Anda di halaman 1dari 2

Menurut Pudjibudo yang dikutip oleh Balson, ada aktif, penuh arti dan berorientasi pada tujuan dan

tiga macam pola asuh yang selama ini digunakan memiliki derajat kebebasan untuk menentukan
oleh masy perilakunya sendiri. Namun disisi lain orang tua
tidak tahu apa yang seharusnya dilakukan
arakat yaitu :
terhadap putra putri mereka, sehingga mereka
1.Pola Asuh Koersif : tertib tanpa kebebasan menyerahkan begitu saja pengasuhan anak-anak
mereka kepada masyarakat dan media masa yang
Pola Asuh koersif hanya mengenal Hukuman dan ada. Sambil berharap suatu saat akan terjadi
Pujian dalam berinteraksi dengan anak. Pujian keajaiban yang datang untuk menyulap anak-
akan diberikan ketika anak melakukan sesuatu anak mereka sehingga menjadi pribadi yang soleh
sesuai dengan keinginan orang tua. Sedangkan dan sholehah. Di satu sisi orang tua tidak tahu apa
hukuman akan diberikan ketika anak tidak yang baik untuk anaknya, disisi yang lain anak
melakukan yang sesuai dengan keinginan orang menafsirkan ketidak berdayaan orang tua mereka
tua. Akibat penerapan pola asuh koersif ini akan dengan orang tua yang tidak punya pengharapan
muncul empat tujuan anak berperilaku negatif terhadap mereka. Hasil dari pola asuh permisif ini
yakni : Mencari perhatian, Unjuk kekuasaan , biasanya anak akan menjadi impulsif, tidak
Pembalasan dan Penarikan diri. Ketika seorang patuh, menja, kurang mandiri, mau menang
anak dipaksa untuk melakukan perbuatan yang sendiri, kurang percaya diri, dan kurang matang
sesuai dengan keinginan orang tua dan dengan secara sosial, akibatnya anak akan terjebak
cara yang dikehendaki oleh orang tua maka anak kepada gaya hidup yang serba boleh persis tepat
akan kembali menuntut orang tuanya untuk dan sesuai dengan pola yang berlaku pada
memberikan perhatian atau pujian kepadanya. masyarakat tempat dia dibesarkan saat ini.
Sebaliknya jika anak tidak dapat memenuhi Di satu sisi orang tua akan selalu menanggung
tuntutan orang tuanya maka dia akan merasa semua akibat perilaku anaknya tanpa mereka
hidupnya tidak berharga maka dia akan menarik sendiri menyadari hal ini.
dirinya dari kehidupan. Pada saat orang tua
menghukum anak karena anak tidak mematuhi
keinginannya maka anak akan belajar untuk
3.Pola Asuh Dialogis : tertib dengan kebebasan.
mencari kekuasaan karena dia merasakan bahwa
karena dia tidak memiliki kekuasaanlah dia jadi Pola Asuh ini datang sebagai jawaban atas
terhina, jika dia tidak mendapatkan kekuasaan ketiadaan nya pola asuh yang sesuai dengan fitrah
tersebut maka dia akan menanti-nanti saat ang penciptaan manusia . Dia merup akan pola asuh
tepat baginya untuk membalasi semua perilaku yang diwajibkan oleh Allah swt terhadap para
tak enak yang dia terima selama ini. Orang tua utusannya. Berpijak kepada dorongan dan
yang koersif beranggapan bahwa mereka dapat konsekuensi dalam membangun dan memelihara
merubah perilaku anak yang tidak sesuai dengan fitr ah anak. orang tua menyadari bahwa anak
nilai yang mereka anut dengan cara mencongkel adalah amanah Allah SWT pada mereka dia
perilaku itu lalu menggantikannya merupakan makhluk yang aktif dan dinamis.
denganperilaku yang mereka kehendaki tanpa Aktivitas mereka bertujuan agar mereka dapat
memperdulikan perasaan anaknya. diakui keberadaannya, diterima kontribusinya,
dicintai dan dimiliki oleh keluarganya. Dalam
memperbaiki kesalahan anak, orang tua
2.Pola Asuh Permisif : bebas tanpa ketertiban. menyadari bahwa kesalah itu muncul karena
mereka belum terampil dalam melakukan
Pola asuh ini muncul karena adanya kesenjangan kebaikan, sehingga mereka akan mencoba untuk
atas pola asuh. Orang tua merasa bahwa pola asuh membangun ketrampilan tersebut dengan
koersif tidak sesuai dengan kebutuhan fitrah berpijak kepada kelebihan yang anak miliki, lalu
manusia, sebagai pengambil keputusan yang
mencoba untuk memperkecil hambatan yang
membuat anak berkecil hati untuk memulai
kegiatan yang akan menghantarkan mereka
kepada kebaikan tersebut. Kemudian orang tua
juga akan berusaha menerima keadaan anak apa
adanya tanpa membanding-bandingkan mereka
dengan orang lain bahkan saudara kandung
mereka sendiri, atau teman bermainnya. Orang
tua akan membiasakan d
iri berdialog dengan anak dalam menemani
tumbuh kembang anak mereka. setiap kali ada
persoalan anak dilatih untuk mencari akar
persoalan, lalu diarahkan untuk ikut
menyelesaikan secara bersama. Dengan
demikian anak akan merasakan bahwa hidupnya
penuh arti sehingga dengan lapang dada dia akan
merujuk kepada orang tuanya jika dia
mempunyai persoalan dalam kehidupannya.
Yang berarti pula orang tua dapat ikut bersama
anak untuk mengantisipasi bahaya yang
mengintai kehidupan anak-anak setiap saat.
Selain itu orang tua yang dialogis akan berusaha
mengajak anak agar terbiasa menerima
konsekuensi secara logis dalam setiap
tindakannya. sehingga anak akan menghindari
keburukan karena diasendiri merasakan akibat
perbuatan buruk itu, bukan karena desakan dari
orang tuanya.

Anda mungkin juga menyukai