Anda di halaman 1dari 6

BAB I

TINJAUAN TEORITIS
HIPERTENSI PADA KEHAMILAN

A. TEORI MEDIS
1. PENDAHULUAN
2. ETIOLOGI
Pre eklamsia adalah suatu kondisi yang hanya terjadi pada kehamilan
manusia. Tanda dan gejala timbul hanya selama masa hamil dan menghilang
dengan cepat setelah janin dan plasenta lahir. Ada beberapa faktor risiko tertentu
yang berkaitan dengan perkembangan penyakit.
Primi gravida, janin besar, kehamilan dengan janin lebih dari satu, morbid
obesitas. Hasil penelitian (Cuspan, 1991), kira-kira 85% pre eklamsia terjadi pada
kehamilan pertama. Pre eklamsia terjadi pada 14% sampai 20% kehamilan
dengan janin lebih dari satu dan 30% pasien mengalami anomali rahim yang
berat. Pre eklamsia merupakan suatu penyakit yang tidak terpisah dari pre
eklamsia ringan sampai berat, sindrom HELLP atau eklamsia.
3. PATOFISIOLOGI
Pre eklamsia sampai dengan eklamsia berkaitan dengan perubahan
fisiologis kehamilan. Adapun adaptasi fisiologis normal pada kehamilan meliputi
peningkatan volume plasma darah, vasodilatasi, penurunan resistensi vaskuler
sistemik (SVR), dari penurunan albumin serum (mempredisposisi edema paru).
Peningkatan curah jantung dan penurunan tekanan osmotik kimia akibat pada pre
eklamsia. Volume plasma yang beredar menurun sehingga terjadi
hemokonsentrasi dan peningkatan hematokrit maternal. Perubahan ini membuat
perfusi organ maternal menurun termasuk perfusi ke unit janin – uteroplasenta.
Vasospasme siklik lebih lanjut menurunkan perfusi organ dengan menghancurkan
sel-sel darah merah, sehingga kapasitas oksigen maternal menurun.
Vasospasme merupakan sebagian mekanisme dasar tanda & gejala yang
menyertai pre eklamsia. Vasospasme merupakan akibat peningkatan sensitivitas
terhadap tekanan peredaran darah, seperti angiotensin II dan merupakan suatu
ketidakseimbangan antara prostasiklin prostaglandin dan tromboksan A2
(Consensus Report, 1990). Vasospasme arteriol turut menyebabkan peningkatan
permeabilitas kapiler. Keadaan meningkatkan edema dan lebih lanjut menurunkan
volume intravaskuler, mempredisposisi pasien yang mengalami pre eklamsia
mudah menderita edema paru.
Pre eklamsia merupakan suatu keadaan hiperdinamik dimana temuan khas
hipertensi dan proteinuria merupakan akibat hiperfungsi ginjal. Untuk
mengembalikan sejumlah besar darah yang berfungsi di ginjal, timbul reaksi
vasospasme ginjal sebagai suatu mekanisme protektif, tetapi hal ini akhirnya akan
mengakibatkan proteinuria dan hipertensi yang khas untuk pre eklamsia.
4. FAKTOR RISIKO
 Primigravida atau multipara dengan usia lebih tua usia < 18 atau > 35 tahun
 Berat < 50 kg atau gemuk
 Adanya proses penyakit kronis : hipertensi, DM, penyakit ginjal, penyakit
pembuluh darah
 Kehamilan mola
 Komplikasi kehamilan : kehamilan multipel, janin besar, hidro janin,
prehidramnion
 Pre eklamsia pada kehamilan sebelumnya
5. KLASIFIKASI
Gangguan hipertensi pada kehamilan mengacu pada berbagai keadaan,
dimana terjadi peningkatan tekanan darah maternal disertai risiko yang
berhubungan dengan kesehatan ibu dan janin.
 Pre eklamsia – eklamsia ; ringan & berat
 Hipertensi kronis (sudah ada sebelum hamil)
 Hipertensi kronis dengan pre eklamsia – eklamsia
 Hipertensi
Pre eklamsia, eklamsia dan hipertensi sementara merupakan penyakit
hipertensi dalam kehamilan yang disebut pregnancy – induced hipertension
(PIH). Sedangkan hipertensi kronis berkaitan dengan penyakit yang sudah ada
sebelum hamil.
 Pre eklamsia
Pre eklamsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan dimana
hipertensi terjadi setelah minggu ke-20 pada wanita yang sebelumnya
memiliki tekanan darah normal. Pre eklamsia merupakan suatu penyakit
vasospastik, yang melibatkan banyak sistem dan ditandai oleh
hemokonsentrasi, hipertensi, proteinuria dan edema. Akan tetapi temuan yang
paling penting adalah hipertensi. Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan
tekanan sistolik dan diastolik sampai mencapai atau melebihi 140/90 mmHg.
Jika tekanan darah ibu pada trimester I diketahui maka angka tersebut dipakai
sebagai patokan dasar tekanan darah ibu.
Bertolak dari definisi ini maka alternatif hipertensi merupakan kenaikan
nilai tekanan sistolik sebesar 30 mmHg atau lebih dan kenaikan tekana
diastole sebesar 15 mmHg diatas nilai tekanan dasar ibu.
Peningkatan tekanan darah harus terjadi sekurang-kurangnya dalam 2
kali pemeriksaan dengan jarak 4 sampai 6 jam dengan tehnik pengukuran
harus distandarkan (Fairlie, Sibai, 1993).
Proteinuria didefinisikan sebagai konsentrasi protein sebesar 0,1 g/L (>
2+ dengan cara ............) atau lebih dalam sekurang-kurangnya dengan jarak 6
jam. Pada spesimen urine 24 jam proteinuria didefinisikan sebagai suatu
konsentrasi protein 0,3 gr / 24 jam
Edema tidak lagi perlu menjadi dasar diagnosis pre eklamsia (Sibai,
Rodriguez, 1992) jika ada edema merupakan suatu akumulasi cairan
interstitiel umum setelah 12 jam tirah baring atau peningkatan berat lebih dari
2 kg per minggu. Pada keadaan ada hipertensi dan/atau proteinuria, edema
harus dievaluasi sebagai refleksi edema organ akhir dan kemungkinan
hipoksia organ
 Eklamsia
Eklamsia adalah terjadinya konvulsi atau koma pada pasien disertai
tanda & gejala pre eklamsia. Konvulsi atau koma dapat muncul tanpa
didahului gangguan neurologis.
 Hipertensi Kronis
Hipertensi kronis didefinisikan sebagai hipertensi yang sudah ada
sebelum kehamilan atau didiagnosis sebelum usia kehamilan 20 minggu.
Hipertensi yang menetap lebih dari 6 minggu pasca partum juga
diklasifikasikan sebagai hipertensi kronis.
 Hipertensi kronis disertai Pre eklamsia – Eklamsia
Ibu yang mengalami hipertensi kronis bisa mengalami pre eklamsia atau
eklamsia. Terjadinya pre eklamsia atau eklamsia pada ibu hipertensi kronis
meningkatkan morbiditas dan mortalitas maternal dan prenatal
 Hipertensi Sementara
Hipertensi sementara ialah perkembangan hipertensi selama masa hamil
atau 24 jam pertama nifas tanpa tanda pre eklamsia atau hipertensi kronis lain.
Hipertensi sementara kemungkinan bisa menjadi hipertensi esensial di
kemudian hari.
 Pre eklamsia Ringan vs Berat
Dengan memburuknya pre eklamsia, tanpa memandang etiologinya,
banyak organ akan terlibat dalam proses penyakit. Keterlibatan ginjal terlihat
seiring perubahan haluaran urine dan kimiawi serum. Aliran darah ginjal dan
filtrasi glomerulus menurun sehingga timbul oliguria, klirens kreatinin urine
menurun dan nitrogen urea darah, kreatinin serum serta asam urat serum
meningkat (Dildy, dkk, 1991).
Pre eklamsia mempengaruhi sistem saraf pusat (SSP) dengan
menginduksi edema otak dan meningkatkan resistensi otak. Dengan
komplikasi meliputi nyeri kepala, kejang dan gangguan pembuluh darah otak.
Dengan berlanjutnya keterlibatan SSP, ibu akan mengeluh nyeri kepala dan
gangguan penglihatan (skotoma) atau perubahan keadaan mental dan tingkat
kesadaran. Komplikasi yang mengancam jiwa ialah eklamsia atau timbulnya
kejang.
Gangguan perfusi plasenta menimbulkan degenerasi plasenta yang lebih
dini dan kemungkinan IUGR (Intra Uterine Growth Retardation) “ Retardasi
Pertumbuhan Dalam Rahim”. Penurunan perfusi hati menyebabkan gangguan
fungsi. Edema hati dan perdarahan sub kapsular, yang dialami wanita sebagai
nyeri ulu hati, adalah salah satu tanda ancaman eklampsia.
6. PEMERIKSAAN FISIK
a. Pemeriksaan tekanan darah yang akurat dan konsisten penting untuk
menetapkan nilai dasar dan memantau perubahan kecil sepanjang masa hamil
b. Observasi edema yang disertai hipertensi memerlukan pemeriksaan tambahan,
edema dinilai dari distribusi, derajat, pitting. Jika di peri orbital atau wajah
tidak jelas, ibu ditanyai apakah edemanya lebih jelas saat ia baru bangun tidur
 edema dependent atau pitting.
Edema dependen adalah edema pada bagian bawah atau bagian tubuh
yang dependen, dimana tekanan hidrostatiknya paling besar. Apabila ia sedang
berjalan, edema ini pertama terlihat paling jelas di kaki dan pergelangan kaki.
Apabila orang tersebut berbaring di tempat tidur, edema lebih sering timbul
dibagian sakrum.
Edema pitting meninggalkan lekukan kecil setelah bagian yang
bengkak ditekan dengan jari. Lekukan ini disebabkan pergeseran cairan ke
jaringan sekitar, menjauh dari tempat yang mendapat tekanan.
Refleks tanda profunda (RTP) dievaluasi. Evaluasi RTP terutama
diperlukan jika Ibu sedang menjalani pengobatan dengan magnesium sulfat.
Hilangnya RTP adalah tanda dini keracunan magnesium yang mengancam.
7. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
 Hitung sel darah lengkap termasuk hitung trombosit
 Pemeriksaan pembekuan : waktu perdarahan, PT, PTT dan fibrinogen
 Enzim hati (Laktat dehidroginase (LDH)) asparatat aminotransferase (AST) &
ALT (alanin amino transferase) SGOT & SGPT
 Kimia darah (BUN, kreatinin, glukosa, asam urat)
Hematokrit, hemoglobin dan trombosit dipantau secara ketat untuk
menemukan perubahan yang mengindikasikan perburukn. Karena ada
kemungkinan hati terkena, kadar glukosa serum dipantau jika hasil tes fungsi hati
menunjukkan adanya peningkatan enzim hati (Egley,dkk,1985). Jika lebih dari
100.000 (trombosit) perlu diperiksa untuk mengidentifikasi berkembangnya DIC
(Dissemination Intra Coagulation) (Leduc,dkk, 1992).
Proteinuria hasil lebih dari 1+ pada 2 atau lebih contoh urine dengan jarak
setidaknya 4 jam diikuti urine 24 jam.
8. PENATALAKSANAAN
a. Ibu akan mengenali dan segera melaporkan tanda dan gejala abnormal untuk
mencegah keadaan memburuk
b. Ibu akan tetap menjalani pengobatan medis untuk mengurangi risiko terhadap
dirinya sendiri dan janin
c. Orang terdekat lain juga akan terlibat untuk memberi dukungan dalam
perawatan dan penatalaksanaan penyakit untuk mengoptimalkan prognosis
emosi dan fisik
d. Ibu akan mengungkapkan rasa takut dan kekhawatirannya dalam mengatasi
keadaan
e. Ibu dan janin tidak akan mengalami efek samping pre eklamsia
f. Ibu tidak akan mengalami eklamsia dan bahaya akibat komplikasi eklamsia
g. Janin tidak akan mengalami distress, bayi akan lahir dalam keadaan optimal
tanpa akibat yang merugikan kondisi maternal & penatalaksanaannya
h. Ibu akan melahirkan dalam keadaan optimal tanpa akibat tertentu
i. Keluarga akan mampu mengatasi secara efektif risiko tinggi ibu
Untuk Nutrisi :
 Hindari makanan asing (makan kaleng, soda, biskuit asin, kentang goreng,
asinan acar)
 Konsumsi diet yang seimbang dan bergizi
 Hindari alkohol & rokok
 Minum air 8 – 10 gelas/hari
 Konsumsi makanan yang mengandung serat
B.

Anda mungkin juga menyukai