Abstrak
Ekologi pengajaran sastra di perguruan tinggi harus dirombak dengan tujuan untuk
mengikis permasalahan pengajaran sastra di sekolah. Pembicaraan pengajaran sastra di
sekolah harus pula melibatkan perguruan tinggi sebagai produsen guru sastra. Salah satu
cara perombakan itu ialah dengan penggunaan model pembelajaran bengkel sastra pada
pembelajaran apresiasi drama. Mahasiswa menunjukkan pengembangan kemampuan
memerankan tokoh. Hal ini diikuti dengan penguatan karakter individu yang
mendukung proses pengembangan kemampuan. Hasil tersebut dapat dibuktikan dengan
uji statistik Mann-Whitney dengan hasil harga U=111 yang juga merupakan jumlah
rangking terkecil dan nilai Asymp.sig (0,000) yang berada di bawah nilai alpha 0,05,
dengan demikian menolak H0. Dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran
bengkel sastra dapat menguatkan karakter dan mengembangkan keterampilan berperan
mahasiswa.
Kata Kunci: Model Pembelajaran, Bengkel Sastra, Penguatan Karakter Individu, dan
Pembelajaran Pemeranan
A. Pendahuluan
Drama sebagai seni pertunjukan tidak hadir begitu saja. Pertunjukan drama hadir
atas dasar pengejawantahan karya sastra yang tentunya berbentuk drama. Dalam hal ini
naskah drama hadir atas dasar perjalanan batin seorang pengarang yang dituangkannya
ke dalam bentuk karya. Perjalanan batin tersebut diterima pengarang melalui indera
perasa, baik melalui pendengaran, penglihatan bahkan perasaannya ketika mengalami
sebuah kejadian. Setelah diterima, perjalanan batin itu langsung diolah di dalam otak
pengarang, diproses dan disaring dengan perasaan lalu jadilah sebuah karya setelah
ditulis menjadi sebuah karya yang utuh. Berdasarkan uraian tersebut, di dalam drama
pasti terkandung nilai-nilai yang dapat dijadikan cerminan, barometer bahkan filtrasi
manusia dalam menjalani kehidupan.
Pendidikan menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 merupakan usaha
sadar untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
2
Terhadap hal di atas, melalui penelitiannya, Erbay, F., & Dogru, S. S. Y. (2010:
4479) menemukan bahwa “creative drama studies can be performed in the other groups
with disabilities and efficiency of this training can be tested.” Hal ini membuktikan
bahwa pertunjukan drama memiliki fungsi-fungsi lain jika dimanfaatkan secara
proporsional dalam pendidikan dan pembelajaran yang bersifat khusus atau luar biasa.
Fakta ini diperkuat dengan kenyataan yang diungkapkan Lehtonen, A. dkk
(2016: 558)
Teaching drama is a current issue in the new 2016 National Curriculum. In the
Finnish comprehensive school system drama teaching (classroom drama) means
the use of forms of participatory theatre for educational purposes. In Finland
classroom drama has been mainly connected with literature and interaction skills
teaching in Finnish language. In the National Curriculum drama has been put
forward as a teaching method for many other subjects.
Berdasarkan hasil penelitian dan kajian di atas, untuk mampu memproduksi guru
bahasa dan sastra Indonesia yang mampu mengajarkan drama di sekolah maka calon
guru tersebut harus mampu menguasai drama, atau dapat dikatakan mampu mencapai
tahap tertinggi apresiasi drama. Kemampuan apresiasi drama dalam penelitian ini
dikonsepsikan sebagai kemampuan mengapresiasi drama berdasarkan parameter
4
apresiasi drama yang terdiri dari menggemari, menikmati, mereaksi, dan menciptakan.
Aspek menciptakan sebagai tingkat tertinggi apresiasi drama diwujudkan dengan
kemampuan memerankan tokoh berdasarkan naskah drama yang dibaca mahasiswa.
Oleh sebab itu kemampuan inilah yang harus dicapai mahasiswa. Tingkat kemampuan
memerankan tokoh diukur melalui (1) ketelatenan; (2) keselarasan, dan (3) keutuhan.
Untuk mampu memerankan tokoh, pembelajar harus mengalami sendiri proses
demi proses untuk menuju suatu “pengkarakteran tokoh” yang utuh. Proses tersebut
dimulai dari pemahaman karakter melalui teks, membentuk konsep pencitraan tokoh,
observasi peran, dan berlatih untuk mematangkannya. Hakikat dari proses tersebut ialah
belajar tentang bagaimana mencapai suatu tujuan, yakni tujuan berperan yang
berkualitas.
Untuk mencapai tujuan tersebut pembelajar memerlukan “sesuatu” dalam
dirinya. Sesuatu tersebut dalam artikel ini disebut sebagai karakter individu. Karakter
individu merupakan suatu pencitraan jiwa yang tangguh untuk mencapai titik kepuasan
dalam suatu pencapaian. Dalam memerankan tokoh, kualitas pemeranan di atas
panggung merupakan hasil yang paling mungkin dinyatakan sebagai perwujudan
karakter tersebut.
Penguatan karakter individu/mahasiswa dalam penelitian ini dikonsepsikan
sebagai sebagai salah satu pengejawantahan pendidikan karakter yang selama ini
muncul di tengah-tengah masyarakat pendidikan. Penguatan karakter dalam penelitian
ini diwujudkan dalam penerapan model pembelajaran bengkel sastra yang pada
hakikatnya berpusat pada proses kritik mengkritik antarmahasiswa perihal cara
memerankan tokoh. Wujud karakter individu itu sendiri mengacu pada dua karakter
yakni karakter bersosialisasi dan karakter mengembangkan diri. Karakter bersosialisasi
mengacu pada aspek (1) kerja sama dan (2) perilaku santun. Karakter mengembangkan
diri mengacu pada aspek (1) pengembangan potensi diri dan (2) sikap optimis.
Model pembelajaran bengkel sastra merupakan salah satu model pembelajaran
yang menekankan pada kegiatan berolah peran dengan melakukan kegiatan bongkar
pasang dan proses tambal sulam melalui proses kritik mengkritik sampai hasil olah
peran yang dihasilkan benar-benar optimal. Melalui model ini penciptaan dan
penampilan hasil olah peran akan semakin mantap dan estetis. Terkait dengan definisi
tersebut, melalui model pembelajaran bengkel sastra, pembelajar diharapkan mampu
5
berolah peran dengan melandasi prosesnya pada pencarian sendiri kemudian dipertajam
kembali melalui proses pengkritikan bersama rekan pembelajar lain, atau bahkan
bersama ahli-ahli atau pakar yang disediakan pada prosesnya.
B. Metodologi Penelitian
1. Sumber Data dan Metode Penelitian
Sumber data penelitian ini adalah mahasiswa tingkat II semester IV pada
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP Universitas Siliwangi pada kelas A
dan B yang semuanya berjumlah empat (4) kelompok pementas pada Program Studi
Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya. Pemilihan
lokasi penelitian ini disebabkan bahwa di lokasi ini telah berlangsung suatu penguatan
keterampilan berolah peran dan berdrama sebagai salah satu pengayaan keterampilan
lulusan. Pada mata kuliah apresiasi drama dilakukan ujian praktikum yang tidak hanya
melibatkan pihak kampus, melainkan pihak stakeholders dan praktisi seni baik pada
pada proses produksi maupun saat evaluasi akhir pertunjukan.
Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian mixed
methods. Pembagian tipe dalam penelitian mixed methods dapat dibagi menjadi empat,
yakni; tipe embedded, explanatory, exploratory, dan triangulation (Cresswell, 2007: 62
– 79). Berdasarkan pembagian tipe Penelitian Mixed Methods, penulis memilih
menggunakan desain tipe exploratory yang termasuk ke dalam model sequential
(urutan). Desain tipe ini merupakan desain penelitian mixed methods yang dilakukan
dengan cara melaksanakan penelitian kualitatif terlebih dahulu baru kemudian
dilanjutkan dengan penelitian kuantitatif. (Abidin, 2011: 40)
Terhadap urutan penggunaan metode penelitian di atas, secara lebih
komperehensif Cresswell (Sugiono, 2011: 409) menyatakan Sequential exploratory
strategy in mixed methods research involves a first phase of qualitative data collection
and analysis followed by a second phase of quantitative data collection and analysis
that builds on the results of the first qualitative phase. Berdasarkan uraian tersebut,
maka desain penelitian yang akan penulis gunakan ialah sebagai berikut.
Interpretation based on
QUAL quan QUAL → quan results
Gambar 1
Desain Tipe Exploratory, (Creswell, 2007: 76)
6
Pengumpulan
Masalah dan dan analisis Temuan
Kajian Teori
Potensi data hipotesis
Gambar 3.1
Langkah-langkah Metode Kombinasi (Mixed Methods) Sequential Exploratory Design
(Sugiono, 2011: 474)
2) Teknik Observasi
Teknik observasi digunakan untuk mengamati proses pembelajaran yang sedang
berlangsung meliputi kinerja mahasiswa di dalam kelas selama mengalami proses
pembelajaran memerankan tokoh.
3. Teknik Analisis Data Penelitian
a. Teknik Analisis Data Kualitatif
Teknik analisis data studi kasus yang akan penulis lakukan lebih bersumber pada
data-data hasil pengumpulan sebelum, selama, dan sesudah kegiatan pembelajaran
berlangsung. Data-data yang bersumber pada dokumen, rekaman/catatan arsip,
wawancara, observasi langsung, observasi berperan serta, dan bukti fisik akan dikaji dan
dijelaskan secara terperinci dan mendalam guna mendapatkan hasil penelitian yang
baik. Metode yang digunakan ialah metode perbandingan tetap (constant comparative
method) yaitu analisis data yang dilakukan secara tetap membandingkan satu data
dengan data lainnya kemudian secara tetap kategori dengan kategori lainnya (grounded
research).
Untuk melengkapi dan membuktikan hasil analisis data studi kasus ini penulis
akan menggunakan teknik triangulasi. Teknik triangulasi ini akan memadukan data-data
dari sumber-sumber yang terkait dengan proses penelitian. Sumber-sumber data itu
ialah; (1) mahasiswa pembelajar; (2) dosen pengampu mata kuliah; (3) dan rekan
sejawat sebagai observer penelitian. Teknik pengumpulan data untuk teknik triangulasi
ini menggunakan teknik wawancara. Data yang diharapkan diperoleh melalui teknik
wawancara ini ialah data tentang tanggapan mereka terhadap proses penerapan model
bengkel sastra.
b. Teknik Analisis Data Kuantitatif
Teknik analisis data kemampuan memerankan tokoh dan pengembangan
karakter penulis menggunakan rumus-rumus statistik. Penganalisisan kedua data di atas
bersumber pada data hasil pembelajaran di kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Sebelum menguji hasil data kualitatif terlebih dahulu penulis menguji
persyaratan analisis (uji normalitas) pada masing-masing data di kelas kontrol maupun
eksperimen. Uji normalitas tersebut berfungi untuk mengetahui apakah data-data
tersebut berdistribusi normal atau tidak. Jika tidak maka penulis menghitung atau
menguji hasil penelitian kualitatif menggunakan metode non-parametrik dengan metode
9
Mann-Whitney, jika kedua atau salah satu data tersebut berdistribusi normal, maka
penulis akan menggunakan metode Chi-Kuadrat disebabkan n data lebih dari 30. Pada
saat uji persyaratan analisis maupun pengujian hasil penelitian kualitatif, penulis
menggunakan program olah data SPSS versi 17.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Analisis Penguatan Karakter Individu dalam Proses Pembelajaran Bengkel
Sastra
Gambar 1
(Fase Model Pembelajaran Bengkel Sastra dimodifikasi dari Putra, 2010: 68)
10
kelompok yang telah ditentukan. Walaupun anggota kelompok tersebut tidak sesuai
dengan keinginannya, tetapi mahasiswa diwajibkan senantiasa dapat bersikap dan
berperilaku baik serta santun.
Pada fase kedua, ketiga dan keempat, penguatan bersikap dan berperilaku baik
serta santun terjadi pada saat proses pemberian respon dan tanggapan tersebut.
Adakalanya mahasiswa kurang bersikap dan berperilaku baik serta santun saat
menyampaikan tanggapannya, tetapi dalam hal ini penulis menekankan secara berkali-
kali bahwa penyampaian tanggapan terhadap peran yang disampaikan pada mahasiswa
lain harus disampaikan secara baik-baik atau santun. Hal ini agar tidak terjadi
kesalahpahaman antara mahasiswa yang menanggapi dan yang ditanggapi.
Pada fase kelima, mahasiswa mulai bereksperimen untuk memperbaiki karya
dengan jalan memilih berbagai argumen dan alternatif perbaikan peran seperti yang
dibahas pada tahap sebelumnya. Pada fase ini, karakter sikap dan perilaku yang baik
serta santun terbangun lewat kegiatan setelah mahasiswa bereksperimen peran untuk
atau sebagai langkah memperbaiki perannya yang dibantu anggota dalam kelompoknya.
Dalam proses ini sikap baik akan tercermin ketika mahasiswa secara baik menerima
tanggapan atau bahkan kritik terhadap peran yang telah diperbaikinya. Selain itu dari
mahasiswa yang memberikan tanggapan pun ditekankan untuk dapat menyampaikan
tanggapan tersebut secara santun apalagi yang ditanggapinya adalah anggota
kelompoknya sendiri.
c. Penguatan Semangat Mengembangkan Potensi Diri
Proses penguatan semangat mengembangkan potensi diri dikembangkan melalui
proses pembelajaran yang dilalui mahasiswa selama belajar berperan menggunakan
model bengkel sastra. Proses ini sangat tampak pada setiap fase bengkel sastra yang
menitikberatkan pada proses pengulangan kegiatan berperan dan perbaikan kualitas
peran berdasarkan kritik peran.
Proses atau pola Penguatan semangat mengembangkan potensi diri ini sangat
tampak pada fase kedua, ketiga, kelima, dan keenam. Sebab pada fase-fase tersebut
terdapat proses perwujudan peran baik peran yang masih murni hasil kreativitas
mahasiswa maupun peran yang sudah mendapatkan saran, masukan, atau bahkan kritik
untuk diperbaiki pada bagian-bagian tertentu dari peran. Wujud nyata adanya penguatan
ini jika ada peningkatan kualitas peran, paling tidak, sesuai dengan hal-hal masukan
13
atau kritik. Artinya peran yang dimunculkan pada tiap fase merupakan peran yang
memang telah diperbaiki berdasarkan masukan atau kritik dari mahasiswa lain.
d. Penguatan sikap optimis dalam belajar
Proses penguatan optimis dalam belajar dikembangkan melalui proses
pembelajaran yang dilalui mahasiswa selama belajar berperan menggunakan model
bengkel sastra. Proses ini sangat tampak pada setiap fase bengkel sastra yang
menitikberatkan pada proses penerimaan saran, tanggapan, atau bahkan kritik yang
dialamatkan pada tiap pemeran.
Sejalan dengan hal di atas, maka proses Penguatan optimis dalam belajar
melalui pembelajaran pemeranan dengan menggunakan model bengkel sastra sangat
tampak pada fase kedua sampai dengan kelima. Sebab pada fase-fase tersebutlah para
pemeran akan mendapatkan saran, tanggapan, masukan, atau bahkan kritik baik dari
sesama anggota dalam kelompoknya maupun dari luar kelompoknya. Esensinya sama-
sama bertujuan untuk memperbaiki kualitas peran yang dimiliki masing-masing
pemeran.
Faktor-faktor yang menyebabkan adanya wujud pengembangan kebiasaan
bekerja sama, bersikap dan berperilaku baik, optimisme, serta semangat
mengembangkan potensi diri pada mahasiswa ialah faktor minat dan motivasi
mahasiswa yang dipengaruhi juga oleh penggunaan model pembelajaran. Minat dan
motivasi mahasiswa yang tinggi terhadap pembelajaran menyebabkan mahasiswa
tersebut akan senantiasa mengikuti perkuliahan dengan baik. Hal ini dapat diperkuat
dengan penggunaan model pembelajaran yang membuat mahasiswa senang mengikuti
perkuliahan. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan mahasiswa pembelajar
apresiasi drama, mereka menganggap bahwa pembelajaran apresiasi drama merupakan
hal yang menarik, disebabkan mereka merasa tertantang untuk merasakan hal yang
baru, hal yang belum mereka rasakan saat duduk di bangku sekolah.
Selain hal di atas, para mahasiswa juga menganggap penggunaan model bengkel
sastra dapat memberikan mereka kesempatan untuk memperbaiki kemampuan apresiasi
drama secara berkelompok kecil dan besar. Hal ini, bagi mereka merupakan kegiatan
yang menyenangkan disebabkan di dalamnya terdapat proses saling memperbaiki
kemampuan berperan yang belum tentu ia dapatkan pada kesempatan lain. Selain itu
melalui proses bengkel sastra mereka merasakan adanya pola penguatan yang
14
“memaksa” mereka untuk lebih bersikap santun, bekerja sama, optimis dan semangat
dalam belajar. Kegiatan yang seperti itu bagi mereka merupakan kegiatan yang positif
untuk membantu mereka dalam memperbaiki kualitas kompetensi perannya sekaligus
mengembangkan karakternya agar menjadi manusia yang lebih baik lagi.
2. Dampak Penguatan Karakter pada Hasil Pembelajaran Pemeranan
Hasil penguatan karakter individu/mahasiswa di atas merupakan faktor utama
yang mendukung pengembangan keterampilan berperan mahasiswa. Penguatan karakter
sebagai dampak dari penerapan model pembelajaran bengkel sastra berujung pada
pengembangan dan peningkatan kualitas pemeranan yang dihasilkan mahasiswa. Fase
demi fase yang dilakukan mahasiswa dalam belajar berperan secara langsung maupun
tidak langsung membangun karakter dari dalam diri mahasiswa yang mendukung
pengembangan dan kualitas pemeranan.
Penulis menemukan bahwa kemampuan memerankan tokoh pada mahasiswa
mengalami perbaikan. Hal ini dilihat dari perbaikan kualitas pemeranan yang digali
berdasarkan parameter pemeranan yang penulis gunakan sebagai acuan atau pedoman
penilaian kemampuan atau kompetensi berperan. Untuk membuktikan adanya perbaikan
kompetensi pemeranan yang dialami mahasiswa melalui proses bengkel sastra dapat
dibuktikan dengan data grafik-grafik di bawah ini.
Grafik 1
Perbaikan Ketelitian Berperan Mahasiswa
40
30
20 Kemampuan Awal
10
Setelah Bengkel
0
PM PM PM PM PM PM PM PM PM PM PM PM PM PM PM PM PM
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33
dibuktikan pada garis berwarna merah dengan grafik terendah pada angka di bawah 20
(sekitar 19) dan tertinggi pada grafik sekitar 32.
Grafik 2
Perbaikan Keselarasan Peran Mahasiswa
60
40
20 Kemampuan Awal
0 Setelah Bengkel
PM 1
PM 15
PM 29
PM 3
PM 5
PM 7
PM 9
PM 11
PM 13
PM 17
PM 19
PM 21
PM 23
PM 25
PM 27
PM 31
PM 33
Grafik di atas menunjukkan adanya perbaikan keselarasan peran antara laras
verbal, fisikal, dan natural dalam peran yang ditunjukkan mahasiswa setelah
melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model bengkel sastra. Pada garis
yang berwarna biru yang menandakan keselarasan peran pada awal sebelum
pembelajaran terendah berada pada garis angka di atas 10 (sekitar 11) dan tertinggi di
atas 30 (sekitar 31). Kenyataan tersebut mengalami peningkatan yang dapat dibuktikan
pada garis berwarna merah dengan grafik terendah pada angka di bawah 35 (sekitar 34)
dan tertinggi pada grafik di atas 45 (sekitar 46).
Grafik 3
Perbaikan Keutuhan Peran Mahasiswa
20
15
10 Kemampuan Awal
5
Setelah Bengkel
0
PM 3
PM 13
PM 23
PM 1
PM 5
PM 7
PM 9
PM 11
PM 15
PM 17
PM 19
PM 21
PM 25
PM 27
PM 29
PM 31
PM 33
Cresswell, J.W. dan Clark, V.L.P. (2007). Designing and Conducting Mixed Method
Research. California: Sage Publications, Inc.
Erbay, F., & Dogru, S. S. Y. (2010). The effectiveness of creative drama education on
the teaching of social communication skills in mainstreamed students. Procedia -
Social and Behavioral Sciences.
Lehtonen, A., Kaasinen, M., Karjalainen-Väkevä, M., & Toivanen, T. (2016).
Promoting Creativity in Teaching Drama. Procedia - Social and Behavioral
Sciences.
Putra, Adita Widara. (2012). Pembelajaran Pemeranan Pada Mata Kuliah Apresiasi
Drama Dengan Menggunakan Model Bengkel Sastra Sebagai Upaya
Mengembangkan Karakter Mahasiswa.Bandung: UPI (Tesis Tidak
Dipublikasikan).
Yin, R.K. (2006). Studi Kasus: Desain dan Metode. Jakarta: Rajawali Pers.