PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Petrologi merupakan cabang ilmu geologi yang mengkaji batuan baik
berdasarkan genesanya (struktur, tekstur, mineralogi, penyebaran, klasifikasi
dan penamaannya. Batuan yang tersingkap di permukaan mengalami proses
pembentukan yang dimulai dari magma hinga mengalami proses siklus batuan
kembali menjadi magma. Proses naiknya magma hingga berubah menjadi
batuan disebabkan adanya pergerakan lempeng yang ada di permukaan bumi.
Proses pergerakan lempeng inilah yang akan mengklasifikasikan bentuk batuan
yang nantinya terbentuk. Batuan yang pertama kali terbentuk adalah batuan
beku dikarenakan pada proses magma naik ke permukaan magma mengalami
pendinginan dan membeku membentuk batuan beku. Batuan beku terbentuk di
dibawah permukaan maupun diatas permukaan. Untuk mempeajari batuan
beku maka batuan beku diklasifikasikan sehingga diketahui penamaan batuan
tersebut. Klasifikasi batuan beku didasarkan pada tiga yaitu pertama,batuan
beku berdasarkan kimiwainya, batuan beku berdasarkan mineraloginya dan
terakhir batuan beku berdasarkan pada tekstur dan kandungan mineralnya.
Selain klasifikasi hal yang penting dalam sebuah pembelajaran batuan beku
adalah pendeskripsian batuan beku sehingga sebagai seorang kebumian, jika
berada di lapangan dan menemukan batuan maka dapat mengetahui nama
batuan tersebut berdasarkan klasifikasi dan pendeskripsiannSelain klasifikasi
hal yang penting dalam sebuah pembelajaran batuan beku adalah
pendeskripsian batuan beku sehingga sebagai seorang kebumian, jika berada di
lapangan dan menemukan batuan maka dapat mengetahui nama batuan
tersebut berdasarkan klasifikasi dan pendeskripsiannya. Dalam pendeskripsian
batuan beku ada beberapa hal yang perlu kita ketahui antara lain adalah fisik
batuan, yaitu warna dari batuan tersebut, jenis batuan tersebut apakah
plutonik atau vulkanik, struktur batuan tersebut. Struktur dari batuan beku
terdiri dari masif, pillow basalt, vesicular, scoria, amygdaloidal, xenolith, kekar,
dan autobreccia, kemudian tekstur dari batuan tersebut yaitu derajat
granularitas, derajat kristalisasi, dan relasi batuan, kemudian komposisi
mineral yang ada pada batuan. Jika sudah melakukan deskripsi secara tepat
maka dapat disimpulkan nama batuan dari hasil deskripsi yang sudah
dilakukan. Dan jika sudah mengetahui nama batuan maka dapat diketahui
genesa batuan tersebut. Hal-hal inilah yang melatar belakangi praktikum
batuan beku ini dilakukan.
1.2 Tujuan
1.3.2 Bahan
1. Sampel Batuan
BAB II
LANDASAN TEORI
Magma dapat mendingin dan membeku dibawah atau diatas permukaan
bumi. Bila membeku dibawah permukaan bumi, terbentuklah batuan yang
dinamakan batuan beku dalam atau batuan beku intrusif. Dan sering juga
dikatakan sebagai batuan beku plutonik. Sedangkan bila magma dapat
mencapai permukaan bumi kemudian membeku, terbentuklah batuan beku
luar atau batuan beku ekstrusif. Magma yang membeku dibawah permukaan
bumi, pendinginannya sangat lambat (dapat sampai jutaan tahun),
memungkinkan tumbuhnya kristal-kristal yang besar dan sempurna
bentuknya, menjadi tubuh batuan beku intrusif. Tubuh batuan beku dalam
mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam, tergantung pada kondisi magma
dan batuan disekitarnya. Magma dapat menyusup pada batuan disekitarnya,
atau menerobos melalui rekahan-rekahan pada batuan sekelilingnya (Sapie,
2006).
Ada beberapa penampang tubuh-tubuh pada batuan plutonik. Bentuk-
bentuk yang memotong struktur batuan sekitarnya, diskordan, adalah batolit,
stock, dyke (korok) dan jenjang vulkanik (volcanic neck). Sedangkan bentuk yang
sejajar dengan struktur batuan sekitarnya, konkordan, adalah sill, lakolit dan
lopolit. Batolit, merupakan tubuh batuan beku dalam (pluton) yang paling besar
dimensinya. Bentuknya tidak beraturan, memotong lapisan-lapisan batuan
yang diterobosnya. Kebanyakan batuan batolit merupakan kumpulan massa
dari sejumlah tubuh-tubuh intrusi yang berkomposisi agak berbeda. Perbedaan
ini mencerminkan bervariasinya magma pembentuk batolit. Beberapa batolit
mencapai lebih dari 1000 km panjangnya dan 250 km lebarnya (Graham, 1987).
Dari pengukuran geofisika dan penelitian pada beberapa batolit yang
tersingkap dipermukaan, diperkirakan tebalnya antara 20 sampai 30 km.
Batolit tidak terbentuk oleh magma yang menyusup dalam rekahan, karena
tidak ada rekahan sebesar dimensi batolit. Dan karena besarnya batolit dapat
mendorong batuan diatasnya. Meskipun batuan yang diterobos dapat tertekan
keatas oleh magma yang bergerak keatas secara perlahan, tentunya ada proses
lain yang bekerja. Magma yang naik melepaskan fragmen-fragmen batuan yang
menutupi-nya. Proses ini dinamakan proses stoping. Blok-blok hasil stoping
lebih padat dibandingkan magma yang naik, sehingga mengendap. Saat
mengendap fragmen-fragmen ini bereaksi dan sebagian terlarut dalam magma.
Namun tidak semua terlarut dan mengendap di dasar dapur magma (magma
chamber). Setiap fragmen batuan yang berada dalam tubuh magma yang sudah
membeku dinamakan xenolith, stock sama seperti batolit dimana bentuknya
tidak beraturan dan dimensinya lebih kecil dibandingkan batolit, tidak lebih dari
10 km. Stock merupakan penyerta suatu tubuh batolit atau bagian atas batolit
yang tererosi. Batuan beku sangat banyak jenisnya, pengelompokkan atau
klasifikasi sederhana didasarkan atas tekstur dan komposisi mineralnya.
Keragaman tekstur batuan beku diakibatkan oleh pendinginan magma,
sedangkan komposisi mineral bergantung pada kandungan unsur kimia magma
induk dan lingkungan kristalisasinya. Saat magma dengan komposisi tertentu
membeku, sama. Hanya teksturnya yang berbeda. Misalnya granit, terbentuk
sebagai batuan intrusif. Tetapi bila kelompok mineral yang terbentuk baik
dalam batuan beku intrusif maupun batuan beku ekstrusif adalah magma yang
sama mencapai permukaan dan membeku, batuan yang terbentuk adalah riolit
(Rochmanto, 2008).
3.2 Pembahasan
Pada praktikum petrologi ini dilakukan pendeskripsian batuan beku
dimana pendeskripsian yang akan dilakukan mencakup warna batuan dari
mulai warna fresh batuan tersebut dan warna lapuk batuan. Kemudian jenis
batuan, struktur batuan, tekstur batuan yang terdiri dari derajat kristalisasi,
derajat granularitas dan relasi dari batuan tersebut, lalu ditentukan mineral
apa saja yang ada pada batuan tersebut sehingga dapat disimpulkan nama
batuan tersebut dan genesa batuan. Percobaan pertama adalah
mengindentifikasi batuan pertama yang diberi nomor 1. Dibawah ini adalah
hasil gambar dari batuan yang pertama.
batuan ini adalah afanitik karena tidak dapat dibedakan ukuran butirnya dan
relasinya adalah inequgranular karena bentuk kristalnya tidak seragam. Hasil
pengamatan dengan loupe memperlihatkan batuan secara lebih besar sehingga
dapat diamati mineral-mineral pembentuknya, dimana komposisi mineral yang
diamati adalah plagioklas, kuarsa, piroksen. Berdasarkan pendeskripsian yang
sudah dilakukan ditentukan nama batuan yaitu batuan andesite. Batuan
andesite terbentuk diatas permukaan karena jenis batuannya adalah vulkanik
dengan magma bersifat intermediet.
Gambar 3.3 Batuan Beku Granodiorit
Batuan ketiga adalah batuan yang memiliki warna segar putih keabuan
dengan warna lapuknya adalah coklat, batuan ini merupakan jenis batuan
plutonik karena ukuran batuannya besar-besar, struktur batuan ini masif
dikarenakan tidak adanya fragmen lain pada batuan. Batuan ini diamati dan
tidak ditemukan kaca yang menandakan batuan ini seluruhnya memiliki massa
Kristal sehingga derajat kristalisasinya tergolong holokristalin, granularitas
batuan adalah fanerik karena dapat dilihat dan dibedakan ukuran butirnya dan
relasinya adalah inequigranular karena bentuk Kristal dominan tidak seragam.
Pada saat diamati menggunakan loupe ditemukan terdapat mineral biotit,
feldspar, plagioklas, hornblende. Dari deskripsi batuan yang sudah dilakukan
maka diambil kesimpulan batuan ketiga ini adalah batuan granodiorit yang
terbentuk dibawah permukaan dengan kandungan magma bersifat intermediet.
asam.
Gambar 3.6 Batuan Beku Granit
Batuan kelima adalah batuan yang memiliki warna segar abu keputihan
dengan warna lapuknya adalah coklat, batuan ini merupakan jenis batuan
plutonik karena ukuran butir yang besar-besar, struktur batuan ini masif
dikarenakan tidak adanya fragmen lain pada batuan. Batuan ini diamati dan
tidak ditemukan kaca yang menandakan batuan ini seluruhnya memiliki massa
kristal sehingga derajat kristalisasinya tergolong holokristalin, granularitas
batuan adalah fenerik karena dapat dapat dilihat dan dibedakan ukuran
butirnya dan relasinya adalah inequigranular karena bentuk Kristal dominan
tidak seragam. Pada saat diamati menggunakan loupe ditemukan terdapat
mineral biotit, feldspar, plagioklas, hornblende dan mica. Dari deskripsi batuan
yang sudah dilakukan maka diambil kesimpulan batuan ketiga ini adalah
batuan granit yang terbentuk dibawah permukaan dengan kandungan magma
bersifat asam.