Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Keperawatan, Volume X, No.

2, Oktober 2014 ISSN 1907 - 0357

PENELITIAN
ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN
GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA
SAWIT
Merah Bangsawan*, Holidy Ilyas*

Hasil survey di pabrik es di Jakarta menunjukkan terdapat gangguan pendengaran pada 50% karyawan disertai
peningkatan ambang dengar sementara sebesar 5-10 dB, karyawan yang telah bekerja terus-menerus selama 5-10
tahun (Hendarmin, 2005). Hasil penelitian Hatta, dkk (2010) di Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PTPN 7
diperoleh hasil, dari 17 sampel terdapat 9 orang merasakan keluhan gangguan pendengaran subjektif (53%),
bahkan dapat menyebabkan kehilangan pendengaran yang sifatnya permanen. Berdasarkan permasalahan
tersebut, tujuan penelitian adalah untuk menguji karakteristik pekerja (umur, lama kerja, dan penggunaan APP)
terhadap gangguan ketulian pekerja pabrik kelapa sawit unit usaha Rejosari PTPN VII Kecamatan Natar,
Lampung Selatan tahun 2012. Desain penelitian cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini total
populasi yaitu 34 orang pekerja pabrik. Penelitian dilaksanakan dari bulan Nopember - bulan Desember 2012.
Uji hipotesis digunakan adalah Chi-Square test (  = 0,05). Hasil uji hipotesis hubungan antara umur terhadap
gangguan ketulian ternyata p value = 0,023, lama kerja terhadap gangguan ketulian p value = 0,002, dan antara
penggunaan APP terhadap gangguan ketulian pvalue 0,031, sehingga p value < 0,05 yang berarti semua variabel
yang diteliti menunjukkan ada hubungan yang signifikan terhadap gangguan ketulian pekerja pabrik kelapa sawit
unit usaha Rejosari.

Kata Kunci: Umur, Lama Kerja, Ketulian

LATAR BELAKANG dan Eropa terpapar bising 85 dB atau lebih.


Ketulian yang terjadi dalam industri
Kegiatan hygiene perusahaan,
menempati urutan pertama daftar penyakit
argonomi, kesehatan dan keselamatan
akibat kerja di Amerika dan Eropa. Di
kerja yang mengupayakan terciptanya
Amerika lebih dari 5,1 juta pekerja
tempat kerja yang aman, nyaman dan
terpajan bising dengan intensitas lebih dari
higienis serta tenaga kerja sehat, selamat
85 dB. Di Polandia diperkirakan 600.000
dan produktif semakin dibutuhkan. Dalam
dari 5 juta pekerja industri mempunyai
hubungan dengan industri, faktor yang
resiko terpajan bising, dengan perkiraan
paling berbahaya bagi keutuhan faal
25% dari jumlah yang terpajan terjadi
pendengaran ialah suara bising (noise).
gangguan pendengaran. Seluruh penyakit
Bising industri sudah lama merupakan
akibat kerja dapat diidentifikasi penderita
masalah yang sampai sekarang belum bisa
tuli akibat bising lebih dari 36 kasus baru
ditanggulangi secara baik, sehingga
dari 100.000 pekerja setiap tahun
menjadi ancaman serius bagi pendengaran
(http://www.sumeks.co.id).
para pekerja, karena dapat menyebabkan
Di Indonesia penelitian tentang
kehilangan pendengaran yang sifatnya
gangguan pendengaran akibat bising telah
permanen. Di pihak industri, bising dapat
banyak dilakukan sejak lama. Survey yang
menyebabkan kerugian ekonomi, karena
dilakukan oleh Hendarmin (2005)
biaya ganti rugi, untuk dapat mencegahnya
Manufacturing Plant Pertamina dan dua
diperlukan pengawasan terhadap pabrik
dan pemeriksaan pendengaran para pekerja pabrik es di Jakarta mendapatkan hasil
secara berkala (http://www.linkpdf.com). gangguan pendengaran pada 50% jumlah
karyawan disertai peningkatan ambang
Bising lingkungan kerja merupakan
dengar sementara sebesar 5-10 dB pada
masalah utama pada kesehatan kerja di
karyawan yang telah bekerja terus-menerus
berbagai negara. Sedikitnya 7 juta orang
35% dari total populasi industri di Amerika selama 5-10 tahun.

[251]
Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN 1907 - 0357

Gangguan pendengaran akibat terdapat 9 orang merasakan keluhan


bising adalah penurunan pendengaran tipe gangguan pendengaran subjektif (53%).
sensorineural, yang pada awalnya tidak Hasil survei awal peneliti di Pabrik
disadari, karena belum mengganggu kepala sawit PTPN 7 Kecamatan Natar
percakapan sehari-hari. Sifat gangguannya Lampung Selatan diperoleh hasil yang
adalah tuli sensorineural tipe koklea dan menunjukkan intensitas kebisingan di
umumnya terjadi pada kedua telinga. empat lokasi kerja yaitu: kamar biji = 90
Faktor resiko yang berpengaruh pada dB, kamar mesin = 95 dB, kamar mesin
derajat parahnya ketulian ialah intensitas boiler = 92 dB, serta stasiun klasifikasi =
bising, frekuensi, lama pajanan perhari, 24 dB. Faktor risiko yang berpengaruh
lama masa kerja, kepekaan individu, umur pada derajat parahnya ketulian ialah
dan faktor lain yang dapat berpengaruh. intensitas bising, frekuensi, lama pajanan
Berdasarkan hal tersebut bahwa jumlah perhari, lama masa kerja, kepekaan
pajanan energi bising yang diterima akan individu, umur dan faktor lain yang dapat
sebanding dengan kerusakan didapat berpengaruh. Berdasarkan hal tersebut
(http://repository.usu.ac.id). dapat dimengerti bahwa jumlah pajanan
Bising menimbulkan berbagai energi bising yang diterima akan
gangguan kesehatan secara umum, antara sebanding dengan kerusakan yang didapat.
lain gangguan pendengaran, gangguan Berdasarkan uraian tersebut peneliti
fisiologi serta gangguan psikologi. tertarik melakukan analisis karakteristik
Gangguan fisiologi dapat berupa pekerja terhadap gangguan ketulian
peningkatan tekanan darah, percepatan pekerja pabrik kelapa sawit unit usaha
denyut nadi, peningkatan metabolisme Rejosari PTPN 7 Kecamatan Natar,
basal, vasokonstriksi pembuluh darah, Lampung Selatan tahun 2012. Penelitian
penurunan peristaltik usus serta ini berguna untuk nenurunkan angka
peningkatan ketegangan otot. Efek gangguan pendengaran, sehingga akan
fisiologi tersebut disebabkan oleh berdampak pada pengurangan biaya atau
peningkatan rangsangan sistem syaraf cost untuk penanganan ketulian karyawan,
otonom. Gangguan psikologi dapat berupa karena kebisingan di lingkungan kerja.
stress tambahan apabila bunyi tersebut Tujuan penelitian ini untuk
tidak diinginkan dan mengganggu, mengetahui karakteristik pekerja terhadap
sehingga menimbulkan perasaan tidak gangguan ketulian pekerja pabrik kelapa
menyenangkan dan melelahkan. Hal sawit unit usaha Rejosari PTPN 7
tersebut diatas dapat menimbulkan sulit Kecamatan Natar, Lampung Selatan.
tidur, emosional, gangguan komunikasi
dan gangguan konsentrasi yang secara METODE
tidak langsung dapat membahayakan Penelitian ini menggunakan desain
keselamatan (http://repository.usu.ac.id). cross sectional, untuk mendapatkan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh gambaran yang akurat dari sejumlah
Hatta (2010) di Pabrik Pengolahan Kelapa karakteristik masalah yang diteliti.
Sawit Unit Rejosari PTPN 7 diperoleh Penelitian dilakukan di pabrik kelapa sawit
hasil bahwa, pada stasiun klasifikasi dari 3 unit usaha Rejosari PTPN 7, Kecamatan
orang sampel sebanyak 1 orang merasakan Natar, Kabupaten Lampung Selatan.
keluhan gangguan pendengaran subyektif Waktu penelitian di mulai pada bulan
(33%). Pada kamar mesin dari 3 orang Nopember 2012 sampai dengan bulan
sampel sebanyak 2 orang merasakan Desember 2012
keluhan gangguan pendengaran subjektif Populasi adalah pekerja yang bekerja
(66%). Pada mesin boiler dari 8 orang di pabrik kelapa sawit unit usaha Rejosari,
sampel sebanyak 6 orang merasakan PTPN 7, Kecamatan Natar, Lampung
keluhan gangguan pendengaran subyektif Selatan. Adapun sampel adalah total
(80%). Keseluruhan dari 17 sampel populasi yaitu semua pekerja pabrik kelapa
[252]
Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN 1907 - 0357

sawit unit usaha Rejosari PTPN 7 HASIL


Kecamatan Natar, Lampung Selatan yang
berjumlah 34 orang yaitu pekerja di Analisis Univariat
Stasiun Boiler 11 orang, Stasiun
Klarafikasi 7 orang, Kamar Mesin 5 orang, Tabel 1: Distribusi Responden berdasarkan
Stasiun Houstingcrane 5 orang, dan Pabrik Umur
Biji 6 orang.
Instrumen pengumpulan data yang Umur f %
digunakan berupa lembar kuisioner tentang Tua ( > 40 Tahun ) 23 67,6
analisis karakteristik pekerja terhadap Muda ( < 40 Tahun ) 11 32,4
gangguan ketulian pada pabrik kelapa Total 34 100,0
sawit PTPN 7 Natar Kabupaten Lampung
Selatan yang dibagikan langsung kepada Dari tabel di atas didapatkan bahwa
responden penelitian sebagaian besar responden berumur diatas
Pengumpulan data dilakukan dengan 40 tahun 23 orang (67,6 %) dari 34 orang
cara menyebarkan kuesioner kepada pekerja pabrik.
responden secara langsung. Setelah
mengisi lembar persetujan peneliti dan Tabel 2: Distribusi Responden berdasarkan
dibantu oleh asisten sinder dan mandor Lama Kerja
melakukan wawancara langsung kepada
responden. Waktu pengambilan data Lama Kerja f %
dilakukan pada saat para pekerja Lama ( > 10 Tahun ) 11 32,4
beristirahat pada shift pagi dilakukan pada Baru ( < 10 Tahun ) 23 67,6
saat makan siang dan istirahat pukul 12.00- Total 34 100,0
13.00 WIB dan pada shift siang pada pukul
18.00-19.00 WIB. Setelah semua lembar Dari tabel diatas didapatkan bahwa
kuesioner selesai maka lembar kuesioner sebagaian besar responden yang bekerja di
dikumpulkan pada hari itu juga untuk pabrik kelapa sawit unit usaha Rejosari
kemudian dilakukan pengolahan data. kurang dari 10 tahun atau dalam kategori
Analisis data dilakukan dengan baru 10 tahun bekerja yaitu 23 orang (67,6
analisis univariat untuk mengetahui %) dari 34 orang pekerja.
proporsi karakteristik responden
berdasarkan umur, proporsi karakteristik Tabel 3: Distribusi Responden berdasarkan
responden berdasarkan masa kerja, dan menggunakan APP pada Saat
proporsi karakteristik responden Bekerja
berdasarkan alat pelindung pendengaran
(APP). Data penelitian secara keseluruhan Pemakaian APP f %
berskala kategorik, sehingga analisis
Tidak Pakai APP 16 47,1
univariat yang digunakan adalah distribusi
Memakai APP 18 52,9
frekuensi prosentase. Analisis bivariat
Total 34 100,0
dilakukan untuk menganalisis hubungan
antara variabel dependen dan independen
Dari tabel di atas didapatkan bahwa
yang keduanya merupakan variabel
sebagaian besar responden penelitian yang
kategorik, sehingga uji statistik yang
bekerja di pabrik kelapa sawit unit usaha
digunakan dalam penelitin ini adalah uji
Rejosari memakai atau menggunakan alat
statistik Chi Square, dengan tingkat
pelindung pendengaran (APP) pada saat
kepercayaan 95% dan α = 0,5, dengan
bekerja yaitu 18 orang (52,9 %) dari 34
bantuan perangkat lunak komputer.
orang pekerja.

[253]
Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN 1907 - 0357

Tabel 4: Distribusi Responden berdasarkan Tabel 6: Hubungan Antara Lama Kerja di


Timbulnya Gangguan Ketulian Pabrik Terhadap Gangguan
Ketulian
Kategori Gangguan f %
Ada Gangguan Tuli 14 41,2 Gangguan Ketulian
Lama
Tdk ada gangguan Tuli 20 58,8 Tdk Ada Ada Total
Kerja
f % f % f %
Total 34 100,0 Lama 9 81,8 2 18,2 11 100
Baru 5 21,7 18 78,3 23 100
Dari tabel di atas dapat dijelaskan Total 14 41,2 20 58,8 34 100
bahwa, sebagaian besar responden tidak p value 0,002
mengalami gangguan ketulian, yaitu 20 OR (95% CI) 16,200
orang (58,8 %) dari 34 orang pekerja
pabrik kelapa sawit unit usaha Rejosari Berdasarkan tabel di atas,
PTPN 7 Kecamatan Natar, Lampung didapatkan, bahwa dari 11 (100%)
Selatan. responden mempunyai lama kerja diatas 10
tahun, dimana 9 (81,8%) responden tidak
Analisis Bivariat mengalami gangguan ketulian dan hanya 2
(18,2%) responden yang mengalami
Tabel 5: Hubungan Antara Umur Terhadap gangguan ketulian. Responden yang
Gangguan Ketulian Pekerja berusia kurang dari 10 tahun ada 23
Pabrik (100%) responden, diantaranya 18 (78,3%)
responden mengalami gangguan ketulian
Gangguan Ketulian dan 5 (21,7)% responden tidak mengalami
Umur Tdk Ada Ada Total gangguan ketulian.
f % f % f % Hasil uji statistik diperoleh nilai p
Tua 6 26,1 17 73,9 23 100 value = 0,002 < α (0,05), sehingga HO
Muda 8 72,77 3 27,3 11 100
ditolak, yang berarti secara statistik ada
Total 14 41,22 20 58,8 34 100
p value 0,023 hubungan yang bermakna antara lama
kerja dengan gangguan ketulian pekerja
Berdasarkan tabel diatas tampak dari pabrik kelapa sawit dan nilai OR = 16,200
23 (100%) responden yang mempunyai yang artinya meskipun responden baru
umur 40 tahun atau lebih dari 40 tahun bekerja atau lama kerja kurang dari 10
yang masuk dalam kategori umur tua, tahun (baru bekerja 10 tahun) tetap akan
terdapat 6 (26,1%) responden tidak mempunyai peluang 16 kali mengalami
mengalami gangguan ketulian dan 17 gangguan ketulian, apalagi bagi responden
(79,3%) responden mengalami gangguan yang mempunyai lama kerjanya lebih dari
ketulian. Kategori umur muda, responden 10 tahun.
yang berumur kurang dari 40 tahun
terdapat 8 (72,77%) responden yang tidak Tabel 7: Hubungan Antara Pemakaian
mengalami gangguan ketulian dari 11 APP saat bekerja Terhadap
(100%) responden dan hanya 3 (27,3%) Gangguan Ketulian
responden yang kategori umur muda
mengalami gangguan ketulian. Gangguan Ketulian
APP Ada Tidak Ada Total
Hasil uji statistik dengan uji Kai
f % f % f %
Kuadrat diperoleh nilai p = 0,023 (α <
Tidak Pakai 3 18,8 13 81,2 16 100
0,05), yang berarti ada hubungan yang
Pakai 11 61,1 7 38,9 18 100
bermakna antara karekteristik umur Total 14 41,2 20 58,8 34 100
terhadap gangguan ketulian pekerja pabrik p value 0,031
kelapa sawit..

[254]
Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN 1907 - 0357

Berdasarkan tabel diatas, tampak berbicara (speech discrimination) dan


bahwa ada 3 (18,8%) dari 16 (100%) fungsi sosial. Kesulitan menerima dan
responden yang tidak memakai alat membedakan bunyi konsonan, selain itu
pelindung pendengaran (APP) tidak tinnitus merupakan gejala yang sering
mengalami gangguan ketulian, sedangkan dikeluhkan dan akhirnya mengganggu
13 (81,2%) responden mengalami ketajaman pendengaran dan konsentrasi.
gangguan ketulian. Responden yang Sarwono (2005) juga menyebutkan
memakai alat pelindung pendengaran penting sekali bagi orang-orang lanjut usia
(APP) ada 11 (61,1%) responden tidak dalam menjaga kesehatan dirinya.
mengalami gangguan ketulian dan 7 Penurunan pendengaran akibat
(38,9%) responden mengalami gangguan bertambahnya umur atau proses penuaan
ketulian dari 18 (100%) responden disebut presbiakusis. Presbiakusis timbul
penelitian. Hasil uji statistik diperoleh nilai sangat individual sebagian timbul di usia
p value = 0,031 < α (0,05), maka dapat 40 tahun, maka orang yang berumur lebih
disimpulkan ada hubungan yang signifikan dari 40 tahun akan lebih mudah terkena
antara pemakaian APP (alat pelindung tuli. Kemungkinan tersebut juga mungkin
pendengaran) dengan timbulnya gangguan terjadi pada para pekerja, karena mayoritas
ketulian pekerja pabrik kelapa sawit unit berumur lebih dai 40 tahun atau sudah
usaha Rejosari. memasuki fase dewasa akhir untuk
perjalanan hidup manusia. Apalagi
PEMBAHASAN terpapar kebisingan dengan lama ± 8 jam
perhari yang sangat memungkinkan
Hubungan antara Umur dengan pekerja mengalami risiko ketulian.
Gangguan Ketulian
Hubungan antara Lama Kerja dengan
Hasil univariat didapatkan bahwa 23 Gangguan Ketulian
orang pekerja yang mempunyai umur 40
tahun atau lebih dari 40 tahun yang Analisis variabel lama kerja atau
termasuk dalam kategori umur tua, masa kerja terhadap risioko ketulian
diantaranya terdapat 17 orang (79,3%) didapatkan hasil 23 orang (67,6%)
pekerja mengalami gangguan ketulian. responden mempunyai masa kerja atau
Sedangkan dari 11 orang pekerja dalam lama kerja baru yaitu kurang dari 10 tahun
kategori umur muda yaitu, pekerja yang bekerja. Hasil ini menunjukkan secara
berumur kurang dari 40 tahun, ada 3 orang univariat risiko ketulian dapat saja terjadi
(27,3%) pekerja mengalami gangguan dan berpengaruh baik bagi pekerja yang
ketulian, karena terpapar dengan dengan masa kerjanya kurang dari 10 tahun
intensitas kebisingan lebih dari 85 dB, ataupun pekerja yang masa kerjanya lebih
sehingga sudah mulai mengalami dari 10 tahun.
gangguan pendengaran. Didukung hasil nilai uji statistik kai
Hasil penelitian juga didukung hasil kuadrat di peroleh nilai p value = 0,002 < α
uji statistik dengan uji Kai Kuadrat (0,05), yang berarti ada hubungan yang
diperoleh nilai p = 0,023 < α (0,05), bermakna antara lama kerja dengan
sehingga disimpulkan, ada hubungan gangguan ketulian pekerja serta nilai OR =
pekerja yang berumur 40 tahun atau lebih 16 yang berarti peluang gangguan ketulian
dari 40 tahun dengan gangguan ketulian 16 kali lebih besar bagi responden yang
pekerja atau ada hubungan yang bermakna lama kerjanya kurang dari 10 tahun,
antara umur dengan gangguan ketulian apalagi pada responden yang lama
pekerja. kerjanya lebih dari 10 tahun.
Pendapat Dullah (2009) dalam cacat Hal ini sesuai dengan Depkes RI
tuli, menyebutkan tuli akibat bising dapat (2003) dalam Modul Pelatihan Bagi
mempengaruhi diskriminasi dalam Fasilitator Kesehatan Kerja yang

[255]
Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN 1907 - 0357

menyatakan, semakin lama masa kerja perbedaanya tidak terlalu signifikan baik
seseorang di dalam lingkungan kebisingan yang memakai maupun tidak mamakai.
di atas NAB (Nilai Ambang Batas) maka Karakteristik pekerja yang berisiko
akan semakin berbahaya pula bagi mengalami gangguan ketulian paling
pendengaran. Hasil penelitian menggambar banyak adalah pekerja yang terpapar
kan bahwa sekalipun pekerja masa dengan intensitas kebisingan lebih dari 85
mengabdinya kurang dari 10 tahun, namun dB dan sudah mulai mengalami gangguan
tetap memiliki gangguan ketulian atau pendengaran atau tuli yakni 20 orang
gangguan pendengaran, karena kebisingan (58,8%). Menurut Sasongko, dkk (2000),
suara mesin pabrik yang beroperasional nada 1000 Hz dengan intensitas 85 dB jika
setiap hari ± 8 jam perhari para pekerja diperdengarkan selama 4 jam tidak akan
terpapar oleh kebisingan. membahayakan. Namun para pekerja rata-
rata terpapar kebisingan ± 8 jam per hari.
Hubungan antara Pemakaian Alat Hal ini melampui ambang batas toleransi,
Pelindung Pendengaran(APP) dengan sehingga resiko yang diterima lebih tinggi
Gangguan Ketulian dari pada yang terpapar kebisingan dengan
intensitas < 85 dB. Selain itu meraka juga
Hasil analisis variabel penggunaan memiliki masa kerja rata-rata >10 tahun.
alat pelindung pendengaran (APP) dan
gangguan ketulian didapatkan 11 (61,1%) KESIMPULAN
dari 18 (100%) responden tidak menderita
gangguan ketulian, karena menggunakan Berdasarkan penelitian ini
alat pelindung pendengaran pada saat disimpulkan bahwa distribusi frekuensi
bekerja, sedangkan 13 (81,2%) dari 16 pekerja pabrik yang menderita gangguan
(100%) yang sama sekali tidak ketulian adalah 20 (58,8%) dari 34 pekerja
menggunakan alat pelindung pendengaran yang terpapar dengan intensitas kebisingan
saat bekerja menderita gangguan ketulian. lebih dari 85 dB mengalami gangguan
Hasil uji statistik kai kuadrat diperoleh pendengaran akibat kebisingan. Hasil
nilai p value = 0,031 < α (0,05), yang analisis uji statistik didapatkan nilai p
berarti secara signifikan ada hubungan value = 0,023 < α (0,05) pada variabel
antara penggunaan alat pelindung umur, nilai p value = 0,002 < α (0,05) pada
pendengaran dengan gangguan ketulian variable lama kerja, dan nilai pvalue 0,031
pekerja pabrik (p value 0,031 < α (0,05). < α (0,05) pada variable pemakaian APP
Menurut Depkes RI (2003) dalam saat bekerja. Hasil penelitian menunjukkan
Modul pelatihan bagi Fasilitator Kesehatan ada hubungan yang signifikan antara
Kerja yang menyatakan, pengendalian umur, lama kerja dan pemakaian APP saat
dengan cara penggunaan alat pelindung bekerja terhadap gangguan ketulian
pendengaran merupakan salah satu pekerja pabrik kelapa sawit unit usaha
alternatif pengendalian kebisingan. Namun Rejosari yaitu pekerja yang berumur diatas
terjadi ketidaksesuaian dengan kenyataan 40 tahun, pekerja dengan masa kerja lebih
karena resiko ketulian pekerja yang dari 10 tahun, dan pekerja yang tidak
memakai maupun tidak memakai alat menggunakan atau memakai alat pelindung
pelindung pendengaran jumlahnya pendengaran.
berimbang. Hal ini apakah sudah sesuai
standar pelayanan kesehatan atau pemakai
alat pelindung pendengaran (APP) yang
dipakai sesuai prosedur atau aturan yang * Dosen pada Jurusan Keperawatan
seharusnya. Alat pelindung pendengaran Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang
tidak akan berguna jika tidak sesuai
standar dan tidak dipakai dengan benar.
Oleh karena itu hasil yang diperoleh

[256]
Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN 1907 - 0357

2010
DAFTAR PUSTAKA Dullah (2009). Cacat Tuli.
http://repository.usu.ac.id, 13
Depkes RI Pusat Kesker (2003). Modul November
Pelatihan Bagi Fasilitator Kesehatan 2010
Kerja. Jakarta Sasongko, dkk (2000). Kebisingan
http://www.sumeks.co.id, 13 November Lingkungan. Semarang: UNDIP

[257]

Anda mungkin juga menyukai