Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Hak Asasi Manusia merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang wajib

dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap

orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.Penegakan

HAM yang kuat terjadi ketika bangsa ini memperjuangkan hak asasinya, yaitu:

“kemerdekaan”, yang telah berabad-abad dirampas oleh penjajah.

Para pendiri negeri ini telah merasakan sendiri bagaimana penderitaan yang

dialami karena hak azasinya diinjak-injak oleh penjajah. Oleh karena itu, tidak

mengherankan setelah berhasil mencapai kemerdekaan, para pendiri negeri ini

mencantumkan prinsip-prinsip HAM dalam Konstitusi RI (Undang-undang Dasar

1945 dan Pembukaannya) sebagai pedoman dan cita-cita yang harus dilaksanakan dan

dicapai. Sejak memasuki era reformasi, Indonesia telah melakukan upaya pemajuan

HAM, termasuk menciptakan hukum positif. Kasus pelanggaran HAM di Indonesia

memang masih banyak yang belum terselesaikan dan tuntas sehingga diharapkan

perkembangan dunia HAM di Indonesia dapat terwujud ke arah yang lebih baik. Salah

satu tokoh HAM di Indonesia adalah Munir yang tewas dibunuh di atas pesawat udara

saat menuju Belanda dari Indonesia. Oleh karena itu sebagai warga negara yang baik

kita seharusnya menjunjung tinggi nilai hak azasi manusia tanpa membeda-bedakan

status, golongan, keturunan, jabatan, dan lain sebagainya. Makalah ini akan
memperdalam pengetahuan kita tentang HAM dan kaitan antara HAM dan Negara

Hukum.

B. Permasalahan

Dimana pun suatu negara hukum tujuan pokoknya adalah melindungi hak

azasi manusia dan menciptakan kehidupan bagi warga yang demokratis. Keberadaan

suatu negara hukum menjadi prasyarat bagi terselenggaranya hak azasi manusia dan

kehidupan demokratis. Dasar filosofi perlunya perlindungan hukum terhadap hak

azasi manusia adalah bahwa hak azasi manusia adalah hak dasar kodrati setiap orang

yang keberadaannya sejak berada dalam kandungan, dan ada sebagai pemberian

Tuhan, negara wajib melindunginya. Perlindungan hak azasi manusia di Indonesia

secara yuridis didasarkan pada UUD Negara RI 1945. Makna hukum seperti ini

menggambarkan fungsinya sebagai pengayom, pelindung masyarakat, namun pada

masa reformasi fungsi Negara Hukum di Indonesia untuk melindungi Hak Azasi

Manusia terdapat beberapa pelanggaran HAM yang dilakukan oleh penguasa. Adapun

permasalahan yang kami temukan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Apa yang di maksut Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia?

2. Apa hubungan Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia?

3. Apa dasar hukum Hak Asasi Manusia di Indonesia?

4. Bagaimana pelaksanaan dan penegakan hak asasi manusia di indonesia?

5. Apa saja permasalahan yang di hadapi dalam penegakan Hak Asasi Manusia di

Indonesia?
6. Bagai mana upaya pemerintah dalam penegakan Hak Asasi Manusia?

C. Tujuan

Karya makalah ini dibuat untuk meamenuhi tugas pada mata kuliah

Pendidikan Kewarganegaraan. mengenai Negara Hukum dan HAM di indonesia :

1. Menjelaskan maksud Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia.

2. Menjelaskan hubugan Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia.

3. Menjelaskan Dasar Hukum Hak Asasi Manusia di Indonesia.

4. Menjelaskan pelaksanaan dan penegakan Hak Asasi Manusia di Indonesia.

5. Menjelaskan permasalahan yang di hadapi dalam pelaksanaan Hak Asasi Manusia

di Indonesia.

6 Menjelaskan upaya pemeriantah dalam penegakan Hak Asasi Manusia di

Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia

1. Negara Hukum

Negara Hukum adalah negara yang penyelenggaraan kekuasaan

pemerintahannya didasarkan atas hukum. Di dalamnya pemerintah dan lembaga-

lembaga lain dalam melaksanakan tindakan apa pun harus dilandasi oleh hukum dan

dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Dalam negara hukum, kekuasaan

menjalankan pemerintahan berdasarkan kedaulatan hukum (supremasi hukum) dan

bertujuan untuk menyelenggarakan ketertiban hukum (Mustafa Kamal Pasha, 2003)

Negara berdasar atas hukum menempatkan hukum sebagai hal yang tertinggi

(supreme) sehingga ada istilah supremasi hukum. Supremasi hukum harus tidak boleh

mengabaikan tiga ide dasar hukum yaitu keadilan, kemanfaatan dan kepastian

(Achmad Ali,2002). Apabila Negara berdasar atas hukum, pemerintahan Negara itu

juga harus berdasar atas suatu konstitusi atau undang-undang dasar sebagai landasan

penyelenggaraan pemerintahan. Konstitusi dalam negara hukum adalah konstitusi yang

bercirikan gagasan kostitusionalisme yaitu adanya pembatasan atas kekuasaan dan

jaminan hak dasar warga negara.

Unsur-unsur Negara Hukum:

a. Hak asasi manusia dihargai sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia

b. Adanya pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak itu.


c. Pemerintahan dijalankan berdasarkan peraturan perundang-undangan

d. Adanya peradilan administrasi dalam perselisihan antara rakyat dengan

pemerintahannya

Ciri-ciri Negara Hukum

a. Kekuasaan dijalankan sesuai dengan hukum positif yang berlaku.Kegiatan negara

berada dibawah kontrol kekuasaan kehakiman yang efektif

b. Berdasarkan sebuah undang-undang yang menjamin HAM

c. Menuntut pembagian kekuasaan

b. Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)

Istilah Hak Asasi Manusia dalam beberapa bahasa asing dikenal dengan

sebutan droit de l’home (perancis), yang berarti hak manusia, Human Rights (Inggris)

atau mensen rechten (Belanda) yang dalam bahasa Indonesia disalin menjadi hak-hak

kemanusian atau hak-hak asasi manusia.

Hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yang melekat pada diri manusia secara

kodrati, universal, dan abadi sebagai anugerah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha

Esa. Hak-hak seperti hak untuk hidup, hak berkeluarga, hak untuk mengembangkan

diri, hak keadilan, hak kemerdekaan, hak berkomunikasi, hak keamanan, dan hak

kesejahteraan merupakan hak yang tidak boleh diabaikan atau dirampas oleh siapapun,

seperti yang tercantum pada rumusan hak asasi manusia sebagaimana tertuang dalam

Pembukaan Piagam Hak Asasi Manusia vide Tap MPR No. XVII/MPR/1998.
Hak asasi manusia (HAM) pada hakekatnya merupakan hak kodrati yang secara

inheren melekat dalam setiap diri manusia sejak dilahirkan. Pengertian ini mengandung

arti bahwa HAM merupakan karunia dari yang maha kuasa kepada manusia.

Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak-hak yang melekat pada diri manusia,

dan tanpa hak-hak itu manusia tidak dapat hidup layak sebagai manusia. Hak asasi

manusia adalah hak yang dimiliki manusia yang telah diperoleh dan dibawanya

bersamaan dengan kelahirannya, atau kehadirannya di dalam kehidupan masyarakat.

Hak Asasi bersifat umum (universal), karena diyakini beberapa hak dimiliki tanpa

perbedaan atas bangsa, ras, agama, atau jenis kelamin. Dasar dari hak asasi, bahwa

manusia harus memperoleh kesempatan untuk berkembang sesuai dengan bakat dan

cita-citanya. Hak Asasi manusia bersifat supralegal, artinya tidak bergantung kepada

adanya suatu Negara atau undang-undang dasar, maupun kekuasaan pemerintah,

bahkan memiliki kewenangan lebih tinggi, karena hak asasi manusia dimiliki manusia

bukan karena kemurahan atau pemberian pemerintah, melainkan Karena berasal dari

sumber yang lebih tinggi. Disebut HAM karena melekat pada eksistensi manusia, yang

bersifat universal, merata dan tidak dapat dialihkan.

Karena HAM itu bersifat kodrati, sebenarnya ia tidak memrlukan legitimasi

yuridis untuk pemberlakuannya dalam suatu system hukum nasional maupun

Internasional. Sekalipun tidak ada perlindungan dan jaminan konstitusional terhadap

HAM , hak itu tetap eksis dalam setiap diri manusia. Gagasan HAM yang bersifat

teistik ini diakui kebenarannya sebagai nilai yang paling hakiki dalam diri manusia.

Namun karena sebagian besar tata kehidupan manusia bersifat sekuler dan positivistic,
maka eksistensi HAM memerlukan landasan yuridis untuk diberlakukan dalam

mengatur kehidupan manusia.

Perjuangan dan perkembangan hak-hak asasi manusia di setiap

negara mempunyai latar belakang sejarah sendiri-sendiri sesuai dengan perjalanan

hidup bangsanya, meskipun demikian sifat dan hakikat HAM di mana-mana pada

dasarnya sama juga.

Atas dasar itulah maka tidak ada orang atau badan manapun yang dapat

mencabut hak itu dari tangan pemiliknya. Demikian pula tidak ada seorangpun

diperkenankan untuk merampasnya, serta tidak ada kekuasaan apapun untuk

membelenggungnya.

B. Hubungan Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia

Negara Hukum haruslah memiliki ciri atau syarat mutlak bahwa negara itu

melindungi dan menjamin Hak Asasi Manusia setiap warganya. Dengan demikian jelas

sudah keterkaitan antara Negara hukum dan Hak Asasi Manusia, dimana Negara

Hukum wajib menjamin dan melindungi Hak Asasi Manusia setiap warganya.

Perumusan ciri-ciri Negara Hukum yang dilakukan oleh F.J. Stahl, yang

kemudian ditinjau ulang oleh International Commision of Jurist pada Konferensi yang

diselenggarakan di Bangkok tahun 1965, yang memberikan ciri-ciri sebagai berikut:

a. Perlindungan konstitusional, artinya selain menjamin hak-hak individu konstitusi

harus pula menentukan cara procedural untuk memperoleh perlindungan atas hak-

hak yang dijamin.


b. Badan Kehakiman yang bebas dan tidak memihak.

c. Pemilihan Umum yang bebas.

d. Kebebasan menyatakan pendapat.

e. Kebebasan berserikat/berorganisasi dan beroposisi.

f. Pendidikan Kewarganegaraan.

C. Dasar Hukum Hak Asasi Manusia di Indonesia.

Istilah atau perkataan hak asasi manusia itu sendiri sebenarnya tidak dijumpai

dalam UUD 1945 baik dalam pembukaan, batang tubuh, maupun penjelasannya. Istilah

yang dapat ditemukan adalah pencantuman dengan tegas perkataan hak dan kewajiban

warga negara, dan hak-hak Dewan Perwakilan Rakyat. Baru setelah UUD 1945

mengalami perubahan atau amandemen kedua, istilah hak asasi manusia dicantumkan

secara tegas.

Guna lebih memantapkan perhatian atas perkembangan HAM di Indonesia,

oleh berbagai kalangan masyarakat (organisasi maupun lembaga), telah diusulkan agar

dapat diterbitkannya suatu Ketetapan MPR yang memuat piagam hak-hak asasi

Manusia atau Ketetapan MPR tentang GBHN yang didalamnya memuat

operasionalisasi daripada hak-hak dan kewajiban-kewajiban asasi manusia Indonesia

yang ada dalam UUD 1945.

Akhirnya ketetapan MPR RI yang diharapkan memuat secara adanya HAM itu

dapat diwujudkan dalam masa Orde Reformasi, yaitu selama Sidang Istimewa MPR

yangberlangsung dari tanggal 10 sampai dengan 13 November 1988. Dalam rapat


paripurna ke-4 tanggal 13 November 1988, telah diputuskan lahirnya Ketetapan MPR

RI No. XVII/MPR/1988 tentang Hak Asasi Manusia. Kemudian Ketetapan MPR

tersebut menjadi salah satu acuan dasar bagi lahirnya UU No. 39 Tahun 1999 tentang

Hak Asasi Manusia yang disahkan pada tanggal 23 september 1999. Undang-Undang

ini kemudian diikuti lahirnya Perpu No. 1 Tahun 1999 yang kemudian disempurnakan

dan ditetapkan menjadi UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi

Manusia. Sebagai bagian dari HAM, sebelumnya telah pula lahir UU No. 9 Tahun

1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum yang disahkan

dan diundangkan di Jakarta pada tanggal 26 oktober 1998, serta dimuat dalam LNRI

Tahun 1999 No. 165. Di samping itu, Indonesia telah merativikasi pula beberapa

konvensi internasional yang mengatur HAM, antara lain :

1. Deklarasi tentang Perlindungan dan Penyiksaan, melalui UU No. 5 Tahun 1998.

2. Konvensi mengenai Hak Politik Wanita 1979, melalui UU No. 68 Tahun 1958.

3. Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap wanita, melalui UU

No. 7 Tahun 1984.

4. Konvensi Perlindungan Hak-Hak Anak, melalui Keppres No. 36 Tahun 1990.

5. Konvensi tentang Ketenagakerjaan, melalui UU No. 25 Tahun 1997, yang

pelaksanaannya ditangguhkan sementara.

6. Konvensi tentang Penghapusan Bentuk Diskriminasi Ras Tahun 1999, melalui UU

No. 29 Tahun 1999.


D. Pelaksanaan Dan Penegakan Hak Asasi Manusia di Indonesia

Tegaknya HAM selalu mempunyai hubungan korelasional positif dengan

tegaknya negara hukum. Sehingga dengan dibentuknya KOMNAS HAM dan

Pengadilan HAM, regulasi hukum HAM dengan ditetapkannya UU No. 39 Tahun

1999 dan UU No. 26 Tahun 2000 serta dipilihnya para hakim ad hoc, akan lebih

menyegarkan iklim penegakkan hukum yang sehat. Artinya kebenaran hukum dan

keadilan harus dapat dinikmati oleh setiap warganegara secara egaliter. Disadari atau

tidak, dengan adanya political will dari pemerintah terhadap penegakkan HAM, hal itu

akan berimplikasi terhadap budaya politik yang lebih sehat dan proses demokratisasi

yang lebih cerah. Dan harus disadari pula bahwa kebutuhan terhadap tegaknya HAM

dan keadilan itu memang memerlukan proses dan tuntutan konsistensi politik. Begitu

pula keberadaan budaya hukum dari aparat pemerintah dan tokoh masyarakat

merupakan faktor penentu (determinant) yang mendukung tegaknya HAM. Kenyataan

menunjukkan bahwa masalah HAM di indonesia selalu menjadi sorotan tajam dan

bahan perbincangan terus-menerus, baik karena konsep dasarnya yang bersumber dari

UUD 1945 maupun dalam realita praktisnya di lapangan ditengarai penuh dengan

pelanggaran-pelanggaran. Sebab-sebab pelanggaran HAM antara lain adanya arogansi

kewenangan dan kekuasaan yang dimiliki seorang pejabat yang berkuasa, yang

mengakibatkan sulit mengendalikan dirinya sendiri sehingga terjadi pelanggaran

terhadap hak-hak orang lain.

Terutama dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir ini, issue mengenai HAM

di Indonesia bergerak dengan cepat dan dalam jumlah yang sangat mencolok. Gerak
yang cepat tersebut terutama karena memang telah terjadi begitu banyak pelanggaran

HAM, mulai dari yang sederhana sampai pada pelanggaran HAM berat(gross human

right violation). Disamping itu juga karena gigihnya organisasi-organisasi masyarakat

dalam memperjuangkan pemajuan dan perlindungan HAM. Masalah Hak Azasi

Manusia (HAM) “populer” di Indonesia pada masa pemerintahanOrde Baru. Di masa

ini banyak peristiwa yang dinilai merupakan pelanggaran HAM. Pada dasarnya HAM

terdapat pada UUD 1945 BAB X-A pasal 28-A sampai dengan pasal 28-J. Sebagian

kalangan menafsirkan, dengan adanya dasar hukum tersebut maka masyarakat

Indonesia berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang

adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum (UUD 1945 Amandemen ke-2 pasal

28-D ayat 1). Memang jika ditilik dari defenisi HAM maka di Indonesia tercatat banyak

sekali kasus yang terjadi khususnya di bidang HAM. Misalnya kasus-kasus

penggusuran rumah-rumah warga yang dibangun di sekitar jembatan, pembersihan

para pedagang kaki lima yang sering meresahkan para pengguna jalan raya seperti para

pengguna kendaraan bermotor dan para pejalan kaki. Pada masa menjelang peralihan

pemerintahan dari masa Orde Baru ke masa Reformasi banyak sekali kejadian

menyangkut pelanggaran HAM ini. Peristiwa 1998 yang berujung penguduran diri

Presiden Soeharto pada waktu itu sebetulnya adalah puncak dari segela peristiwa yang

terjadi sebelumnya.
E. Permasalahan Yang di Hadapi dalam Penegakan Hak Asasi Manusia di

Indonesia

Kenyataan menunjukkan bahwa masalah HAM di Indonesia selalu menjadi

sorotan tajam dan bahan perbincangan terus-menerus, baik karena konsep dasarnya

yang bersumber dari UUD 1945 maupun dalam realita praktisnya di lapangan

ditengarai penuh dengan pelanggaran-pelanggaran. Sebab-sebab pelanggaran HAM

antara lain adanya arogansi kewenangan dan kekuasaan yang dimiliki seorang pejabat

yang berkuasa, yang mengakibatkan sulit mengendalikan dirinya sendiri sehingga

terjadi pelanggaran terhadap hak-hak orang lain. Terutama dalam kurun waktu sepuluh

tahun terakhir ini, issue mengenai HAM di Indonesia bergerak dengan cepat dan dalam

jumlah yang sangat mencolok. Gerak yang cepat tersebut terutama karena memang

telah terjadi begitu banyak pelanggaran HAM, mulai dari yang sederhana sampai pada

pelanggaran HAM berat (gross human right violation). Di samping itu juga karena

gigihnya organisasi-organisasi masyarakat dalam memperjuangkan pemajuan dan

perlindungan HAM.

Berbagai permasalahan yang dihadapi pemerintah Indonesia dalam rangka

penghormatan, pengakuan, penegakan hukum dan HAM antara lain:

1. Penegakan Hukum di Indonesia belum dirasakan optimal oleh masyarakat. Hal itu

antara lain, ditunjukan oleh masih rendahnya kinerja lembaga peradilan.

Penegakan hukum sejumlah kasus pelanggaran HAM berat yang sudah selesai

tahap penyelidikannya pada tahun 2002, 2003, dan 2004, sampai sekarang belum

di tindak lanjuti tahap penyelidikannya.


2. Masih ada peraturan perundang-undangan yang belum berwawasan gender dan

belum memberikan perlindungan HAM. Hal itu terjadi antara lain, karena adanya

aparat hukum, baik aparat pelaksana peraturan perundang-undangan, maupun

aparat penyusun peraturan perundang-undangan yang belum mempunyai

pemahaman yang cukup atas prinsip-prinsip perlindungan hak asasi manusia.

3. Belum membaiknya kondisi kehidupan ekonomi bangsa sebagai dampak krisis

ekonomi yang terjadi telah menyebabkan sebagian besar rakyat tidak dapat

menikmati hak-hak dasarnya baik itu hak ekonominya seperti belum terpenuhinya

hak atas pekerjaan yang layak dan juga hak atas pendidikan.

4. Sepanjang tahun 2004 telah terjadi beberapa konflik dalam masyarakat, seperti

Aceh, Ambon, dan Papua yang tidak hanya melibatkan aparat Negara tetapi juga

dengan kelompok bersenjata yang menyebabkan tidak terpenuhinya hak untuk

hidup secara aman dan hak untuk ikut serta dalam pemerintahan.

5. Adanya aksi terorisme yang ditujukan kepada sarana public yang mnyebabkan rasa

tidak aman bagi masyarakat.

6. Dengan adanya globalisasi, intensitas hubungan masyarakat antara satu Negara

dengan Negara lainnya manjdi makin tinggi. Dengan demikian kecenderungan

munculnya kejahatan yang bersifat transnasional menjadi makin sering terjadi.

Kejahatan-kejahatan tersebut antara lain, terkait dengan masalah narkotika,

pencucian uang dan terorisme. Salah satu permasalahan yang sering timbul adalah

adanya peredaran dokumen palsu. Yang membuat orang-orang luar bebas datang

ke Indonesia
Beberapa masalah Hak Asasi di Indonesia yaitu:

1. Perlindungan Perempuan : Keadilan dan kesetaraan gender.

UUD 1945 pasal 27 menjamin persamaan Hak perempuan dan Laki-laki ; dan

Bahwa perempuan adalah bagian dari HAM yang tercantum dalam UU No. 7/198-4

tentang anti diskriminasi dan UU No. 39/1999 tentang HAK. Ada pun hak-hak politik

perempuan tercantum dalam UU No. 68/1958

2. Rencana Aksi Nasional (RAN) Penghapusan perdagangan perempuan dan Anak.

Indonesia telah memiliki rencana aksi nasional penghapusan trafficking

perempuan dan anak 2003-2007. RAN tersebut merupakan implementasi dari

konvensi PBB menentang kejahatan Terorganisir antar Negara.

3. Perlindungan Hak Anak

Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah legislative dan administrative

untuk lebih memperbaiki perlindungan hak-hak anak dan perempuan. Langkah-

langkah legislative tersebut antara lain dengan keluarnya UU No. 32 tahun 2002

tentang perlindungan anak dan UU No. 20 tahun 2003 dengan system pendidikan

nasional. Sedangkan langkah administrative dalam menetukan rencana aksi dan

penentuan penjuru untuk pemajuan dan perlindungan HAM antara lain, melalui kepres

No. 59 tahun 2002 tentang rencana aksi nasional penghapusan Bentuk-bentuk

pekerjaan terburuk anak. Dan juga pembentukan komisi perlindungan anak Indonesia

di bentuk pada tahun 2003 melalui keppres No. 77 tahun 2003.


F. Upaya Pemerintah dalam Menegakan Hak Asasi Manusia di Indonesia

Untuk mewujudkan dan menegakkan Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia

tidaklah semudah menuliskan serta mengucapkannya. Hal ini disebabkan banyak

hambatan dan tantangan yang tidak lagi sebatas terorika, melainkan sudah menjadi

realita yang tidak dapat dihindari apalagi ditunda-tunda. Dalam penegakan HAM

melalui sistem hukum pidana yang telah berlaku di Indonesia terdapat kendala-kendala

atau hambatan yang bersifat prinsipil substansil dan klasik.

Pemerintah wajib dan bertanggung jawab menghormati, melindungi,

menegakkan, Dan memajukan Hak asasi manusia melalui langkah implementasi yang

efektif dalam bidang hukum, politik, social, budaya, pertahanan dan keamanan Negara,

dan bidang lainnya.

Bahwa untuk ikut serta memelihara perdamaian dunia dan menjamin

pelaksanaan hak asasi manusia serta memberikan perlindungan , kepastian keadilan

dan perasaan aman kepada perorangan ataupun masyarakat, perlu dibentuk suatu

pengadilan Hak asasi manusia untuk menyelesaikan pelanggaran Hak Asasi manusia

yang berat sesuai dengan ketentuan pasal 104 ayat (1) UU No. 39 tahun 1999 tentang

Hak asasi manusia yakni UU No. 26 tahun 2000.

Program pemrintah dalam penegakan Hukum dan HAM (PP Nomor 7 tahun

2005) yaitu meliputi pemberantasan korupsi, anti terorisme, dan pembasmian

penyalahgunaan narkotika dan obat berbahaya. Oleh sebab itu, penegakan hukum dan

HAM harus selalu ditegakkan secara tegas, tidak diskriminatif dan konsisten.
Partisipasi masyarakat dapat pula berpartisipasi dalam perlindungan,

penegakan, dan pemajuan hak asasi manusia. Masyarakat disini meliputi antara lain :

setiap orang, kelompok, organisasi politik, organisasi masyarakat, lembaga swadaya

masyarakat atau lembaga kemasyarakatan lainnya seperti Perguruan Tinggi, lembaga

studi. Partisipasi masyarakat ini dapat berupa :

a. Pengajuan usulan mengenai perumusan dan kebajikan yang berkaitan dengan hak

asasi manusia

b. Melakukan penelitian

c. Melakukan pendidikan

d. Melakukan penyebarluasan informasi mengenai hak asasi manusia.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tegaknya HAM selalu mempunyai hubungan korelasional positif dengan

tegaknya negara hukum. Sehingga dengan dibentuknya KOMNAS HAM dan

Pengadilan HAM, regulasi hukum HAM dengan ditetapkannya UU No. 39 Tahun

1999 dan UU No. 26 Tahun 2000 serta dipilihnya para hakim ad hoc, akan lebih

menyegarkan iklim penegakkan hukum yang sehat. Artinya kebenaran hukum dan

keadilan harus dapat dinikmati oleh setiap warganegara secara egaliter. Disadari atau

tidak, dengan adanya political will dari pemerintah terhadap penegakkan HAM, hal itu

akan berimplikasi terhadap budaya politik yang lebih sehat dan proses demokratisasi

yang lebih cerah. Dan harus disadari pula bahwa kebutuhan terhadap tegaknya HAM

dan keadilan itu memang memerlukan proses dan tuntutan konsistensi politik. Begitu

pula keberadaan budaya hukum dari aparat pemerintah dan tokoh masyarakat

merupakan faktor penentu (determinant) yang mendukung tegaknya HAM.

Kenyataan menunjukkan bahwa masalah HAM di indonesia selalu menjadi

sorotan tajam dan bahan perbincangan terus-menerus, baik karena konsep dasarnya

yang bersumber dari UUD 1945 maupun dalam realita praktisnya di lapangan

ditengarai penuh dengan pelanggaran-pelanggaran. Sebab-sebab pelanggaran HAM

antara lain adanya arogansi kewenangan dan kekuasaan yang dimiliki seorang pejabat

yang berkuasa, yang mengakibatkan sulit mengendalikan dirinya sendiri sehingga


terjadi pelanggaran terhadap hak-hak orang lain. Perkembangan dan perjuangan dalam

mewujudkan tegaknya HAM di Indonesia terutama terjadi setelah adanya perlawanan

terhadap penjajahan bangsa asing, sehingga tidak bisa dilihat sebagai pertentangan

yang hanya mewakili kepentingan suatu golongan tertentu saja, melainkan menyangkut

kepentingan bangsa Indonesia secara utuh.

Dewasa ini, meskipun ditengarai banyak kasus pelanggaran HAM berat di

Indonesia, tetapi secara umum Implementasi HAM di Indonesia, baik menyangkut

perkembangan dan penegakkannya mulai menampakkan tanda-tanda kemajuan. Hal

ini terlihat dengan adanya regulasi hukum HAM melalui peraturan perundang-

undangan. Di samping itu telah dibentuknya Pengadilan HAM dalam upaya

menyelesaikan berbagai kasus pelanggaran HAM berat yang terjadi.

B. Saran

Pengawalan penegakkan HAM kian berat. Tak semudah membalik telapak

tangan. Buktinya di bangsa yang berumur 66 tahun ini belum bisa sepenuhnya

menancapkannya. Walau masih bangsa muda dibandingkan dengan Negara-negara

barat, namun waktu seperti itu bukanlah sempit bagi pemerintah kita untuk

mewujudkannya. Namun mari kembali lagi pada kenyataannya. Bangsa Indonesia

belum menjamin HAM warganya. Di butuhkan keseriusan pemerintah untuk

mempelopori penegakkan HAM di Indonesia. Tentu saja itu tidak cukup, hanya

pemerintah namun,partisipasi dan kerja sama warga nemasih sangat dibutuhkan

kerjasama warna Negara Indonesia yang semoga baik-baik saja. Kemudian secara
sinergi merongrong Negara Indonesia yang adil. Kita sebagai mahasiswa dan generasi

penerus bangsa, sudah semestinya membantu pemerintah untuk terus menegakkan

HAM di Indonesia. Kondisi HAM di Indonesia sudah saatnya dibenahi dan ditata ulang

agar terbentuk good goverment. Segala jenis hambatan dan tantangan yang dapat

mengganggu terwujudnya pelaksanaan HAM harus segera dihilangkan.


DAFTAR PUSTAKA

http://jurnal-politik.blogspot.com/2009/09/upaya-penegakan-hak-asasi-manusia-
di.html

http://oeebudhi.blogspot.com/2012/01/makalah-hak-asasi-manusia.html

http://ayu.b15on.com/ham/

Asshiddiqie, Jimly. Demokrasi dan Hak Asasi Manusia. Jakarta: Mahkamah Konstitusi,
2005

http://prantopirhotsitumorang.blogspot.com/2012/06/contoh-makalah-hukum-dan-
ham.html

Ismail, Basuki. Negara Hukum Demokrasi. Jakarta: Rimihyo, 1993

http://tugaskuliah-ilham.blogspot.com/2011/03/negara-hukum-dan-hak-asasi-
manusia.html

http://yogianggr.blogspot.com/2013/04/hak-asasi-manusia-dan-negara-hukum.html

Zakaria, Nooraihan. Konsep Hak Asasi Manusia. Jakarta: DBP, 2005

Lubis, Todung Mulya. Jalan Panjang Hak Asasi Manusia. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2005

Ismail, Basuki. Negara Hukum Demokrasi. Jakarta: Rimihyo, 1993

Anda mungkin juga menyukai