Anda di halaman 1dari 11

TUGAS KELOMPOK

KB INTRA- UTERINE DEVICE

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas

Dosen Mata Ajar : Ns. Yuni Astuti, M.Kep

KELOMPOK 2 :

Bynar Frendy Anggara 16.015


Isna Nur Rochmawatun 16.043
Luluk Rahmawati 16.054
Lusi Arifirohwati 16.055
M. Naafi’ Izko 16.056
Nurkhasanah 16.068
Sunarto 16.096

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM IV/DIPONEGORO


SEMARANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pertumbuhan penduduk Indonesia pertahun sebesar 1,29%.
Berdasarkan penilaian United Nations Development Program (UNDP) pada
tahun 2005, kualitas sumber daya manusia yang diukur melaui indeks
pembangunan. Manusia telah menempatkan Indonesia pada urutan peringkat
110 dari 177 negara. Kondisi ini akan semakin terpuruk jika program
pembangunan yang disiapkan pemerintah tak mampu menyentuh seluruh
masyarakat. Itu sebabnya pemerintah pusat perlu terus memberikan perhatian
terhadap program KB. Tujuannya adalah untuk menekan laju pertumbuhan
penduduk agar program pembangunan bisa dinikmati oleh semua lapisan
masyarakat. (Humaniraya, 2009).
Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committee 1970:
keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri
untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran
yang memang sangat diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan,
mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri
serta menentukan jumlah anak dalam keluarga (Suratun, 2008).
Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
dan UNFPA (2005) dan pelaksanaan program KB masih mengalami beberapa
hambatan. Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
2002-2003, masih sekitar 40% Pasangan Usia Subur (PUS) yang belum
menjadi akseptor KB (Saroha, 2009).
Berdasarkan data survey demografi dan kesehatan Indonesia pada
tahun 2007 pengguna kontrasepsi IUD menduduki peringkat ke empat, dari
sejumlah 746.702 peserta KB dan yang menggunakan IUD sebanyak (2,74%)
(BKKBN, 2007).
Berdasarkan hasil survey Demografi dan Kesehatan di indonesia
tahun 1994, pemakai IUD yang tertinggi adalah Bali (41,1 %) disusul
Yogyakarta dan Sulawesi Utara. Secara nasional program KB menargetkan
pencapaian akseptor pada tahun 1985 sebesar 60 %. Bali sebagai bagian
wilayah Indonesia juga melaksanakan program KB secara resmi sejak tahun
1970. Pada tahun 2002 telah tercapai 75 % melebihi target nasional yakni
60% (Stratfield, 2002).
Dari rekapitulasi laporan pengendalian program KB nasional tingkat
Provinsi Sumatera Utara pada bulan januari tahun 2009 diketahui bahwa dari
2.041.398 Pasangan Usia Subur, terdiri dari peserta KB aktif sebanyak
1.309.498 Pasangan Usia Subur (64,14%), dan Pasangan Usia Subur yang
bukan merupakan peserta KB sebanyak 731.900 Pasangan Usia Subur
(35,85%), yang menggunakan kontrasepsi IUD sebanyak 137.321 Pasangan
Usia Subur (10,48%) (BKKBN, 2009).
Di kota Medan bulan Oktober tahun 2009 diketahui bahwa dari
50.361 Pasangan Usia Subur, terdiri dari peserta KB aktif sebanyak 38.222
Pasangan Usia Subur (75,89%), dan Pasangan Usia Subur yang bukan
merupakan peserta KB sebanyak 12.139 Pasangan Usia Subur (24,10%),
yang menggunakan kontrasepsi IUD sebanyak 1.524 Pasangan Usia Subur
(3,98%). (Moehqadri, 2009).
Angka kesuburan total atau TFR di Indonesia turun dari 5,6% menjadi
2,6%. Tahun 2002 sampai 2003 menurut BPS (Biro Pusat Statistik), DepKes,
2003. Sebagai aspek kebutuhan kesehatan reproduksi perempuan banyak
yang belum terpenuhi karena ketidak tersediaan konseling dan pelayanan KB
yang merupakan hal terpenting dalam menurunkan resiko. Pada tahun 2003
yaitu 2/3 atau (66,67%) perempuan menikah di Indonesia menggunakan
kontrasepsi modern atau IUD/AKDR 14,8%, (Departemen Kesehatan, 2009).
IUD atau Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) adalah satu alat
kontrasepsi modern yang telah dirancang sedemikian rupa (baik bentuk,
ukuran, bahan, dan masa aktif fungsi kontrasepsinya), bentuknya bermacam-
macam. IUD adalah alat kontrasepsi yang efektiftasnya sangat tinggi, yaitu
0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama pemakaian, 1
kegagalan dalam 125-170 kehamilan (Hidayati, 2009).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara kerja dari AKDR?
2. Bagaimana cara pemasangan AKDR?
3. Kapan waktu pemasangan yang tepat untuk pemasangan AKDR?
4. Apakah obat-obatan pada pemasangan AKDR?
5. Apakah keuntungan dan kerugian dari AKDR?
6. Apa sajakah kontra indikasi dari AKDR?
7. Sebutkan jenis-jenis AKDR?
8. Kapankah waktu pelepasan AKDR?
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
AKDR adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan kedalam Rahim yang
bentuknya bermacam-macam, terdiri dari plastic (polyerhyline), ada yang
dililit tembaga (Cu), dililit tembaga bercampur perak (Ag), dan adapula yang
batangnya hanya berisi hormone progesterone. Cara kerjanya, meninggikan
getaran saluran telur sehingga pada waktu blastokista sampai ke Rahim
endometrium belum siap menerima nidasi, menimbulkan reaksi mikroinfeksi
sehingga terjadi penumpukan sel darah putih yang melarutkan blastokista,
dan lilitan logam menyebabkan reaksi antifertilisasi. Efektifitasnya tinggi,
angka kegagalannya 1%. (Padila, 2014)
Salah satu alat kontrasepsi dalam Rahim (AKDR), yaitu sebuah alat berupa
benda kecil terbuat dari plastic atau logam yang dimasukkan kedalam kavum
endometrium. Karakteristik AKDR ini adalah sebagai berikut : (Deswani.
2010)
1. Sangat efektif, reversible, dan berjangka panjang (dapat sampai 10 tahun :
CuT-380 A).
2. Haid menjadi lebih lama dan lebih banyak.
3. Pemasangan dan pencabutan dilakukan oleh tenaga medis (dokter atau
bidan terlatih).
4. Dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi.
5. Tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar pada infeksi manula.

B. CARA KERJA
Adapun cara kerja dari AKDR adalah sebagai berikut: (Deswani. 2010)
1. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi.
2. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
3. AKDR bekerja terutama untuk mencegah sperma dan ovum bertemu,
walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk kedalam alat reproduksi
perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi.

C. PEMASANGAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)/


INTRA-UTERINE DEVICE (IUD)
Menurut Deswani (2010) alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)/ intra-uterine
device (IUD) dimasukkan kedalam Rahim (sebagai prosedur steril) setelah
sebelumnya ditarik masuk kedalam aplikator khusus setelah insersi, AKDR
akan kembali pada bentuk semula yaitu bentuk pegas. Sebagian besar AKDR
memiliki seutas benang yang kecil, benang ini menjulur kedalam vagina
sehingga ibu dapat merasakan keberadaan alat tersebut, dan keberadaan
benang dalam vagina tidak mengganggu senggama.
Daya guna teoretis dan daya guna pemakaian hampir sama (1-5 kehamilan/
100 wanita / tahun). Kegagalan lebih rendah pada AKDR yang mengeluarkan
tembaga atau hormone. Namun, angka ketidaklangsungan pemakaian tinggi,
yaitu 20-40% tidak meneruskan pemakaian AKDR dalam tahun pertama.
Rata-rata AKDR tetap dipakai selama 24 bulan. Satu hal yang jelas pada
AKDR adalah jika telah cocok untuk beberapa tahun, angka ekspulsi dan
pengangkatan oleh karena nyeri atau perdarahan menjadi sangat rendah.
Ekspulsi lebih tinggi pada insersi 1-2 hari postpartum dan pada AKDR
dipasang oleh tenaga yang kurang terlatih. (Sulistyawati, Ari. 2011)

D. WAKTU PEMASANGAN AKDR


Bidan harus merasa yakin bahwa klien tidak hamil dank lien bebas dari
infeksi vagina atau uterus saat akan memasang AKDR. Beberapa dokter lebih
menyukai pemasangan AKDR selama klien mengalami periode menstruasi.
Melakukan pemasangan AKDR selama masih menstruasi akan
menghilangkan resiko pemasangan AKDR kedalam uterus yang dalam
keadaan hamil, namun klien lebbih rentan terkena infeksi. Selain itu, bila ada
waktu menunggu terlalu lama atau jika klien tidak menyukai pemberi
pelayanan kesehatan melakukan pemeriksaan dan prosedur pelvik selama
masa menstruasi, klien tersebut tidak kembali lagi. Pada kenyataannya,
pemasangan AKDR dapat dilakukan pada hari-hari selama siklus menstruasi.
Namun bidan harus benar-benar yakin tentang riwayat hubungan seksual dan
penggunaan kontrasepsi klien sebelum membuat keputusan untuk memasang
AKDR pada saat menstruasi atau beberapa hari kemudian. Angka kejadian
AKDR terlepas spontan lebih rendah bila AKDR tidak dipasang selama masa
menstruasi. (Sulistyawati, Ari. 2011)

E. OBAT-OBATAN PADA PEMASANGAN AKDR


Sebelum prosedur pemasangan, beberapa dokter biasanya memberi pilihan
obat kepada klien, terutama bila klien merasa tegang dan cemas atau memiliki
riwayat disminore. Beberapa obat yang ditawarkan antara lain, obat anti
inflamasi nonsteroid (NSAID) atau analgesic oral, setengah sampai 1 jam
sebelum prosedur. Pilihan lain adalah penggunaan anastesi lokal pada tempat
memasukkan venakulum atau blok para serviks, namun pada umumnya
tindakan ini tidak dilakukan. Antibiotic profilaksis yang bermanfaat untuk
mencegah infeksi setelah AKDR dipasang tidak lagi dianggap bermanfaat
saat pemasangan AKDR dan tidak lebih penting daripada penapisan terhadap
kandidat pemasangan AKDR, mempertahankan tehnik aseptic menggunakan
tehnik steril ketat, dan membersihkan serviks. (Sulistyawati, Ari. 2011)

F. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN


KEUNTUNGAN
a. Dapat diterima masyarakat dengan baik
b. Pemasangan tidak sulit
c. Control medis ringan
d. Penyulit tidak terlalu berat
e. Pulihnya kesuburan setelah AKDR dicabut berlangsung baik
KERUGIAN
a. Masih dapat terjadi kehamilan dengan AKDR insito
b. Terdapat perdarahan
c. Leokorea
d. Infeksi
e. Kemandulan primer, sekunder, KET.
f. Tali AKDR dapat menimbulkan perlukaan porsio uteri dan mengganggu
hubungan seksual (Purwaningsih, 2010)

G. KONTRA INDIKASI
1. Terdapat infeksi genetalia
2. Dugaan keganasan serviks
3. Perdarahan dengan sebab tidak jelas
4. Pada kehamilan terjadi abortus, mudah perforasi (Purwaningsih, 2010)

H. JENIS AKDR
1. Copper-T
2. ML Cu 250
3. Saf-T-Coil
4. Yusci ring
5. Dana Special
6. Lippes loop
7. Comet
8. Silent Protector
9. Hall stone ring
10. K.S. Wing
11. Majzlin Spring
12. Szontagh IUD
13. Antigon
14. Mogulies coil
15. Ota ring
16. Soonawala IUD (Sulistyawati, Ari. 2011)
I. WAKTU PELEPASAN AKDR
1. Ingin hamil kembali
2. Leokorea
3. Infeksi
4. Perdarahan
5. Menopause (Purwaningsih, 2010)
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
AKDR adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan kedalam Rahim yang
bentuknya bermacam-macam, terdiri dari plastic (polyerhyline), ada yang
dililit tembaga (Cu), dililit tembaga bercampur perak (Ag), dan adapula yang
batangnya hanya berisi hormone progesterone.
KEUNTUNGAN
a. Dapat diterima masyarakat dengan baik
b. Pemasangan tidak sulit
c. Control medis ringan
d. Penyulit tidak terlalu berat
e. Pulihnya kesuburan setelah AKDR dicabut berlangsung baik
KERUGIAN
a. Masih dapat terjadi kehamilan dengan AKDR insito
b. Terdapat perdarahan
c. Leokorea
d. Infeksi
e. Kemandulan primer, sekunder, KET.
f. Tali AKDR dapat menimbulkan perlukaan porsio uteri dan mengganggu
hubungan seksual (Purwaningsih, 2010)
DAFTAR PUSTAKA

Deswani. 2010. Panduan praktik klinik dan laboratorium keperawatan


maternitas. Jakarta : salemba medika
Padila.2014. buku ajar keperawatan maternitas. Yogyakarta : Nuha Medika
Purwaningsih, Wahyu. 2010. Asuhan keperawatan maternitas. Yogyakarta :
Nuha Medika
Sulistyawati, Ari. 2011. Pelayanan keluarga berenccana. Jakarta : salemba
medika

Anda mungkin juga menyukai