PENELITIAN
ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN
GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA
SAWIT
Merah Bangsawan*, Holidy Ilyas*
Hasil survey di pabrik es di Jakarta menunjukkan terdapat gangguan pendengaran pada 50% karyawan disertai
peningkatan ambang dengar sementara sebesar 5-10 dB, karyawan yang telah bekerja terus-menerus selama 5-10
tahun (Hendarmin, 2005). Hasil penelitian Hatta, dkk (2010) di Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PTPN 7
diperoleh hasil, dari 17 sampel terdapat 9 orang merasakan keluhan gangguan pendengaran subjektif (53%),
bahkan dapat menyebabkan kehilangan pendengaran yang sifatnya permanen. Berdasarkan permasalahan
tersebut, tujuan penelitian adalah untuk menguji karakteristik pekerja (umur, lama kerja, dan penggunaan APP)
terhadap gangguan ketulian pekerja pabrik kelapa sawit unit usaha Rejosari PTPN VII Kecamatan Natar,
Lampung Selatan tahun 2012. Desain penelitian cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini total
populasi yaitu 34 orang pekerja pabrik. Penelitian dilaksanakan dari bulan Nopember - bulan Desember 2012.
Uji hipotesis digunakan adalah Chi-Square test ( = 0,05). Hasil uji hipotesis hubungan antara umur terhadap
gangguan ketulian ternyata p value = 0,023, lama kerja terhadap gangguan ketulian p value = 0,002, dan antara
penggunaan APP terhadap gangguan ketulian pvalue 0,031, sehingga p value < 0,05 yang berarti semua variabel
yang diteliti menunjukkan ada hubungan yang signifikan terhadap gangguan ketulian pekerja pabrik kelapa sawit
unit usaha Rejosari.
[251]
Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN 1907 - 0357
[253]
Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN 1907 - 0357
[254]
Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN 1907 - 0357
[255]
Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN 1907 - 0357
menyatakan, semakin lama masa kerja perbedaanya tidak terlalu signifikan baik
seseorang di dalam lingkungan kebisingan yang memakai maupun tidak mamakai.
di atas NAB (Nilai Ambang Batas) maka Karakteristik pekerja yang berisiko
akan semakin berbahaya pula bagi mengalami gangguan ketulian paling
pendengaran. Hasil penelitian menggambar banyak adalah pekerja yang terpapar
kan bahwa sekalipun pekerja masa dengan intensitas kebisingan lebih dari 85
mengabdinya kurang dari 10 tahun, namun dB dan sudah mulai mengalami gangguan
tetap memiliki gangguan ketulian atau pendengaran atau tuli yakni 20 orang
gangguan pendengaran, karena kebisingan (58,8%). Menurut Sasongko, dkk (2000),
suara mesin pabrik yang beroperasional nada 1000 Hz dengan intensitas 85 dB jika
setiap hari ± 8 jam perhari para pekerja diperdengarkan selama 4 jam tidak akan
terpapar oleh kebisingan. membahayakan. Namun para pekerja rata-
rata terpapar kebisingan ± 8 jam per hari.
Hubungan antara Pemakaian Alat Hal ini melampui ambang batas toleransi,
Pelindung Pendengaran(APP) dengan sehingga resiko yang diterima lebih tinggi
Gangguan Ketulian dari pada yang terpapar kebisingan dengan
intensitas < 85 dB. Selain itu meraka juga
Hasil analisis variabel penggunaan memiliki masa kerja rata-rata >10 tahun.
alat pelindung pendengaran (APP) dan
gangguan ketulian didapatkan 11 (61,1%) KESIMPULAN
dari 18 (100%) responden tidak menderita
gangguan ketulian, karena menggunakan Berdasarkan penelitian ini
alat pelindung pendengaran pada saat disimpulkan bahwa distribusi frekuensi
bekerja, sedangkan 13 (81,2%) dari 16 pekerja pabrik yang menderita gangguan
(100%) yang sama sekali tidak ketulian adalah 20 (58,8%) dari 34 pekerja
menggunakan alat pelindung pendengaran yang terpapar dengan intensitas kebisingan
saat bekerja menderita gangguan ketulian. lebih dari 85 dB mengalami gangguan
Hasil uji statistik kai kuadrat diperoleh pendengaran akibat kebisingan. Hasil
nilai p value = 0,031 < α (0,05), yang analisis uji statistik didapatkan nilai p
berarti secara signifikan ada hubungan value = 0,023 < α (0,05) pada variabel
antara penggunaan alat pelindung umur, nilai p value = 0,002 < α (0,05) pada
pendengaran dengan gangguan ketulian variable lama kerja, dan nilai pvalue 0,031
pekerja pabrik (p value 0,031 < α (0,05). < α (0,05) pada variable pemakaian APP
Menurut Depkes RI (2003) dalam saat bekerja. Hasil penelitian menunjukkan
Modul pelatihan bagi Fasilitator Kesehatan ada hubungan yang signifikan antara
Kerja yang menyatakan, pengendalian umur, lama kerja dan pemakaian APP saat
dengan cara penggunaan alat pelindung bekerja terhadap gangguan ketulian
pendengaran merupakan salah satu pekerja pabrik kelapa sawit unit usaha
alternatif pengendalian kebisingan. Namun Rejosari yaitu pekerja yang berumur diatas
terjadi ketidaksesuaian dengan kenyataan 40 tahun, pekerja dengan masa kerja lebih
karena resiko ketulian pekerja yang dari 10 tahun, dan pekerja yang tidak
memakai maupun tidak memakai alat menggunakan atau memakai alat pelindung
pelindung pendengaran jumlahnya pendengaran.
berimbang. Hal ini apakah sudah sesuai
standar pelayanan kesehatan atau pemakai
alat pelindung pendengaran (APP) yang
dipakai sesuai prosedur atau aturan yang * Dosen pada Jurusan Keperawatan
seharusnya. Alat pelindung pendengaran Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang
tidak akan berguna jika tidak sesuai
standar dan tidak dipakai dengan benar.
Oleh karena itu hasil yang diperoleh
[256]
Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN 1907 - 0357
2010
DAFTAR PUSTAKA Dullah (2009). Cacat Tuli.
http://repository.usu.ac.id, 13
Depkes RI Pusat Kesker (2003). Modul November
Pelatihan Bagi Fasilitator Kesehatan 2010
Kerja. Jakarta Sasongko, dkk (2000). Kebisingan
http://www.sumeks.co.id, 13 November Lingkungan. Semarang: UNDIP
[257]