Anda di halaman 1dari 8

Artikel Ilmiah

Dasar-Dasar Agronomi

KOMPOS

NAMA : NURJANNA
NIM : G011171338
KELAS : DDA B
KELOMPOK : 4
ASISTEN : ANDRI JASMITRO

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018
KOMPOS
Nurjanna, G011 171 338
Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin, Makassar

Abstrak

Keberhasilan produksi pertanian melalui kegiatan intensifikasi tidak terlepas


dari kontribusi dan peranan sarana produksi, antara lain pupuk yang merupakan
faktor penentu produksi. Kompos merupakan pupuk organik yang berasal dari sisa
bahan organik seperti sisa tanaman, sampah dapur, sampah kota, sisa makanan
ternak campur kotorannya, dan lain-lain yang ditumpuk agar mengalami
pelapukan sehingga dapat digunakan sebagai pupuk. Keuntungan dari kompos
yaitusebagai pupuk organik yang dapat digunakansebagai suplemen ataupun
pengganti pupuk kimia (anorganik). Kekurangan dari kompos ini yaitu saat di
pasaran telah beredar berbagai jenis pupuk kompos baru hasil rekayasa teknologi
yang pengujian kualitasnya sebagian belum dibuktikan. Tujuan dari praktikum
untuk mengetahui cara pengolahan sampah sederhana melalui proses
pengomposan sebagai pupuk bagi tanaman. Adapun cara pengomposan yaitu
mencacah semua bahan. Hasil yang didapat yaitu kompos yang dilakukan benar-
benar membuktikan bahwa merupakan pupuk organik.

Kata Kunci: Kompos, Organik, Pupuk


Abstract

Farmering succeedness to through activity intensifikasi not released from


constribution and tool role, between other of fertilizer that is determiner factor.
Compost is fertilizer the organic that came from organic material residue like
plants residue, kitchen rubbish, city rubbish, cattle food residue mix dirty him,
and other-other that be stacked so that to undergo decay until can to be used as
fertilizer. Benefit from compost that is as the organic fertilizer that can to be used
as suplemen and or chemistry fertilizer changer (anorganik). Substraction from
compost this that is while in market had circulated various the new compost
fertilizer-type result engineer technology that the quality's testing a part yet to be
proofed.Aim from praktikum to to know way the simple rubbish processing to
through composting process as fertilizer for plants. As for way composting that is
to cut up all material. The result that be got that is the compost that be done truly
proof that is organic fertilizer.
Key Word: Compost, Fertilizer, Organic
Pendahuluan
Keberhasilan produksi pertanian melalui kegiatan intensifikasi tidak terlepas
dari kontribusi dan peranan sarana produksi, antara lain pupuk yang merupakan
faktor penentu produksi. Pupuk organik yang dikomposkan dan digunakan di
lahan pertanian perlu pengawasan dan pengaturan tertentu. Namun apabila
kompos tersebut diproduksi dan diedarkan secara luas untuk dijual secara
komersial, maka diperlukan suatu regulasi agar kompos yang diperjual belikan
tersebut memenuhi standar mutu yang dapat diterima. Negara-negara di Asia,
termasuk Indonesia masing-masing mempunyai peraturan pengawasan yang
berbeda-beda terhadap mutu kompos (Tantri, 2016).
Kompos merupakan pupuk organik yang berasal dari sisa bahan organik
seperti sisa tanaman, sampah dapur, sampah kota, sisa makanan ternak campur
kotorannya, dan lain-lain yang ditumpuk agar mengalami pelapukan sehingga
dapat digunakan sebagai pupuk. Apabila pupuk diproses dengan baik maka bahan
organik dapat dijadikan sebagia kompos yang banyak gunanya sebagai pupuk
organik. Seperti dengan pupuk organik lainnya, kecuali jika dipengaruhi oleh
proses dalam pembuatannya oleh bahan asalnya (Jumin, 2014).
Keuntungan dari kompos yaitusebagai pupuk organik yang dapat
digunakansebagai suplemen ataupun pengganti pupuk kimia(anorganik). Kompos
ini telah digunakan di bidangperkebunan sehingga dapat mengurangipenggunaan
pupuk kimia dalam jumlah besar serta kualitaspun lebih tinggi (Yanqoritha,
2013).
Kekurangan dari kompos ini yaitu saat di pasaran telah beredar berbagai
jenis pupuk kompos baru hasil rekayasa teknologi yang pengujian kualitasnya
sebagian belum dibuktikan. Oleh karena itu, pengguna perlu hati-hati dalam
memilih jenis kompos maupun pupuk organik yang akan digunakan agar sesuai
dengan kandungan hara yang tercantum pada label (Tantri, 2016).
Proses pengomposan dapat dioptimalkan dengan cara penambahan
bioaktivator lindi dari TPA Air Dingin KotaPadang serta rumen sapi untuk
mempercepat prosespematangan kompos organik. Bioktivator ini adalah
bahanyang mengandung mikroorganisme efektif yang secaraaktif dapat
membantu proses dekomposisi sampahorganik (Tarigan, 2012).
Perbedaan lama waktu pengomposan yang terjadidisebabkan kandungan
mikroorganisme yang terdapatpada masing-masing komposter berbeda-
beda.Komposter sampah murni merupakan komposter yanghanya berisikan
sampah tanpa adanya penambahanbahan lainnya. Maka proses yang terjadi
merupakanproses yang alami dan mikroorganisme yang terdapat didalamnya akan
secara bertahap untuk mulai tumbuh danberadaptasi sehingga memerlukan waktu
pengomposan yang cukup lama (Dewilda, 2016).
Berdasarkan uraian di atas maka dapat diketahui bahwa kompos sebagai
pupuk organik dapat menggantikan pupuk kimia sehingga bahan kimia dalam
tumbuhan pun jadi berkurang.
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini untuk mengetahui cara pengolahan sampah
sederhana melalui proses pengomposan sebagai pupuk bagi tanaman.

Metode
Prkatikum ini dilaksanakan di Teaching Farm, Fakultas Pertanian,
Universitas Hasanuddin, Makassar pada hari Selasa, 6 Maret 2018 pukul 16.00
WITA sampai selesai. Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah parang,
karung dan sekop, sedangkan bahan yang digunakan yaitu daun gamal, EM4,
rumput gajah, pupuk kandang,dedak dan gula pasir.
Prosedur yang dilakukan pada saat praktikum yaitu sebagai berikut ini :
1. Menyiapkan alat dan bahan untuk mmbuat kompos yaitu sayuran sisa atau
sayuran yang sudah hampir membusuk.
2. Sampah organik yang telah dipilah, dicacah kecil-kecil berukuran 1-2 cm.
3. Setelah dicacah, masukkan ke karung serta campurkan dengan pupuk
kandang dan dedak.
4. Menambahkan air dan larutangula ke dalam karung.
5. Menambahkan aktivitor seperti EM4 untuk mempercepat pengomposan.
Hasil dan Pembahasan
Tabel 6. Hasil Pengamatan Pembuatan Kompos Minggu Pertama samapai Minggu
Terakhir
Indikator Minggu ke 1 Minggu ke 2 Minggu ke 3 Minggu ke 4
Warna Hijau tua Hijau lumut Hijau Hijau
kehitaman kehitaman
Aroma Busuk Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau
Terkstur Kasar Agak kasar Sedikit halus Halus
Sumber:Data prime setelah diolah, 2018
Berdasarkan hasil yang di dapat pada praktikum ini yaitu pada warna, lama-
kelamaan menjadi warna yang gelap. Pernyataan ini didukung oleh pendapat
Dewilda (2016), yang menyatakan bahwa warna awal kompos berwarna kehijauan
karena belumterjadi proses dekomposisi pada bahan kompos, sedangkan kompos
yang telah matang warnanya menjadi kehitaman.
Aroma pada awal pembuatan kompos sangatlah berbau, akan tetapi setelah
beberapa minggu kemudian baunya sudah mulai menghilang. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Yanqoritha (2013), yang menyatakan bahwa kompos sangatlah
berbau sehingga mengundang serangga buah dan lalat untuk datang
mengerubungi sekitar wadah pengomposan. Setelah satu minggu kemudian
serangga buah dan lalat berkurang seiring berkurangnya bau yang di timbulkan.
Pemberian aktivator EM4 menghasilkan susut bobot massa paling kecil. Kompos
dengan EM4 mengalami penyusutan paling sedikit sehingga kompos yang
dihasilkan lebih banyak. Hal ini dikarenakan EM4 mengandung mikroba asam
laktat yang berfungsi meningkatkan percepatan perombakan bahan-bahan organik
dan dapat menghancurkan bahan-bahan organik seperti lignin dan selulosa, serta
memfermentasikannya tanpa menimbulkan pengaruh-pengaruh merugikan yang
diakibatkan oleh bahan-bahan organik yang tidak terurai.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan maka dapat disimpulkan bahwa
pengomposan dapat dilakukan dengan menggunakan sampah-sampah pupuk
organik yang sederhana serta dengan penambahan EM4 dapat mempercepat
kematangan pengomposan.
Ucapan Terima Kasih
Saya berterima kasih kepada asisten yang tidak terlalu memberatkan kami
dalam membuat artikel ini.
Daftar Pustaka

Dewilda, Yommi dan Ichsan Apris. 2016. Studi Optimasi Kematangan Kompos
dari Sampah Organik denganPenambahan Bioaktivator Limbah Rumen dan
Air Lindi. Jurnal Seminar Nasional Sains dan Teknologi Lingkungan. e-
ISSN 2541-3880.
Jumain, Hasan Basri. 2014. Dasar-Dasar Agronomi. Ed. Revisi, Cet. 9. Jakarta :
Pers Rajawali.
Tantri, Tantya. 2016. Uji Kualitas Beberapa Pupuk Kompos yang Beredar di Kota
Denpasar. E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika. ISSN: 2301-6515 Vol. 5,
No. 1, Januari.
Tarigan. 2012. Pembuatan Pupuk Organik Cair DenganMemanfaatkan Limbah
Padat Sayuran Kubis(Brassica Aleracege. L) Dan Isi Rumen Sapi.
Yanqoritha, Nyimas. 2013. Optimasi Aktivator dalam Pembuatan Kompos
Organik dariLimbah Kakao. Jurnal Mektek. Tahun XV No. 2, Mei.
Lampiran

Gambar 7. Proses Pencampuran Dedak

Gambar 8. Proses Pengadukan Kompos


Gambar 9. Proses Pencampuran EM4 dengan Air

Gambar 10. Proses Pencampuran EM4+Air pada Kompos

Anda mungkin juga menyukai