Ilmu Ukur Tanah 1 PDF
Ilmu Ukur Tanah 1 PDF
IKATAN KE MUKA
Untuk memntukan koordinat/posisi suatu titik di permukaan bumi dalam sistim koordinat
kartesian (X,Y) yang selanjutnya titik tersebut digunakan sebagai titik ikat atau untuk
keperluan teknik tahap selanjutnya.
// sb y P(XP,YP) ?
AP
dAP
AB dBP
BP
A(XA,YA)
BA
B(XB,YB)
X
0
Langkah Penyelesaian :
1. Hitung sudut jurusan AB (AB) dan jarak AB (dAB) dari koordinat titik A dan B yang
telah diketahui koordinatnya.
XB XA
AB arctan d AB ( X B X A ) 2 (YB YA ) 2
YB YA
AP AB BP BA ; BA AB 180 o
ˆ X PA X PB ˆ YPA YPB
XP YP
2 2
P
A
B
Akan diukur sudut dan
Langkahnya adalah :
1. Dirikan teodolit di titik A, target dipasang di titik P dan B dan atur alat sedemikian
rupa sehingga siap pakai
2. Pada posisi teropong biasa (B) arahkan teropong ke titik P (sebagai arah kiri) ; baca
dan catat bacaan skala lingkaran horisontalnya ( misal l1B )
3. Putar teropong arahkan ke titik B (sebagai arah kanan) ; baca dan catat bacaan skala
lingkaran horisontalnya ( misal l2B )
4. Putar teropong pada posisi luar biasa (LB), arahkan ke titik B baca dan catat bacaan
skala lingkaran horisontalnya ( misal l2LB )
5. Putar teropong arahkan ke titik P baca dan catat bacaan skala lingkaran horisontalnya
( misal l1LB )
6. Lakukan seperti langkah 2 s/d langkah 5 untuk mengukur sudut ABP () dengan titik
A (sebagai arah kiri) dan titik P (sebagai arah kanan)
B = l2B – l1B
LB = l2LB – l1LB
Keterangan :
B : sudut PAB yang diperoleh pada posisi teropong biasa
LB : sudut PAB yang diperoleh pada posisi teropong luar biasa
: sudut PAB rata-rata
XB XA
AB arctan = 109 o 08'55,9" ; BA AB 180 o 289 o 08'55,9"
YB YA
d AB ( X B X A ) 2 (YB YA ) 2 = 96,191 m
3. Hitung jarak AP (dAP) dan BP (dBP) dengan menggunakan rumus perbandingan sinus
d AB d d
AP BP maka
sin sin sin
d AB x sin d AB x sin
d AP atau d AP 139,292 m
sin sin( )
d AB x sin d AB x sin
d BP atau d BP 132,764 m
sin sin( )
ˆ X PA X PB ˆ YPA YPB
XP = 568,419 m YP = 621,605 m
2 2
P
A
B
PENGIKATAN KE BELAKANG
Untuk memntukan koordinat/posisi suatu titik di permukaan bumi dalam sistim koordinat
kartesian (X,Y) yang selanjutnya titik tersebut digunakan sebagai titik ikat atau untuk
keperluan teknik tahap selanjutnya.
DASAR TEORI
B (XB, YB)
A (XA, YA)
C (XC, YC)
·
Pemecahan metoda pengikatan ke belakang dapat dilakukan dengan beberapa cara hitungan,
antara lain cara Collins dan cara Cassini.
a. Cara Collins
Gambar 5
Langkah Penyelesaian :
6. Hitung sudut jurusan AB (AB) dan jarak AB (dAB) dari koordinat titik A dan B yang
telah diketahui koordinatnya.
XB XA
AB arctan d AB ( X B X A ) 2 (YB YA ) 2
B
Y Y A
X A X HB Y A YHB
Xˆ H H YˆH H
2 2
9. Mencari sudut ; = HC - HB
XC XH X XH
HC arctan HB arctan B
YC YH YB YH
X A X PB Y A YPB
Xˆ P P YˆP P
2 2
b. Cara Cassini
Gambar 6
Pada metoda Cassini diperlukan 2 (dua) buah titik penolong R dan S dimana garis RS dan
BP saling tegak lurus (RS BP), dengan demikian sudut BPR = 90o dan sudut BPS = 90o.
Langkah Penyelesaian :
1. Hitung sudut jurusan (AB, BC) dan jarak (dAB, dBC) dari koordinat titik A, B dan C yang
telah diketahui koordinatnya.
XB XA
AB arctan d AB ( X B X A ) 2 (YB YA ) 2
YB YA
XC XB
BC arctan d BC ( X C X C ) 2 (YC YB ) 2
YC YB
XR = XA + dAR . sinAR
sin(AB + 900)= cosAB
= XA + dAB . ctg . sin(AB =+ 90 ) 0 dAB. cosAB = YAB
YAB = YB – YA
= XA + dAB. cosAB . ctg
= XA + (YB – YA ) . ctg
YR = YA + dAR . cosAR
cos(AB + 900)= - sinAB
= YA + dAB . ctg . cos(AB + 900) dAB. sinAB = XAB
XAB = XB – XA
= YA - dAB. sinAB . ctg
= YA - (XB – XA ) . ctg
3. Menentukan koordinat titik S dari C, diperlukan CS dan dCS.
CS = CB - 90o atau CS = BC + 90o
d BC
tan d CS d BC xctg
d CS
XS = XC + dCS . sinCS
sin(BC +900)= cosBC
= XC + dBC . ctg .sin(BC -90 )0 dAB. cosBC = YBC
YBC = YC – YB
= XC + dAB. cosBC . ctg
= XC + (YC – YB ) . ctg
YS = YC + dCS . cosCS
cos(BC +900)= - sinBC
= YC + dCS . ctg . cos(BC +90 ) 0
dBC. sinBC = XBC
XBC = XC – XB
= YC - dAB. sinAB . ctg
= YC - (XC – XB ) . ctg
4. Menghitung Sudut jurusan RS
X XR
tan RS S ; dimisalkan tan RS = n dan ctg RS = 1/n
YS YR
5. Selanjutnya Cassini menulis uuntuk menentukan koordinat titik P dibuat persamaan :
YR – YB = - (YB – YP) – (YP – YR)
maka:
nX B 1n X R (YB YR )
XP
n 1n
Tugas :
1. Untuk latihan turunkan rumus Cassini untuk menghitung YP
2. Tentukan koordinat titik P dengan cara Collins dan Cassini
bila diketahui :
Koordinat titik :
A ( 792067,922 ; 9236721,441 ) m
B ( 79210p,q00 ; 923663q,p00 ) m
RANGKAIAN SEGITIGA
POLIGON
Salah satu metode yang banyak digunakan untuk menentukan posisi horisontal titik-titik
kerangka dasar pemetaan adalah poligon. Secara harfiah poligon dapat diilustrasikan sebagai
rangkaian garis-garis lurus dipermukaan bumi dimana satu sama lain dihubungkan oleh
besaran-besaran sudut dan jarak horisontal. Perlu digaris bawahi dalam kaitannya penentuan
posisi untuk lingkup daerah dengan luasan yang relatif kecil, maka pengertian sudut dan jarak
horisontal secara praktis sama dengan jarak dan sudut mendatar.
1. JENIS-JENIS POLIGON
Secara umum bentuk geometrik poligon dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :
Poligon terbuka, dan
Poligon tertutup (loop/kring)
A1 2
A (XA,YA)
dA1 1 d12
2
d23
1
3 3
d34
4 4
d45
5
1
A! d12
dA1 1
A (XA,YA) 2
A 2
d5A d23
5
5 3
d45 4 d34 3
Titik awal hitungan pada poligon di atas lazimnya dikatakan sebagai titik ikat yang merupakan titik
referensi (acuan) dalam perhitungan koordinat titik-titik selanjutnya.
Bila ditinjau dari ketersediaan jumlah dan penyebaran titik ikat yang digunakan pada suatu
poligon, maka untuk jenis poligon terbuka dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) :
A1 2
A (XA,YA)
dA1 1 d12
2
d23
1
3 3
d34
4 4
d45
5
dimana : A (XA,YA) = Titik A dengan koordinat (XA,YA) , titik awal hitungan
A1 = Sudut jurusan awal
i = Sudut mendatar pada titik I
dij = Jarak mendatar dari titik I ke j
= Titik-titik yang akan ditentukan koordinatnya
Sebagai ciri dari poligon terbuka lepas adalah ‘hanya terdapat 1 (satu) titik ikat ‘ yang dijadikan
referensi dalam perhitungan koordinat titik-titik selanjutnya. Sebagai konsekuensinya dalam
operasional perhitungan koordinat titik-titik tidak terdapat hitungan koreksi sebagai akibat adanya
penyimpangan geometrik yang harus dipenuhi. Perlu digarisbawahi penentuan koordinat titik-titik
dengan menggunakan bentuk poligon terbuka lepas kesalahan akan berakumulasi pada titik ujung
menjauhi titik ikat. Untuk itu penentuan koordinat dengan bentuk ini ‘tidak direkomendasi’ bila
arah hitungan
A1 2
A(XA,YA)
dA1 1 d12
2
d23
1
3 3
d34
4 4
d4B
B (XB,YB)
Bila pada kedua ujungnya masing-masing terdapat 2 (dua) titik ikat, maka poligon terbuka tersebut
diklasifikasikan sebagai ‘poligon terbuka terikat sempurna’. Dengan adanya titik-titik ikat tersebut,
maka secara geometrik besarnya koordinat salah satu titik ikat yang diperoleh dari hasil hitungan
arah hitungan
1
A (XA,YA)
B dA!
1
d12
B (XB,YB)
2 2
d2C
C (XC,YC) c
D (XD,YD)
1
A! d12
dA1 1
A (XA,YA) 2
A 2
d5A d23
5
5 3
d45 4 d34 3
1
A! 1 d12
2
A dA1
A (XA,YA) 2
d5A d23
5
5 3
d45 4 d34 3
4
2. HITUNGAN POLIGON
Berikut ini akan dijelaskan prosedur hitungan poligon dalam bentuk diagram-diagram berikut
:
Yj = Yi + Yij
o o
Keterangan :
XA , YA , XB , YB = koordinat titik ikat dan = asimut dari titik ikat
XBo , XBo = koordinat pendekatan dan o = asimut pendekatan (sembarang)
^ ^
Absis dan ordinat setelah di koreksi X X VX ; Y Y VY
Pada dasarnya data sudut dan jarak mendatar pada poligon merupakan data ukuran
utama, sedangkan data koordinat titik ikat dan azimuth (sudut jurusan) merupakan data
pelengkap yang harus tersedia agar posisi titik-titik poligon dapat terdefinisi. Perlu dipahami
bahwa data sudut dan jarak mendatar pada poligon diperoleh melalui serangkaian kegiatan
pengukuran dilapangan yang selalu dihinggapi kesalahan. Sesungguhnya Ada 3 (tiga)
sumber penyebab kesalahan, yaitu : manusia/surveyor, instrumen yang digunakan dan
keadaan alam sekitar lokasi pengukuran. Dari ketiga sumber tersebut, jenis-jenis kesalahan
yang diakibatkannya dapat diklasifikasikan sebagai berikut : kesalahan yang bersifat
sistematik, acak dan „blunder‟ (kelalaian).
Sesunguhnya kesalahan yang bersifat acak pada data pengukuran tidak dapat
dihindari, karena lebih banyak menyangkut terhadap keterbatasan-keterbatasan yang ada
baik pada si pengukur (surveyor) maupun pada instrumen dan kendala alam itu sendiri.
Tetapi itu tidak menjadi masalah, kerena umumnya karakteristik dari kesalahan acak
mempunyai besaran yang kecil-kecil (diluar fraksi yang diinginkan). Yang menjadi masalah
adalah kesalahan yang sifatnya sistematik, karena selain besarannya berada dalam fraksi
yang dapat berpengaruh terhadap kebutuhan data yang diperlukan, juga mempunyai
tanda/arah kesalahan yang sama sehingga akan mengakibatkan terjadinya akumulasi.
Kesalahan sistematik yang berasal dari instrumen pengukuran dapat diperkecil pengaruhnya
dengan cara melakukan kalibrasi alat ataupun dengan menggunakan teknik-teknik
pengukuran tertentu. Sedangkan „blunder‟ lebih cenderung kepada kelalaian. Salah satu
cara mengatasi blunder pada pengukuran ialah dengan cara melakukan pengukuran yang
berulang-ulang.
B
C
B
C
Tabel teknik pembidikan : SUDUT BAC ()
4. SUDUT JURUSAN
Sudut jurusan suatu sisi poligon merupakan besarnya sudut mendatar yang dihitung
dari arah acuan tertentu (sejajar sumbu-tegak dalam sistem sumbu salib kartesian) kearah
sisi poligon yang dimaksud. Umumnya sumbu-tegak (sb-Y) dalam sistem sumbu salib
kartesian didefinisikan sejajar dengan arah Utara. Perlu dipahami bahwa pengertian sudut
jurusan secara teoritik tidak sama dengan azimuth. Azimuth didefinisikan sebagai besarnya
sudut horisontal yang dihitung dari arah acuan tertentu dipermukaan bumi dengan arah yang
dimaksud. Bila „arah acuan tertentu‟ mengacu pada arah utara geografi, maka azimuth yang
dimaksud adalah „azimuth geografi‟, demikian juga bila azimuth yang dimaksud mengacu
arah utara magnet (kutub magnet bumi), maka azimutnya adalah „azimuth magnet‟.
Sesungguhnya antara sudut jurusan, azimuth geografi dan azimuth magnet tidaklah sama
besarnya untuk itu diperlukan adanya parameter-parameter yang menyatakan ketiga
hubungan tersebut. Besarnya sudut penyimpangan antara azimuth magnet terhadap
azimuth geografi disebut sebagai „deklinasi magnet () dan besarnya sudut penyimpangan
antara sudut jurusan terhadap azimuth geografi secara praktis adalah „konvergensi meridian
()‟. Secara diagram ketiga hubungan antara besaran-besaran di atas adalah sebagai
berikut :
B
AB
sb-X
A
Keterangan : AB = sudut jurusan sisi AB
= azimuth magnet sisi AB
= azimuth geografi sisi AB
Bila pada jalur poligon telah diketahui satu sisi dengan sudut jurusan tertentu (sudut
jurusan awal), maka untuk menentukan besarnya harga sudut jurusan sisi-sisi yang lain
dihitung berdasarkan hubungan antara sudut jurusan awal terhadap sudut mendatar
berikutnya (dihitung secara jaringan). Berikut ini akan diberikan rumus untuk memudahkan
dalam menghitung sudut jurusan sisi-sisi poligon. Supaya ada kesamaan persepsi, maka
perlu dilakukan pendefisian yang berkaitan dengan pengertian sudut pada suatu poligon.
Untuk poligon terbuka pengertian sudut dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu : poligon terbuka
dengan „sudut kiri‟ dan poligon terbuka dengan „sudut kanan‟. Adapun pendefinisian
pengertian „sudut kiri‟ dan „sudut kanan‟ didasarkan pada ketersedian sudut jurusan awal
yang diketahui dan arah hitungannya. Sebagai ilustrasi digambarkan sebagai berikut :
arah hitungan
1
A1
dA! 1
A d12
2 2
d23
3 3
d34
arah hitungan
1
A1 dA 1
A 1 d12
2 2
d23
3 3
d34
arah hitungan
3
5
d45 4 d34
3
d23
4
2 2
d12
1 1
dA1 A!
A
A1 = Sudut jurusan awal (diketahui)
arah hitungan
3
d34
4 3 d23
2 2
d12
1 1
dA1
A!
A
A1 = Sudut jurusan awal (diketahui)
jkjk =
ij +j -180 o o
ij j 180
contoh :
diketahui 12 ,maka untuk
23 = 12 + 2 - 180o
34 = 23 + 3 - 180o
45 = 34 + 4 - 180o
dan seterusnya.
jkjk =
ij +j -180
ij j 180o o
dan seterusnya.
„TERTUTUP‟
jkjk =
ijij+j j- 180
o
sudut LUAR searah Jarum Jam 180o
sudut LUAR berlawan arah jarum Jam jkjk
= ijij -j + 180o o
j 180
3. HITUNGAN KOORDINAT
Dibawah ini diberikan tabel yang menjelaskan macam poligon berikut macam
koreksinya :
Jenis Poligon Klasifikasi Macam Koreksi
Sudut Absis Ordinat
Lepas tidak ada tidak ada tidak ada
Terbuka Terikat Tdk Sempurna ada ada ada
Terikat Sempurna ada ada ada
Tertutup ada ada ada
Ketelitian dari suatu poligon tercermin melalui Ketelitian Relatif (KR) nya. Rumus-
rumus besaran koreksi yang dimaksud masing-masing diuraikan sebagai berikut :
k = - KPS
n
n = Jumlah titik sudut
di
kXi = x (-KPA)
d
di
kYi = x (-KPO)
d
Metode Transit
Xi
kXi = x (-KPA)
X
Yi
kYi = x (-KPO)
Y
2 2
KR = (KPA) + (KPO)
d
k= - KPS
n
- Rumus kesalahan Absis dan Ordinat (KPA & KPO) :
KPA = d . Sin
KPO = d . Cos
di
kYi = x (-KPO)
d
31 Ilmu Ukur Tanah 1 | dhink’s Documents
Halaman 32
Metode Transit
Prinsip : „Perbandingan Absis/Ordinat’
Xi
kXi = x (-KPA)
X
5. CONTOH-CONTOH HITUNGAN
2 6
2 d56
A 1 d12 d23 3
dA1
3 5 5
1 d 34 4
d45
Data :
Koordinat titik ikat : (meter)
A (5000,000 ; 5000,000)
Tabel-1: hitungan koordinat poligon terbuka lepas (sudut kiri , arah hitungan dari kiri ke
kanan)
No Sudut Sudut Jarak X Y Koordinat
ttk Jurusan (meter) (meter) (meter) (meter)
X Y
A 5000,000 5000,000
o
130 18‟ 36,5” 75,867 57,853 -49,080
o
1 98 16‟ 04,8” 5057,853 4950,920
o
48 34‟ 41,3” 101,371 76,014 67,067
o
2 271 38‟ 11,3” 5133,867 5017,987
o
140 12‟ 52,6” 86,785 55,535 -66,690
o
3 195 06‟ 37,5” 5189,402 4951,297
o
155 19‟ 30,1” 55,111 23,007 -50,079
o
4 86 41‟ 21,9” 5212,409 4901,218
o
162 00‟ 52,0” 80,005 70,650 37,542
o
5 101 52‟ 15,6” 5283,059 4938,760
o
343 53‟ 07,6” 105,555 -29,298 101,408
6 5253,761 5040,168
2 6
d56
A d12 2 d23
dA1 1 3
3 5 5
1 d34
4 d45
4
Data :
Koordinat titik ikat : (meter)
6 (5253,761 ; 5040,168)
Tabel-2: hitungan koordinat poligon terbuka lepas (sudut kiri , arah hitungan dari
kanan ke kiri)
No Sudut Sudut Jarak X Y Koordinat
ttk Jurusan (meter) (meter) (meter) (meter)
X Y
6 5253,761 5040,168
o
163 53‟ 07,6” 105,555 29,298 -101,408
o
5 258 07‟ 44,4” 5283,059 4938,760
o
242 00‟ 52,0” 80,005 -70,650 -37,542
o
4 273 18‟ 38,1” 5212,409 4901,218
o
335 19‟ 30,1” 55,111 -23,007 50,079
o
3 164 53‟ 22,5” 5189,402 4951,297
o
320 12‟ 52,6” 86,785 -55,535 66,690
o
2 88 21‟ 48,7” 5133,867 5017,987
o
228 34‟ 41,3” 101,371 -76,014 -67,067
o
1 261 43‟ 55,2” 5057,853 4950,920
o
310 18‟ 36,5” 75,867 -57,853 49,080
A 5000,000 5000,000
2 6
d56
A d12 2 d23
dA1 1 3
3 5 5
1 d34
4 d45
4
Data :
Koordinat titik ikat : (meter)
A (5000,000 ; 5000,000)
Tabel-3 : hitungan koordinat poligon terbuka lepas (sudut kanan , arah hitungan dari kiri ke
kanan)
No Sudut Sudut Jarak X Y Koordinat
ttk Jurusan (meter) (meter) (meter) (meter)
X Y
A 5000,000 5000,000
o
130 18‟ 36,5” 75,867 57,853 -49,080
o
1 261 43‟ 55,2” 5057,853 4950,920
o
48 34‟ 41,3” 101,371 76,014 67,067
o
2 88 21‟ 48,7” 5133,867 5017,987
o
140 12‟ 52,6” 86,785 55,535 -66,690
o
3 164 53‟ 22,5” 5189,402 4951,297
o
155 19‟ 30,1” 55,111 23,007 -50,079
o
4 273 18‟ 38,1” 5212,409 4901,218
o
162 00‟ 52,0” 80,005 70,650 37,542
o
5 258 07‟ 44,4” 5283,059 4938,760
o
343 53‟ 07,6” 105,555 -29,298 101,408
6 5253,761 5040,168
2 d 56
A 1 d12 d23 3
dA1
3 5 5
1 d 34 4
d45
Data :
Koordinat titik ikat : (meter)
6 (5253,761 ; 5040,168)
Tabel-4: hitungan koordinat poligon terbuka lepas (sudut kanan , arah hitungan dari kanan
ke kiri)
No Sudut Sudut Jarak X Y Koordinat
ttk Jurusan (meter) (meter) (meter) (meter)
X Y
6 5253,761 5040,168
o
163 53‟ 07,6” 105,555 29,298 -101,408
o
5 101 52‟ 15,6” 5283,059 4938,760
o
242 00‟ 52,0” 80,005 -70,650 -37,542
o
4 86 41‟ 21,9” 5212,409 4901,218
o
335 19‟ 30,1” 55,111 -23,007 50,079
o
3 195 06‟ 37,5” 5189,402 4951,297
o
320 12‟ 52,6” 86,785 -55,535 66,690
o
2 271 38‟ 11,3” 5133,867 5017,987
o
228 34‟ 41,3” 101,371 -76,014 -67,067
o
1 98 16‟ 04,8” 5057,853 4950,920
o
310 18‟ 36,5” 75,867 -57,853 49,080
A 5000,000 5000,000
2 B
2 d5B
A 1 d12 d23 3
dA1
3 5 5
1 d 34 4
d45
4
Data :
Koordinat titik ikat : (meter)
Tahap Hitungan :
1. Misalkan sudut jurusan pendekatan dari titik A ke 1, diambil : oA1 = 135o ( secara
sembarang )
2. Hitung koordinat titik 1,2,3,4, dan B secara pendekatan dengan mengambil harga oA1 =
135o tersebut, hitungan seoerti pada tabel
2
KPS = “ KPA=0.196 m KPO = 0.057 m KLJ = 1 : 2479 Luas = 15610.508 m
Catatan : Koreksi KPA dan KPO dilakukan dengan metode BOWDITH
1 D
1
A B dB1 d12 2
2 C C
B d 23 3
d3C
3
Data :
Koordinat titik ikat : (meter)
38 Ilmu Ukur Tanah 1 | dhink’s Documents
Halaman 39
A (5000,000 ; 5000,000)
B (5057,853 ; 4950,920)
C (5283,060 ; 4938,759)
D (5253,761 ; 5040,168)
Tabel-7: Hitungan koordinat poligon terikat sempurna (sudut kiri , arah hitungan dari kiri ke
kanan)
Koreksi KPA dan KPO dilakukan dengan metode BOWDITH
HITUNGAN KOORDINAT POLIGON
( bentuk geometrik terbuka terikat sempurna )
A
E
E B B
D C
C
C
Tabel-8: Hitungan koordinat poligon tertutup (sudut dalam , arah hitungan serah
dengan putaran jarum jam)
Koreksi KPA dan KPO dilakukan dengan metode BOWDITH
6. KETENTUAN TEKNIS
Ketentuan teknis ialah suatu aturan yang dibuat untuk melaksanakan suatu
pekerjaan sehingga diperoleh hasil yang baik umumnya aturan ini ditetapkan oleh suatu
instansi tertentu atau pemberi pekerjaan.
a. Pengukuran Poligon
Pengukuran Sudut : - Sudut diukur sebanyak 1 (satu) seri pengukuran
- Pembacaan setiap jurusan dilakukan dengan 2 (dua)
nonius (N1 dan N2)
- Selisih bacaan N1-N2 5 “
40 Ilmu Ukur Tanah 1 | dhink’s Documents
Halaman 41
- Selisih sudut biasa dan luar biasa ( B - LB) 10 “
- Kesalahan penutup sudut (KPS) 10 “n ; n = jumlah titik
sudut
b. Pengukuran Jarak : - Untuk daerah yang relatif datar / datar digunakan pita ukur
- Untuk daerah yang relatif terjal / miring digunakan metoda
basis vertikal
(rambu vertikal) atau basis horisontal (substansebar).
- Pengukuran jarak dilakukan pergi-pulang (DPE-DPU)
- Selisih jarak pergi-pulang (DPE-DPU) 10 mm
- Kesalahan relatfif jarak (KRJ) 1 : 1000