Oleh
Akhmad Wiyagus*
I. Pendahuluan
yang besar yang diemban oleh seorang penyidik. Muaranya adalah terbuktinya
pidana tersebut tidak kuat, dan tidak dapat membentuk keyakinan Hakim bahwa
telah terjadi suatu tindak pidana, yang bagi Hakim akan menjadi dasar adanya
Banyak hal yang dapat melemahkan pembuktian tersebut, salah satu diantaranya
adalah alat bukti yang ada tidak dapat diterima di pengadilan ( not admissible at
court ). Banyak hal yang menyebabkan sebuah barang bukti tidak dapat diterima
menjadi alat bukti di pengadilan, proses ekstraksi atau pengambilan barang bukti
yang tidak profesional, tidak ada kesesuaian antara perkara dengan alat bukti
yang ditampilkan, atau hal - hal lain yang merupakan kesalahan dari penyidik.
Terkait dengan hal itu, makalah ini akan mengkaji proses analisa dan pengelolaan
barang bukti dalam pembuktian tindak pidana korupsi. Harus diakui bahwa kajian
ini hanya merupakan kajian singkat dan hanya menyentuh permasalahan secara
1
Republik Indonesia, Undang – Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, pasal 183.
1
teoritis sehingga tidak dapat dijadikan acuan dalam pelaksanaan tugas penyidik di
kemudian hari. Diperlukan literatur dan pelatihan yang lebih mendalam bagi setiap
Terlepas dari apapun definisi yang diberikan dalam aturan perundang - undangan
diembannya,2ada hal yang bisa digeneralisir bahwa fungsi dari seorang penyidik
dan penyelidik adalah nyaris serupa dengan seorang peneliti, yaitu mencari fakta
dan kebenaran. Untuk itu seorang penyidik dan penyelidik harus memiliki
Secara teori, pengumpulan dan analisa data dalam proses penyelidikan dan
Penyusunan hipotesa
Ditemukan Mens
Penyelidikan
Mendapatkan data awal rea danactus reus
Penyusunan rencana
kegiatan
Penyidikan
Data mining
Data awal Data refinery
didapatkan dari
Data clasification
2
Ibid, pasal 1,4,6,
2
Penting bagi seorang penyidik untuk memperoleh data awal untuk kemudian
dapat menggali data sebanyak - banyaknya dari data yang sudah dimiliki
penyaringan tersebut.
Dari semua data yang sudah melalui proses diatas, kemudian seorang penyelidik
atau interkoneksi antara data tersebut. Penyusunan hipotesis ini sangat berguna
Tahap berikutnya adalah memperdalam data yang ada untuk mencari perbuatan
pidana ( actus reus ) maupun motif dari perbuatan pidana tersebut ( mens rea).
Sampai di titik ini seorang penyidik harus tetap obyektif. Seorang penyelidik
harus berusaha sekuat tenaga untuk dapat menemukan motif kejahatan dan
perbuatan yang terjadi untuk memutuskan apakah sebuah kejadian atau insiden
3
III. Analisa barang bukti
KUHAP. Kata barang bukti tersebut muncul dalam pasal 181 KUHAP tentang
kewajiban Hakim untuk menunjukkan barang bukti yang ada kepada terdakwa
dan saksi, serta pasal 39 ayat 1 KUHAP terkait dengan penyitaan barang.
meskipun dalam hukum acara kita tidak diatur secara eksplisit apa yang
alat bukti,3 dalam pembahasan ini barang bukti akan dimaknai sebagai seluruh
dokumen atau barang yang digunakan oleh penyidik maupun penyelidik dalam
proses penyelidikan sebuah perkara, sedangkan alat bukti adalah barang bukti
Menurut Andi Hamzah ciri - ciri benda yang dapat menjadi barang bukti adalah :
lainnya;
3
Ibid, pasal 184
4
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, 254.
4
Barang bukti merupakan komponen penting dari penyelidikan tindak pidana
korupsi. Dari barang bukti terutama yang bersifat dokumen minimal dapat
diketahui :
perkara;
3. Back ground story atau cerita yang mendasari adanya terjadinya tindak
pidana tersebut.
Namun, sebelum barang bukti tersebut berbicara, harus diingat bahwa biasanya
barang bukti terkait dengan proses penyelidikan tindak pidana korupsi sangat
banyak. Hal ini terjadi karena penyelidik atau penyidik biasanya punya
perkara yang ditangani, salah satu sebabnya adalah karena waktu pengumpulan
Banyaknya dokumen atau barang bukti yang ada sering menjadi masalah dalam
proses analisa barang bukti. Terkait dengan hal ini, menjadi penting bagi seorang
penyelidik untuk mencari barang bukti yang relevan terkait dengan perkara.
Harus diingat, bahwa tidak selamanya dokumen yang diperoleh oleh penyidik
5
1. Dapat menolong proses penyidikan atau penyelidikan sebuah perkara;
Lebih lanjut lagi Association Certified Fraud Examiner menjelaskan bahwa kedua
hal tersebut terjadi tergantung dari bagaimana seorang penyidik atau penyelidik
tersebut melakukan analisa maupun mengelola barang bukti yang ada sehingga
Perlu diingat bahwa relevansi dari sebuah barang bukti tidak dapat dengan
2. Buat copy dari dokumen tersebut sebagai kertas kerja bagi penyelidik dalam
3. Usahakan bahwa dokumen yang asli disimpan secara terpisah dan aman;
tanda tangan, waktu pembuatan dokumen, umur tinta dan lain - lain;
5
ACFE, International Fraud Examiners Manual 2013, 3.101
6
5. Buat sistem penomoran dan filling terhadap dokumen tersebut, terutama
dalam jumlah besar. Penomoran dan fillng tersebut sangat penting karena
dapat menjaga chain of custody dari dokumen atau barang bukti tersebut.6
Terkait dengan pengorganisasian dokumen atau barang bukti yang besar dapat
2. Tentukan barang bukti kunci, atau barang bukti yang akan sering digunakan
dokumen tersebut.
3. Database barang bukti harus dibuat segera setelah dokumen atau barang
bukti tersebut didapatkan dan dilakukan penomoran serta kode yang mudah
6
ibid
7
4. Membuat dokumentasi, atau mutasi dari pergerakan barang bukti tersebut,
Hipotesa atau kronologis kasus merupakan hal yang harus ditentukan diawal
menggunakan kronologis yang kita buat, kita akan dengan mudah menyusun
barang bukti yang mungkin relevan guna pembuktian kasus yang sedang
ditangani.
Sebagai rangkuman, pengelolaan barang bukti dan analisa barang bukti tersebut
analisa dan pengelolaan paham benar mengenai pasal atau perkara yang
hipotesa maupun data awal, dimana konstruksi kasus tersebut dapat selalu di
update sesuai dengan fakta yang didapatkan. Konstruksi kasus tersebut juga
berguna untuk mengetahui peran masing - masing pihak yang terlibat dalam
perkara yang dianalisa serta barang bukti yang mendukung peran orang - orang
tersebut.
Untuk mempermudah, dalam sebuah barang bukti kita dapat menggali apa yang
ada di dalamnya dengan menggunakan alat bantu TED dan 5W 1H yang sering
7
Ibid, 3.103
8
( What, Where, When, Who, Why, How ) merupakan sarana refinering
1. Apa hubungan antara barang bukti dengan perkara yang sedang dilakukan
penyelidikan;
2. Dimana dan kapan peristiwa yang diduga tindak pidana tersebut terjadi;
Hal yang tidak kalah penting adalah bagaimana kita menjaga barang bukti dapat
diterima oleh pengadilan sebagai alat bukti. Sesuai dengan pasal 184 KUHAP,
alat bukti yang sah adalah keterangan saksi, keterangan ahli, surat petunjuk dan
adanya Undang - Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang informasi dan transaksi
dokumen elektronik dan / atau hasil cetakannya merupakan alat bukti hukum
yang sah8.
Dalam praktek terkadang sebuah alat bukti gagal untuk memperkuat perkara
proses pengambilan dan pengelolaan barang yang akan dijadikan alat bukti di
merasa cukup puas apabila berkas perkaranya sudah diterima oleh penuntut
8
Republik Indonesia, Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi elektronik , pasal 5.
9
umum, tanpa mempedulikan kualitas analisa dan pengelolaan barang bukti yang
ada.
bukti memiliki dua sifat yang sangat bertolak belakang, memperkuat perkara,
Dalam dunia peradilan di Indonesia, terkenal istilah dua alat bukti yang sah guna
dengan hal tersebut, penting bagi seorang penyelidik maupun penyidik untuk
memahami aturan atau protokol pengambilan alat bukti sesuai dengan hukum
acara yang berlaku di yuridiksi dari penyidik maupun penyidik tersebut agar
5. Alat bukti tersebut disajikan dengan baik dan dapat dimengerti seluruh pihak
9
Above n 1, pasal 183
10
Scott M Giordano, “Electronic Evidence and the Law”, Information systems frontiers(Netherlands, 2004) 161.
10
Teori diatas, dapat diaplikasikan secara general di yuridiksi manapun, tinggal
penyelidiklah yang kelak akan menentukan kualitas sebuah barang bukti yang
IV. Pengelolaan barang bukti oleh Polri berdasar Perkap Nomor 10 Tahun 2010
hukum acara yang berlaku yakni KUHAP, baik dalam rangka proses
penyitaannya, maupun menjaga agar barang bukti tersebut tetap terjaga chain of
custodynya.
pencatatan dan penyimpanan barang bukti atau barang sitaan tersebut, hal ini
mengacu pada proses dimana barang bukti yang ada harus tetap
dalam rangka penyidikan maupun penyelesaian perkara, dimana dalam hal ini
berarti barang bukti tersebut sudah diserahkan kepada Jaksa Penuntut Umum
Dalam Peraturan Kapolri ini, juga diatur pejabat pengelola barang bukti yang
selanjutnya disingkat PPBB, dimana pejabat ini adalah anggota Polri yang
11
merawat, mengeluarkan dan memusnahkan benda sitaan dari ruang atau tempat
Harus diakui bahwa terkait dengan pengelolaan barang bukti yang dilakukan oleh
PPBB, Polri masih sangat tergantung dari fasilitas yang dimiliki oleh
sebagai tempat penyimpanan barang bukti uang dalam hal fisik uang tersebut
tidak dipentingkan dalam proses pembuktian, dan Bank Mandiri juga sudah
pentingnya nomor seri uang, pita pengikat dan lain - lain yang terkait langsung
fasilitas khusus terkait dengan pengelolaan barang bukti yang dilakukan oleh
adanya tata kelola pengelolaan barang bukti yang baik dan didukung dengan
12