Disusun Oleh:
Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
mengucapkan puji syukur ahamdulillah atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah dan inayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Teori-teori Belajar”. Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Psikologi Pendidikan.
Makalah ini kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir
kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap
pembaca.
Penyusun
2 | Teori-teori Belajar
DAFTAR ISI
A....................................................................................................Latar Belakang . .3
B...............................................................................................Rumusan Masalah . .3
C.................................................................................................................Tujuan . .3
BAB II : PEMBAHASAN................................................................................................4
A.........................................................................................................Kesimpulan 11
3 | Teori-teori Belajar
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori belajar dimunculkan oleh para psikolog pendidikan setelah mereka
mengalami kesulitan untuk menjelaskan proses belajar secara menyeluruh. Sebagian
psikolog menghaluskan kesulitan ini dengan istilah : memperjelas pengertian dan proses
belajar. Belajar merupakan proses dimana seseorang dari tidak tahu menjadi tahu. Proses
belajar ini dimulai sejak manusia masih bayi sampai sepanjang hayatnya. Kapasitas
manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia dari
makhluk hidup lainnya. Kajian tentang kapasitas manusia untuk belajar, terutama tentang
bagaimana proses belajar terjadi pada manusia mempunyai sejarah panjang dan telah
menghasilkan beragam teori. Salah satu teori belajar yang terkernal adalah teori belajar
behavioristik (seiring diterjemahkan secara bebas sebagai teori perilaku atau teori tingkah
laku.
Teori belajar merupakan landasan terjadinya suatu proses belajar yang menuntun
terbentuknya kondisi untuk belajar. Teori belajar dapat didefenisikan sebagai integrasi
prinsip-prinsip yang menuntun di dalam merancang kondisi demi tercapainya tujuan
pendidikan. Oleh karena itu dengan adanya teori belajar akan memberikan kemudahan
bagi guru dalam menjalankan model-model pembelajaran yang akan dilaksanakan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan teori belajar?
2. Apa saja teori belajar itu?
C. Tujuan
1. Untuk mendeskripsikan teori belajar.
2. Untuk memaparkan mengenai teori-teori belajar.
4 | Teori-teori Belajar
BAB II
PEMBAHASAN
2 M. Mochlis Sholichin, Psikologi Belajar Aplikasi Teori-Teori Belajar Dalam Proses Pembelajaran, (Yogyakarta:
SUKA-Press UIN Sunan Kalijaga, 2012), Hlm.53-54.
3 M. Mochlis Sholichin, Psikologi Belajar Aplikasi Teori-Teori Belajar Dalam Proses Pembelajaran, (Yogyakarta:
SUKA-Press UIN Sunan Kalijaga, 2012), Hlm.53-54.
6 | Teori-teori Belajar
2. Teori Pembiasaan Klasik (Classical Conditioning)
Teori ini berkembang berdasarkan hasil eksperimen yang di lakukan oleh
Ivan Pavlov (1849-1936), seorang ilmuan besar Rusia yang berhasil meraih
hadiah Nobel pada tahun 1909. Pada dasarnya Classical Conditioning adalah
sebuah prosedur penciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus
sebelum terjadinya refleks tersebut.
Dalam eksperimennya, Pahlov menggunakan anjing untuk mengetahui
hubungan-hubungan antara conditioned response (CR), Conditionet stimulus
(CS), unconditioned response (UCR), dan unconditioned stimulus (UCS). CS
adalah rangsangan yang mampu mendatangkan respons yang di pelajari,
sedangkan respon yang di pelajari itu di sebut CR. Adapun UCS berarti
rangsangan yang menimbulkan respon yang tidak di pelajari, dan respons
yang tidak di pelajari itu disebut UCR.
Agar lebih jelas pada halaman berikut ini penyusungambarkan proses
terjadinya hubungan antara stimulus dan respons tersebut baik yang
unconditioned (secara alami) maupun yang conditioned (buatan/yang
dibiaskan).
Berdasarkan eksperimen tersebut, semakin jelaslah bahwa belajar adalah
perubahan yang di tandai dengan adanya hubungan antara stimulus dan
respons. Jadi pada prinsipya ekperimen E.L.Trondike dimuka kurang lebih
sama dengan eksperimen Parlov yang memang dianggap sebagai pendahulu
dan anutan Trondike yang behavioristik itu. Kesimpuan yang bisa kita tarik
dari hasil eksperimen Parlov ialah apabila stimulus yang diadakan (CS) selalu
di sertai dengan stimulus penguat (UCS), stimulus tadi (CS) cepat atau lambat
akhirnya akan menimbulkan respon atau perubahan yang kita kehendaki yang
dalam hal ini CR.
Selanjutnya, Skinner berpendapat bahwa proses belajar yang
berlangsung dalam eksperimen Parlov itu tunduk terhadap dua macam hukum
yang berbeda, yakni: law of respondent conditioning dan law of respondent
extinction. Secara harfiah, law of respondent conditioning berarti hukum
pembiasan yang di tuntut, sedangkan law of respondent extinction adalah
hukum pemusnahan yang di tuntut.4
4 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), Hlm, 95-97
7 | Teori-teori Belajar
3. Teori Pembiasaan Perilaku Respon (Operant Conditioning)
Operant Conditioning ( Pembiasan Perilaku Respons) adalah yang teori
belajar di ciptakan oleh B.F. Skinner. Dalam teori ini, Skinner menganggap
reward atau reinforcement sebagai faktor terpenting dalam belajar. Skinner
membagi dua jenis respons dalam proses belajar mengajar, yaitu:
a. Respondents: respon yang terjadi karenastimulus khusus, misalnya
Pavlov
b. Operant: respon yang terjadi karena adanya situasi acak
Reinforcement didefinisikan sebagai sebuah konsekuen yang menguatkan
tingkah laku (frekuensi tingkah laku). Keefektifan sebuah Reinforcement
dalam proses belajar perlu di tunjukkan. Karena kita dapat mengasumsikan
sebuah konsekuen sebuah Reinforcement sampai terbukti bahwa konsekuen
tersebut dapat menguatkan perilaku misalnya permin pada umumnya dapat
menjadi Reinforcement bagi perilaku anak kecil, tetapi ketika ia beranjak
dewasa permen bukan lagi sesuatu hal yang menyenangkan, bahkan beberapa
anak kecil juga tidak pernah menukai permen.kadang ada seorang guru
memberikan permen kepada anak didiknya agar bersikap tenang saat pelajaran
berlangsung, tetapi sang murid tidak mengerjakan tugas yang di berikan
kepadanya.
Dalam hal ini , guru telah melakukan kesalahan dalam menggunakan
Reinforcement sehingga hadiah yang di berikan kepada siswa tidak dapat
menguatkan perilaku siswa yang di harapka. Tidak semua hadiah yang
diberikan kepada seseorang dapat menjadi Reinforcement bagi perilaku yang
di inginkan. Oleh karena itu perlu kita ketahui dan memahami jenis-jenis
Reinforcement yang disukai atau di perlukan oleh orang yang akan diberikan
Reinforcement.
Dari segi jenisnya Reinforcement, dibagi menjadi dua kategori yaitu,
Reinforcement primer adalah Reinforcement kebutuhan dasar manusia, seperti
makanan, air, keamanan, kehangatan dal lain sebagainya. Sedangkan
Reinforcement sekunder adalah Reinforcement yang di sosialisasikan dengan
Reinforcement primer.
Dari segi bentuknya Reinforcement dibagi menjadi dua yaitu,
Reinforcement positif dan Reinforcement negative. Reinforcement positif adalh
8 | Teori-teori Belajar
konsekuen yang di berikan untuk menguatkan atau meningkatkan perilaku
seperti hadiah, pujian dan lain sebagainya. sedangakan Reinforcement
negative adalah menarik diri dari situasi yang tidak menyenangkan untuk
menguatkan tingkah laku misalnya, guru yang membebaskan muridnya dari
membersihkan kamar mandi jika murid dapat menyelesaikan tugas
menyelesaikan tugas rumahnya. Jika membersihkan kamar mandiadalah tugas
yang tidak menyenangkan, maka membebaskan seorang murid dari tugas
tersebut adalah sebuah Reinforcement tingkah laku.5
4. Teori Pembiasan Asosiasi Dekat (Contiguous Conditioning)
Teori belajar Contiguous Conditioning (Pembiasan Asosiasi Dekat) adalah
sebuah teori belajar yang mengasumsikan terjadinya peristiwa belajar
berdasarkan kedekatan hubungan antara stimulus dengan respon yang relevan.
Contiguous Conditioning sering di sebut sebagai teori belajar istimewa dalam
arti penting sederhana dan efesien, karena di dalamnya hanya terdapat satu
prinsip, yaitu kontiguitas (contiguity) yang berarti kedekatan asosiasi antar
stimulus-respon.
Menurut teori ini, apa yang sesunggunya di pelajari orang, misalnya
seorang siswa, adalah reaksi atau respons terakhir yang muncul atas sebuah
rangsangan atau stimulus. Artinya, setiap peristiwa belajar hanya mungkin
terjadi sekali untuk selamanya atau sama sekali tak terjadi (Raber, 1989:153)
Dalam kenyataan sehari-hari, memang acapkali terjadi peristiwa belajar
dengan Contiguous Conditioning sederhana seperti: mengasosiasikan 2 + 2
dengan 4; mengasosisikan kewajiban di bulan ramadhan dengan berpuasa; dan
mengasosiasikan 17 Agustus dengan hari kemerdekaan RI. Belajar dengan
kontiguitas sederhana seperti asosiasi-asosiasi tersebut dapat terjadi misalnya
dengan menyajikan stimulus-stimulus berikut ini:
Dua tambah dua sama dengan……
Kewajiban di bulan ramadhan adalah ….
Tanggal 17 Agustus adalah …..
Namun demikian, perlu dicatat bahwa teori belajar Contiguous
Conditioning sebagai salah satu cabang mazhab behaviorisme itu dapat
5 M. Mochlis Sholichin, Psikologi Belajar Aplikasi Teori-Teori Belajar Dalam Proses Pembelajaran, (Yogyakarta:
SUKA-Press UIN Sunan Kalijaga, 2012), Hlm.57-59
9 | Teori-teori Belajar
diterima begitu saja terutama mengingat kecenderungannya yang serba
mekanisme dan otomatis seperti robot atau mesin.6
5. Teori Kognitif (Cognitive Theory)
eori psikologi kogniti fadalah bagian terpenting dari sains kognitif yang
telah member kontribusi yang sangat berarti dalam perkembangan psikologi
belajar. Sains kognitif merupakan himpunan disiplin yang terdiri atas:
psikologi kognitif, ilmu-ilmu computer, linguistic, intelegensi buatan,
matematika, epistimologi, dan psikologi syaraf.
Pendekatan psikologi kognitif lebih menekankan arti penting proses
internal, mental manusia. Dalam pandangan para ahli kognitif, tingkah laku
manusia yang tampak tak dapat di ukur dan di terangkan tanpa melibatkan
proses mental yaitu: motivasi, kesengajaan, keyakinan dan sebagainya.
Dalam perspektif psikologi kognitif, belajar pada asasnya adalah peristiwa
mental, bukan behavioral ( yang bersifat jasmaniyah) meskipun hal-hal yang
bersifat behavioral tampak lebih nyata dalam hampir setiap belajar siswa.
Secara lahiriah, seorang anak yang sedang membaca dan menulis, misalnya,
tentu menggunakan perangkat jasmaniah ( dalam hal ini mulut dan tangan)
untuk mengucapkan kata dan menggores pena. akan tetapi, perilaku yang
dilakukan anak tersebut bukan semata-mata respon atau stimulus yang ada,
melainkan yang lebih penting karena dorongan mental yang di atur oleh otak.
Keyakinan principal yang dianut oleh para behavioral adalah peranan
“refleks”, yakni reaksi jasmaniah yang tidak memerlukan kesadaran mental.
Apapun yang dilakukan manusia, termasuk kegiatan belajar adalah kegiatan
refleks belaka. Dalam perspektif psikologi kognitif, peristiwa yang di
gambarkan oleh peristiwa seperti tadi dalah na’ïf.7
6. Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory)
Social Learning Theory (Teori Belajar Sosial) adalah sebuah teori belajar
yang muncul belakangan dibandingkan dengan teori-teori belajar
lainnya.berbeda dengan penganut behaviorisme lainnya. Tokoh yang
mempopuerkan teori ini adalah Albert Bandura, yang berpandangan bahwa
tidak hanya merupakan refleks otomatis atau stimulus (S-R) Bond), melainkan
7 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), Hlm 103
10 | Teori-teori Belajar
juga akibat reaksi yang timbul sebagaihasil interaksi antara lingkungan
dengan skema kognitif individu itu sendiri.
Ada dua prinsip teori pembelajaran ini, yaitu peniruan (imitation) dan
penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih mementingkan
conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu
akan berfikir dan memutuskan perilaku social mana yang perlu dilakukan.8
8 M. Mochlis Sholichin, Psikologi Belajar Aplikasi Teori-Teori Belajar Dalam Proses Pembelajaran, (Yogyakarta:
SUKA-Press UIN Sunan Kalijaga, 2012), Hlm. 61
11 | Teori-teori Belajar
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Connectionisme (Koneksionisme) Dari eksperimen yang dilakukan itu maka
muncullah teori belajar yang menurutnya belajar adalah hasil hubumgan antara stimulus
dan respon, yang dikenal dengan S-R Bond Theory. Dan S-R Psychology of Learning
yang pada gilirannya dikenal “trial and error” dalam belajar, yang berarti semakin
banyak memcoba dan berlatih maka kesalahan yang dilakukan makin sedikit dan pada
akhirnya menjadi ahli di bidangnya.
Classical Conditioning adalah sebuah prosedur penciptaan refleks baru dengan
cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut.
Operant Conditioning ( Pembiasan Perilaku Respons) adalah yang teori belajar di
ciptakan oleh B.F. Skinner. Dalam teori ini, Skinner menganggap reward atau
reinforcement sebagai faktor terpenting dalam belajar. Skinner membagi dua jenis
respons dalam proses belajar mengajar.
Teori belajar Contiguous Conditioning (Pembiasan Asosiasi Dekat) adalah sebuah
teori belajar yang mengasumsikan terjadinya peristiwa belajar berdasarkan kedekatan
hubungan antara stimulus dengan respon yang relevan.
Teori psikologi kogniti fadalah bagian terpenting dari sains kognitif yang telah
member kontribusi yang sangat berarti dalam perkembangan psikologi belajar.
Social Learning Theory (Teori Belajar Sosial) Tokoh yang mempopuerkan teori
ini adalah Albert Bandura, yang berpandangan bahwa tidak hanya merupakan refleks
otomatis atau stimulus (S-R) Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul
sebagaihasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri.
12 | Teori-teori Belajar
DAFTAR PUSTAKA
13 | Teori-teori Belajar