Disusun Oleh :
Kelompok 1 (Kelas B)
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Istilah “Pancasila” telah dikenal di Indonesia sejak zaman majapahit abad ke-14 yang terdapat
dalam buku Negara Kertagama karangan Empu Prapanca dan dalam buku Sutasoma karangan
Empu Tantular. Tetapi Pancasila baru dikenal oleh bangsa Indonesia sejak tanggal 1 Juni 1945,
yaitu pada waktu Ir. Soekarno mengusulkan Pancasila sebagai dasar negara dalam sidang
Badan Penyidik Usaha – Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Dari segi
etimologi Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya Panca (lima) dan Sila
(dasar/prinsip). Jadi, pancasila adalah lima dasar atau lima prinsip.
Pancasila adalah jati diri bangsa Indonesia, sebagai falsafah, ideologi, dan alat pemersatu
bangsa Indonesia. Pancasila merupakan pandangan hidup, dasar negara, dan pemersatu bangsa
Indonesia yang majemuk. Mengapa begitu besar pengaruh Pancasila terhadap bangsa dan
negara Indonesia? Kondisi ini dapat terjadi karena perjalanan sejarah dan kompleksitas
keberadaan bangsa Indonesia seperti keragaman suku, agama, bahasa daerah, pulau, adat
istiadat, kebiasaan budaya, serta warna kulit jauh berbeda satu sama lain tetapi mutlak harus
dipersatukan.
Kedudukan Pancasila di Indonesia adalah sebagai dasar negara yang merupakan nilai, norma
dan dasar untuk mengatur penyelenggaraan negara, sebagai sumber hukum tertinggi yakni
sebagai acuan dalam merumuskan aturan – aturan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
sebagai pkitangan hidup yang merupakan kesatuan nilai-nilai luhur sebagai acuan dalam
menata kehidupan, sebagai ideologi bangsa yakni kristalisasi pkitangan, gagasan, ide,
keyakinan, kepercayaan yang menyeluruh yang mengatur tingkah laku bangsa indonesia dan
yang terakhir adalah sebagai alat pemersatu dalam hal pemersatu ideologi, kepentingan,
keragaman serta kemajemukan bangsa indonesia.
Generasi bangsa telah mulai melupakan nilai-nilai Pancasila dan lebih tertarik dengan
kehidupan gaya barat yang hedonis dan individualistik. Korupsi, kolusi, dan nepotisme kini
telah menjadi kebisaaan. Banyak hal-hal yang dulunya tabu kini telah menjadi suatu hal yang
biasa, karena tidak lagi mau mengkaji dan mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila. Oleh
karena itu diperlukan kajian lebih lanjut mengenai urgensi mempelajari Pancasila, yang akan
dibahas pada makalah ini.
BAB II
MASALAH
Dari uraian diatas, berkaitan dengan fenomena yang dihadapi, maka yang
terpenting adalah bagaimana memahami, menghayati dan mengamalkan Pancasila
dalam segala segi kehidupan, karena tanpa pengamalan Pancasila hanya merupakan
rangkaian kata-kata indah yang tertulis dalam pembukaan UUD 1945, seperti yang
telah terjadi pada masa orde baru.
2.1.Pengaruh Pancasila Terhadap Masyarakat
Pancasila pada saat ini cenderung menjadi lambang dan hanya menjadi
formalitas yang dipaksakan kehadirannya di Indonesia. Kehadiran Pancasila pada saat
ini bukan berasal dari hati nurani bangsa Indoensia. Bukti dari semua itu adalah tidak
diterapkannya sila – sila yang terkandung pada Pancasila dalam kehidupan masyarakat
Indonesia. Berdasarkan realita yang ada dalam masyarakat, penerapan sila – sila
Pancasila jauh dari harapan. Banyaknya kerusuhan yang berlatar belakang SARA
(suku, ras, dan antargolongan), adanya pelecehan terhadap hak asasi manusia, gerakan
separatis, lunturnya budaya musyawarah, serta ketidak adilan dalam masyarakat
membuktikan tidak diterapkannya Pancasila dalam kehidupan sehari – hari. Adanya hal
seperti ini menjauhkan harapan terbentuknya masyarakat yang sejahtera, aman, dan
cerdas yang di idamkan melalui Pancasila.
Sebenarnya bangsa Indonesia bisa berbangga dengan Pancasila, sebab Pancasila
merupakan ideologi yang komplit. Bila dibandingkan dengan pemikiran tokoh
nasionalis Cina, dr. Sun Yat Sen, Pancasila jauh lebih unggul. Sun Yat Sen
memunculkan gagasan tentang San Min Chu I yang berisi tiga pilar, yaitu nasionalisme,
demokrasi, dan sosialisme. Gagasan Sun Yat Sen ini mampu mengubah pemikiran
bangsa Cina bagian selatan. Dengan gagasan ini, Sun Yat Sen telah mampu
mewujudkan Cina yang baru, modern, dan maju. Apabila San Min Chu I-nya Sun Yat
Sen mampu untuk mengubah bangsa yang sedemikian besar, seharusnya Pancasila
yang lebih komplit itu mampu untuk mengubah Indonesia menjadi lebih baik.
Di Indonesia, sejak diresmikannya Pancasila sampai sekarang, penerapan
Pancasila masih ‘jauh bara dari api’. Yang terjadi pada saat ini bukan penerapan
Pancasila, melainkan pergeseran Pancasila. Ketuhanan yang menjadi pilar utama
moralitas bangsa telah diganti dengan keuangan. Kemanusiaan yang akan mewujudkan
kondisi masyarakat yang ideal telah digantikan dengan kebiadaban dengan banyaknya
pelanggaran terhadap hak asasi manusia. Persatuan yang seharusnya ada sekarang telah
berubah menjadi perpecahan dan disintegrasi. Permusyawarahan sebagai sikap
kekeluargaan berubah menjadi sikap kebrutalan. Sementara itu, keadilan sosial berubah
menjadi keserakahan.
Selain dari pihak masyarakat sendiri, pergeseran makna Pancasila juga
dilakukan oleh pihak penguasa. Pada masa tertentu, secara sistematis Pancasila telah
dijadikan sebagai alat politik untuk melanggengkan kekuasaan. Tindakan yang
dilakukan terhadap Pancasila ini turut menggoncang keberadaan Pancasila. Pancasila
seakan – akan momok yang menakutkan, sehingga oleh sebagian masyarakat dijadikan
sebuah simbol kekuasaan dan kelanggengan salah satu pihak.
Dalam era global sekarang, ideologi asing mudah berkembang dalam aneka
bentuknya dan menjadi pesaing Pancasila. Hedonisme (aliran yang mengutamakan
kenikmatan hidup) misalnya, semakin terasa menjadi pesaing yang membahayakan
potensialitas Pancasila sebagai kepribadian bangsa. Nilai intrinsik Pancasila pun masih
sangat dipengaruhi oleh berbagai situasi kondisi. Padahal, gugatan terhadap Pancasila
sebagai dasar negara dengan sendirinya akan menjadi gugatan terhadap esensi dan
keberadaan kita sebagai manusia dan warga negara Indonesia.
Untuk menghadapi kedua pihak ekstrim (pihak yang memkitang nilai – nilai
Pancasila terlalu sulit dilaksanakan oleh segenap bangsa Indonesia dan pihak lain yang
memkitang nilai – nilai Pancasila kurang efektif untuk memperjuangkan pencapaian
masyarakat adil dan makmur yang di idamkan seluruh bangsa Indonesia) diperlukan
usaha bersama yang tak kenal lelah guna menghayati Pancasila sebagai warisan budaya
bangsa yang bernilai luhur, suatu sistem filsafat yang tidak bertentangan dengan nilai -
nilai agama, bersifat normatif dan ideal, sehingga pengamalannya merupakan tuntutan
batin dan nalar setiap warga Negara Indonesia.
Dari berbagai kenyataan di atas timbul berbagai pertanyaan, apakah pancasila
sudah tidak cocok lagi dalam kehidupan masyarakat Indonesia, kalau pancasila masih
cocok di Indonesia, bagaimana membangun Indonesia yang lebih baik sehingga sesuai
dengan cita – cita para pendiri bangsa.
Salah seorang budayawan Indonesia yaitu Sujiwo Tejo mengatakan bahwa
“untuk memajukan bangsa ini kita harus melihat kebelakang, karena masa depan
bangsa Indonesia ada dibelakang”. Maksudnya kita harus melihat kembali sejarah
berdirinya bangsa Indonesia. Cita – cita untuk memajukan bangsa Indonesia ada disana.
Cita – cita bersama itu adalah suatu paham yang diperkanalkan oleh Ir. Soekarno dalam
rapat BPUPKI. Cita – cita tersebut ialah pancasila.
Pancasila merupakan perpaduan nilai – nilai yang tumbuh dan berkembang
dalam masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, secara konsep, pancasila merupakan
suatu lkitasan ideal bagi masyarakat Indonesia. Mantan Presiden RI Susilo Bambang
Yudhoyono dalam pidato kenegaraannya (sebelum turun jabatan) mengatakan bahwa
pancasila sebagai dasar dan ideologi Negara sudah final. Untuk itu jangan ada pihak –
pihak yang berpikir atau berusaha menggantikannya. SBY juga meminta kepada
seluruh kekuatan bangsa untuk mempraktikkan nilai – nilai Pancasila dalam kehidupan
berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Penegasan SBY adalah bentuk sikap reaktif
atas kecenderungan realitas sistem sosial politik yang saat ini mengancam keberadaan
Pancasila sebagai ideologi bangsa. Dengan demikian pernyataan itu jika kita sikapi
secara konstruktif merupakan peringatan dan sekaligus ajakan politis kepada generasi
sekarang untuk menjaga Pancasila dari berbagai upaya taktis dari pihak-pihak yang
ingin mencoba menggantikannya.
8. Masalah Terorisme
Salah satu masalah besar yang dihadapi Indonesia saat ini adalah terorisme.
Asal mula dari kelompok terorisme itu sendiri tidak begitu jelas di Indonesia. Namun,
faktanya terdapat beberapa kelompok teroris yang sudah ditangkap dan dipenjarakan
berdasarkan hukum yang berlaku. Para teroris tersebut melakukan kekerasan kepada
orang lain dengan melawan hukum dan mengatasnamakan agama. Mengapa mereka
mudah terpengaruh paham ekstrim tersebut? Sejumlah tokoh berasumsi bahwa lahirnya
terorisme disebabkan oleh himpitan ekonomi, rendahnya tingkat pendidikan,
pemahaman keagamaan yang kurang komprehensif terkadang membuat mereka mudah
dipengaruhi oleh keyakinan ekstrim tersebut. Agama yang sejatinya menuntun manusia
berperilaku santun dan penuh kasih sayang, di tangan teroris, agama mengejawantah
menjadi keyakinan yang bengis tanpa belas kasihan terhadap sesama.
BAB IV
KESIMPULAN
Salah satu urgensi dalam mempelajari pancasila adalah sebagai kepribadian bangsa yang
berarti pancasila merupakan pencerminan dari jati diri bangsa Indonesia yang mana hal itu
adalah pembanding antara bangsa kita dengan bangsa lain. Oleh karena itu, bangsa Indonesia
harus menjadikan pengamalan Pancasila sebagai perjuangan utama dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Pengamalannya pun harus dimulai dari setiap warga negara
Indonesia sampai penyelenggara pemerintahan, sehingga semua komponen dalam suatu negara
mampu melestarikan nilai-nilai pancasila, agar bangsa kita tidak mudah terpengaruh oleh
budaya-budaya asing yang masuk dan tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.
Belmawa. (2016). Buku Pedoman Mata Kuliah Wajib 2016. Diambil kembali dari Polsri.ac.id:
http://www.polsri.ac.id/belmawa/Buku_Pedoman_Mata_Kuliah_Wajib_2016/8
Branson, M. S. (1998). The Role of Civic Education, A Fortcoming education policy Task
Force Position. Paper from the communitarion Network.
Dyah. (2016). 9 Manfaat Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Diambil kembali dari
manfaat.co.id: https://manfaat.co.id/manfaat-pendidikan-pancasila
Estede, S. (2015, April 15). Alasan dan Tujuan Mempelajari Pancasila. Diambil kembali dari
5sila.blogspot.co.id: https://5sila.blogspot.co.id/2015/04/alasan-dan-tujuan-mempelajari-
pancasila.html
Febriani, dkk. (2017, July 17). Urgensi Dalam Mempelajari Pancasila. Retrieved from
scribd.com: https://www.scribd.com/document/353939394/Urgensi-Dalam-Mempelajari-
Pancasila
Hidayati. (2014). Analisis Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pengetahuan dan Pemahaman
Tentang Peraturan Perpajakan, Efektifitas Sistem Perpajakan. Pelayanan Fiskus dan Sanksi
Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. Surakarta.
Kemenristekdikti. (2016). “Buku Ajar Mata Kuliah Wajib Umum Pendidikan Pancasila”.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementrian Riset, Teknologi
dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia.
Rahardjo, dkk. (2002). Bung Karno dan Pancasila Menuju Revolusi Nasional. Yohyakarta:
Galang Printika.
Ravel, S. (2018). Sepanjang 2017 BNN, Polri, dan Bea Cukai Ungkap 43.000 Kasus Narkoba.
Diambil kembali dari kompas.com:
http://megapolitan.kompas.com/read/2018/01/19/16355031/sepanjang-2017-bnn-polri-dan-
bea-cukai-ungkap-43000-kasus-narkoba
Sari, A. G. (2010). Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Serta Upaya Penegakan Hukum
Lingkungan Dalam Perspektif Yuridis Normatif. Jurnal Berkala Universitas Kadiri.
http://www.polsri.ac.id/belmawa/Buku_Pedoman_Mata_Kuliah_Wajib_2016/8