RIDWANCA
NURFATIMAH
ANDI NURFAIKAH
RATNAWATI
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang diberikan
kepada kami mengenai “Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa” yang kami sajikan dalam
bentuk makalah.
Adapun makalah yang kami susun ini kami telah usahakan semaksimal mungkin yang
tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Tak ada gading yang
tak retak dan tak ada laut yang tak berombak. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan
terbuka kami menerima kritik dan saran sehingga kami dapat memperbaiki dan
menyempurnakan makalah ini.
Akhirnya kami mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil hikmah dan
manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca dan dapat lebih
memahami pentingnya pancasila.
Penyusun
KELOMPOK II
DAFTAR ISI
Kata pengantar...........................................................................................................................v
Daftar isi....................................................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................ 1
A. Latar belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................2
C. Tujuan............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
a. Kesimpulan...................................................................................................................10
b. Saran.............................................................................................................................10
Daftar pustaka..........................................................................................................................11
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memahami latar belakang historis dan konseptual Pancasila dan UUD 1945 merupakan
suatu bentuk kewajiban bagi setiap warga Negara sebelum melaksanakan nilai-nilainya dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kewajiban tersebut merupakan
konsekuensi formal dan konsekuensi logis dalam kedudukan kita sebagai warga negara.
Karena kedudukan Pancasila sebagai dasar negara (filsafat negara), maka setiap warga negara
wajib loyal kepada dasar negaranya.
Perjalanan hidup suatu bangsa sangat tergantung pada efektivitas penyelenggaraan
negara. Pancasila sebagai dasar negara merupakan dasar dalam mengatur penyelenggaraan
negara di segala bidang, baik bidan ideologi, politik, ekonomi, sosial-budaya, maupun
hankam. Era global menuntut kesiapan segenap komponen bangsa untuk mengambil peranan
sehingga dampak negative yang muncul dapat segera diantisipasi.
Kesetiaan, nasionalisme, dan patriotisme warga negara kepada bangsa dan negaranya
dapat diukur dalam bentuk kesetiaan mereka terhadap filsafat negaranya yang secara formal
diwujudkan dalam betuk peraturan perundang-undangan (Undang-Undang Dasar 1945,
Ketetapan MPR, Undang-Undang, dan Peraturan Perundangan lainnya). Kesetiaan warga
negara tersebut tampak dalam sikap dan tindakan menghayati, mengamalkan, dan
mengamankan peraturan perundanga-undangan itu. Kesetiaan ini semakin kokoh apabila
mengakui dan meyakini kebenaran, kebaikan, dan keunggulan Pancasila sepanjang masa.
Pancasila dalam kedudukannya sebagai ideologi negara, diharapkan mampu menjadi
filter untuk menyerap pengaruh perubahan zaman di era globalisasi ini.keterbukaan ideology
Pancasila terutama ditujukan dalam penerapannya yang berbentuk pola piker yang dinamis
dan konseptual.
Suatu ideologi pada dasarnya merupakan hasil refleksi manusia atas kemampuannya
mengadakan distansi (menjaga jarak) dengan dunia kehidupannya. Antara ideologi dan
kenyataan hidup masyarakatterjadi hubungan dialektis, sehingga berlangsung pengaruh
timbal balik yang terwujud dalam interaksi yang di satu pihak memacu idologi agar semakin
realistis dan di lain pihak mendorong masyarakat supaya semakin mendekati bentuk yang
ideal.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pelaksanaan ideologi Pancasila di Indonesia?
2. Apa yang dimaksud dengan ideologi?
3. Jelaskan Pancasila sebagai ideologi bangsa?
4. Bagaimana ideologi lain selain pancasila?
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dengan demikian, jelaslah bahwa Orde Baru tidak hanya memonopoli kekuasaan,
tetapi juga memonopoli kebenaran. Sikap politik masyarakat yang kritis dan berbeda
pendapat dengan negara dalam prakteknya diperlakukan sebagai pelaku tindak kriminal.
Penanaman nilai-nilai Pancasila pada pemerintahan Soeharto dilakukan secara
indoktrinatif dan birokratis. Akibatnya, bukan nilai-nilai Pancasila yang meresap ke dalam
kehidupan masyakat, tetapi kemunafikan yang tumbuh subur dalam masyarakat. Lebih-lebih
pendidikan Pancasila dan UUD 1945 yang dilakukan melalui metode indoktrinasi dan
unilateral, yang tidak memungkinkan terjadinya perbedaan pendapat, semakin mempertumpul
pemahaman masyarakat terhadap nilai-nilai Pancasila. Cara melakukan pendidikan semacam
itu, terutama bagi generasi muda, berakibat fatal. Pancasila yang berisi nilai-nilai luhur,
setelah dikemas dalam pendidikan yang disebut penataran P4 atau PMP ( Pendidikan Moral
Pancasila), atau nama sejenisnya, ternyata justru mematikan hati nurani generasi muda
terhadap makna dari nilai luhur Pancasila tersebut.
4
Karena itu pula orde yang oleh sementara kalangan disebut sebagai Orde Reformasi
melakukan aneka perubahan mendasar guna membangun tata pemerintahan baru. Namun
upaya untuk menyalakan pamor Pancasila setelah ideologi
tersebut di mata rakyat tidak lebih dari rangkaian kata-kata bagus tanpa makna karena
implementasinya diselewengkan oleh pemimpin selama lebih kurang setengah abad tidak
mudah dilakukan.
1. Pengertian Ideologi
Kata ideologi berasal dari bahasa Latin (idea ; daya cipta sebagai hasil kesadaran
manusia dan logos ; ilmu). Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh filsuf Perancis
A.Destut de Tracy (1801). Secara harafiah ideologi berarti ilmu tentang pengertian dasar,
ide atau cita-cita serta bisa juga diartikan sebagai falsafah hidup dan pandangan dunia dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Beberapa pengertian tentang ideologi
a. Kamus Ilmiah Populer
Ideologi adalah cita-cita yang merupakan dasar salah satu system politik,
paham, kepercayaan dan seterusnya (ideologi sosialis, ideologi islam, dll ).
c. A.S. Hornby
Ideologi adalah seperangkat gagasan yang membentuk landasan teori ekonomi
dan politik atau yang dipegangi oleh seorang atau sekelompok orang.
d. Encyclopedia International
Ideologi adalah “system of ideas, belief, and attitudes which underlie the way
of live in a particular group, class, or society” (system gagasan, keyakinan dan sikap
yang mendasari cara hidup suatu kelompok, kelas, atau masyarakat tertentu).
e. Dr. Alfian
Ideologi adalah suatu pandangan atau system nilai yang menyeluruh dan
mendalam tentang bagaimana cara yang sebaiknya, yaitu secara noral dianggap benar
dan adil mengatur tingkah laku bersama dalam berbagai segi kehidupan.
5
2. Sifat – Sifat Ideologi
Ada tiga dimensi sifat ideologi, yaitu dimensi realitas, dimensi idealisme, dan dimensi
fleksibilitas.
a. Dimensi Realitas
Nilai-nilai dasar di dalam suatu ideologi bersumber dari nilai – nilai riil yang
hidup dalam masyarakat yang tertanam dan berakar di dalam masyarakat terutama
pada waktu ideologi itu lahir. Dengan demikian mereka benar - benar merasakan dan
menghayati bahwa nilai – nilai dasar itu adalah milik bersama.
b. Dimensi Idealisme
Nilai-nilai dasar didalam suatu ideologi yang mengandung idealisme, yang
memberi harapan tentang masa depan yang lebih baik melalui perwujudan /
pengalamannya dalam praktik kehidupan bersama sehari – hari dengan berbagai
dimensinya. Pancasila bukan saja memenuhi dimensi idealisme ini tetapi juga
berkaitan dengan dimensi realitas.
c. Dimensi Fleksibilitas (pengembangan)
Ideologi ini memberikan penyegaran, memelihara, dan memperkuat
relevansinya dari waktu ke waktu sehingga bersifat dinamis, demokratis. Pancasila
memiliki dimensi fleksibilitas karena memelihara, memperkuat relevansinya dari
masa ke masa.
6
4. Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa
Pancasila sebagai ideologi bangsa adalah Pancasila sebagai cita-cita negara atau cita-cita
yang menjadi basis bagi suatu teori atau sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat dan bangsa
Indonesia, serta menjadi tujuan hidup berbangsa dan bernegara Indonesia.Berdasarkan Tap.
MPR No. XVIII/MPR/1998 tentang Pencabutan Ketetapan MPR tentang P4, ditegaskan
bahwa:
“Pancasila adalah dasar NKRI yang harus dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara”.
1. Ideologi Liberalisme
Pengertian Liberalisme
Liberalisme adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik yang
didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai politik yang utama. Secara
umum, liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang bebas, dicirikan oleh
kebebasan berpikir bagi para individu. Paham liberalisme menolak adanya pembatasan,
khususnya dari pemerintah dan agama. Liberalisme menghendaki adanya, pertukaran
gagasan yang bebas, ekonomi pasar yang mendukung usaha pribadi yang relatif bebas,
dan suatu sistem pemerintahan yang transparan, dan menolak adanya pembatasan
terhadap pemilikan individu. Oleh karena itu paham liberalisme lebih lanjut menjadi
dasar bagi tumbuhnya kapitalisme. Masyarakat yang terbaik (rezim terbaik), menurut
paham liberalisme adalah yang memungkinkan individu mengembangkan kemampuan-
kemampuan individu sepenuhnya.
2. Ideologi Sosialisme
Pengertian Sosialisme
Sosialisme merupakan merupakan reaksi terhadap revolusi industri dan akibat-
akibatnya.Paham sosialis berkeyakinan perubahan dapat dan dilakukan dengan cara-cara
damai dan demokratis. Paham sosialis juga lebih luwes dalam hal perjuangan perbaikan
nasib buruh secara bertahap.
Istilah sosialisme atau sosialis dapat mengacu ke beberapa hal yang berhubungan
dengan ideologi atau kelompok ideologi, sistem ekonomi, dan negara. Istilah ini mulai
digunakan sejak awal abad ke-19. Dalam bahasa Inggris, istilah ini digunakan pertama
kali untuk menyebut pengikut Robert Owen pada tahun 1827. Di Perancis, istilah ini
mengacu pada para pengikut doktrin Saint-Simon pada tahun 1832 yang dipopulerkan
oleh Pierre Leroux dan J. Regnaud dalam l'Encyclopédie Nouvelle[1]. Penggunaan istilah
sosialisme sering digunakan dalam berbagai konteks yang berbeda-beda oleh berbagai
kelompok, tetapi hampir semua sepakat bahwa istilah ini berawal dari pergolakan kaum
buruh industri dan buruh tani pada abad ke-19 hingga awal abad ke-20 berdasarkan
prinsip solidaritas dan memperjuangkan masyarakat egalitarian yang dengan sistem
ekonomi menurut mereka dapat melayani masyarakat banyak daripada hanya segelintir
elit.
Ajaran tentang Ideologi Sosialisme :
a. Menciptakan masyarakat sosialis yang dicita-citakan dengan kejernihan dan kejelasan
argument, bukan dengan cara-cara kekerasan dan revolusi.
b. Permasalahan seyogyanya di selesaikan dengan cara demokratis.
8
3. Ideologi Kapitalisme
Kapitalisme adalah system perekonomian yang menekankan peran capital (modal), yakni
kekayaan dalam segala jenisnya, termasuk barang-barang yang digunakan dalam prodiksi
barang lainnya. Ebenstain (1990) menyebut kapitalisme sebagai system social yang
menyeluruh, lebih dari sekedar system perekonomian. Ia mengaitkan perkembangan
kapitalisme sebagai bagian dari gerakan individualism. Sedangkan Hayek (1978) memandang
kapitalisme sebagai perwujudan liberlisme dalam ekonomi. System kapitalisme, menurut
Ebenstein (1990), mulai berkembang di Inggris pada abad 18 M dan kemudian menyebar luas
ke kawasan Eropa Barat Laut dan Amerika Utara.
Ayn Rand dalam Capitalism (1970) menyebutkan tiga asumsi dasar kapitalisme, yaitu:
a. Kebebasan Individu (libeeralisme)
b. Kepentingan Diri (individualisme)
c. Pasar Bebas (persoalan ekonomi)
9
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pancasila sebagai dasar filsafat Negara serta sebagai filsafat hidup bangsa Indonesia
pada hakikatnya merupakan suatu nilai-nilai yang bersifat sistematis, fundamental, dan
menyeluruh. Dari masan orde lama, orde baru dan orde reformasi dalam penerapan pancasila
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara selalu berbeda.
B. SARAN
Pelaksanaan nilai – nilai pancasila di Indonesia masih belum berjalan dengan baik,
untuk itu kita sebagai generasi muda harus dapat merealisasikan dan menerapkan nilai – nilai
pancasila dalam kehidupan sehari - hari.
10
DAFTAR PUSTAKA
11