Bab Ii
Bab Ii
KERANGKA TEORITIS
A. Kajian Teori
kelas agar konsep yang disajikan dapat beradaptasi dengan peserta didik. Dengan
masing-masing kegiatan.
a. Mengamati
b. Menanya
yang sudah dilihat, disimak, dan dibaca. Guru membimbing peserta didik, agar
didiknya untuk menjadi pembelajar yang baik. Melalui kegiatan menanya seorang
18
19
guru dapat membangkitkan rasa ingin tahu peserta didiknya, mendorong, dan
c. Mengumpulkan Informasi
d. Mengasosiasi/ Menalar
dasar bagi kegiatan berikutnya. Penalaran merupakan proses berpikir yang logis
dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh
e. Mengkomunikasikan
Langkah
Deskripsi Kegiatan Bentuk Hasil Belajar
Pembelajaran
diketahui, atau sebagai
klarifikasi.
Mengumpulkan Mengeksplorasi, mencoba, Jumlah dan kualitas sumber
informasi/ berdiskusi, yang dikaji/digunakan,
mencoba mendemonstrasikan, kelengkapan informasi,
(eksperimenting) meniru bentuk/ gerak, validitas informasi yang
melakukan eksperimen, dikumpulkan dan
membaca sumber lain instrumen/alat yang digunakan
selain buku teks, untuk mengumpulkan data.
mengumpulkan data dari
nara sumber melalui
angket, wawancara, dan
memodifikasi/menambahi/
mengembangkan
Menalar/ Mengolah informasi yang Mengembangkan interpretasi,
mengasosiasi sudah dikumpulkan, argumentasi dan kesimpulan
(associating) menganalisis data dalam mengenai keterkaitan informasi
bentuk membuat kategori, dari dua fakta/konsep,
mengasosiasi atau interpretasi argumentasi dan
menghubungkan kesimpulan mengenai
fenomena/informasi yang keterkaitan lebih dari dua
terkait dalam rangka fakta/konsep/teori, mensintesis
menemukan suatu pola, dan argumentasi serta
dan menyimpulkan. kesimpulan keterkaitan antar
berbagai jenis fakta-
fakta/konsep/
teori/pendapat;mengembangka
n interpretasi, struktur baru,
argumentasi, dan kesimpulan
yang menunjukkan hubungan
fakta/konsep/teori dari dua
sumber atau lebih yang tidak
bertentangan; mengembangkan
interpretasi, struktur baru,
argumentasi, dan kesimpulan
dari konsep/teori/pendapat
yang berbeda dari berbagai
jenis sumber.
Mengkomunikas Menyajikan laporan dalam Menyajikan hasil kajian (dari
i-kan bentuk bagan, diagram, mengamti sampai menalar)
(communicating atau grafik; menyusun dalam bentuk tulisn, grafis,
) laporan tertulis, dan media elektronik, multi media
menyajikan laporan dan lain-lain.
meliputi proses hasil, dan
kesimpulan secara lisan
Sumber: Permendibud no. 103 tahun 2014
21
peserta didik kurang bertanya dan melakukan diskusi mengenai hal yang tidak
dimengerti. Peserta didik hanya menyalin jawaban yang disajikan di buku catatan
serta soal-soal yang diberikan tersebut kurang bervariasi. Soal yang diberikan
dibahas dengan cara menyuruh satu atau dua orang menuliskan jawabannya di
papan tulis.
papan tulis dan penuh perhatian, mendengarkan guru dengan seksama, dan belajar
hanya dari guru atau bahan ajar, serta hanya guru yang membuat keputusan dan
peserta didik pasif. Tampak bahwa dalam pembelajaran guru lebih berperan
sebagai subyek pembelajaran dan peserta didik sebagai obyek, serta pembelajaran
besar dari mereka tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari
ditampilkan oleh guru melalui power point di depan kelas atau membaca dan
mengamati buku paket mereka, kemudian guru menyajikan informasi yang terkait
dengan materi yang telah dibaca siswa di papan tulis. Setelah itu guru meminta
diterangkan oleh guru yang berada di papan tulis. Selanjutnya, guru memberikan
proses menalar atau mengasosiasi guru memberikan beberapa soal latihan kepada
peserta didik untuk mengecek apakah peserta didik telah paham dengan apa yang
telah dijelaskan guru sebelumnya. Setelah peserta didik selesai mengerjakan soal
pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, peserta didik dalam satu kelas
sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan peserta didik menjadi
tergantung satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan bersama. Menurut Ibrahim
(2000:3), peserta didik yakin bahwa tujuan mereka akan tercapai jika dan hanya
jika peserta didik lainnya juga mencapai tujuan tersebut. Untuk itu setiap anggota
ciri-ciri:
yang lebih mampu akan menjadi narasumber bagi peserta didik yang kurang
mampu, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Tujuan yang kedua,
tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat
dimaksud antara lain, berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang
lain, menstimulus teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat,
yang positif untuk peserta didik yang hasil belajarnya rendah sehingga mampu
antara lain:
ini diterapkan pertama kali oleh Thelan. Dalam perkembangannya model ini
diperluas dan dipertajam oleh Sharan dari Universitas Tel Aviv. Model
jamannya John Dewey (1970). Tetapi telah diperbaharui oleh Shlomo dan Yael
Investigation, peserta didik terlibat dalam perencanaan baik topik yang dipelajari
dan struktur kelas yang lebih rumit daripada pendekatan yang lebih berpusat pada
menjadi titik sentral kegiatan belajar. Guru dan murid memiliki status yang sama
dihadapan masalah yang dipecahkan dengan peranan yang berbeda. Jadi tanggung
jawab utama guru adalah memotivasi peserta didik untuk bekerja secara
sesuatu yang menyentuh kebutuhan para pelajar untuk dapat menggali berbagai
masalah kelompok.
Grouping
Planning
Investigation
Model Pembelajaran
Kooperatif GI
Organizing
Presenting
Evaluating
penelitian (Grouping).
mengkategorikan saran-saran.
bersifat heterogen.
kesimpulan.
gagasan.
29
a. Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam bentuk.
kelas.
a. Para peserta didik saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut
peserta didik.
Fase 3 Tahap I
Mengorganisasikan peserta didik ke Mengidentifikasikan topik dan
dalam kelompok kooperatif mengatur ke dalam kelompok-
kelompok penelitian (Grouping)
Tahap II
Merencanakan tugas yang akan
dipelajari (Planning)
Fase 4 Tahap III
Membimbing kelompok bekerja dan Melaksanakan Investigasi
belajar (Investigation)
Tahap IV
Menyiapkan Laporan Akhir
(Organizing)
Tahap V
Mempresentasikan Laporan Akhir
(Presenting)
Fase 5 Tahap VI
Evaluasi Mengevaluasi (Evaluating)
Fase 6 -
Memberikan penghargaan
sebuah topik yang cakupannya luas, dimana para peserta didik selanjutnya
membagi topik tersebut ke dalam subtopik. Subtopik ini merupakan sebuah hasil
Sebagai bagian dari investigasi, para peserta didik mencari informasi dari
solusi, ataupun posisi yang berkaitan dengan masalah yang sedang dipelajari. Para
scientific menutut peserta didik aktif mengonstruk konsep, hukum/ prinsip melalui
mengkomunikasikan.
saling keterkaitan satu sama lain. Pada tahap Group Investigation (1)
(grouping) Pada tahap ini, guru dapat memimpin peserta didik dalam melakukan
peserta didik agar peka terhadap masalah yang disampaikan oleh guru sehingga
peserta didik untuk diselidiki, (2) merencanakan tugas yang akan dipelajari
yang bekerja sama satu sama lain, paling sering berkelompok yang terdiri dari 5-6
yang sudah ditentukan dan saling bertukar pendapat dapat melatih kemampuan
yang tepat untuk subtopik yang akan dipelajari, (3) melaksanakan investigasi
(investigation). Dalam tahap ini guru dapat membantu peserta didik untuk
tahap ini.
Tahap (4) menyiapkan laporan akhir. Pada tahap ini guru harus
merencanakan apa yang akan mereka laporkan, dan bagaimana mereka akan
(presenting). Tahap ini guru membimbing peserta didik untuk membuat presentasi
yang akan disampaikan kepada seluruh peserta didik lainnya yang berada di dalam
kelas dalam berbagai macam bentuk, dimana bagian presentasi tersebut harus
penyelidikan dengan intelektual yang mereka gunakan. Tugas guru pada fase ini
menjelaskan aktivitas yang akan dilakukan peserta didik dan guru dalam
adalah peserta didik, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator. Oleh karena itu,
guru sebagai pendidik harus bisa membangkitkan minat belajar peserta didik,
motivasi belajar dan partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran sehingga
ceramah.
apa yang harus dicapai peserta didik dan kegiatan belajar yang harus
bertanya bila peserta didik belum jelas mengenai konsep, prinsip, hukum, kaidah
37
yang telah dijelaskan tersebut, dan guru merumuskan masalah dalam bentuk
pertanyaan.
hukum, kaidah tersebut, bisa pula dalam bentuk proses bagaimana konsep atau
peserta didik sendiri secara bersama merumuskan dugaan jawaban tersebut. Guru
bahan, data, dan lain-lain yang diperlukan untuk menguji jawaban terhadap
masalah di atas untuk membuktikan apakah dugaan atau jawaban sementara yang
telah dirumuskannya itu benar atau salah. Mencari data dan informasi tersebut
bisa dilakukan secara individual, bisa pula secara kelompok. Biasanya dilakukan
lebih baik jika dalam bentuk kelompok agar terjadi diskusi di kalangan peserta
didik.
mendiskusikan keterangan itu, apakah data itu benar atau salah, lalu menghimpun
data tersebut untuk dicocokkan dengan jawaban atau dugaan sementara. Artinya
menguji apakah jawaban atau dugaan sementara yang telah ditetapkan itu benar
atau salah berdasarkan data dan informasi yang telah didapatkannya. Proses ini
menjelaskan dan menyimpulkan jawaban yang benar dari setiap masalah dan
rumah tentang penerapan konsep, prinsip, hukum, dan kaidah atau contoh-contoh
dalam praktek kehidupan sehari-hari. Penilaian dilakukan oleh guru pada setiap
langkah, baik pada kerja atau belajar yang dilakukan oleh peserta didik maupun
nyata sebagai konteks peserta didik yang mempelajari cara berpikir kritis serta
pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara langsung dalam suatu mata
pelajaran yang memerlukan praktek. Menurut Boud and Felleti (1997), “Problem
students with problems from practice with provide a stimulus from learning”.
dengan masalah nyata yang sesuai minat dan perhatiannya, sehingga motivasi dan
rasa ingin tahu menjadi meningkat. Dengan demikian peserta didik diharapkan
dapat mengembangkan cara berfikir dan keterampilan yang lebih tinggi. Seperti
yang memberdayakan daya fikir, kreativitas, dan partisipasi peserta didik dalam
pembelajaran. Hal ini sejalan dengan konsep belajar bahwa belajar adalah
a. Bagi peserta didik yang malas, tujuan dari metode tersebut tidak
dapat tercapai.
b. Membutuhkan banyak waktu dan dana; serta
c. Tidak semua mata pelajaran bisa diterapkan dengan metode
Problem Based Learning.
sekitar pertanyaan atau masalah yang kedua-duanya secara sosial penting dan
mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu. Masalah yang dipilih benar-
benar nyata agar dalam pemecahannya peserta didik meninjau masalah itu
bentuk karya nyata dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk
laporan, model fisik, video maupun program komputer. Karya nyata itu
yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari dan menyediakan suatu
yang bekerjasama satu sama lain, paling sering secara berpasangan atau
yang dimulai dari guru memperkenalkan peserta didik dengan suatu situasi
masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja peserta didik.
seperti berikut :
42
Pemecahan Masalah
scientific menutut peserta didik aktif mengonstruk konsep, hukum/ prinsip melalui
mengkomunikasikan.
scientific saling keterkaitan satu sama lain. Pada fase Problem Based Learning,
pertanyaan yang nyata di lingkungan peserta didik serta dapat diselediki peserta
didik untuk dapat mengajukan pertanyaan perihal dari masalah yang disajikan, (2)
masalah ini bercirikan oleh peserta didik yang bekerjasama satu sama lain, paling
sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Untuk itu guru dapat
mengkomunikasikan idenya.
44
fase ini guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan data dan
karya. Pada tahap ini peserta didik menuliskan pemecahan masalah dari
dalam kegiatan kelompok dan dipilih strategi dan pendekatan yang tepat dalam
intelektual yang mereka gunakan. Tugas guru pada fase ini adalah membimbing
mereka gunakan.
menjelaskan aktivitas yang akan dilakukan peserta didik dan guru dalam
7. Pemecahan Masalah
dengan kenyataan, antara apa yang telah diketahui dan apa yang ingin diketahui,
serta apa yang dimiliki dengan apa yang dibutuhkan. Karena itu kesenjangan
sebagai “Suatu usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan guna mencapai
suatu tujuan yang tidak begitu segera dapat dicapai”. Di dalam Assessing 21st
Century Skill, “Problem Solving is the basic process for identifying problems,
keterampilan yang sudah dimiliki untuk ditetapkan pada pemecahan masalah yang
bersifat tidak rutin (dalam Suherman, 2006:89). Berdasarkan teori belajar yang
pemecahan masalah merupakan usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan
(situasi baru) atau masalah tidak rutin dalam matematika. Hal ini dilakukan
menemukan aturan untuk mengatasi situasi baru tersebut, artinya ia tidak hanya
berhasil memecahkan masalah, namun juga menemukan suatu hal baru. Hal baru
tersebut menurut Gagne dalam Wena (2012:52) yaitu “seperangkat prosedur atau
47
berpikir”.
peserta didik tanpa adanya latihan atau pembiasaan dengan soal-soal pemecahan
masalah. Semakin sering peserta didik dilatih dengan masalah tidak rutin maka
Selain itu peserta didik juga terbiasa dengan langkah-langkah yang harus
masalah. Kemampuan pemecahan masalah sangat penting bagi peserta didik. Para
tertentu, dapat dibentuk melalui bidang studi dan disiplin ilmu yang diajarkan
(Suharsono 1991, dalam Wena, 2012:53). Seorang peserta didik dikatakan telah
a.
memahami masalah,
b.
mengorganisasi data dan memilih informasi yang relevan
dalam mengidentifikasi masalah,
c. menyajikan suatu rumusan masalah secara matematis dalam
berbagai bentuk,
d. memilih pendekatan dan strategi yang tepat untuk
memecahkan masalah,
e. menggunakan atau mengembangkan strategi pemecahan
masalah,
f. menyelesikan masalah,
g. menafsirkan hasil jawaban yang diperoleh untuk
memecahkan masalah.
.
Sumarmo dalam Gusmiyanti (2015) juga mengemukakan indikator pemecahan
masalah:
adalah:
memecahkan masalah,
bentuk,
masalah,
d. menyelesaikan masalah,
masalah.
49
Menyajika Tidak Tidak benar Jika hanya Jika ada Jika benar
n suatu ada dalam sebagian sedikit dalam
rumusan jawab membuat yang kesalahan membuat
masalah an gambar dari benar dalam dalam gambar dan
secara masalah membuat membuat menuliskan
matematis dan gambar dan gambar dan rumus yang
dalam menuliskan menuliskan menuliskan akan
berbagai rumus yang rumus yang rumus yang digunakan
bentuk. akan akan akan
digunakan digunakan digunakan
Skor
Indikator
0 1 2 3 4
Menyelesa Tidak Ada Melaksanaka Melaksanak Melaksanak
ikan ada jawaban n an prosedur an prosedur
masalah jawab akhir tapi prosedur yang benar yang bena
an prosedur yang benar namun hasil serta
penyelesaia namun ada akhir yang mendapatka
n tidak jelas kesalahan diperoleh n hasil
pada tidak benar akhir yang
implementasi benar
prosedur
sehingga
jawaban
salah
Menafsirk Tidak Tidak tepat Mampu Mampu Mampu
an hasil ada menafsirka menafsirkan
menafsirka menafsirka
jawaban jawab n hasil hasil jawaban
n hasil n hasil
yang an jawaban yang jawaban jawaban
diperoleh yang diperoleh yang yang
untuk diperoleh namun hasil
diperoleh diperoleh
memecahk untuk jawaban lebih dari untuk
an memecahka salah setengah memecahka
masalah n masalah n masalah
Sumber: dimodofikasi dari Sri Wardhani dalam Nurdiani (2013:38)
B. Penelitian Relevan
matematika peserta didik yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe
Investigasi Kelompok lebih baik secara signifikan dari pada peserta didik yang
oleh Erlinda (2013) juga menggunakan Problem Based Learning dimana hasil
peserta didik yang belajar dengan Model Problem Based Learning lebih baik
secara signifikan dari pada peserta didik yang belajar dengan pendekatan
terikat yang diteliti dalam penelitian ini adalah kemampuan pemecahan masalah
matematis peserta didik, tempat penelitian, dan pada penelitian ini menggunakan
2 variabel bebas yaitu model Group Investigation dan model Problem Based
Learning.
dilakukan oleh Wijayanti dkk (2016), Rusman dkk (2013), Laelasari dkk (2013).
model Problem Based Learning. Namun bedanya, penelitian yang dilakukan oleh
Wijayanti dkk (2016) digunakan untuk melihat apakah terdapat perbedaan hasil
belajar geografi peserta didik yang mengikuti model Group Investigation berbasis
multiple intellegences dengan hasil belajar geografi peserta didik yang mengikuti
yang dilakukan oleh Rusman dkk (2013) digunakan untuk mengetahui apakah
dimana rata-rata hasil belajar Group Investigation lebih tinggi 4,2 dibandingkan
Problem Based Learning, serta Rusman dkk (2013) ini menunjukkan bahwa
model pembelajaran kooperatif tipe Problem Based Learning dan rata- rata hasil
kooperatif tipe Group Investigation lebih tinggi 4,2 dibandingkan Problem Based
Learning, dan Lealasari dkk (2013) ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
Investigation dalam pokok bahasan relasi dan fungsi. Persamaan penelitian yang
dilakukan ini dengan penelitian yang dilakukan oleh ketiga peneliti diatas adalah
Selain itu ada beberapa penelitian nasional lainnya yang relevan dengan
penelitian ini juga dilakukan oleh Gangga dkk (2015) dan Faqihi dkk (2015).
model Problem Based Learning. Namun bedanya, penelitian yang dilakukan oleh
Gangga dkk (2015) digunakan untuk melihat manakah diantara model Group
yang dilakukan oleh Faqihi dkk (2015) digunakan untuk melihat manakah yang
dengan pendekatan saintifik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Gangga dkk
Group Investigation lebih baik daripada model Problem Based Learning, maupun
dengan model Problem Based Learning lebih baik daripada model pembelajaran
penelitian yang dilakukan ini dengan penelitian yang dilakukan oleh kedua
54
pada variabel terikat yang diteliti dalam penelitian ini adalah kemampuan
adalah Hmelo-Silver dkk (2006), Stepien dkk (1993), Janet dkk (2003). Ketiga
penelitian ini juga menerapkan model Problem Based Learning. Namun bedanya,
penelitian yang dilakukan oleh Hmelo-Silver dkk (2006) digunakan untuk melihat
Learning sehingga peserta didik dapat membangun penjelasan kausal sendiri dan
yang berpusat pada peserta didik, dan penelitan ini juga ingin memperlihatkan
dalam membantu orang lain belajar seni fasilitasi Problem Based Learning.
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Stepien dkk (1993) digunakan untuk
motivasi dan prestasi belajar peserta didik dengan melihat keterlibatan peran guru,
peserta didik dan sekolah. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Janet dkk
didik sekolah menengah kelas sains. Persamaan penelitian yang dilakukan ini
dengan penelitian yang dilakukan oleh ketiga peneiti tersebut adalah sama-sama
penelitian ini pada variabel terikat yang diteliti dalam penelitian ini adalah
55
dilakukan oleh Thant (2008) dan Tan dkk (2007). Penelitian Thant (2008) juga
dilakukan oleh Thant (2008) bertujuan untuk meninjau penelitian mengatasi efek
dari CL pada prestasi akademik peserta didik Asia. Lebih penting lagi, penelitian
budaya Asia. Ini akan membantu pendidik Asia dan peneliti masa depan untuk
untuk pengaturan pendidikan lokal. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Tan
Namun bedanya, penelitian yang dilakukan oleh Tan dkk (2007) digunakan untuk
dapat meningkatkan motivasi, persepsi, dan prestasi akademik dari peserta didik
singapore. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Tan dkk (2007)
14) classes in Singapore, the authors evaluated the effects of the group
advanced to the same extent over the course of the experiment. Neither method
56
was more effective academically than the other method.” Penelitian yang
dilakukan oleh Tan dkk (2007) ini juga membahas mengenai pembelajaran
perbedaannya dengan penelitian ini pada variabel terikat yang diteliti dalam
tempat penelitian, dan pada penelitian ini menggunakan 2 variabel bebas yaitu
C. Kerangka Konseptual
dituntut untuk mendapatkan suatu hasil dari permasalahan yang diberikan, tetapi
peserta didik lebih ditekankan untuk memahami proses yang dilakukan dalam
mencapai atau mendapatkan hasil dari suatu permasalahan tersebut. Namun pada
peserta didik terhadap pelajaran peserta didik membuat peserta didik tidak mampu
tidak bermakna.
kepada peserta didik tentang berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif
57
peserta didik.
D. Hipotesis