Anda di halaman 1dari 7

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pemeriksaan Gradasi Agregat


Pemeriksaan gradasi agregat halus ( pasir ) dapat dilihat pada gambar 4.1.1
dibawah ini:

120

100

80
Batas Atas Gradasi
60
Batas Bawah Gradasi
40 Hasil Gradasi

20

0
0.15 0.3 0.6 1.18 2.36 4.75 9.5

Gambar 4.1. Gradasi Agregat Halus

Untuk mendapatkan pekerjaan yang mudah dan menghasilkan beton yang


ekonomis diperlukan suatu gradasi yang serasi. Dari pengujian diatas dapat
diperhitungkan prosentase berat benda uji yang tertahan diatas masing-masing
saringan terhadap berat total benda uji. Analisa saringan dilakukan untuk
mengetahui gradasi dan modulus halus butir ( MHB ), berdasarkan standar agregat
halus mempunyai modulus halus butir antara 1.5 sampai 3.8, maka hasil pengujian
analisa saringan agregat halus mendapatkan nilai modulus halus sebesar 2.76%, jadi
hal ini menunjukan bawah agregat ini memenuhi persyaratan tersebut. Pemeriksaan
gradasi agregar halus ini termasuk pada Zone II ( pasir agak kasar ).

37
Pemeriksaan gradasi agregat kasar ( kerikil ) dapat dilihat pada gambar 4.1.2.
dibawah ini:

120

100

80

60
batas bawah
Hasil Gradasi
40
batas atas
20

0
4.75 9.5 12 19

Gambar 4.2. Gradasi Agregat Kasar

Pada gambar 4.1.2. diatas menunjukkan grafik gradasi agregat kasar, pegujian ini
dilakukan untuk mengetahui susunan butiran dan modulus kehalusan. Pada
umumnya agregat kasar mempunyai modulus halus butir antara 5% sampai 8 %,
sedangkan hasil pengujian analisa saringan agregat kasar mendapatkan MHB
sebesar 5.77 %, maka agregat ini memenuhi syarat berdasarkan standar tersebut.
Oleh karena itu, beton yang dibuat dengan menggunakan batu pecah dengan
permukaan kasar yang lebih tajam akan menghasilkan beton yang lebih kuat ini
disebabkan oleh permukaan yang kasar sehingga memberi ikatan yang lebih kuat,
hasil pemeriksaan gradasi kerikil dengan butiran maksimum 20 mm.

38
Tabel 4.1. Hasil Pengujian Sifat Fisik Agregat
Dari hasil pemeriksaan gradasi dan pengujian sifat fisik agregat dapat dilihat
dalam table berikut ini :
Hasil
Persyaratan
Pengujian
No Pengujian Standar Satuan
Agr. Agr.
Agr.Halus Agr.Kasar
Halus Kasar
1 Kadar Lumpur 0.36 0.43 ASTM C177-69 5 1 %
2 Kadar Air 1.33 1.31 ASTM C566-89 5 %
3 Berat jenis SSD 2.5 2.6 2.5 2.7 %
ASTM C128-93
Penyerapan 0.4 1.4 3 %
4 Bobot Isi - - -
ASTM
Isi Lepas 1.74 2 C29/29M-91a - Kg/Liter
Isi Padat 2 2
5 Abrasi L.A. - 27.8 ASTM C131-96 - 50 %

Pada pemeriksaan prosentase kadar lumpur yang terkandung dalam agregat halus
didapatkan hasil sebesar 0.36%, maka dari hasil ini dapat digunakan segagai bahan
penyusun beton karena memenuhi syarat. Apabila kadar lumpur melebihi batas
normal (5 %) maka akan menghalangi ikatan antara pasta semen dengan agregat
karena semakin besar kadar lumpurnya maka semakin kecil daya ikatnya, maka
dianjurkan agar agregat sebelum dipakai sebaiknya dicuci sampai bersih terlebih
dahulu.

Kadar air pada pasir didapatkan hasil sebesar 1,33% dan kerikil sebesar 1.31%,
dari hasil ini memenuhi persyaratan yang ditentukan yakni tidak boleh lebih dari
5%. Kadar air yang terdapat dalam agregat diperhitungkan karena untuk
menentukan berapa banyak air yang dibutuhkan dalam perancangan campuran
beton, bila tidak teliti dalam perhitungan kadar air maka akan mempengaruhi kuat
tekkan beton, hal ini bisa terjadi karena semakin banyak air maka akan melemahkan
kuat tekan beton, namun bila airnya sedikit dan proporsi hitungannya tepat maka
akan meningkatkan kuat tekan beton namun akan berpengaruh pada tingkat
kemudahan pekerjaan artinya slump rendah sulit untuk dipadatkan dikerjakan.

39
Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregar dapat dihasilkan SSD untuk
agregat halus 2.5 dan penyerapan 0.40 dan SSD untuk agregat kasar 2.60 dan
penyerapan 1.40, dari hasil pemeriksaan tersebut memenuhi syarat, sedangkan
persyaratan untuk SSD sebesar 2.5 sampai 2.70 dan untuk penyerapan sebesar 3%.
Secara sederhana dapat kita ketahui bahwa pengujian analisi gravity adalah untuk
mengetahui besarnya air yang diserap oleh pasir atau disebut juga dengan agregat
halus, penyerapan agregat halus ini akan mempengaruhi faktor air semen saat pasir
digunakan sebagai campuran adukan pembuat beton sehingga dapat direncanakan
campuran yang baik.

Untuk memperoleh nilai-nilai bobot isi ( unit weight ) agregat dalam kondisi
didapatkan atau gembur, dan menghitung rongga udara dalam agregat kasar, agregat
halus maupun agregat campuran. Berdasarkan standar pengujian berat isi atau bobot
isi ( unit weight ) agregat hanya untuk menentukan berat dan isi agregat seperti
keadaan yang sebenarnya dilapangan.

Nilai abrasi yang disyaratkan adalah 50% , dari pengujian abrasi agregat lolos
dari ayakan 25.4 mm / (1”) dan tertahan di ayaka 19.1 mm / (3/4”) maka
mengunakan cara G dengan 12 bola baja dan 1000 RmP/ putaran, jadi hasil
pengujian abrasi ukuran agregat kasar sebesar 20mm menghasilkan nilai keausan
sebesar 27.8%, hal ini menunjukan bahwa material ini memenuhi syarat untuk
bahan pekerjaan beton yang disyaratkan oleh standar tersebut.

40
4.2. Hasil Rancangan Campuran Beton Metode Aci(American Concrete Institute)
Rancangan campuran beton dimulai dari pemeriksaan bahan penyusun beton
yang dipakai meliputi : agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil) dengan butir
maksimum 20 mm, semen tipe I (tonasa), air yang digunakan adalah dari pam
dilaboratorium DIT. Kuat tekan rencana 25 Mpa untuk 28 hari, setelah dihitung
maka didapatkan proporsi campuran beton yang dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.2. Hasil Perhitungan Proporsi Campuran Beton

Semen Pasir Kerikil Air Berat Beton


Volume
Kg/m3 Kg/m3 Kg/m3 Kg/m3 Kg/m3
1m3 469 578 1062 221 2330
1 adukan m3 7.5 9.2 16.9 3.6 37.2
Faktor Pembuangan 9 11 20 4.3 44.3

Maka, perbandingan campuran adalah : 1PC : 1.23 Pasir : 2.24 Kerikil : 0.5 Liter
Air.
Diatas kita dapat mengetahui berapa banyak bahan (semen, pasir, kerikil, dan air)
yang diperlukan dalam pengerjaan mix design. Dari perencanaan mix design ini
dengan menggunakan agregat kasar (kerikil) 20 mm sebanyak 65%, dan agregat
halus 10 mm 35 % dari total volume beton yang ada.Berdasarkan hasil perhitungan
rancangan campuran beton diatas bisa mendapatkan bahan-bahan yang seekonomis
mungkin untuk campuran dan bisa dapat menghasilkan kuat tekan beton yang
ditargetkan. Dalam perencanaan campuran beton ini mengunakan metode ACI
(American Concrete Institute ) sesuai dengan persyaratan dan table yang yang
disiapkan oleh metode tersebut.

41
4.3. Kuat Tekan Beton (Compressive Strength)

Dari hasil penelitian yang dilakukan ternyata terdapat variasi agregat yang sangat
berpengaruh terhadap kuat tekan beton. Dari hasil pengujian kuat tekan beton pada
tiap perlakuan dan sampel berbentuk silinder dengan luas 17663 cm2 sebanyak 3
buah, untuk tiap sampel diberi gaya tekan (KN) memperoleh kuat tekan beton (f, c)
untuk lebih jelas dapat dilihat pada table berikut ini :

Tabel 4.3. Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton (Compressive Strength) umur 7 hari.

Data Hasil Kuat


Rata- Standar
No. cetak Data uji 7 Berat Berat Luas tekan
Hari fc'
Mpa rata
Sampel Sampel Basah Kering Silider KN 7Hari

1 29/7/2015 6/8/2015 7 13.235 13.225 17663 345 18.7


19.34 19.31
2 29/7/2015 6/8/2015 7 13.32 13.275 17663 330 19.5

3 29/7/2015 6/8/2015 7 13.365 13.340 17663 350 19.8

Tabel 4.4. Konversi Kuat Tekan Beton.

Konversi Kuat Tekan beton

3 Hari 7 Hari 14 Hari 21 Hari 28 Hari

0.4 0.70 0.88 0.96 1.00

Tabel 4.5. Hasil Konversi Kuat Tekan Beton.

Kuat
Rata
No. Umur Luas Kuat Tekan Nilai Tekan Standar
Ket.
fc'
Beton Silinder KN mPa Konversi rata Rencana 28hari

1 28 17663 493 28 0.7


2 28 17663 471 27 0.7 28 25 mPa 27,59 Lolos

3 28 17663 500 28 0.7

42
Pada table 4.3. hasil uji kuat tekan beton (compressive strength ) mengdapatkan
nilai kuat tekan rerata sebesar 19.34, menunjukkan bawah pada masing-masing
kekuatan beton akan berbeda jika jumlah komposisi bahan tiap adukan beton per
meter kubiknya sama, maka hasil tersebut memenuhi kuat tekan 7 hari dengan nilai
yang disyaratkan adalah 19.31. Dari hasil di atas menghasilkan kuat tekan yang tidak
sesuai dengan yang direncanakan ini berarti tidak tercapai mutu beton yang
disyaratkan 25 mPa, pengaruhnya pada umur beton yang tidak sesuai dengan rencana
karena umur beton yang ditargetkan adalah 28 hari, tetapi uji kuat tekan itu pada
umurnya hanya 7 hari, maka hasilnya tidak sesuai dengan kuat tekan yang di
targetkan. Oleh karena itu, dengan melihat hasil kuat tekan yang dicapai sesuai
dengan mutu beton yang disyaratkan, maka perlu dilakukan konversi kuat tekan beton
untuk mendapatkan hasil kuat tekan yang direncanakan.

Dari table 4.4. konversi kuat tekan beton diperlukan untuk mengubah nilai kuat
tekan pada umur 7 hari ke 28 hari. Pada umumnya beton akan mengeras sempurna
pada umur 28 hari sehingga umur 28 hari menjadi patokan kuat tekan beton yang
ditargetkan. Konversi kuat tekan beton diperlukan dalam pembahasan ini karena
pengujian kuat tekan beton hanya umur 7 hari dengan menghasil kuat tekan yang
tidak tercapai dengan hasil yang ditargetkan, sedangkan umur beton yang
direncanakan adalah 28 hari untuk mendapatkan nilai kuat tekan yang direncanakan.

Pada table 4.5. diatas menunjukan bawah dari hasil konversi umur beton
mengdapatkan nilai kuat tekan rerata sebesar 28 mPa setelah dikonversi umur beton 7
hari ke 28 hari, sedangkan nilai kuat tekan yang disyaratkan untuk umur beton 28 hari
adalah 27.59 mPa, maka hasil tersebut memenuhi syarat. Nilai kuat tekan setelah
dikonversi 28 mPa lebih besar dari pada kuat tekan yang direncanakan adalah 25 mPa
karena hasil pengujian sifat fisik agregat lebih kecil dan memenuhi persyaratan.

43

Anda mungkin juga menyukai