Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setelah mempelajari Kalkulus Diferensial dan Kalkulus Integral sebelumnya,
kali ini kami akan membahas tentang sebuah materi yang terdapat di dalam
Kalkulus Multivariabel yaitu´” Deret Taylor” .
Persamaan diferensial dapat dibedakan menjadi dua macam bergantung pada
jumlah variabel bebas. Apabila persamaan tersebut mengandung hanya satu
variabel maka disebut persamaan diferensial biasa dan jika mengandung lebih dari
satu variabel bebas disebut diferensial parsial.
Karena banyaknya persamaan diferensial yang ada, diperlukan suatu metode
dalam penyelesaian persamaan tersebut. Salah satu metode analitik yaitu
penyelesaian persamaan diferensial menggunakan metode deret. Metode
penyelesaian dengan deret yang digunakan seperti deret pangkat, deret Kuasa,
deret Taylor, dll.
Dalam hal ini kami mencoba membahas tentang deret Taylior lebih dalam lagi

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan deret Taylor?
2. Bagaimana cara penyelesaiaan deret Taylor?

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Deret Taylor
Deret taylor merupakan dasar untuk menyelesaikan masalah terutama
persamaan diferensial.
Persamaan Deret Taylor:
∆𝑥 ∆𝑥 2 ∆𝑥 3 ∆𝑥 𝑛
f (𝑥𝑖 + 1)= f (𝑥𝑖 )+ f’ (𝑥𝑖 ) + f” (𝑥𝑖 ) + f’’’ (𝑥𝑖 ) +……..f”” (𝑥𝑖 ) + Rn
1! 2! 3! 𝑛!

Ket:
 f(xi)= fungsi titik I
 f(xi+1) = fungsi di titik xi + 1
 f, f’’,f’’’ = turunan pertama, kedua,…ke-n dari fungsi
 ∆𝑥 = jarak antara xidan xi +1
 Rn = kesalahan pemotongan = Ea = p*(n + 1)-p*(n)
 ! = operator faktorial

2.2 Tahap penyelesaian


 Memperhitungkan suku pertama (order nol)
f(xi+1) = f(xi)
 Memperhitungkan dua suku pertama (order 1)
f(xi+1) = f(xi) + ) + f’(xi) ∆𝑥/1!
 Memperhitungkan tiga suku pertama (order 2)
f(xi+1) = f(x) + ) + f’(xi) ∆𝑥 + f”(xi) ∆𝑥 /2
 Iterasi akan berhenti jika Rn = 0

Contoh
Diketahui sesuatu fungsi ::
dengan menggunakan Deret Taylor pada order berapa, ,
hasil penyelesaian numerik sama dengan penyelesaian
eksak?

2
dimana order 0,1,2 dan perkiraan fungsi tersebut pada titik xi+1 = 1 dan xi+1 =1
berada pada jarak =1 dari titik x = 0
Jawab:
f(0) = 0.5
f(1) = 1.5„ „
Untuk order 0 :
f(xi+1) =f(xi))
f(0 +1) = f(0)
f(1) = 0.5
„ „ Kesalahan pemotongan :
Rn = 1.5 – 0.5 = 1
„ „ Untuk order 1 :
∆𝑥
f(xi + 1)=f(x) + f’(xi) !
1

f(0+1) = 0.5 +( 0,75 𝑥 2 + 𝑥 + 0.25 ) 1


= 0.5 (0.75 (0) + 0 +0.25
= 0.75
Kesalahan pemotongan
Rn = 1.5 –0.75 = 0.75
Untuk Order 2 :
f(xi+1) = 0.5 + 0.25 * 1 + 1 * (1/2) (1/2)
= 1.25
Kesalahan pemotongan
Rn = 1.5 – 1.25
= 0.25
Untuk Order 3 :
f(xi+1) = 0.5 + 0.25 + 0.5 + 0.25
= 1.5
Kesalahan pemotongan ::
Rn = 1.5 – 1.5 = 0 (terbukti)

3
2.3 Teorema Taylor
Jika fungsi f analitik pada daerah terbuka D = {z: |z − zo | < r}, maka f(z)
untuk setiap z ∈ D dapat dinyatakan ke dalam deret pangkat

𝑓 (𝑛) (𝑧𝑜 )
𝑓(𝑧) = ∑ 𝑎𝑛 (𝑧 − 𝑧𝑜 )𝑛 , 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑛 =
𝑛!
𝑛=0

𝑓 (𝑛) (𝑧𝑜 )
= 𝑓(𝑧𝑜 ) + ∑ (𝑧 − 𝑧𝑜 )𝑛
𝑛!
𝑛=1

Bukti :
Diambil lintasan 𝐶 = {𝑡 ∈ 𝐷: |𝑡 − 𝑧𝑜 | = 𝑟}; 𝑧 ∈ 𝐼𝑛𝑡(𝐶), 𝑑𝑎𝑛 𝑓(𝑧) =
1 𝑓(𝑡)
∮ 𝑑𝑡.
2𝜋𝑖 𝑐 𝑡−𝑧

Karena
1 1 1
= (𝑡−𝑧 = 𝑧−𝑧𝑜
𝑡−𝑧 𝑜 )−(𝑧−𝑧𝑜 ) (𝑡−𝑧𝑜 )(1−
𝑡−𝑧𝑜
)

(𝑧 − 𝑧𝑜 )𝑛
1 𝑧 − 𝑧𝑜 (𝑧 − 𝑧𝑜 (𝑧 − 𝑧𝑜 )2 (𝑡 − 𝑧𝑜 )𝑛 )𝑛−1
= [1 + + + ⋯ + + ]
𝑡 − 𝑧𝑜 𝑡 − 𝑧𝑜 (𝑡 − 𝑧𝑜 )2 (𝑡 − 𝑧𝑜 )𝑛−1 1 − 𝑧 − 𝑧𝑜
𝑡 − 𝑧𝑜
1 𝑧 − 𝑧𝑜 (𝑧 − 𝑧𝑜 )2 (𝑧 − 𝑧𝑜 )𝑛−1 (𝑧 − 𝑧𝑜 )𝑛
= + + + ⋯ + +
𝑡 − 𝑧𝑜 (𝑡 − 𝑧𝑜 )2 (𝑡 − 𝑧𝑜 )3 (𝑡 − 𝑧𝑜 )𝑛 (𝑡 − 𝑧𝑜 )𝑛 (𝑡 − 𝑧)

maka,
1 𝑓(𝑡)
𝑓(𝑧) = ∮ 𝑑𝑡
2𝜋𝑖 𝐶 𝑡−𝑧
1 𝑓(𝑡) 𝑓(𝑡)
[∮𝐶 𝑑𝑡 + (𝑧 − 𝑧𝑜 ) ∮𝐶 𝑑𝑡 + (𝑧 −
2𝜋𝑖 𝑡−𝑧𝑜 (𝑡−𝑧𝑜 )2

𝑓(𝑡) 𝑓(𝑡)
𝑧𝑜 )2 ∮𝐶 𝑑𝑡 + ⋯ + (𝑧 − 𝑧𝑜 )𝑛−1 ∮𝐶 𝑑𝑡] +
(𝑡−𝑧𝑜 )3 (𝑧−𝑧𝑜 )𝑛

1 𝑓(𝑡)
(𝑧 − 𝑧𝑜 )𝑛 ∮𝐶 (𝑡−𝑧𝑜 )𝑛 (𝑡−𝑧)
𝑑𝑡
2𝜋𝑖

Menurut pengintegralan Cauchy, jika f analitik pada 𝐶 ∪ 𝐼𝑛𝑡 (𝐶) dan 𝑧𝑜 ∈


𝐼𝑛𝑡 (𝐶), maka
1 𝑓(𝑡) 𝑛! 𝑓(𝑡)
𝑓(𝑧𝑜 ) = ∮ 𝑑𝑡 dan 𝑓 𝑛 (𝑧𝑜 ) = ∮ 𝑑𝑡
2𝜋𝑖 𝐶 𝑡−𝑧𝑜 2𝜋𝑖 𝐶 (𝑡−𝑧𝑜 )𝑛−1

4
Oleh karena itu, diperoleh
𝑓 ′ (𝑧𝑜 ) 𝑓"(𝑧𝑜 ) 𝑓 𝑛−1 (𝑧𝑜 )
𝑓(𝑧) = 𝑓(𝑧𝑜 ) + (𝑧 − 𝑧𝑜 ) + (𝑧 − 𝑧𝑜 )2 + ⋯ + (𝑧 −
1! 2! (𝑛−1)!

𝑧𝑜 )𝑛−1 𝑅𝑛,
1 𝑧−𝑧 𝑛 𝑑𝑡
dengan 𝑅𝑛 = 2𝜋𝑖 ∮𝐶 𝑓(𝑡) ( 𝑡−𝑧𝑜 ) … … … … … … … … (1)
𝑜 𝑡−𝑧

Akan dibuktikan lim 𝑅𝑛 = 0. Dari persamaan (1), diperoleh


𝑛→∞

1 𝑧 − 𝑧𝑜 𝑛 𝑑𝑡
|𝑅𝑛 | = | ∮ 𝑓(𝑡) ( ) |
2𝜋𝑖 𝑡 − 𝑧𝑜 𝑡 − 𝑧
𝐶

Karena f analitik pada 𝐶 ∪ 𝐼𝑛𝑡(𝐶), maka terdapat bilangan real 𝑀 > 0 sehingga
berlaku
|𝑓(𝑧)| ≤ 𝑀 untuk setiap 𝑧 ∈ 𝐶 ∪ 𝐼𝑛𝑡 𝐶
Oleh karena itu diperoleh
𝑧−𝑧
|𝑡−𝑧𝑜 | < 1 untuk setiap 𝑡 ∈ 𝐶
𝑜

Sedangkan untuk setiap 𝑡 ∈ 𝐶 berlaku


1 1 1 1
( )= = ≤
𝑡−𝑧 |𝑡 − 𝑧| |(𝑡 − 𝑧𝑜 ) − (𝑧 − 𝑧𝑜 )| |𝑡 − 𝑧𝑜 | − |𝑧 − 𝑧𝑜 |
1
=
𝑟 − |𝑧 − 𝑧𝑜 |
Menurut teorema bahwa

|∮ 𝑓(𝑡)𝑑𝑡| ≤ 𝑀𝑙(𝐶), 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑀 = 𝑚𝑎𝑘𝑠|𝑓(𝑧)|


𝐶

Oleh karena itu diperoleh


1 |𝑧−𝑧𝑜 | 𝑛 1
0 ≤ |𝑅𝑛 | ≤ 𝑀( ) . . 2𝜋𝑟
2𝜋 𝑟 𝑟−|𝑧−𝑧𝑜 |

|𝑧−𝑧𝑜 | 𝑛 1
= 𝑀𝑟 ( ) . 𝑟(𝑧−𝑧
𝑟 𝑜)

|𝑧−𝑧𝑜 | 𝑛 𝑀𝑟
= 𝑘( ) dengan 𝑘 = 𝑟−|𝑧−𝑧
𝑟 𝑜|

|𝑧−𝑧𝑜 | |𝑧−𝑧𝑜 | 𝑛
Karena 𝑟
< 1 ,maka lim ( 𝑟
) = 0.
𝑛→∞

Jadi lim 𝑅𝑛 = 0 … … … … … … … (2)


𝑛→∞

5
Dari persamaan (1) dan (2) diperoleh
𝑓 ′ (𝑧𝑜 ) 𝑓"(𝑧𝑜 ) 𝑓 (𝑛−1) (𝑧𝑜 )
𝑓(𝑧) = 𝑓(𝑧𝑜 ) + (𝑧 − 𝑧𝑜 ) + (𝑧 − 𝑧𝑜 )2 + ⋯ + (𝑧 − 𝑧𝑜 )𝑛−1
1! 2! (𝑛−1)!

𝑓 (𝑛) (𝑧𝑜 )
= 𝑓(𝑧𝑜 ) + ∑ (𝑧 − 𝑧𝑜 )𝑛
𝑛!
𝑛=1

6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan makalah diatas dapat disimpulkan bahwa Deret taylor
merupakan dasar untuk menyelesaikan masalah terutama persamaan diferensial.

3.2 Saran
Bertolak dari persamaan-persamaan dari Deret Taylor diatas, penyusun
menyarankan kepada pembaca untuk lebih dalam mempelajari beberapa
persamaan dari Deret Taylor karena Deret Taylor sangat berguna untuk
menyelesaikan permasalahan matematis yang tidak dapat diselesaikan secara
analitis

7
DAFTAR PUSTAKA
http://elnicovengeance.wordpress.com/2011/07/30/deret-dan-teorema-taylor/
http://rifan-alif.blogspot.com/2012/03/buku-pegangan-mate-kuliah-analisis.html

Anda mungkin juga menyukai