Oleh :
Kelompok 14
Andre Wijaya (1502120907)
Haryanto
Rio
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Riau
2018/2019
Statement of Authorship
Saya/ kami yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa RMK/ makalah/ tugas
terlampir adalah murni hasil pekerjaan saya/ kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain
yang saya/ kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.
Materi ini tidak/ belum pernah disajikan/ digunakan sebagai bahan untuk makalah/ tugas
pada mata ajaran lain kecuali saya/ kami menyatakan dengan jelas bahwa saya/ kami
menggunakannya.
Saya/ kami memahami bahwa tugas yang saya/ kami kumpulkan ini dapat diperbanyak
dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.
Mahasiswa Mahasiswa
Mahasiswa
(Rio)
STANDAR PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA (SPKN)
1. Dasar Hukum
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara ditetapkan dengan Peraturan BPK Nomor 1 Tahun 2007
yang berlaku sejak 7 Maret 2007 sebagai amanat undang undang yang ada. Adapun yang terdapat
didalam peraturan badan pemeriksaan keuangan negara terdapat 7(tujuh) standar pemeriksaan:
1. Standar umum
2. Standar pelaksanaan pemeriksaan keuangan
3. Standar pelaporan pemeriksaan keuangan
4. Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja
5. Standar Pelaporan Pemeriksaan Kinerja
6. Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu
7. Standar Pelaporan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu
SPKN ini berlaku untuk semua pemeriksaan yang dilaksanakan terhadap entitas, program,
kegiatan serta fungsi yang berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan dan tanggung jawab
Keuangan Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan. SPKN berlaku bagi BPK atau
akuntan publik serta pihak lain yang diberi amanat untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara untuk dan atas nama BPK. SPKN juga dapat menjadi acuan bagi
aparat pengawasan internal pemerintah maupun pihak lain dalam penyusunan standar pengawasan
sesuai kedudukan, tugas, dan fungsinya.
2. Kerangka Institusional
Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara juga merupakan salah satu unsur
penting dalam rangka terciptanya akuntabilitas publik. Tujuan SPKN adalah untuk menjadi ukuran
mutu bagi para pemeriksa dan organisasi pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan atas
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
Pemeriksaan Pengeloaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dalam rangka mewujudkan
akuntabilitas publik adalah bagian dari reformasi bidang keuangan negara yang dimulai sejak
tahun 2003. Pengertian pengelolaan dan tanggung jawab Keuangan Negara mencakup
akuntabilitas yang harus diterapkan semua entitas oleh pihak yang melakukan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara. Akuntabilitas diperlukan untuk dapat mengetahui pelaksanaan
program yang dibiayai dengan keuangan negara, tingkat kepatuhannya terhadap ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta untuk mengetahui tingkat kehematan, efisiensi,
dan efektivitas dari program tersebut.
Setiap pemeriksaan dimulai dengan penetapan tujuan dan penentuan jenis pemeriksaan yang akan
dilaksanakan serta standar yang harus diikuti oleh pemeriksa. Jenis pemeriksaan yang diuraikan
dalam SPKN meliputi: pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan
tujuan tertentu.
Pemeriksaan keuangan adalah pemeriksaan atas laporan keuangan, yaitu laporan keuangan
pemerintah pusat, kementerian Negara/lembaga, dan pemerintah daerah serta laporan keuangan
BUMN/BUMD. Pemeriksaan keuangan ini dilakukan oleh BPK dalam rangka memberikan
pernyataan pendapat (opini) tentang tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan pemerintah. Pemeriksaan kinerja, adalah pemeriksaan atas aspek ekonomi dan efisiensi,
serta pemeriksaan atas aspek efektivitas yang lazim dilakukan bagi kepentingan manajemen oleh
aparat pengawasan intern pemerintah.
Tujuan pemeriksaan kinerja adalah untuk mengidentifikasikan hal-hal yang perlu menjadi
perhatian lembaga perwakilan dan untuk pemerintah, pemeriksaan kinerja dimaksudkan agar
kegiatan yang dibiayai dengan keuangan negara/daerah diselenggarakan secara ekonomis dan
efisien, serta memenuhi sasarannya secara efektif.Pemeriksaan dengan tujuan tertentu, adalah
pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan khusus, di luar pemeriksaan keuangan dan
pemeriksaan kinerja. Termasuk dalam pemeriksaan tujuan tertentu ini adalah pemeriksaan atas
hal-hal lain yang berkaitan dengan keuangan dan pemeriksaan investigatif.
a) Posisi, Tugas dan Fungsi BPK berdasarkan UUD 1945
BPK adalah sebuah badan independen yang dibentuk oleh pemerintah sebagai lembaga pemeriksa
keuangan negara dan mengaudit keuangan pejabat, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah.
Lembaga kontrol ini bila berjalan sesuai dengan fungsinya yang akan memberikan efek yang yang
sangat positif baik di tingkat masyarakat intern atau masyarakat ekstern yang pada akhirnya akan
menciptakan kesejahteraan rakyat. Kontrol yang baik dan kontinue akan dapat meminimalisir
penyalahgunaan keuangan dan mencegah gejala korupsi di semua level sehingga dana yang
diproyeksikan untuk kesejahteraan rakyat dapat tersalurkan sesuai jalurnya. Sementara di sisi lain,
efektitifitas kinerja lembaga ini akan menarik minat investor untuk melakukan investasi di
Indonesia. Ketika investasi masuk, geliat ekonomi bangkit, full employment terwujud, PDB
meningkat, dan kesejahteraan rakyat akan tercipta.
Mengingat kedudukan BPK yang sangat signifikan dalam tata kelola keuangan negara untuk
mewujudkan kesejahteraan rakyat, maka sesuai dengan isi Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004
tentang Pemeriksaan Pengelolaan Tanggung Jawab Keuangan Negara, BPK memiliki peran dan
fungsi penting, yaitu untuk melakukan pemeriksaan atas laporan keuangan dan kinerja pemerintah
(Pasal 4). BPK juga dapat melakukan pemeriksaan secara bebas dan mandiri, meliputi penentuan
obyek pemeriksaan, perencanaan dan pelaksanaan pemeriksaan, penentuan waktu dan metode
pemeriksaan, serta penyusunan dan penyajian laporan pemeriksaan (pasal 6). Kendati dalam
penentuan standar pemeriksaan BPK melakukan konsultasi dengan pemerintah, tetapi dalam
pelaksanaan pemeriksaan, BPK lebih independen dan relatif jauh dari konflik kepentingan.
Sementara Pasal 23 E ayat (1) hasil amandemen UUD 1945 memberi peran strategis kepada BPK,
yaitu memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara melalui suatu badan pemeriksa
keuangan yang bebas dan mandiri. Sebagai institusi resmi pemeriksa eksternal independen,
keberadaan BPK diakui secara konstitusional dan perannya direvitalisasi menjadi lembaga negara
yang sejajar dengan MPR, DPR, DPD, Presiden dan
MA.
Banyak faktor pendukung penguatan peran BPK di masa yang akan datang. UU Nomor 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara, UU Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan UU
Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
merupakan landasan-landasan yuridis produk terbaru era reformasi yang semakin memperluas dan
memperkuat kewenangan dan fungsi BPK. Kalau sebelumnya objek pemeriksaan oleh BPK lebih
ditekankan pada pemeriksaan kewajaran laporan keuangan oleh Pemerintah Daerah, maka ke
depan menyangkut seluruh obyek pemeriksaan dari pusat sampai ke daerah yaitu Pemerintah
Daerah dan BUMD. Tidak saja sisi pengelolaan keuangannya, tetapi juga kinerja dan audit
investigasi dalam rangka lebih mengakomodasi laporan-laporan masyarakat.
Secara umum BPK bertugas untuk memeriksa seluruh unsur keuangan negara, baik pusat maupun
daerah, yang mencakup: Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha
Milik Daerah (BUMD), Bank Indonesia (BI), Badan Hukum Milik Negara (BHMN), Badan
Layanan Umum (BLU), dan badan lain yang ada kepentingan keuangan negara di dalamnya.
b) Struktur Organisasi BPK
Struktur Organisasi BPK diatur berdasarkan Keputusan Ketua BPK Nomor 34/K/I-VIII.3/6/2007
tanggal 15 Juni 2007, sebagaimana pada uraian berikut:
BPK terdiri dari 1 orang ketua merangkap anggota, 1 orang wakil ketua merangkap anggota, dan
7 orang anggota BPK. Dalam organisasi BPK, 7 orang anggota ini dibagi untuk melakukan
pembinaan atas suatu lingkup pemeriksaan. BPK dibantu oleh satu sekretariat Jenderal, satu
Direktorat Utama Perencanaan, Evaluasi, Pengembangan, dan pendidikan dan latihan pemeriksaan
keuangan negara, serta satu Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan Hukum
Pemeriksaan Keuangan Negara, dan 7 Auditorat Utama Keuangan Negara.
Visi BPK RI adalah: Menjadi lembaga pemeriksa keuangan negara yang bebas, mandiri, dan
profesional serta berperan aktif dalam mewujudkan tata kelola keuangan negara yang akuntabel
dan transparan.
Misi BPK RI adalah: Memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara dalam rangka
mendorong terwujudnya akuntabillitas dan transparansi keuangan negara, serta berperan aktif
dalam mewujudkan pemerintahan yang baik, bersih dan transparan.
d. Tugas BPK
Tugas BPK yang pokok yaitu :
1. Melakukan Pemeriksaan keuangan negara yang dilakukan ini mencakup keuangan pada :
Pemerintah Pusat
Pemerintah Daerah
Lembaga Negara lainnya
Bank Indonesia
Badan Usaha Milik Negara
Badan Layanan Umum
Badan Usaha Milik Daerah
Lembaga atau badan lain yang melakukan pengolahan keuangan negara seperti Mahkamah Agung
Setiap lembaga yang tercantum berdasarkan undang-undang tentang pemeriksaan pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara.
Memberikan hasil pada DPR
2. Badan Pemeriksa Keuangan memeriksa semua pelaksanaan APBN yaitu :
Memeriksa tanggung jawab pada pemerintah yang mengenai keuangan Negara
Melakukan pemeriksaan terhadap semua pelaksanaan APBN
Pelaksanaan pemerintah yang dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan UU
Hasil pemeriksaan BPK diberitahuan kepada DPR, DPD, dan DPRD
3. Melaporkan unsur pidana yang ditemukan
BPK bertugas untuk melakukan pelaporan kepada instansi yang berwenang, yang disesuaikan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan paling lama 1 (satu) bulan sejak diketahui adanya unsur pidana
tersebut. Hal tersebut dimaksudkan untuk dijadikan dasar penyidikan oleh pejabat penyidik yang
berwenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Dari tugas BPK yang disebutkan di atas, terdapat fungsi BPK sebagai lembaga tinggi negara yaitu :
Melakukan pengkajian, pada penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan keuangan dan
pembangunan
Perumusan dan pelaksanaan dalam kebijakan terhadap pengawasan keuangan dan pembangunan
Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas
Melakukan pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan pengawasan
keuangan yang berjalan pada pemerintahan Indonesia.
Badan Pemeriksa Keuangan Indonesia memiliki wewenang BPK yang berlaku, sebagian besarnya adalah
sebagai berikut :
Melakukan penetapan terhadap objek pemeriksaan, perencanaan dan pelaksanaan
pemeriksaan, baik dalam menentukan waktu dan metode pemeriksaan yang digunakan serta
menyusun dan menyajikan laporan pemeriksaan
Menetapkan jenis dokumen, data, serta informasi tenang pengelolaan keuangan dan juga
tanggung jawab keuangan negara yang wajib disampaikan kepada BPK
Melakukan pemeriksaan terhadap tempat penyimpanan uang dan barang milik negara.
Pemeriksaan di tempat pelaksanaan kegiatan, pembukuan dan tata usaha keuangan negara, serta
pemeriksaan terhadap perhitungan yang dilakukan, surat-surat, bukti-bukti, rekening koran,
pertanggungjawaban, dan daftar lainnya yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara.
Didalam peraturan badan pemeriksaan keuangan negara terdapat 7 (tujuh) standar pemeriksaan:
1. Standar Umum
Standar umum memberikan kerangka dasar untuk dapat menerapkan standar pelaksanaan dan
standar pelaporan secara efektif yang dijelaskan pada pernyataan standar berikutnya. Dengan
demikian, standar umum ini harus diikuti oleh semua pemeriksa dan organisasi pemeriksa yang
melakukan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara.
Beberapa standar umum yang termuat dalam PSP Nomor 01 sebagai berikut:
a. Pemeriksa secara kolektif harus memiliki kecakapan profesional yang memadai untuk
melaksanakan tugas pemeriksaan,
b. Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan
pemeriksa, harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern, dan
organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya,
c. Dalam pelaksanaan pemeriksaan serta penyusunan laporan hasil pemeriksaan, pemeriksawajib
menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama,
d. Setiap organisasi pemeriksa yang melaksanakan pemeriksaan berdasarkan SPKN harus memiliki
sistem pengendalian mutu yang memadai, dan sistem pengendalian mutu tersebut harus direviu
oleh pihak lain yang kompeten (pengendalian mutu ekstern).
Untuk pemeriksaan keuangan, SPKN memberlakukan tiga pernyataan standar pekerjaan lapangan
SPAP yang ditetapkan IAI, berikut ini:
a. Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan tenaga asisten harus
disupervisi dengan semestinya,
b. Pemahaman yang memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit
dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan,
c. Bukti audit yang kompeten harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan,
dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang
diaudit.
Untuk pemeriksaan keuangan, SPKN memberlakukan empat standar pelaporan SPAP yang
ditetapkan IAI berikut ini:
a. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau prinsip akuntansi yang lain yang berlaku secara
komprehensif (PSAP),
b. Laporan auditor harus menunjukkan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi
dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip
akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya,
c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan
lain dalam laporan audit,
d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara
keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat
secara keseluruhan tidak dapat diberikan maka alasannya harus Standar Pelaporan Pemeriksaan
Keuangan dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, laporan
auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika
ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul auditor.
SPKN juga memberikan 6 (enam) standar pelaporan tambahan.
Untuk pelaksanaan pemeriksaan kinerja, SPKN memberikan beberapa standar sebagai berikut:
a. Pekerjaan harus direncanakan secara memadai,
b. Staf harus disupervisi dengan baik,
c. Bukti yang cukup, kompeten, dan relevan harus diperoleh untuk menjadi dasar yang memadai
bagi temuan dan rekomendasi pemeriksa,
d. Pemeriksa harus mempersiapkan dan memelihara dokumen pemeriksaan dalam bentuk kertas
kerja pemeriksaan. Dokumen pemeriksaan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan
pelaporan pemeriksaan harus berisi informasi yang cukup untuk memungkinkan pemeriksa yang
berpengalaman tetapi tidak mempunyai hubungan dengan pemeriksaan tersebut dapat memastikan
bahwa dokumen pemeriksaan tersebut dapat menjadi bukti yang mendukung temuan, simpulan,
dan rekomendasi pemeriksa.
Untuk pelaporan pemeriksaan kinerja, SPKN memberikan beberapa standar sebagai berikut:
a. Pemeriksa harus membuat laporan hasil pemeriksaan untuk mengkomunikasikan setiap hasil
pemeriksaan,
b. Laporan hasil pemeriksaan harus mencakup:
1) pernyataan bahwa pemeriksaan dilakukan sesuai dengan SPKN,
2) tujuan, lingkup, dan metodologi pemeriksaan,
3) hasil pemeriksaan berupa temuan pemeriksaan, simpulan, dan rekomendasi,
4) tanggapan pejabat yang bertanggung jawab atas hasil pemeriksaan,
5) pelaporan informasi rahasia apabila ada,
6) Pernyataan bahwa Pemeriksaan Dilakukan Sesuai dengan SPKN.
c. Laporan hasil pemeriksaan harus tepat waktu, lengkap, akurat, obyektif, meyakinkan, serta jelas,
dan seringkas mungkin,
d. Laporan hasil pemeriksaan diserahkan kepada lembaga perwakilan, entitas yang diperiksa, pihak
yang mempunyai kewenangan untuk mengatur entitas yang diperiksa, pihak yang bertanggung
jawab untuk melakukan tindak lanjut hasil pemeriksaan, dan kepada pihak lain yang diberi
wewenang untuk menerima laporan hasil pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Untuk pemeriksaan dengan tujuan tertentu, SPKN memberlakukan dua pernyataan standar
pekerjaan lapangan perikatan/penugasan atestasi SPAP yang ditetapkan IAI berikut ini:
a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan
semestinya,
b. Bukti yang cukup harus diperoleh untuk memberikan dasar rasional bagi simpulan yang
dinyatakan dalam laporan.
SPKN juga memberi 5 (lima) standar pelaksanaan tambahan.
Untuk pemeriksaan dengan tujuan tertentu, SPKN memberlakukan empat pernyataan standar
pelaporan perikatan/penugasan atestasi dalam SPAP yang ditetapkan IAI sebagai berikut:
a. Laporan harus menyebutkan asersi yang dilaporkan dan menyatakan sifat perikatan atestasi yang
bersangkutan,
b. Laporan harus menyatakan simpulan praktisi mengenai apakah asersi disajikan sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan atau kriteria yang dinyatakan dipakai sebagai alat pengukur,
c. Laporan harus menyatakan semua keberatan praktisi yang signifikan tentang perikatan dan
penyajian asersi,
d. Laporan suatu perikatan untuk mengevaluasi suatu asersi yang disusun berdasarkan kriteria yang
disepakati atau berdasarkan suatu perikatan untuk melaksanakan prosedur yang disepakati harus
berisi suatu pernyataan tentang keterbatasan pemakaian laporan hanya oleh pihak-pihak yang
menyepakati kriteria atau prosedur tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara.
2. http://wiraswadesi.wordpress.com/2011/10/25/standar-pemeriksaan-keuangan-negara/
3. http://akuntanmaniak.blogspot.com/2010/11/standar-pemeriksaan-keuangan-negara.html?m=1
4. www.bpk.go.id
5. www.google.com
6. http://wine-homework.blogspot.com/2011/10/standar-pemeriksaan-keuangan-negara.html?m=1
7. http://auditkeuangannegararmk.blogspot.com/2014/11/