Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PEMENUHAHAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT


DI RUANG PERAWATAN PARU RSUD KOTA GERUNG

DISUSUN OLEH :

NAMA :
NIM :

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIII KEPERAWATAN MATARAM
2013/2014
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR

A. KONSEP DASAR TEORI


1. DEFINISI ISTIRAHAT DAN TIDUR
Istirahat merupakan keadaan rileks dan tenang tanpa ada tekanan emosional.
Jadi, istirahat tidak selalu berarti berbaring di tempat tidur dan tidak melakukan
aktifitas apapun. Tidur merupakan kondisi ketika seseorang tidak sadar, tetapi dapat
dibangunkan oleh stimulus atau sensoris yang sesuai. Kondisi ini ditandai dengan
aktifitas fisik yang minim, tingkat kesadaran bervariasi, terjadi perubahan proses
fisiologis, dan terjadi penurunan respons terhadap stimulus eksternal.

2. FISIOLOGI TIDUR
Aktifitas tidur berhubungan dengan mekanisme serebral yang secara
bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun.
Bagian otak yang mengendalikan aktifitas tidur adalah batang otak, tepatnya pada
sistem pengaktifan retikularis atau Reticular Activating System (RAS) dan Bulbar
Synchronizing Regional (BSR). RAS dapat memberikan rangsangan visual,
pendengaran, nyeri, dan perabaan serta dapat menerima stimulasi dari korteks
serebri termasuk rangsangan emosi dan proses berpikir. Pada saat sadar, RAS
melepaskan katekolamin untuk mempertahankan kewaspadaan dan agar tetap
terjaga. Pengeluaran serotonin dari BSR menimbulkan rasa kantuk yang selanjutnya
menyebabkan tidur. Terbangun dan terjaganya seseorang tergantung pada
keseimbangan impuls yang diterima di pusat otak dan sistem limbik.

3. TAHAPAN TIDUR
Tidur dapat dibagi menjadi dua tahapan, yaitu non-rapid eye movement
(NREM) dan rapid eye movement (REM).
a. Tidur NREM
Tidur Nrem disebabkan oleh penurunan kegiatan dalam sistem pengaktifan
retikularis. Tahapan tidur ini juga disebut tidur gelombang lambat , karena
gelombang otak bergerak dengan sangat lambat. Tidur NREM ditandai dengan
penurunan sejumlah fungsi fisiologis tubuh termasuk juga metabolisme, kerja
otot dan tanda-tanda vital. Hal lain yang terjadi pada saat tidur NREM adalah
pergerakan bola mata melambat.
Tidur NREM terbagi menjadi empat tahapan, yaitu sebagai berikut :
1) Tahap I
Tahap I merupakan tahapan paling dangkal dari tidur dan merupakan tahap
transisi antara bangun dan tidur. Tahap ini ditandai dengan individu yang
cenderung rileks, masih sadar dengan lingkungannya, merasa mengantuk,
bola mata bergerak dari samping ke samping, frekuensi nadi dan napas
sedikit menurun, serta mudah dibangunkan. Tahap I normalnya
berlangsung sekitar 5 menit atau sekitar 5% dari total tidur.
2) Tahap II
Tahap II merupakan tahap ketika individu masuk pada tahap tidur, tetapi
masih dapat bangun dengan mudah. Tahap I dan II ini termasuk dalam
tahap tidur ringan. Pada tahap II, otot mulai relaksasi, mata pada umumnya
menetap, dan proses-proses di dalam tubuh terus menurun. Ditandai dengan
penurunan denyut jantung, frekuensi napas, suhu tubuh, dan metabolisme.
Pada tahap II normalnya berlangsung selama 10-20 menit dan merupakan
50-55 % dari total tidur.
3) tahap III
tahap III merupakan awal ari tahap tidur dalam atau tidur nyenyak. Tahap
ini dicirikan dengan relaksasi otot menyeluruh serta pelambatan denyut
nadi, frekuensi napas, dan proses tubuh yang lain. Pelambatan tersebut
disebabkan oleh dominasi sistem saraf parasimpatis. Pada tahap III,
individu cenderung sulit dibangunkan. Tahap III berlangsung selama 15-30
menit dan merupakan 10 % dari total tidur.
4) Tahap IV
Pada tahap ini, individu tidur semakin dalam, tahap IV ditandai
dengan perubahan fisiologis, yaitu EEG gelombang otak melemah serta
penurunan denyut jantung, tekanan darah, tonus otot, metabolisme dan
suhu tubuh.
Pada tahap ini individu jarang bergerak dan sulit dibangunkan. Tahap
ini berlangsung selama 15-30 menit dan merupakan 10 % dari total tidur.
b. Tidur REM
Tidur REM disebut juga tidur paradoks. Tahapan ini biasanya terjadi rata-
rata 90 menit dan berlangsung selama 5-20 menit. Tidur REM tidak senyenyak
tidur NREM dan biasanya sebagian besar mimpi terjadi pada tahap ini. tidur
REM penting untuk keseimbangan mental dan emosi. Selain itu, tahapan tidur
ini juga berperan dalam proses belajar, memori dan adaptasi.
Tidur REM ditandai dengan :
1) Lebih sulit dibangunkan atau dapat bangun dengan tiba-tiba
2) Sekresi lambung meningkat
3) Tonus otot menurun
4) Frekuensi denyut jantung dan pernapasan sering kali menjadi tidak teratur
5) Mata cepat tertutup dan terbuka
6) Metabolisme meningkat

4. SIKLUS TIDUR
Selama tidur, individu mengalami siklus tidur yang di dalamnya terdapat
pergantian antara tahap tidur NREM dan REM secara berulang. Siklusnya sebagai
berikut :
a. Pergeseran dari tidur NREM tahap I-III selama 30 menit
b. Pergeseran dari tidur NREM tahap III ke IV. Tahap IV ini berlangsung selama
20 menit
c. Individu kembali mengalami tidur NREM tahap III dan tahap II yang
berlangsung selama 20 menit
d. Pergeseran dari tidur NREM tahap II ke tidur REM. Tidur REM ini
berlangsung selama 10 menit
e. Pergeseran dari tidur REM ke tidur NREM tahap II
f. Siklus tidur pun dimulai, tidur NREM terjadi bergantian dengan tidur REM.
Siklus ini normalnya berlangsung selama 1,5 jam dan setiap orang umumnya
melalui 4-5 siklus selama 7-8 jam tidur.
5. KEBUTUHAN TIDUR PADA SETIAP TAHAP PERKEMBANGAN

Usia dan tingkat Jumlah kebutuhan


Pola tidur normal
perkembangan tidur (jam/hari)
0-1 bulan 14-18 50% tidur REM, berlangsung selama 45-
60 menit

1-12 bulan 12-14 20-30% tidur REM, tidur sepanjang


malam

1-3 tahun 10-12 25 % tidur REM , tidur pada siang hari


dan sepanjang malam

3-6 tahun 11 20% tidur REM

6-12 tahun 10 18,5% tidur REM

12-18 tahun 7-8,5 20% tidur REM

18-40 tahun 7-8 20-25% tidur REM

40-60 tahun 7-8 20% tidur REM, mengalami insomnia

>60 tahun 6 20-25% tidur REM, sering terjaga sewaktu


tidur, mengalami insomnia, dan tahap IV
NREM menurun, bahkan tidak ada

6. ETIOLOGI
Faktor yang Memengaruhi Kebutuhan Tidur
a. Penyakit
Sebagian penyakit menyebabkan penderita kesulitan untuk tidur,
misalnya penyakit yang menyebabkan nyeri atau distres fisik.
b. Kelelahan
Kelelahan akibat aktifitas yang tinggi umumnya memerlukan lebih
banyak tidur untuk memulihkan kondisi tubuh. Makin lelah sesorang, makin
pendek siklus REM yang dilaluinya. Setelah beristirahat, biasanya siklus
REM akan kembali memanjang.
c. Lingkungan
Ada atau tidaknya stimulus tertentu dari lingkungan dapat menghambat upaya
tidur, contohnya suhu yang tidak nyaman, ventilasi yang buruk, atau suara-
suara tertentu.
d. Stres psikologis
Stres psikologis pada seseorang dapat menyebabkan ansietas atau
ketegangan dan depresi. Akibatnya pola tidur, dapat terganggu. Ansietas dan
depresi dapat meningkatkan kadar norepinefrin pada darah melaui stimulasi
sistem saraf simpatis, akibatnya terjadi pengurangan siklus tidur NREM tahap
IV dan tidur REM serta seringnya terjaga pada saat tidur.
e. Gaya Hidup
Rutinitas seseorang dapat memengaruhi pola tidur. Contohnya individu yang
sering berganti jam kerja harus mengatur aktivitasnya agar bisa tidur pada
waktu yang tepat.
f. Motivasi
Motivasi dapat mendorong untuk tidur sehingga memengaruhi proses tidur,
misalnya seseorang ingin tidur lebih cepat agar keesokan harinya tidak
terlambat ke sekolah.
g. Stimulan, alkohol, dan obat-obatan
Contoh stimulan yang paling umum ditemukan adalah kafein dan nikotin.
Kafein dapat merangsang sistem saraf pusat sehingga menyebabkan kesulitan
untuk tidur.
h. Diet dan nutrisi
Asupan nutrisi yang adekuat dapat mempercepat proses tidur, misalnya
asupan protein. Asupan protein yang tinggi dapat mempercepat proses tidur
karena adanya triptofan (asam amino) hasil pencernaan protein yang dapat
mempermudah proses tidur.
7. GANGGUAN MASALAH KEBUTUHAN TIDUR
a. Insomnia
Insomnia adalah kesukaran dalam memulai dan mempertahankan tidur
sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan tidur yang adekuat. Insomnia dapat
dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
1) Insomnia inisial : ketidakmampuan untuk memulai tidur
2) Insomnia intermiten : ketidakmampuan untuk tetap tertidur karena terlalu
sering terbangun
3) Insomnia terminal : ketidak mampuan untuk tidur kembali setelah
terbangun pada malam hari
b. Hipersomnia
Hipersomnia merupakan gangguan tidur yang ditandai dengan tidur berlebihan,
terutama pada siang hari, walaupun sudah mendapatkan tidur yang cukup.
Gangguan ini dapat disebabkan oleh kondisi medis tertentu, misalnya gangguan
pada sistem saraf, hati, atau ginjal, dan masalah psikologis.
c. Parasomnia
Parasomnia merupakan perilaku yang dapat mengganggu tidur atau
perilaku yang muncul pada saat seseorang tertidur. Gangguan ini umumnya
terjadi pada anak-anak. Beberapa turunan parasomnia antara lain adalah sering
terjaga misalnya tidur berjalan, gangguan transisi bangun tidur misalnya
mengigau, parasomnia yang berkaitan dengan tidur REM misalnya mimpi
buruk.
d. Narkolepsi
Narkolepsi merupakan gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul
secara tiba-tiba pada siang hari. Gangguan ini disebut serangan tidur.
Narkolepsis diduga merupakan suatu gangguan neurologis yang disebabkan
oleh kerusakan genetik sistem saraf pusat yang disebabkan oleh kerusakan
genetik sistem saraf pusat yang menyebabkan tidak terkendalinya periode tidur
REM.
e. Apnea saat tidur
Apnea saat tidur merupakan kondisi ketika napas terhenti secara periodik pada
saat tidur.
f. Somnabulisme
Somnabulisme merupakan keadaan ketika tengah tertidur, tetapi melakukan
kegiatan orang yang tidak tidur. Penderita sering kali melakukan tindakan
motorik
g. Enuresa
Enuresa atau mengompol merupakan kegiatan buang air kecil yang tidak
disengaja pada waktu tidur. enuresa dapat dibagi menjadi dua, yaitu enuresa
nokturnal dan diurnal. Enuresa nokturnal merupakan keadaan mengompol pada
saat tidur dan
umumnya terjadi karena ada gangguan pada tidur NREM. Enuresa diurnal
merupakan keadaan mengompol pada saat bangun tidur.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian keperawatan pada masalah kebutuhan istirahat dan tidur meliputi
riwayat tidur serta pemeriksaan fisik
a. Riwayat tidur
1) Pola tidur, seperti jam berapa klien masuk kamar untuk tidur, jam berapa
biasa bangun tidur, dan keteraturan pota tidur klien;
2) Kebiasaan yang dilakukan klien menjelang tidur, seperti membaca buku,
buang air kecil, dan lain-lain;
3) Gangguan tidur yang sering dialami klien dan cara mengatasinya;
4) Kebiasaan tidur siang;
5) lingkungan tidur klien. Bagaimana kondisi lingkungan tidur apakah
kondisinva bising, gelap, atau suhunya dingin? dan lain lain;
6) Peristiwa yang baru dialami klien dalam hidup. Perawat mempelajari
apakah peristiwa, yang dialami klien, yang menyebabkan klien mengalami
gangguan tidur.
7) Status emosi dan mental klien. Status emosi dan mental memengaruhi
terhadap kemampuan klien untuk istirahat dan tidur. Perawat perlu
mengkaji mengenai status emosional dan mental klien, misalnya apakah
klien mengalami stres emosional atau ansietas?, juga dikaji sumber stres
yang dialami klien.
8) Perilaku deprivasi tidur yaitu manifestasi fisik dan perilaku yang timbul
sebagai akibat gangguan istirahat tidur, seperti:
a) Penampilan wajah, misalnya adakah area gelap di sekitar mata,
bengkak di kclopak mata, konjungtiva kemerahan, atau mata yang
terlihat cekung;
b) Perilaku yang terkait dengan gangguan istirabat tidur, misalnya
apakah klien mudah tersinggung, selalu menguap, kurang konsentrasi,
atau terlihat bingung;
c) Kelelahan, misalnya apakah klien tampak lelah, letih, atau lesu.

b. Gejala Klinis
Gejala klinis yang mungkin muncul: perasaan lelah, gelisah, emosi,
apetis, adanya kehitaman di daerah sekitar mata bengkak, konjungtiva merah
dan mata perih, perhatian tidak fokus, sakit kepala.
c. Penyimpangan Tidur
Kaji penyimpangan tidur seperti insomnia, somnambulisme, enuresis,
narkolepsi, night terrors, mendengkur, dll.
d. Pemeriksaan fisik
1) Tingkat energy, seperti terlihat kelelahan, kelemahan fisik, terlihat lesu
2) Ciri-ciri diwajah, seperti mata sipit, kelopak mata sembab, mata merah,
semangat
3) Ciri-ciri tingkah laku, seperti oleng/ sempoyongan, menggosok-gosok
mata, bicara lambat, sikap loyo
4) Data penunjang yang menyebabkan adanya masalah potensial, seperti
obesitas, deviasi septum, TD rendah, RR dangkal dan dalam

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan menurut Doenges (1999):
Gangguan pola tidur berhubungan dengan faktor internal: penyakit, stress
psikologis, ketidakaktifan; faktor eksternal: perubahan lingkungan, rutinitas
fasilitas.

Diagnosa menurut Saputra, Lyndon (2013):


a. Gangguan pola tidur, berhubungan dengan :
1) Sering terjaga pada malam hari
2) Tidur berlebihan pada siang hari
3) Nyeri
4) Lingkungan yang mengganggu
b. Kecemasan, berhubungan dengan ketidakmampuan untuk tidur
c. Koping individu tidak efektif, berhubungan dengan insomnia
d. Gangguan pertukaran gas, berhubungan dengan apnea saat tidur

3. INTERVENSI
Intervensi menurut Doenges (1999):
DIAGNOSA KEPERAWATAN GANGGUAN POLA TIDUR

Dapat dihubungkan dengan Faktor internal: Penyakit, stress psikologis,


ketidakaktifan.
Faktor eksternal: Perubahan lingkungan,
rutinitas fasilitas

Kemungkinan dibuktikan oleh Keluhan kesulitan terlelap/tidak merasa


segar.
Tidur terganggu, terbangun lebih dini dari
keinginan.
Perubahan pada perilaku/penampilan yang
meningkatkan peka rangsang, malas.

HASIL YANG DIHARAPKAN/KRITERIA Melaporkan perbaikan dalam pola


EVALUASI PASIEN AKAN tidur/istirahat.
Mengungkapkan peningkatan rasa sejahtera
dan segar.
TIDAKAN/INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Tentukan kebiasaan tidur biasanya dan Mengkaji perlunya dan mengidentifikasi
perubahan yang terjadi. intervensi yang tepat.
Berikan tempat tidur yang nyaman dan Meningkatkan kenyamanan tidur serta
beberapa milik pribadi, mis., bantal, dukungan fisiologis/psikologis.
guling.
Buat rutinitas tidur baru yang dimasukan Bila rutinitas baru mengandung aspek
dalam pola laa dan lingkungan baru. sebanyak kebiasaan lama, sterss dan
ansietas yang berhubungan dapat
berkurang.
Cocokan dengan teman sekamar yang Menurunkan kemungkinan bahwa teman
mempinyai pola tidur serupa dan sekamar yang “burung hantu” dapat
kebutuhan malam hari menunda pasien untuk terlelap atau
menyebabkan terbangun.
Dorong beberapa aktivitas fisik ringan Aktivitas siang hari dapat membantu pasien
selama siang hari. Jamin pasien berhenti menggunakan energi dan sikap untuk
beraktivitas beberapa jam sebelum tidur. tidur malam hari. Namun, kelanjutan
aktivitas yang dekat dengan waktu tidur
dapat bertindak sebagai stimulan, yang
memperlambat tidur.
Tingkatkan regimen kenyamanan waktu Meningkatkan efek relaksasi. Catatan: Susu
tidur, mis., mandi hangat atau masase, mempunyai kualitas soporifik,
segelas susu hangat, anggur atau brandi meningkatkan sintesis serotonin,
pada waktu tidur. neurotransmiter yang membantu pasien
tertidur dan tidur lebih lama.
Instruksikan tindakan relaksasi. Membantu menginduksi tidur.
Kurangi kebisingan dan lampu. Memberikan situasi kondusif.
Dorong posisi nyaman, bantu dalam Perubahan posisi mengubah area tekanan
mengubah posisi. dan meningkatkan istirahat.
Gunakan pagar tempat tidur sesuai indikasi; Dapat merasa takut jatuh karena perubahan
rendahkan tempat tidur bila mungkin. ukuran dan tinggi tempat tidur. Pagar
tempat tidur memberi keamanan dan
dapat digunakan untuk membantu
mengubah posisi. Catatan: Beberapa
orang lebih baik tidak menggunakan
pagar tempat tidur dan cenderung jatuh
bila melompati pagar tempat tidur.
Hindari mengganggu bila mungkin (mis., Tidur tanpa gangguan lebih menimbulkan
membangunkan untuk obat atau terapi). rasa segar, dan pasien mungkin tidak
mampu kembali tidur bila terbangun.
Kolaborasi
Berikan sedatif, hipnotik, sesuai indikasi. Mungkin diberikan untuk membantu pasien
tidur/istirahat selama periode transisi dari
rumah ke lingkungan baru. Catatan:
hindari penggunaan kebiasaan, karena
obat ini menurunkan waktu tidur REM.

Intervensi menurut Saputra, Lindon (2013):


Intervensi Rasional
1. Kaji kembali faktor yang 1. untuk mengetahui kebutuhan
menyebabkan gangguan tidur istirahat dan tidur pasien normal.

2. Bantu pasien untuk memicu 2. untuk membantu pasien dalam


tidur, seperti : memenuhi kebutuhan istirahat
a. Anjurkan pasien mandi dan tidur pasien.
sebelum tidur.
b. Anjurkan pasien minum
susu hangat.
c. Anjurkan pasien
membaca buku.
d. Anjurkan pasien
menonton televisi.
e. Anjurkan pasien
menggosok gigi sebelum
tidur.
f. Anjurkan pasien
embersihkan muka
sebelum tidur.
g. Anjurkan pasien
membersuihkan tempat
tidur.

3. Kurangi kemungkinan cedera 3. untuk menciptakan lingkungan


selama tidur dengan cara : yang nyaman untuk pasien
a. Gunakan cahaya lampu dalam memenuhi kebutuhan
malam. istirahat dan tidur.
b. Posisikan tempat tidur
yang rendah.
c. Letakkan bel dekat
pasien.
d. Ajarkan pasien untuk
meminta bantuan.
e. Gantungkan selang
drainase di tempat tidur
dan cara
memindahkannya bila
pasien memakainnya.

4. Berikan pendidikan kesehatan 4. keluarga dan pasien mengetahui


seperti: pentingnya kebutuhan istirahat
a. Ajarkan rutinitas jadwal dan tidur.
tidur di rumah.
b. Ajarkan pentingkan
latihan reguler ± ½ jam.
c. Penerangan tentang efek
samping obat hipnotik.

5. Tanyakan atau evaluasi 5. mengetahui keberhasilan


perasaan pasien setelah tindakan
dilakukan tindakan
4. IMPLEMENTASI
a. Mengkaji kembali faktor yang menyebabkan gangguan tidur.
b. Membantu pasien untuk memicu tidur, seperti :
1) Menganjurkan pasien mandi sebelum tidur.
2) Menganjurkan pasien minum susu hangat.
3) Menganjurkan pasien membaca buku.
4) Menganjurkan pasien menonton televisi.
5) Menganjurkan pasien menggosok gigi sebelum tidur.
6) Menganjurkan pasien embersihkan muka sebelum tidur.
7) Menganjurkan pasien membersuihkan tempat tidur.
c. Mengurangi kemungkinan cedera selama tidur dengan cara :
1) Menggunakan cahaya lampu malam.
2) Memberikan Posisi tempat tidur yang rendah.
3) Meletakkan bel dekat pasien.
4) Mengajarkan pasien untuk meminta bantuan.
5) Menggantungkan selang drainase di tempat tidur dan cara
memindahkannya bila pasien memakainnya.
d. Memberikan pendidikan kesehatan seperti:
1) Mengajarkan rutinitas jadwal tidur di rumah.
2) Mengajarkan pentingkan latihan reguler ± ½ jam.
3) Memberikan Penerangan tentang efek samping obat hipnotik.
e. Tanyakan atau evaluasi perasaan pasien setelah dilakukan tindakan

5. EVALUASI
Evaluasi terhadap masalah kebutuhan istirahat dan tidur dapat dinilai dari
kemampuan dalam memenuhi kebutuhan tidur, baik kuantitatif maupun kualitatif
DAFTAR PUSTAKA

Alimul.H.Aziz.2006. Pengantar KDM dan Proses Keperawatan, Salemba Medika: Jakarta.


Doengos.E.Maryln,dkk. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan.EGC :Jakarta.
Saputra, Lyndon. 2013. penghantar kebutuhan dasar manusia. binarupa aksra publisher :
Jakarta
Wartonah Tartowo. 2006. KDM dan Proses keperawatan,Edisi 3. Salemba Medika:Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai