
dalam masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, secara konsep, pancasila merupakan
suatu lkitasan ideal bagi masyarakat Indonesia. Mantan Presiden RI Susilo Bambang
Yudhoyono dalam pidato kenegaraannya (sebelum turun jabatan) mengatakan bahwa
pancasila sebagai dasar dan ideologi Negara sudah final. Untuk itu jangan ada pihak –
pihak yang berpikir atau berusaha menggantikannya. SBY juga meminta kepada
seluruh kekuatan bangsa untuk mempraktikkan nilai – nilai Pancasila dalam kehidupan
berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Penegasan SBY adalah bentuk sikap reaktif
atas kecenderungan realitas sistem sosial politik yang saat ini mengancam keberadaan
Pancasila sebagai ideologi bangsa. Dengan demikian pernyataan itu jika kita sikapi
secara konstruktif merupakan peringatan dan sekaligus ajakan politis kepada generasi
sekarang untuk menjaga Pancasila dari berbagai upaya taktis dari pihak-pihak yang
ingin mencoba menggantikannya.

2.2. Manfaat Mempelajari Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara


Pancasila selain menjadi dasar dan ideologi bangsa Indonesia tentunya juga
memberikan manfaat jika kita pelajari dan kita maknai arti – arti dari setiap buti – butir
pancasila. Berikut ini merupakan beberapa manfaat mempelajari Pancasila:
1. Dapat lebih bertoleransi dalam beragama
Mempraktikkan Pancasila sebagai gaya hidup bernegara (atau sebagai
filosofi kehidupan berbangsa) berarti mengimplementasikan Pancasila dalam
kehidupan kita sehari-hari, seperti yang telah kami sebutkan sebelumnya.
Menggunakan Pancasila sebagai panduan sehingga hidup kita dapat mencapai
kesejahteraan dan kebahagiaan.
Praktik Pancasila dalam kehidupan sehari-hari sejatinya dapat membuat
rakyat hidup dalam harmoni. Terutama akhir-akhir ini saat banyak permusuhan dan
pertikaian terjadi akibat kurangnya toleransi dalam beragama. Sila pertama
Pancasila mengakui adanya Tuhan dan Ketuhanan serta membebaskan rakyat
Indonesia untuk bertuhan dan menjalani ajaran ketuhanan tersebut sesuai dengan
agamanya masing-masing. Menanamkan nilai ini bukanlah sesuatu yang sulit,
namun praktiknya yang kini cukup sulit. Praktik nilai ini adalah unsur yang penting
untuk merealisasikan bangsa dan negara yang ideal.
2. Dapat lebih menghargai perbedaan
Pancasila disusun berdasarkan asas kebersamaan. Salah satunya dibuat
berdasarkan rasa hormat terhadap perbedaan yang ada di nusantara. Perbedaan tadi
bukanlah halangan untuk membangun sesuatu menjadi lebih baik, justru itu
merupakan perilaku yang harus kita tiru. Pada tahun 1945, Indonesia belum
memiliki dasar negara, namun sikap kenegaraan sebenarnya telah muncul melalui
semangat kebersamaan dan mental pejuang penduduk nusantara dalam menghadapi
penjajah. Mereka bersedia menerima segala perbedaan yang ada demi memajukan
negara.
Kini kekuatan Pancasila telah nampak dari berdirinya Indonesia sebagai
sebuah negara yang kental akan unsur perbedaan dan masih tetap dapat tinggal
bersama meski di tengah gejolak kerukunan. Namun demikian kita harus tetap
bangga bahwa kita sebenarnya memiliki basis yang kuat untuk dipraktikkan.
Dengan menyadari dan menghargai perbedaan yang ada di negara ini, bahwa setiap
suku dan tempat memliki budaya, agama, dan sudut pkitang masing-masing,
harusnya tidak menjadi kendala bagi kita untuk menjadi satu. Justru harus kita lihat
bahwa kesemua itu dapat memperkaya kita dalam berbangsa dan bernegara.
3. Menanamkan nilai – nilai luhur Pancasila
Pancasila merupakan ideologi lkitasan negara kita. Segala perbuatan yang
kita lakukan, bahkan hingga aturan perundang-undangan pun mengacu pada nilai
dari Pancasila itu sendiri. Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa Pancasila
merupakan salah satu lkitasan paling luhur yang ada di Negara kita. Karena itu,
pendidikan pancasila sangat penting diberikan, terutama pada mereka yang masih
usia anak – anak. Sehingga mereka mengerti dan juga memahami nilai luhur dari
Pancasila bagi kehidupan bermasyarakat dan juga kehidupan bernegara.
4. Membantu memahami arti sebenarnya dari Pancasila
Pancasila merupakan ideologi, yang berarti masih ada kemungkinan banyak
orang yang belum memahami arti sebenarnya secara mendalam dari Pancasila.
Mungkin kita hafal kelima sila yang terkandung dalam pancasila, namun apakah
kita memahami arti sebenarnya dari sila tersebut? Maka dari itu, diperlukan
pendidikan pancasila di berbagai jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar
hingga tingkat universitas. Hal ini tidak lain adalah agar kita sebagai warga Negara
Indonesia yang baik memahami betul apa arti sebenarnya dari Pancasila, sebaga
lkitasan ideologi bangsa.
5. Membantu individu untuk mencintai Negara Indonesia
Ada pepatah yang berbunyi tak kenal maka tak sayang. Dalam kehidupan
bernegara, hal ini dapat dikaitkan dengan hubungan antara manfaat pendidikan
pancasila dan kewarganegaraan Indonesia itu sendiri. Bagi mereka yang tidak dapat
mengenal pancasila dengan baik, maka mereka tidak akan mencintai Indonesia.
Karena untuk mencintai Indonesia, maka paling tidak kita juga harus mencintai
lkitasan ideologis yang membentuk Indonesia.
Dengan adanya pendidikan pancasila ini, maka kita akan dapat mencintai
Negara Indonesia. Dengan mempelajasi pancasila, maka secara tidak langsung kita
akan mengenal Indonesia, dari dasarnya.
6. Agar individu dapat berperilaku sesuai dengan isi dari butir-butir pancasila
Pancasila, sesuai namanya memilki 5 sila yang berbeda – beda. Masing-
masing dari kelima sila tersebut memilIki butir-butir sila tersendiri, yang
merupakan ekstraksi atau penjabaran dari setiap sila yang terdapat pada pancasila.
Manfaat pendidikan pancasila maka diharapkan, siapa saja yang menempuh
pendidikan pancasila dapat berperilaku sesuai dengan apa yang ditulis melalui
butir-butir pancasila tersebut.
7. Individu dapat mengamalkan Pancasila di segala situasi
Masih dari perilaku, pendidikan pancasila dapa membantu warga Negara
Indonesia dalam mengamalkan segala macam nilai, butir dan juga perilaku yang
sejalan dengan pancasila. Nilai dan butir-butir yang terkandung dalam pancasila
merupakan hal yang baik terutama dalam kehidupan berbangsa dan juga bernegara
Hal ini membuat individu sebagai warga negara yang baik wajib, akan
mengamalkan berbagai macam nilai-nilai luhur dari pancasila.
8. Sebagai pedoman menjadi warga Negara yang baik
Pancasila tak ubahnya merupakan suatu buku pedoman. Buku pedoman ini
merupakan buku pedoman yang berisi 5 poin penting atau yang kita kenal dengan
nama lima sila, yang berisi bagaimana cara agar kita dapat menjadi warga Negara
yang baik.
Bagaimana kita dapat menjadi warga negara yang baik dan berguna bagi
masyarakat, apabila kita tidak pernah belajar mengenai pedoman menjadi warga
Negara yang baik. Tentunya hal ini terdapat pada manfaat pendidikan pancasila,
yang tentunya dapat kita peroleh melalui pendidikan pancasila.
9. Untuk memahami ideologi bangsa Indonesia
Dari awal sudah dijelaskan bahwa pancasila merupakan lkitasan
ideologi dari Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI. Ideologi sendiri
merupakan suatu ide atau gagasan yang terbentuk untuk melkitasi atau
menyelesaikan suatu masalah. Dalam hal ini pancasila berfungsi sebagai
lkitasan ideologis Negara Indonesia.
Dengan adanya pendidikan pancasila, maka kita sebagai warga negara
akan memahami mengenai ideologi dan juga dasar-dasar Negara Indonesia
dengan baik.
10. Membangun karakter warga negara yang bermartabat
Pancasila merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi Indonesia
dan juga warga negaranya. Hal ini disebabkan karena pancasila sendiri selain
merupakan lkitasan ideologis bagi Negara, juga merupakan cerminan
karakteristik dari masnyarakat Indonesia itu sendiri.
Maka dari itu, manfaat pendidikan pancasila sangatlah penting, karena
melalui pendidikan pancasila, dapat terbangun karakter dari masyarakat
Indonesia yang baik, bermartabat dan juga berintegritas dalam melakukan
kehidupan berbangsa dan juga bernegara.
11. Mewujudkan kehidupan bermoral dalam kehidupan
Moral merupakan hal yang sulit diperoleh. Kita bisa mewujudkan
kehidupan bermoral dalam kehidupan kita sehari-hari, salah satunya adalah dengan
cara memahami nilai dari pancasila, yang kita pelajari dalam pendidikan pancasila.

Itulah manfaat dari pendidikan pancasila. Jadi, jangan pernah menganggap


remeh pendidikan pancasila yang sudah pernah kita lalui pada tingkat – tingkat
pendidikan, karena memiliki banyak manfaat untuk kehidupan berbangsa dan juga
kehidupan bernegara.

3.1. Kaitan urgensi mempelajari Pancasila dengan perguruan tinggi


Pancasila sebagai pegangan hidup bangsa Indonesia tentunya sangat berkaitan
dengan dunia Pendidikan, khususnya perguruan tinggi dan kehidupan genenasi muda
yang dalam hal ini adalah mahasiswa. Ketentuan tersebut tertera dalam pasal 35 ayat
(5) Undang – Undang Nomor 12 Tahun 2012 yang menyatakan bahwa kurikulum
pendidikan tinggi wajib memuat mata kuliah agama, Pancasila, kewarganegaraan, dan
bahasa Indonesia menunjukkan bahwa negara berkehendak agar pendidikan Pancasila
dilaksanakan dan wajib dimuat dalam kurikulum perguruan tinggi sebagai mata kuliah
yang berdiri sendiri. Selain itu, dengan mengacu kepada ketentuan dalam pasal 2
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012, sistem pendidikan tinggi di Indonesia harus
berdasarkan Pancasila. Sehingga sistem Pendidikan pada perguruan tinggi di Indonesia
harus terus mengembangkan nilai-nilai Pancasila dalam berbagai segi kebijakannya dan
menyelenggarakan mata kuliah pendidikan Pancasila secara sungguh-sungguh dan
bertanggung jawab.
Menurut penjelasan pasal 35 ayat (3) Undang – Undang Republik Indonesia
Nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, yang dimaksud dengan mata kuliah
pendidikan Pancasila adalah pendidikan untuk memberikan pemahaman dan
penghayatan kepada mahasiswa mengenai ideologi bangsa Indonesia. Urgensi
pendidikan Pancasila di perguruan tinggi bertujuan agar mahasiswa tidak melenceng
dari akar budayanya sendiri dan agar mahasiswa memiliki pedoman atau kaidah
penuntun dalam berpikir dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari dengan
berlandaskan nilai – nilai Pancasila.
Pendidikan Pancasila di perguruan tinggi berperan dalam menjawab tantangan
dunia dengan mempersiapkan warga negara yang mempunyai pengetahuan,
pemahaman, penghargaan, penghayatan, komitmen, dan pola pengamalan Pancasila.
Hal tersebut ditujukan untuk melahirkan lulusan yang menjadi kekuatan inti
pembangunan dan pemegang estafet kepemimpinan bangsa dalam setiap tingkatan
lembaga-lembaga negara, badan-badan negara, lembaga daerah, lembaga infrastruktur
politik, lembaga-lembaga bisnis, dan profesi lainnya yang menjunjung tinggi nilai-nilai
Pancasila.
Menurut Branson (1998), urgensi Pendidikan Pancasila di perguruan tinggi
yaitu sebagai pembentuk watak kewarganegaraan yang dapat menjadi landasan untuk
pengembangan ilmu dan kemampuan mahasiswa. Berdasarkan pernyataan diatas,
tentunya urgensi mempelajari Pancasila dengan perguruan tinggi sangatlah berkaitan
erat dalam membentuk karakter moral bangsa. Mengingat perguruan tinggi merupakan
wadah untuk mencetak generasi muda yang berpendidikan yang nantinya akan
berkontribusi bagi negara dan masyarakat. Urgensi pendidikan Pancasila di perguruan
tinggi ini berlaku untuk semua jurusan/program studi, sebab nasib bangsa tidak hanya
ditentukan oleh segelintir profesi yang dihasilkan oleh sekelompok jurusan/program
studi saja, tetapi juga merupakan tanggung jawab semua bidang.
Saat ini, calon penerus bangsa jatuh kepada para generasi muda. Generasi muda
yang menanamkan jiwa-jiwa patriotisme dan pancasilais dapat membawa Indonesia ke
arah yang lebih baik. Seiring dengan perubahan zaman, generasi muda Indonesia di
hadapkan pada tantangan yang sangat besar. Masuknya pengaruh asing dapat
menggoyahkan jati diri generasi muda untuk mengingat kembali nilai-nilai dasar dalam
Pancasila yang telah ditanamkan sejak dahulu oleh para pendahulu bangsa. Untuk itu
Pendidikan Pancasila sangat di perlukan untuk para generasi muda. Mahasiswa sebagai
generasi muda yang berpikir kritis, ilmiah, konseptual, terpelajar dan sebagai agent of
change harus mendalami kajian Pancasila dalam setiap bidang keilmuan yang didalami.
Salah satu tujuan dari gerakan reformasi adalah mereformasi sistem hukum dan
sekaligus meningkatkan kualitas penegakan hukum. Memang banyak faktor yang
berpengaruh terhadap efektivitas penegakan hukum, tetapi faktor dominan dalam
penegakan hukum adalah faktor manusianya. Konkretnya penegakan hukum ditentukan
oleh kesadaran hukum masyarakat dan profesionalitas aparatur penegak hukum. Inilah
salah satu urgensi mata kuliah pendidikan Pancasila, yaitu meningkatkan kesadaran
hukum para mahasiswa sebagai calon pemimpin bangsa. Dapat kita lihat saat ini,
dengan semakin majunya era globalisasi dan ramainya isu dunia politik. Kekuatan
hukum di Indonesia perlu dipertanyakan, banyak pihak-pihak yang mencampur
adukkan politik dan hukum di Indonesia demi kepentingan beberapa pihak. Bahkan
tanpa kita sadari, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap hukum semakin berkurang.
Untuk itu, perlu diimplementasikan nilai-nilai dan karakter Pancasila dalam diri
generasi muda khususnya mahasiswa untuk memiliki rasa tanggung jawab dan amanah
yang baik untuk memperbaiki pilar hukum dan keadilan di Indonesia. Mengingat
mahasiswa dan generasi muda merupakan calon penerus bangsa.
Pendidikan Pancasila di perguruan tinggi mencakup unsur filsafat Pancasila,
dengan kompetensinya bertujuan agar mahasiswa menguasai kemampuan berpikir,
bersikap rasional dan dinamis, berpandangan luas sebagai manusia intelektual. Adapun
kompetensi yang diharapkan adalah sebagai berikut (Endang, 2009):
a. Mengantarkan mahasiswa memiliki kemampuan untuk mengambil sikap yang
bertanggung jawab sesuai dengan hati nuraninya.
b. Mengantarkan mahasiswa memiliki kemampuan untuk mengenali masalah
hidup dan kesejahteraan, serta cara-cara pemecahannya.
c. Mengantarkan mahasiswa mampu mengenali perubahan-perubahan dan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
d. Mengantarkan mahasiswa memiliki kemampuan untuk memaknai peristiwa
sejarah dan nilai-nilai budaya bangsa untuk menggalang persatuan Indonesia.
Pendidikan Pancasila yang berhasil akan membuahkan sikap mental bersifat
cerdas, penuh tanggung jawab dan mahasiswa dengan perilaku yang:
a. Beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
b. Berperikemanusiaan yang adil dan beradab,
c. Mendukung persatuan bangsa,
d. Mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama di atas
kepentingan perorangan, dan
e. Mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan sosial.
Salah satu contoh kasus yang melibatkan mahasiswa yang bertentangan dari
nilai-nilai Pancasila adalah bentrokan yang terjadi antar mahasiswa dari Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Bone, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Bone
dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan polisi Bone pada kegiatan
memperingati sumpah pemuda tahun 2016 lalu. Saat mahasiswa akan masuk di
Mapolres Bone, terjadi saling dorong yang berujung saling pukul ke dua belah pihak.
Tidak hanya itu, bentrokan yang terjadi hampir sejam tersebut diwarnai lemparan batu
dari luar Mapolres Bone. Mahasiswa yang kesal kemudian merusak gerbang Mapolres
Bone. Lemparan batu ke arah polisi dibalas dengan tembakan gas air mata. Pada insiden
ini, empat orang mahasiswa diamankan dan beberapa polisi terkena lemparan batu
(Hasrat, 2016). Tanpa kita sadari, kasus ini terjadi dikarenakan individu yang kurang
memahami nilai-nilai Pancasila. Pancasila tidak pernah mengajarkan kekisruhan dan
tindakan yang merugikan individu dan masyarakat.

3.2. Fenomena Sosial yang Menunjukkan Urgensi Mempelajari Pancasila


Adanya permasalahan di Indonesia merupakan salah satu hal yang artinya telah
tergerusnya atau bahkan hilangnya sebagian nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Adapun beberapa contoh permasalahan atau
fenomena sosial di Indonesia yang menunjukkan pentingnya mempelajari Pancasila,
antara lain:
1. Masalah Kesadaran Perpajakan
Menurut Fikriningrum dalam Hidayati (2014) kesadaran wajib pajak dalam
membayar pajak merupakan perilaku wajib pajak berupa pandangan atau perasaan yang
melibatkan pengetahuan, keyakinan dan penalaran disetai kecenderungan untuk
bertindak sesuai stimulus yang diberikan oleh sistem dan ketentuan pajak tersebut.
APBN 2016 sebesar 74,6% penerimaan negara berasal dari pajak. Masalah yang
muncul adalah masih banyak Wajib Pajak Perorangan maupun badan
(lembaga/instansi/perusahaan/dan lain – lain) yang masih belum sadar dalam
memenuhi kewajiban perpajakan. Laporan yang disampaikan masih belum sesuai
dengan harta dan penghasilan yang sebenarnya dimiliki, bahkan banyak kekayaannya
yang disembunyikan. Masih banyak warga negara yang belum terdaftar sebagai wajib
pajak, tidak membayar pajak tetapi ikut menikmasti fasilitas yang disediakan oleh
pemerintah (Kemenrisdikti, 2016).
2. Masalah Korupsi
Menurut KBBI, korupsi adalah penyelewengan atau penyalahgunaan uang
negara perusahaan dan sebagainya untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Jumlah
kasus korupsi di Indonesia terus meningkat. Kasus korupsi yang telah diputus oleh
Mahkamah Agung (MA) dari 2014 – 2015 sebanyak 803 kasus. Jumlah ini meningkat
jauh dibanding tahun sebelumnya. Hasil penelitian Laboratorium Ilmu Ekonomi,
Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Gadja Mada
menungungkapkan 803 kasus itu menjerat 967 terdakwa korupsi. Jika dikalkulasikan
sejak tahun 2001 hingga 2015, kasus korupsi yang telah diputus MA pada tingkat kasasi
maupun peninjauan kembali mencapai 2.321 kasus. Di lain pihak, jumlah koruptor yang
dihukum pada periode itu mencapai 3.109 kasus. Jumlah tersebut meningkat drastis jika
dibandingkan dengan data pada 2001 – 2009. Pada saat itu, kasus korupsi yang telah
inkrah (berkekuatan hukum) berjumlah 549 dengan 831 terpidana (Ayuningtyas, 2016).
3. Masalah Lingkungan
Citra Indonesia sebagai paru-paru dunia perlahan mulai luntur, hal ini
dikarenakan banyaknya kasus terkait lingkungan seperti kasus pembakaran hutan,
perambahan hutan menjadi lahan pertanian dan paling menjadi perhatian adalah
beralihnya hutan Indonesia menjadi perkebunan. Adapun selain masalah hutan, yaitu
masalah sampah, pembangunan yang tidak memperhatikan ANDAL dan AMDAL,
polusi yang diakibatkan pabrik dan kendaraan yang semakin banyak. Hal tersebut
menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat terhadap kelestarian lingkungan masih
perlu ditingkatkan dan peningkatan ini merupakan perhatian dari pendidikan Pancasila.
4. Masalah Disintegrasi Bangsa
Dampak negatif yang berasal dari reformasi di Indonesia antara lain terkikisnya
rasa kesatuan dan persatuan bangsa. Contohnya adalah terkadang masyarakat
memahami otonomi daerah sebagai bentuk keleluasaan pemerintah daerah untuk
membentuk kerajaan-kerajaan kecil. Implikasinya mereka menghendaki daerahnya
diistimewakan dengan berbagai alasan dan fenomena primordialisme pun terkadang
muncul dalam kehidupan masyarakat. Berbagai media massa terkadang memberitakan
elemen masyarakat tertentu memaksakan kehendaknya dengan cara kekerasan kepada
elemen masyarakat lainnya. Berdasarkan laporan hasil survei Badan Pusat Statistik di
181 Kabupaten/Kota, 34 Provinsi dengan melibatkan 12.056 responden sebanyak 89,4
% menyatakan penyebab permasalahan dan konflik sosial yang terjadi tersebut
dikarenakan kurangnya pemahaman dan pengamalan nilai-nilai Pancasila.
5. Masalah Dekadensi Moral
Fenomena materialisme, pragmatisme dan hedonisme makin menggejala dalam
kehidupan bermasyarakat. Paham-paham tersebut mengikis moralitas dan akhlak
masyarakat, khususnya generasi muda. Fenomena dekadensi moral tersebut
terekspresikan dan tersosialisasikan lewat tayangan berbagai media massa. Media
massa saat ini telah menyajikan berbagai tontonan yang tidak mendidik seperti
kekerasan, pengkhianatan dan perilaku pergaulan bebas. Konten-konten tersebut sudah
menjadi hal yang biasa di dalam sinetron sinetron Indonesia yang menjadi tontonan
keluarga bahkan tidak luput dari anak kecil. Hal inilah yang membuat perilaku-perilaku
menyimpang menjadi hal yang lumrah di kalangan remaja.
6. Masalah Narkoba
Narkoba merupakan zat – zat yang terlarang untuk di konsumsi terutama di
Indonesia. Namun, karena Indonesia merupakan negara yang strategis hal ini memiliki
dampak yang negatif terutama dari segi narkoba. Indonesia strategis dalam hal
pemasaran obat-obatan terlarang. Tidak sedikit bandar narkoba yang merupakan warga
negara asing yang tertangkap membawa zat terlarang. Namun sanksi yang diberikan
masih tergolong kurang tegas untuk menimbulkan efek jera bagi mereka.
Berdasarkan data yang dirilis Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) tahun
2017 silam, BNN mengklaim bahwa sepanjang 2017 BNN bersama POLRI dan Bea
Cukai telah menangani 43.000 kasus narkoba, dari 43.000 kasus tersebut, narkoba yang
disita sebanyak 4,7 ton. Jumlah tersebut meningkat bila dibandingkan dengan sitaan
tahun 2016 yang hanya 3,6 ton. “Pada 2017 lalu kami melakukan penindakan 325
kasus, naik dari tahun 2016 yang hanya 286 kasus. Jumlah narkoba yang diambil
seberat 2.132 kg pada 2017, sedangkan pada 2016 hanya 1.169 kg.” Ujar Mentri
Keuangan Sri Mulyani.
7. Masalah Penegakan Hukum yang Berkeadilan
Salah satu tujuan dari gerakan reformasi adalah mereformasi sistem hukum dan
sekaligus meningkatkan kualitas penegakan hukum. Memang banyak faktor yang
berpengaruh terhadap efektivitas penegakan hukum, tetapi faktor dominan dalam
penegakan hukum adalah faktor manusianya. Konkritnya penegakan hukum ditentukan
oleh kesadaran hukum masyarakat dan profesionalitas aparatur penegak hukum. Inilah
salah satu urgensi mata kuliah pendidikan Pancasila, yaitu meningkatkan kesadaran
hukum para mahasiswa sebagai calon pemimpin bangsa.

8. Masalah Terorisme
Salah satu masalah besar yang dihadapi Indonesia saat ini adalah terorisme.
Asal mula dari kelompok terorisme itu sendiri tidak begitu jelas di Indonesia. Namun,
faktanya terdapat beberapa kelompok teroris yang sudah ditangkap dan dipenjarakan
berdasarkan hukum yang berlaku. Para teroris tersebut melakukan kekerasan kepada
orang lain dengan melawan hukum dan mengatasnamakan agama. Mengapa mereka
mudah terpengaruh paham ekstrim tersebut? Sejumlah tokoh berasumsi bahwa lahirnya
terorisme disebabkan oleh himpitan ekonomi, rendahnya tingkat pendidikan,
pemahaman keagamaan yang kurang komprehensif terkadang membuat mereka mudah
dipengaruhi oleh keyakinan ekstrim tersebut. Agama yang sejatinya menuntun manusia
berperilaku santun dan penuh kasih sayang, di tangan teroris, agama mengejawantah
menjadi keyakinan yang bengis tanpa belas kasihan terhadap sesama.
BAB IV

KESIMPULAN

Salah satu urgensi dalam mempelajari pancasila adalah sebagai kepribadian bangsa yang
berarti pancasila merupakan pencerminan dari jati diri bangsa Indonesia yang mana hal itu
adalah pembanding antara bangsa kita dengan bangsa lain. Oleh karena itu, bangsa Indonesia
harus menjadikan pengamalan Pancasila sebagai perjuangan utama dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Pengamalannya pun harus dimulai dari setiap warga negara
Indonesia sampai penyelenggara pemerintahan, sehingga semua komponen dalam suatu negara
mampu melestarikan nilai-nilai pancasila, agar bangsa kita tidak mudah terpengaruh oleh
budaya-budaya asing yang masuk dan tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.

Untuk mewujudkan semua itu dibutuhkan Pendidikan karakter kepada seluruh


masyarakat Indonesia agar mempunyai karakter; kemampuan sosial (social skill),
pengembangan kepribadian (personal improvement) dan pemecahan masalah secara
komprehensif (comprehensive problem solving).
DAFTAR PUSTAKA

Abdulgani, R. (1979). Pengembangan Pancasila Di Indonesia. Jakarta: Yayasan Idayu.

Belmawa. (2016). Buku Pedoman Mata Kuliah Wajib 2016. Diambil kembali dari Polsri.ac.id:
http://www.polsri.ac.id/belmawa/Buku_Pedoman_Mata_Kuliah_Wajib_2016/8

Branson, M. S. (1998). The Role of Civic Education, A Fortcoming education policy Task
Force Position. Paper from the communitarion Network.

Dyah. (2016). 9 Manfaat Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Diambil kembali dari
manfaat.co.id: https://manfaat.co.id/manfaat-pendidikan-pancasila

Dyah. (2016). Manfaat Mempelajari Pancasila dalam Kehidupan Sehari-Hari. Diambil


kembali dari manfaat.co.id: https://manfaat.co.id/manfaat-mempelajari-pancasila

Endang, T. S. (2009). Pentingnya Pendidikan Pancasila Sebagai Materi Pembelajaran di


Perguruan Tinggi. Malang.

Estede, S. (2015, April 15). Alasan dan Tujuan Mempelajari Pancasila. Diambil kembali dari
5sila.blogspot.co.id: https://5sila.blogspot.co.id/2015/04/alasan-dan-tujuan-mempelajari-
pancasila.html

Febriani, dkk. (2017, July 17). Urgensi Dalam Mempelajari Pancasila. Retrieved from
scribd.com: https://www.scribd.com/document/353939394/Urgensi-Dalam-Mempelajari-
Pancasila

Hidayati. (2014). Analisis Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pengetahuan dan Pemahaman
Tentang Peraturan Perpajakan, Efektifitas Sistem Perpajakan. Pelayanan Fiskus dan Sanksi
Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. Surakarta.

Hidayatillah, Y. (2014). Urgensi Eksistensi Pancasila Di Era Globasilasi (Studi Kritis


Terhadap Persepsi Mahasiswa STKIP PGRI Sumenep Tentang Eksistensi Pancasila).
Sumenep: TKIP PGRI.

Kemenristekdikti. (2016). “Buku Ajar Mata Kuliah Wajib Umum Pendidikan Pancasila”.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementrian Riset, Teknologi
dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia.
Rahardjo, dkk. (2002). Bung Karno dan Pancasila Menuju Revolusi Nasional. Yohyakarta:
Galang Printika.

Ravel, S. (2018). Sepanjang 2017 BNN, Polri, dan Bea Cukai Ungkap 43.000 Kasus Narkoba.
Diambil kembali dari kompas.com:
http://megapolitan.kompas.com/read/2018/01/19/16355031/sepanjang-2017-bnn-polri-dan-
bea-cukai-ungkap-43000-kasus-narkoba

Sari, A. G. (2010). Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Serta Upaya Penegakan Hukum
Lingkungan Dalam Perspektif Yuridis Normatif. Jurnal Berkala Universitas Kadiri.

Setijo, P. (2006). Pendidikan Pancasila Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa dan


Amandemen UUD 1945. Jakarta: Gramedia.

Suranto. (2012). Asal Mula dan Kedudukan Pancasila. Yogyakarta.

Yanti, F. (2012). Menggagas Urgensi Pendidikan Pancasila.

http://www.polsri.ac.id/belmawa/Buku_Pedoman_Mata_Kuliah_Wajib_2016/8

Anda mungkin juga menyukai

  • Cerpen 2
    Cerpen 2
    Dokumen8 halaman
    Cerpen 2
    Muhammad Abdur Rosyid Dakhilullah
    Belum ada peringkat
  • Cara Membuat Dadar Gulung
    Cara Membuat Dadar Gulung
    Dokumen2 halaman
    Cara Membuat Dadar Gulung
    Muhammad Abdur Rosyid Dakhilullah
    Belum ada peringkat
  • Cerpen 2
    Cerpen 2
    Dokumen8 halaman
    Cerpen 2
    Muhammad Abdur Rosyid Dakhilullah
    Belum ada peringkat
  • Bab 10 Pemampatan Citra
    Bab 10 Pemampatan Citra
    Dokumen26 halaman
    Bab 10 Pemampatan Citra
    Muhammad Abdur Rosyid Dakhilullah
    Belum ada peringkat
  • Cover Kimia Lingkungan
    Cover Kimia Lingkungan
    Dokumen3 halaman
    Cover Kimia Lingkungan
    Muhammad Abdur Rosyid Dakhilullah
    Belum ada peringkat
  • Ti414 041035 634 7
    Ti414 041035 634 7
    Dokumen3 halaman
    Ti414 041035 634 7
    Muhammad Abdur Rosyid Dakhilullah
    Belum ada peringkat
  • Analasis CSS
    Analasis CSS
    Dokumen11 halaman
    Analasis CSS
    Muhammad Abdur Rosyid Dakhilullah
    Belum ada peringkat
  • Logika Matematika
    Logika Matematika
    Dokumen52 halaman
    Logika Matematika
    Gregorius Ivan Ferdino
    Belum ada peringkat
  • Algoritma Pencarian Beruntun
    Algoritma Pencarian Beruntun
    Dokumen12 halaman
    Algoritma Pencarian Beruntun
    Muhammad Abdur Rosyid Dakhilullah
    Belum ada peringkat