Anda di halaman 1dari 8

909

TINGKAT PENGETAHUAN KETERATURAN BEROBAT DAN SIKAP KLIEN TERHADAP


TERJADINYA PENYAKIT TBC PARU DI RUANG PERAWATAN I DAN II RS ISLAM
FAISAL MAKASSAR

* Lenny Gannika *

Dosem Tetap Akademi Keperawatan Sani Karsa Makassar

ABSTRAK

Tuberculosis (TBC) merupakan penyakit yang mudah menular dari tahun ke tahun.
Penyakit ini memperlihatkan peningkatan dalam jumlah kasus baru maupun pada angka
kematian.Pada tahun 2008, WHO mencanangkan kedaruratan Global Penyakit TBC Paru,
disebagian besar negara-negara di Dunia, Penyakit ini tidak terkendali dan tidak berhasil
disembuhkan.
WHO melaporkan adanya 3 juta orang tiap tahun meninggal dan di perkirakan 5.000
orang tiap harinya. Tiap tahun ada 9 juta penderita TBC paru dan 75 % kasus kematian dan
kesakitan di masyarakat diderita oleh orang-orang umur produktif dari 15-54 tahun (Anonym
2008). TBC Paru merupakan Penyakit infeksi yang disebabkan oleh Microbacterium
Tuberkulosis Paru dengan gejala yang sangat bervariasi. (Arief Mansjoer dkk, 2008 ).
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran pengetahuan pasien terhadap
terjadinya penyakit TBC Paru di Ruang perawatan I dan II RS Islam Faisal Makassar.
Jenis PenelitianDeskriptif dengan Pendekatan Wawancara, Observasi dan kuesioner atau
angket. Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita TBC Paru yang dirawat di
Perawatan I dan II RS Islam Faisal Makassar pada Bulan 17Juli – 20 Juli 2014 sebanyak 36
orang dengan Sampel 30 orang.
Hasil yang di peroleh dari penelitian ini menunjukan bahwa Pasien yang dirawat di Ruang
Rawat Inap sebagian besar yang berpengetuan tentang keteraturan berobat sebnyak 20 orang
( 66,6% ) yang tidak putus berobat dan yang putus berobat terdapat 10 orang (33%).
Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan perlu ditingkatkan lagi penyuluhan yang
lebihin tensif dalam rangka menggerakkan masyarakat dalam upaya pencegahan
Tuberculosis.

Kata Kunci : pengetahuan Keteraturan berobat,Sikap dan Tuberkulosis Paru.

Pendahuluan

Penyakit TBC Paru Merupakan penyakit meninggal dan diperkirakan 5.000 orang tiap
yang mudah menular dari tahun harinya.
ketahun.penyakit ini memperlihatkan Hampir 10 tahun lamanya Indonesia
peningkatan dalam jumlah kasus baru maupun menempati urutan ke-3 sedunia dalam hal
pada angka kematian. Pada tahun 2008, WHO jumlah penderita tuberkulosis (TB).Baru pada
mencanangkan kedaruratan Global penyakit tahun ini turun ke peringkat ke-4 dan masuk
TBC Paru.karena disebagian besar di Negara- dalam milestone atau pencapaian kinerja 1
negara di dunia, penyakit ini tidak terkendali tahun Kementerian Kesehatan. Berdasarkan
dan tidak berhasil disembuhkan. WHO Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada
Melaporkan adanya 3 juta orang tiap tahun tahun 2008 menyatakan jumlah penderita
Tuberkulosis di Indonesia sekitar 528 ribu atau

JKSHSK/Volume 1/Nomor 1/Juli 2016. 909-916


910

berada di posisi tiga di dunia setelah India dan Tinjauan Pustaka


Cina.
Laporan WHO pada tahun 2009, mencatat A. Tinjauan Umum Tentang Penyakit TBC
peringkat Indonesia menurun ke posisi lima Paru
dengan jumlah penderita TBC sebesar 429 ribu 1. Pengertian
orang. Lima negara dengan jumlah terbesar TBC Paru adalah penyakit infeksi yang
kasus insiden pada tahun 2009 adalah India, disebabkan oleh Myrcobacterium
Cina, Afrika Selatan, Nigeria dan Indonesia Tuberkulosis Paru dengan gejala yang
(sumber WHO Global Tuberculosis Control sangat bervariasi. (Arief Mansjoer dkk,
2010). 2008)Tuberkulosis Paru adalah penyakit
"Tentu saja kasus TB masih banyak, tapi infeksius yang terutama menyerang
perbaikan peringkat ini merupakan sebuah parenkim paru.Tuberkulosis Paru dapat
pencapaian," ungkap Menkes Endang Rahayu juga di tularkan ke bagian tubuh lainya
Sedyaningsih dalam evaluasi kinerja 1 tahun termasuk ginjal, tulang, nodus, limfe dan
Kementerian Kesehatan di gedung lain-lain.Agens infeksius utama
Kemenkes,Jakarta, Jumat(12/6/2014). Mycrobakterium Tuberkulosis Paru adalah
Pada Global Report WHO 2010, didapat batang aerobic tahan asam dan sensitif
data TB Indonesia, Total seluruh kasus TB terhadap panas dan sinar
tahun 2010 sebanyak 294731 kasus, dimana ultraviolet.(Brunner dan Suddart, 2010)
169213 adalah kasus TB baru BTA positif, Tuberkulosis Paru adalah penyakit
108616 adalah kasus TB BTA negatif, 11215 menular yang disebabkan oleh
adalah kasus TB Extra Paru, 3709 adalah kasus mycrobacterium Tuberkulosis yang dapat
TB Kambuh, dan 2008 adalah kasus menyerang semua alat tubuh, yang
pengobatan ulang diluar kasus kambuh tersering ialah paru dan jantung. (Ahmad,
(retreatment, excl relaps). 2008)
Sementara itu, untuk keberhasilan pengobatan 2. Etiologi
dari tahun 2010 sampai tahun 2011 (dalam %), Tuberkulosis Paru adalah penyakit
tahun 2011 (87%), tahun 2012 (90%), tahun menular yang disebabkan oleh Basil
2013 sampai 2014 semuanya sama (91%). Mikrobakterium Tuberkulosis tipe
Untuk menanggulangi masalah TBC Paru humanus, sejenis kuman yang berbentuk
di Indonesia, strategi DOTS (Directly batang dengan ukuran panjang 1-4/mm
Observed Treatment, Shourtcourse dan tebal 0,3-0,6/mm. Sebagian besar
chemotherapy) yang direkomendasikan oleh kuman terdiri atas asam lemak (lipid).
WHO merupakan pendekatan yang paling tepat Lipid inilah yang menyebabkan kuman
saat ini dan harus dilaksanakan secara tahan asam.sehingga basil ini digolongkan
sungguh-sungguh.(Depkes, RI, 2010). menjadi Basil tahan Asam (BTA)
Data yang diperoleh dari Dines Kesehatan maksudnya bila basil ini di warnai, maka
Provinsi Sulawesi Selatan berdasarkan data warna ini tidak akan luntur walaupun pada
yangdiperoleh dari Bidang Bina Pencegahan bahan kimia yang tahan asam. (Tjandra
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Yoga Aditama, 2010)
Kesehatan KotaMakassar, pada tahun 2010 Kuman ini tahan hidup pada udara kering
jumlah penderita TB Paru Klinissebanyak 9916 maupun dalam keadaan dingin (dapat
penderita, dengan rincian 3568 tahan bertahun-tahun dalam lemari es).Hal
berdasarkanpencatatan danpelaporan ini terjadi karena kuman berada dalam
Puskesmas se-Kota Makassar, sifat dormant.Dari sifat dormant ini kuman
sisanyaberdasarkanlaporan dari 15 RS yang ada dapat bangkit kembali dan menjadikan
di Kota Makassar. Sedangkan pada tahun 2011, tuberkulosis aktif kembali. Sifat lain
jumlah penderita TB Paru Klinis sebanyak kuman adalah aerob. Sifat ini
18.835 penderita, berdasarkan pencatatan menunjukkan bahwa kuman lebih
danpelaporan dari Puskesmas, dan RS. Tahun menyenangi jaringan yang tinggi
2012 dilaporkanjumlah penderita TB Paru kandungan oksigennya.Dalam hal ini
Klinis di Puskesmas dan RumahSakit tekanan bagian apikal paru-paru lebih
sebanyak511 Jumlah penderita TB Paru Klinis, tinggi dari pada bagian lainnya, sehingga
TB BTA+ sebanyak 1608 penderita(Puskesmas bagian apikal ini merupakan tempat
danRumah Sakit) (Profil Dines Kesehatan kota predileksi penyakit tuberkulosis.
Makassar, 2013) Tuberkulosis paru merupakan penyakit
infeksi penting saluran pernapasan.Basil
Mykrobakterium tersebut masuk kedalam

JKSHSK/Volume 1/Nomor 1/Juli 2016. 909-916


911

jaringan paru melalui saluran napas atau mereka yang terkena penyakit
(droplet infection) sampai alveoli, maka HIV).
terjadilah infeksi primer (ghon) c. Penggunaan Obat IV ( Intra Vena) dan
selanjutnya menyebar kekelenjar getah Alkohol.
bening setempat dan terbentuklah primer d. Setiap Individu tanpa perawatan
kompleks (ranke).keduanya dinamakan kesehatan yang adekuat (Tunawisma,
tuberkulosis primer, yang dalam etnik dan ras minoritas)
perjalanannya. sebagian besar akan e. Setiap Individu dengan gangguan medis
mengalami penyembuhan. Tuberkulosis yang sudah ada sebelumnya (Misalnya
paru primer, peradangan terjadi sebelum diabetes melitus, gagal ginja kronis dan
tubuh mempunyai kekebalan spesifik silikosis penyimpanan gizi)
terhadap basil mykrobakterium f. Imigran dari Negara dengan insiden
Tuberkulosis yang kebanyakan didapatkan TBC Paru yang tinggi di Asia Tenggara,
pada usia 1-3 tahun. Sedangkan yang Afrika, Amerika latin, dan Karibia.
disebut tuberkulosis post primer g. Setiap individu yang tinggal di institusi
(reinfection) adalah peradangan jaringan (misalnya fasilitas perawatan jangka
paru karena terjadi penularan ulang yang panjang, institusi psikiatrik dan penjara)
mana didalam tubuh terbentuk kekebalan h. Individu yang tinggal di daerah
spesifik terhadap basil tersebut. perumahan substandar kumuh.
3. Proses Penularan i. Petugas Kesehatan.
Tuberkulosis tergolong airborne disease j. Resiko tertular Tuberkulosis Paru juga
yakni penularan melalui droplet nuclei tergantung banyaknya organisme yang
yang dikeluarkan ke udara oleh individu terdapat diudara. (Brunner dan Suddarth
terinfeksi dalam fase aktif.setiapkali 2002)
penderita ini batuk dapat mengeluarkan 1. Patofisiologi
3000 droplet nuclei. Penularan umumnya Kuman Mikrobacterium Tuberkulosis
terjadi didalam ruangan droplet nuclei Paru masuk kedalam tubuh melalui saluran
dapat tinggal diudara dalam waktu lebih pernafasan, saluran pencernaan, dan luka
lama.dibawah sinar matahari langsung terbuka pada kulit, kebanyakan infeksi
basil tuberkel mati dengan cepat tetapi Tuberkulosis Paru terjadi melalui udara (air
dalam ruang yang gelap, lembab dapat borne), yaitu melalui inhalasi droplet yang
bertahan sampai beberapa jam. mengandung kuman-kuman basil tuberkel
Dua faktor penentu keberhasilan yang berasal dari orang yang terinfeksi.
pemaparan Tuberkulosis pada individu (Bahar, 2008)
baru yakni konsentrasi droplet nuclei Basil Tuberkel yang mencapai
dalam udara dan panjang waktu individu permukaan alveolus biasanya diinhalasi
bernapas dalam udara yang terkontaminasi terdiri dari satu sampai tiga gumpalan basil
tersebut.disamping daya tahan tubuh yang yang lebih besar cenderung tertahan di
bersangkutan, Meskipun terdapat berbagai saluran hidung dan cabang besar bronkus
jenis basil,Namunbasil dan tidak menyebabkan penyakit.Setelah
Tuberkel(Mykrobakterium berada dalam ruang alveolus biasanya
Tuberkulosis)merupakan penyebab utama dibagian bawah lobus atau paru-paru, atau
dan Tuberkulosis Paru diseluruh Dunia. dibagian atas lobus bawah.Basil tuberkel ini
(John Crofton, 2007) membangkitkan reaksi peradangan.Leukosit
4. Penularan Dan Faktor-Faktor Resiko polimorfonuklear tampak pada tempat
Tuberkulosis Paru ditularkan secara tersebut dan memfagosit bakteria namun
langsung melalui kandungan kuman tidak membunuh organisme
Tuberkulosis di udara saat bercakap-cakap, tersebut.Sesudah hari-hari pertama maka
batuk dan bersin. (Andi Muhadir, 2010) leukosit diganti oleh makrofag.Alveoli yang
Individu yang beresiko tinggi untuk terserang akan mengalami konsolidasi dan
tertular Tuberkulosis Paru adalah: timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia
a. Mereka yang kontak langsung dengan seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya
seseorang yang menderita penyakit TBC sehingga tidak ada sisa yang tertinggal, atau
Paru aktif. proses dapat juga berjalan terus, dan bakteri
b. Individu imunosupresif (termasuk terus difagosit atau berkembang biak
lansia, pasien dengan kangker dan didalam sel. Basil juga menyebar melalui
mereka yang dalam terapi kostikosteroid getah bening menuju ke kelenjar bening
regional. Makrofag yang mengadakan

JKSHSK/Volume 1/Nomor 1/Juli 2016. 909-916


912

infiltrasi menjadi lebih panjang dan a. Gejala klinis Haemoptoe:


sebagian bersatu sehingga membentuk sel Kita harus memastikan bahwa perdarahan
tuberkel epiteloit, yang dikelilingi oleh dari nasofaring dengan cara membedakan
fosit. Reaksi ini biasanya membutuhkan ciri-ciri sebagai berikut :
waktu 10 sampai 20 hari.(Bahar, 2008) 1) Batuk darah. Darah dibatukkan dengan
2. Manifestasi Klinik rasa panas di tenggorokanDarah berbuih
Tuberkulosis sering dijuluki “the great bercampur Darah segar berwarna merah
imitator” yaitu suatu penyakit yang mudahDarah bersifat alkalisAnemia
mempunyai banyak kemiripan dengan kadang-kadang terjadi.
penyakit lain yang juga memberikan gejala 2) Muntah darah. Darah dimuntahkan
umum seperti lemah dan demam. Pada dengan rasa mualDarah bercampur sisa
sejumlah penderita gejala yang timbul tidak makanan Darah berwarna hitam karena
jelas sehingga diabaikan bahkan kadang- bercampur asam lambungDarah bersifat
kadang asimtomatik. asamAnemia sering terjadi.
Gambaran klinik TBC Paru dapat dibagi 3) Epistaksis. Darah menetes dari
menjadi 3 golongan: hidungBatuk pelan kadang keluarDarah
Gejala respiratorik meliputi: berwarna merah segarDarah bersifat
1) Batuk. Gejala batuk timbul paling dini alkalisAnemia jarang terjadi. (Rustam,
dan merupakan gangguan yang paling 2008)
sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat 3. Test Diagnostik
non produktif kemudian berdahak Foto thorax dengan atau tanpa literal
bahkan bercampur darah bila sudah ada merupakan pemeriksaan radiology standar.
kerusakan jaringan Karakteristik radiology yang menunjang
2) Batuk darah. Darah yang dikeluarkan diagnostik antara lain :
dalam dahak bervariasi, mungkin a. Bayangan lesi radiology yang terletak di
tampak berupa garis atau bercak-bercak lapangan atas paru.
darah, gumpalan darah atau darah segar b. Bayangan yang berawan (patchy) atau
dalam jumlah sangat banyak. Batuk berbercak (noduler)
darah terjadi karena pecahnya pembuluh c. Adanya kapias, tunggal atau ganda.
darah. Berat ringannya batuk darah d. Adanya klasifikasi.
tergantung dari besar kecilnya e. Kelainan yang bilateral, terutama bila
pembuluh darah yang pecah. terdapat dilapangan atas paru.
3) Sesak Napas. Gejala ini ditemukan bila f. Bayangan yang menetap atau relatif
kerusakan parenkim paru sudah luas menetap setelah beberapa minggu.
atau karena ada hal-hal yang menyertai g. Bayangan bilier.
seperti efusi pleura, pneumothorax. PemeriksaanBakteriologik(Sputum),ditemu
anemia dan lain-lain. kannyakuman Mycrobakterium
4) Nyeri dada. Nyeri dada pada TBC Paru Tuberkulosis dari dahak penderita
termasuk nyeri pleuritik yang ringan. memastikan Diagnosis Tuberkulosis Paru.
gejalaini timbul apabila sistem Pengambilan dahak yang benar sangat
persarafan di pleura terkena. penting untuk mendapatkan hasil yang
Gejala sistemik meliputi: sebaik-baiknya.Pada pemeriksaan
1) Demam. Merupakan gejala yang pertama.sebaiknya 3 kali pemeriksaan
sering dijumpai biasanya timbul pada dahak.Uji resistensi harus dilakukan apabila
sore dan malam hari mirip demam ada dugaan resistensi terhadap
influenza, hilang timbul dan makin pengobatan.Pemeriksaan sputum adalah
lama makin panjang serangannya diagnostik yang terpenting dalam program
sedang masa bebas serangan makin pemberantasan TBC Paru di Indonesia.
pendek. (Rustam, 2008)
2) Gejala sistemik lain. Gejala sistemik 4. Klasifikasi TBC Paru
lain ialah keringat malam, anoreksia, Klasifikasi TBC Paru dibuat berdasarkan
penurunan berat badan serta malaise. gejala klinik, bakteriologik, radiologik dan
Timbulnya gejala biasanya dalam riwayat pengobatan
beberapa minggu-bulan, akan tetapi sebelumnya.Klasifikasi ini penting karena
penampilan akut dengan batuk, panas, merupakan salah satu faktor determinan
sesak napas walaupun jarang dapat untuk menetapkan strategi terapi.
juga timbul menyerupai gejala Sesuai dengan program P2TBC Paru,
pneumonia. klasifikasi TBC Paru dibagi sebagai

JKSHSK/Volume 1/Nomor 1/Juli 2016. 909-916


913

berikut: gagal dengan dahak tetap positif.


a. TBC Paru Basil Tahan Asam (BTA) c. Kategori III : Kasus dengan dahak
Positif dengan kriteria: negatif tetapi kelainan parunya tidak
1) Dengan atau tanpa gejala klinik luas dan kasus TBC Paru diluar paru
2) BTA positif: mikroskopik positif selain yang disebut dalam kategori 1
2 kali, mikroskopik positif 1 kali d. Kategori IV : Tuberkulosis Kronik.
disokong biakan positif 1 kali 1) Panduan Obat Kategori I
atau disokong radiologik Dimulai dengan fase 2, obat diberikan
3) positif 1 kali tiap hari selama 2 bulan bila selama 2
4) Gambaran radiologik sesuai bulan dahak menjadi negatif maka
dengan TBC Paru. dimulai fase lanjutan. Bila setelah 2
b. TBC Paru BTA Negatif dengan bulan dahak masih tetap positif maka
kriteria: fase intensif diperpanjang 2-4 minggu
1) Gejala klinik dan gambaran lagi (dalam program P2TBC Paru
radilogik sesuai dengan TBC Paru Depkes memberikan 1 bulan dan
Aktif. dikenal sebagai obat sisipan),
2) BTA negatif, biakan negatif tetapi kemudian diteruskan dengan fase
radiologik positif. lanjutan tanpa melihat apakah dahak
c. Bekas TBC Paru dengan kriteria: sudah negatif atau belum. Fase
1) Bakteriologik (mikroskopik dan lanjutanya adalah 4 HR atau 4 H3R3.
biakan) negatif Pada penderita meningitis, TBC Paru
2) Gejala klinik tidak ada atau ada Milier, Spondiolitis dengan kelainan
gejala sisa akibat kelainan paru. neurologis, fase lanjutan diberikan
d. Radiologik menunjukkan gambaran lebih lama yaitu 6-7 bulan hingga total
lesi TBC Paru inaktif, menunjukkan pengobatan 8-9 bulan. Sebagai
serial foto yang tidak berubah. Ada panduan alternatif pada fase lanjutan
riwayat pengobatan OAT yang ialah 6 HE.
adekuat (lebih mendukung). 2) Panduan Obat Kategori II
5. Penatalaksanaan Medik Fase intensif dalam bentuk 2
Pemberian Obat Anti TBC (OAT). HRZE.Bila setelah fase intensif dahak
OAT harus di kombinasi sedikitnya 2 obat menjadi negatif maka diteruskan ke
yang bersifat Bakteroid dengan tujuan: fase lanjutan. Bila setelah 3 bulan
a. Membuat sputum positif menjadi dahak masih tetap positif maka fase
Negatif intensif diperpanjang 1 bulan lagi
b. Mencegah kekambuhan dengan dengan HRZE (juga dikenal sebagai
kegiatan sterilisasi obat sisipan) bila setelah 4 bulan
c. Menghilangkan atau mengurangi gejala dahak masih tetap positif maka
dan lesi melalui perbaikan daya tahan pengobatan dihentikan 2-3 hari, lalu
imunologi. periksa biakan dan uji resistensi
B. Tinjauan tentang Pengetahuan kemudian pengobatan diteruskan
Keteraturan dalam berobat. dengan fase lanjutan. Bila penderita
Untuk program Nasional Pemberantasan mempunyai data resisten sebelumnya
TBC Paru, WHO menganjurkan panduan dan ternyata kuman masih sensitif
obat sesuai dengan kategori penyakit. terhadap semua obat dan setelah fase
Kategori didasarkan urutan kebutuhan intensif dahak menjadi negatif maka
pengobatan. Untuk itu penderita dibagi fase lanjutan dapat diubah seperti
dalam 4 kategori sebagai berikut : kategori I dengan pengawasan
a. Kategori I : Kasus baru dengan ketat.Bila data menunjukan resistensi
dahak positif dan penderita dengan terhadap H atau R maka fase lanjutan
keadaan yang berat seperti Meningitis, harus diawasi dengan ketat.
TBC Paru milier, Perikarditis, 3) Panduan Obat Kategori III
peritonitis, pleuritis atau bilateral, TBC Paru BTA (-) dilakukan
spondiolitis dengan gangguan pengobatan dengan cara 2 HRZ = tiap
neurologis, penderita dengan dahak hari selama 2 bulan TBC Luar Paru
negatif tetapi kelainan parunya luas, dilakukan pengobatan
TBC Paru usus, TBC Paru saluran 4) 4 H3R3 = tiga kali seminggu selama
kemih. 4 bulan.
b. Kategori II : Kasus kambuh atau 5) Panduan Obat Kategori IV

JKSHSK/Volume 1/Nomor 1/Juli 2016. 909-916


914

Di Negara maju atau pengobatan secara saja maupun tertuju pada sekumpulan
individu, penderita dapat diberiakan obat obyek-obyek, dapat berlangsung lama
sesuai uji resisten atau obat lapis kedua atau sebentar, dan mengandung faktor
seperti quinolon,ethioamide, sikloserin, perasaan dan motivasi.
amikasin, kanamisin dan sebagainya. Selanjutnya Walgito (2010)
(Permatasari, 2008) mengemukakan tiga komponen yang
C. Tinjauan Umum Tentang Sikap membentuk struktur sikap yaitu :
1. Pengertian. 1. Komponen kognitif (komponen
Definisi sikap adalah derajat afek perseptual), yaitu komponen yang
positif atau afek negatif yang berkaitan dengan pengetahuan,
dikaitkan dengan suatu obyek pandangan, keyakinan, yaitu hal-
psikologis. Sikap adalah keadaan hal yang berhubungan dengan
mental dan syaraf dari kesiapan, yang bagaimana orang mempersepsi
diatur melalui pengalaman yang terhadap obyek sikap.
memberikan pengaruh dinamik atau 2. Komponen afektif (komponen
terarah terhadap respon individu pada emosional), yaitu komponen yang
semua obyek dan situasi yang berhubungan dengan rasa senang
berkaitan dengannya. Dari sini sikap atau tidak senang terhadap obyek
dapat digambarkan sebagai sikap. Rasa senang merupakan
kecenderungan subyek merespon suka hal yang positif, sedangkan rasa
atau tidak suka terhadap suatu obyek tidak senang adalah hal negatif.
(Wismato.B, 2009). 3. Komponen konatif (komponen
Sikap ini ditunjukkkan dalam perilaku, atau action component),
berbagai kualitas dan intensitas yang yaitu komponen yang
berbeda dan bergerak secara kontinyu berhubungan dengan
dari positif melalui areal netral ke arah kecenderungan bertindak atau
negatif. Kualitas sikap digambarkan berperilaku terhadap obyek sikap.
sebagai valensi positif menuju negatif, Perilaku yang nampak terhadap
sebagai hasil penilaian terhadap obyek suatu obyek tertentu setidaknya bisa
tertentu. Sedangkan intensitas sikap diramalkan melalui sikap yang
digambarkan dalam kedudukan diungkapkan oleh seseorang. Dalam
ekstrim positif atau negatif. Kualitas arti bahwa sikap seseorang bisa
dan intensitas sikap tersebut menentukan tindakan dan perilakunya.
menunjukkkan suatu prosedur Menurut Baltus, sikap kadang-kadang
pengukuran yang menempatkan sikap bisa diungkapkan secara terbuka
seseorang dalam sesuatu dimensi melalui berbagai wacana atau
evaluatif yang bipolar dari ekstrim percakapan, namun sering sikap
positif menuju ekstrim negatif ditunjukkan secara tidak langsung.
(Wismato.B, 2009). Sikap bisa muncul sebelum perilaku
Menyimak uraian sikap di atas tetapi bisa juga merupakan akibat dari
dapat dipahami bahwa sikap perilaku sebelumnya.
merupakan suatu bentuk evaluasi atau 2. Tingkatan Sikap
reaksi perasaan terhadap suatu obyek. a. Menerima (receiving)
Seseorang bersikap terhadap suatu Bahwa seseorang atau subyek mau
obyek dapat diketahui dari evaluasi dan memperhatikan stimulus yang
perasaannya terhadap obyek tersebut. diberikan (obyek)
Evaluasi perasaan ini dapat berupa b. Merespon (responding)
perasaan senang-tidak senang, Subyek memberikan jawaban apabila
memihak-tidak memihak, favorit– ditanya, mengerjakan dan
tidak favorit, positif–negatif. menyelesaikan tugas yang diberikan
Walgito (2010) mengemukakan yang berarti orang tersebut menerima
bahwa sikap adalah faktor yang ada ide sebagai stimulus.
dalam diri manusia yang dapat c. Menghargai (valuing)
mendorong atau menimbulkan Mengajak orang lain untuk
perilaku tertentu. Adapun ciri-ciri mengerjakan atau mendiskusikan
sikap yaitu: tidak dibawa sejak lahir, suatu masalah.
selalu berhubungan dengan obyek d. Bertanggung Jawab (responsible)
sikap, dapat tertuju pada satu obyek

JKSHSK/Volume 1/Nomor 1/Juli 2016. 909-916


915

Bertanggung jawab atas segala dengannya. Dari sini sikap dapat


sesuatu yang telah diperolehnya digambarkan sebagai kecenderungan
dengan segala resiko. Adapun sikap subyek merespon suka atau tidak suka
yang simaksud pada penelitian ini terhadap suatu obyek (Wismato.B,
adalah sikap perawat dalam 2009).
pelaksanaan pendokumentasian Walgito (2001) mengemukakan
asuhan keperawatan yang bahwa sikap adalah faktor yang ada
dikategorikan baik, cukup, kurang. dalam diri manusia yang dapat
mendorong atau menimbulkan
perilaku tertentu. Adapun ciri-ciri
Hasil Penelitian Dan Pembahasan sikap yaitu: tidak dibawa sejak lahir,
A. Pembahasan. selalu berhubungan dengan obyek
1. Pengetahuan Keteraturan berobat sikap, dapat tertuju pada satu obyek
terhadap terjadinya TB paru saja maupun tertuju pada sekumpulan
Berdasarkan hasil penelitian diatas obyek-obyek, dapat berlangsung lama
menunjukan dari 30 responden ada 20 atau sebentar, dan mengandung faktor
responden (66,6%) yang tidak putus perasaan dan motivasi.
berobat dan yang putus berobat Selanjutnya Walgito (2001)
terdapat 10 responden(33,3%). Hal ini mengemukakan tiga komponen yang
menunjukan bahwa masih banyak membentuk struktur sikap yaitu :
klien yang patuh terhadap penggunaan a. Komponen kognitif (komponen
obat TB Paru. perseptual), yaitu komponen yang
Oleh karena itu, pasien yang berkaitan dengan pengetahuan,
mengalami tuberculosis harus pandangan, keyakinan, yaitu hal-
melakukan pengobatan secara hal yang berhubungan dengan
menyeluruh dan tuntas. Pasien dengan bagaimana orang mempersepsi
pasien yang mengidap tuberculosis terhadap obyek sikap.
paru masih akan menulari orang lain b. Komponen afektif (komponen
setelah memulai pengobatan intensif emosional), yaitu komponen yang
2-3 bulan pengobatan akan berhubungan dengan rasa senang
mengurangi risiko menulari orang lain atau tidak senang terhadap obyek
(disarankan melakukan pengobatan sikap. Rasa senang merupakan
enam bulan). Hal ini sangat penting hal yang positif, sedangkan rasa
untuk menyelesaikan seluruh program tidak senang adalah hal negatif.
pengobatan, untuk menghindari Dengan sikap yang baik dan positip
penularan dan mencegah TBC muncul terhadap kejadian TB Paru akan
kembali atau menjadi komplikasi sangat mempengaruh kesembuhan
dengan penyakit lain. Pasien juga dari seoang panderita TB paru karena
dapat mengatur terapi fisik, latihan selalu memiliki dorongan dalam diri
pernapasan dan menambah kekebalan sesorang untuk selalu taat dan disiplin
tubuh dengan mengonsumsi dalam pengobatan TB Paru
suplemen.
2. Sikap klien terhadap penyakit
Tuberculosis Paru A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diatas Berdasarkanhasil penelitian dan
menunjukan dari 30 responden ada 16 pembahasan yang telah dilakukan pada
responden (53,3%) yang memiliki penelitian ini, yang berlangsung pada
sikap baik dan yang memilki sikap tanggal 17 Juli s/d 20 Juli 2014 diruang
kurang baik terdapat 14 responden perawatan I dan II Rumah Sakit Islam
(46,7%). Hal ini dapat menunjukan Faisal Makassar dapat di simpulkan
bahwa klien memiliki sikap yang sebagai berikut:
positp terhadap terjadinya TB Paru. 1. Gambaran pengetahuan keteraturan
Sikap adalah keadaan mental dan berobat klien terhadap terjadinya
syaraf dari kesiapan, yang diatur penyakit Tuberculosis Paru di Rumah
melalui pengalaman yang memberikan Sakit Islam Faisal Makassar, adalah
pengaruh dinamik atau terarah baik, teratur dan tidak putus obat
terhadap respon individu pada semua terdapat (66,7%)
obyek dan situasi yang berkaitan

JKSHSK/Volume 1/Nomor 1/Juli 2016. 909-916


916

2. Gambaran sikap klien terhadap Tjandra Yoga Aditama,2010Penanggulangan


terjadinya penyakit Tuberculosis Paru Tuberculosis Paru, UI,
di RS. Islam Faisal Makassar adalah Jakarta.Http://www. Medistore. Com.
baik terdapat (53,3%) Online TBC Paru.Diakses mei 2014.
www. Riset TBC Paru Di Indonesia. Com.
Diakses Mei 2014.

DAFTAR PUSTAKA

Anonym. 2008. Prevalence and Incidence of


Tuberculosis,(Cureresearch), Available
from:http://www.cureresearch.com/
Tuberculosis/ Prevalence.htm. diakses
26 Mei 2014
Amin, Z., Bahar, A. 2008. BAB 242
Tuberkulosis Paru in: Sudoyo, Aru
(eds)
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi IV
Jilid II : 988-993.
Ahmad A.K. Muda, 2008, Kamus Lengkap
Kedokteran, Edisi revisi, Gita Media
Press, Surabaya.
Andi Muhadir, 2009, Panduan Berhaji Sehat,
edisi 3, DEPKES RI, jakarta
Arief Mansjoer, dkk 2007. Kapita Selekta
Kedokteran. Media Aesculapius.Jakarta.
Bagus Wismato, 2009. Pengaruh Sikap
Terhadap Perilaku Kajian Meta Analisa
Korelasi,(Online),
(http://www.unika.ac.id/fakultas/psikolo
gi/artikel/diakses 2 Mei 2014).
Brunner dan Suddarth 2009, Keperawatan
Medikal Bedah, Vol 1, EGC, Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.2008. Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi 2.
Cetakan Kedua.
John crofton 2010Tuberculosis Klinis edisi 2,
Widya Medika, Jakarta.
Muh. Rustam 2008Gambaran faktor-faktor
yang mempengaruhi kejadian TBC
Paru, Fakultas kedokteran UNHAS
Makassar.
Nursalam, 2008. Konsep Dan Penerapan
Metodologi Penelitian Dan Ilmu
KeperawatanEdisi 1,salemba medika
Jakarta.
Permatasari,A.2008.Pemberantasan Penyakit
TB Paru dan Strategi DOTS.
Bagian Paru, Fakultas Kedokteran USU
Medan.
Soekidjo Notoatmodjo, 2008 Metodologi
Penelitian Kesehatan, Rineka cipta,
Jakarta.
______________2007,promosi kesehatan dan
ilmu perilaku, Rineka cipta, Jakarta.

JKSHSK/Volume 1/Nomor 1/Juli 2016. 909-916

Anda mungkin juga menyukai