Anda di halaman 1dari 34

AGAMA

BAB
16
BAB 16

AGAMA

I. PENDAHULUAN

Sebagaimana ditetapkan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara,


tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan suatu ma-
syarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual berda -
sarkan Pancasila dalam Wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang merdeka, berdaulat, bersatu dan berkedaulatan rakyat dalam
suasana perikehidupan bangsa yang aman, tenteram, tertib dan dinamis
serta di dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat,
tertib dan damai.
Pembangunan Nasional itu dilaksanakan di dalam rangka pemba-
ngunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh ma-
syarakat Indonesia. Bangsa Indonesia menghendaki keselarasan
hubungan antara manusia dengan Tuhannya, antara sesama manusia
serta lingkungan alam sekitarnya, keserasian hubungan antara bangsa-
bangsa dan juga keselarasan antara cita-cita hidup di dunia maupun
kebahagiaan di akhirat, karena kehidupan manusia dan masyarakat
yang serba selaras adalah tujuan akhir Pembangunan Nasional secara
ringkas disebut masyarakat maju, adil makmur berdasarkan Pancasila.
Atas dasar kepercayaan bangsa Indonesia terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, maka kehidupan manusia dan masyarakat Indonesia harus
benar-benar selaras dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha
Esa, dengan sesama dan alam sekitarnya serta memiliki kemantapan
keseimbangan dalam kehidupan lahiriah dan batiniyah serta mempu-
nyai jiwa yang dinamis dan semangat gotong royong yang berkembang,
sehingga sanggup serta mampu untuk melanjutkan perjuangan bangsa.
Selanjutnya Garis-garis Besar Haluan Negara menggariskan hal-
hal sebagai berikut :

361
a) Atas dasar kepercayaan bangsa Indonesia terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, maka peri kehidupan beragama dan peri kehidupan
berkepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah selaras
dengan penghayatan dan pengamalan Pancasila.
b) Kehidupan keagamaan dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa makin dikembangkan, sehingga terbina hidup rukun
di antara sesama umat beragama, di antara sesama penganut
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan antara semua umat
beragama serta semua penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa dalam usaha memperkokoh kesatuan dan persatuan bangsa
dan meningkatkan amal untuk bersama-sama membangun
masyarakat.
c) Dengan semakin meningkat dan meluasnya pembangunan maka
kehidupan keagamaan dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa harus semakin diamalkan baik di dalam kehidupan
pribadi maupun dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.
d) Diusahakan supaya terns bertambah sarana-sarana yang diperlu-
kan bagi pengembangan kehidupan keagamaan dan kehidupan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa termasuk pendidikan
agama yang dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah-sekolah
mulai dari sekolah dasar sampai dengan universitas-universitas
negeri.
e) Melanjutkan usaha-usaha meningkatkan pelayanan dan kelancaran
penunaian ibadah haji bagi umat Islam sesuai dengan kemampuan
masyarakat.
f) Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa tidak merupakan
agama.
Pembinaan terhadap kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
dilakukan :
-- Agar tidak mengarah pada pembentukan agama baru.
-- Untuk mengefektifkan pengambilan langkah yang perlu agar
pelaksanaan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
benar-benar sesuai dengan dasar Ketuhanan Yang Maha Esa
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

362
Sesuai dengan landasan dan pengarahan GBHN tersebut maka
tujuan-tujuan utama pembangunan di bidang agama adalah sebagai
berikut :
1) Merciptakan masyarakat Pancasila yang agamis/masyarakat ber-
agama yang Pancasilais, di mana masing-masing pemeluk agama
dapat secara bebas menikmati kehidupan beragama.
2) Umat beragama menempatkan diri sebagai modal utama pemba-
ngunan, keamanan dan ketahanan nasional dari negara yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
3) Agama menjiwai kehidupan bangsa Indonesia dan mempengaruhi
sikap hidup, tingkah laku dan perbuatan sehari-hari.
Dalam rangka mencapai tujuan-tujuan utama tersebut di atas maka
selama Repelita III pembangunan di bidang agama akan lebih diarah-
kan untuk
a) Meningkatkan usaha-usaha pembangunan di bidang agama, dengan
sekaligus lebih mengintegrasikannya dengan pembangunan di bidang-
bidang lainnya sehingga lebih dirasakan sebagai bagian yang
terpadu dari pemenuhan tujuan pembangunan serta menjawab
kebutuhan hidup masyarakat pada umumnya.
b) Memasyarakatkan dan membudayakan Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila (P4), menurut sistem dan pendekatan yang
dapat dan mudah diterima oleh masing-masing umat beragama.

II, KEADAAN DAN MASALAH


Atas dasar hasil-hasil pembangunan dan perkembangan kehidupan
di bidang agama dalam Repelita II, maka keadaan dan masalah
pengembangan agama dalam Repelita III dapat dilukiskan sebagai
berikut :

1. Bimbingan Hidup Beragama


Dalam Repelita II kegiatan bimbingan dan penerangan agama telah
terpadu dengan kegiatan penerangan pada umumnya, seperti peman-
faatan mass media, seni budaya dan kepramukaan.

36
3
Perhatian khusus telah diberikan kepada
penerangan dan bimbingan beragama yang sesuai
bagi pembinaan dan pengembangan suku terasing,
masyarakat transmigran, para remaja dan pemuda
serta berbagai kelompok tertentu dan masyarakat
khusus lainnya. Dalam rangka usaha ini selama
Repelita II telah disediakan sejumlah buku agama
dan paket da’wah untuk bimbingan berbagai agama
(Islam, Kristen/ Protestan, Katolik, Hindu dan Budha)
yang telah dimanfaatkan untuk bimbingan terhadap
golongan karyawan dan berbagai kelompok lainnya. Di
samping itu telah diselenggarakan mimbar-mimbar
agama melalui siaran radio dan televisi. Selanjutnya
secara berkala telah diselenggarakan pula Musabaqah
Tilawatil Qur'an (MTQ) baik di daerah maupun di
tingkat nasional. Demikian pula partisipasi aktif
dari pemuka-pemuka agama telah berhasil
memberikan motivasi umat beragama dalam
pelaksanaan keluarga berencana.
Dalam rangka meningkatkan keimanan dan
kesadaran masyarakat beragama maka melalui
bimbingan hidup beragama masalah yang dihadapi
dalam Repelita III ialah pemantapan Cara (metode), isi
(materi) dan media serta sarana dan tenaga
penerangan dan bimbingan rokhani yang makin
disempurnakan mutunya sesuai dengan tingkat
perkembangan dan keadaan di tiap daerah serta
meningkatkan bimbingan hidup beragama bagi
berbagai kelompok tertentu, termasuk kelompok
generasi muda dan masyarakat khusus sebagaimana
di- utarakan di atas.

2. Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama.


Kerukunan hidup antar umat beragama telah
berhasil dipelihara dan dimantapkan selama

364
Repelita II. Dialog antara pemuka-pemuka agama dan
berbagai golongan agama telah menghasilkan
terbentuk- nya lembaga kerja sama antara umat
beragama di berbagai kota sedangkan konsultasi
antara umat beragama pada tingkat pusat terus
dikembangkan. Demikian pula kode etik pergaulan
dan penyebaran agama telah dimantapkan dan usaha
bersama secara nyata mengha- dapi dan
memecahkan masalah kemasyarakatan terus
dikembangkan. Selanjutnya pemberian bantuan
kepada lembaga-lembaga keagamaan swasta telah
sekaligus mengarahkan usaha-usaha mereka
kepada
kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang terciptanya
suasana keru- kunan hidup yang toleran di antara para
pemeluk agama.
Dalam Repelita III keseluruhan usaha tersebut di atas
tetap merupa-kan masalah oleh karena itu
penanganannya perlu dilanjutkan secara lebih
terbuka, lebih aktif dan lebih dinamis. Dengan
demikian dialog-dialog dapat lebih bermanfaat serta
dapat menjadi forum pembahasan tentang perencanaan
dan pelaksanaan berbagai kegiatan bersama antar
umat beragama guna kepentingan masyarakat dan
kemanusiaan, demikian juga tentang kode etik
pergaulan dan penyebaran agama. Juga sangat
dirasakan perlunya membina hubungan saling
pengertian antar umat beragama guna mencegah
berbagai keresahan dan kera- wanan yang mungkin
timbul.
Sehubungan telah ditetapkannya Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) sebagai
salah satu hasil Sidang MPR tahun 1978 maka
masalahnya ialah bagaimana caranya memantapkan
dan meningkatkan kesadaran penghayatan dan
pengamalan Pancasila di kalangan umat beragama.
Adalah sangat penting untuk memasyarakatkan dan
membudayakan P4 itu di kalangan umat beragama,
dengan mengembangkan sistem pendekatan yang
mudah dan dapat diterima oleh masing-masing
umat beragama melalui bahasa dan cara berpikir
mereka yang bersangkutan. Dengan sendirinya usaha
memasyarakatkan P4 di lingkungan umat beragama
akan dilaksanakan secara terpadu dengan berbagai
program di bidang lain dan terintegrasi dalam pro-
gram nasional pelaksanaan P4.
3. Sarana Kehidupan Beragama
Selama Repelita II, telah dilakukan usaha-usaha untuk
memberikan dorongan-dorongan kepada masyarakat

365
dalam memenuhi sarana kehidupan beragama;
rangsangan kehidupan beragama kepada organisasi-
organisasi keagamaan agar berpartisipasi aktif dalam
pembangunan agama; pembinaan keluarga sejahtera
sebagai Pelaksanaan Undang- undang Perkawinan serta
mensukseskan Keluarga Berencana;, pem-binaan
peradilan agama; dan kelancaran pelayanan
penunaian ibadah haji bagi umat Islam.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama Repelita II
antara lain meliputi bantuan perbaikan
kembali/penyelesaian pembangunan
sejumlah tempat ibadah (mesjid, gereja Protestan,
gereja Katolik, pura dan wihara) di samping bantuan
pembinaan pada lembaga-lembaga keagamaan.
Selanjutnya pembangunan Mesjid Istiglal diteruskan
sehingga pada bulan Pebruari 1978 telah dapat
diresmikan pengguna- annya.
Pengadaan berbagai Kitab Suci telah dilaksanakan
selama Repe- lita II. Selanjutnya telah dibangun
sejumlah Balai Nikah dan Balai Sidang Pengadilan
Agama di samping telah ditatar Hakim Agama
dan Panitera serta petugas Nikah, Talak Cerai dan
Rujuk.
Selama Repelita II telah dilaksanakan pelayanan
terhadap jemaah haji antara lain dengan
pembangunan/perluasan asrama haji yang tersebar
di seluruh Indonesia.
Dalam pada itu berbagai masalah yang masih
dihadapi dalam Repelita III tetap memerlukan ,
perhatian yang sungguh-sungguh. Kebutuhan bantuan
perbaikan tempat-tempat ibadah, termasuk alat
peralatannya tetap memerlukan perhatian sehubungan
dengan pertambahan penduduk dan meningkatnya
kesadaran beragama. Hal terse- but juga akan lebih
meningkatkan saling pengertian dan percaya
antar umat beragama. Sekaligus perlu dibina
kemampuan pengelola- annya sehingga dapat
memenuhi fungsi sebagaimana mestinya.
Balai Nikah juga memerlukan penanganan karena
berfungsi sebagai pusat pembinaan calon suami-isteri
yang sekaligus mempunyai kesa-daran untuk
melaksanakan keluarga berencana di samping sebagai
tempat pencatatan dan pelaksanaan upacara
pernikahan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam
Undang-Undang Pokok Perkawinan.
Demikian pula melonjaknya beban tugas Balai
Sidang Pengadilan Agama nampak dari makin
meningkatnya jumlah perkara yang diputus.
366
Penyediaan berbagai Kitab Suci sebagai sumber
utama ajaran agama dirasakan sangat membantu
masyarakat untuk memenuhi sarana pokok keagamaan
tersebut. Dalam pada itu sesuai dengan azas
pemerataan dalam Repelita III cara pengadaan dan
penyebarannya perlu lebih disempurnakan.
Selanjutnya bantuan kepada organisasi-organisasi
keagamaan yang bergerak di bidang da’wah dan
bidang kemasyarakatan lainnya sa-
ngat bermanfaat mengingat sumbangannya yang besar dalam usaha
membantu peningkatan kehidupan beragama dan pembinaan kemas -
lahatan masyarakat.
Agar ibadah haji dapat dilaksanakan dengan lancar, terjangkau
oleh umat, tertib, aman dan memenuhi persyaratan lainnya, maka
persoalan-persoalan yang perlu dipecahkan antara lain ialah fasilitas,
terutama fasilitas akomodasi dan pelayanan kesehatan para jemaah.
Dalam hubungan ini perlu ditingkatkan kerjasama antar Departemen
dan antar negara/badan-badan internasional, serta mutu karyawan
dan petugas lainnya.
4. Pendidikan Agama
Pembinaan pendidikan agama di semua tingkat telah diarahkan
untuk meningkatkan mutu pendidikan baik di lingkungan perguruan
agama maupun perguruan umum.
Dalam Repelita II antara lain telah dibangun sejumlah Madrasah
Ibtidaiyah Negeri (MIN) dan juga telah dilakukan rehabilitasi pada
sejumlah MIN lainnya, di samping disediakan pula buku pelajaran
dan alat peraga. Di samping itu telah diberikan bantuan perluasan/
rehabilitasi pada sejumlah Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS)
dan disediakan pula buku pelajaran. Selanjutnya melalui Program
Bantuan Pembangunan Sekolah Dasar (Inpres SD) telah direhabilitasi
pula sejumlah besar MIS lainnya.
Untuk meningkatkan mutu Madrasah Tsanawiyah telah dibangun
sejumlah gedung sekolah dan diperbaiki kembali sejumlah Madrasah
Tsanawiyah Negeri dan Madrasah Tsanawiyah Swasta yang ada, di
samping penyediaan buku pelajaran dan alat peraga.
Untuk meningkatkan Madrasah Aliyah telah pula dilakukan pem-
bangunan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) dan direhabilitasi baik
MAN maupun Madrasah Aliyah Swasta (MAS), di samping penye-
diaan buku pelajaran.
Di samping itu telah dibangun sejumlah PGAN Islam, PGAN
Kristen/Protestan dan PGAN Hindu, serta rehabilitasi PGAN Islam,
serta disediakan buku . pelajaran.
Sementara itu telah ditatar tenaga pembina Pondok Pesantren dan
telah diberikan bantuan alat dan buku ketrampilan, bantuan rehabili-

367
tasi pada Pondok Pesantren serta pembangunan
sejumlah bengkel kerja, di samping bantuan buku
bimbingan umum dan buku pengetahuan ketrampilan
pada Pondok Pesantren.
Khusus untuk peningkatan mutu pendidikan agama
pada perguruan umum telah ditatar sejumlah guru
agama SD serta disediakan buku pelajaran
agama. Di samping itu melalui Inpres SD telah di-
angkat sejumlah guru agama pada SD.
Peningkatan perguruan tinggi agama mencakup
pembangunan/ perluasan/perbaikan kembali semua
IAIN, di samping penataran dosen, studi
purna/pasca sarjana, program doktor, pengembangan
laboratorium bahasa dan penyediaan buku
perpustakaan, serta parti- sipasi mahasiswa dalam
KKN.
Di samping kegiatan pendidikan agama dalam
Repelita II telah pula dilakukan
pendidikan/latihan tenaga keagamaan yaitu melalui
SESPA serta pendidikan dan penataran lainnya untuk
tenaga semua Direktorat Jenderal.
Akhirnya berbagai pokok masalah keagamaan dan
kemasyarakatan telah diteliti dan telah diberikan
pembinaan dalam metode penelitian agama kepada
para tenaga peneliti.
Dalam pada itu berbagai masalah pendidikan agama
tetap dihadapi -dalam Repelita III, terutama
penyesuaian materi dan cara penyajian pendidikan
agama pada perguruan umum yang juga berkaitan
dengan masalah penyediaan tenaga gurunya melalui
PGA dan IAIN; masalah pengembangan madrasah ke
arah pencapaian mutu yang sama dengan
sekolah umum yang setingkat; pengembangan
pendidikan agama di luar sekolah sebagai
sambutan terhadap prakarsa kegiatan masyarakat

368
sendiri; peningkatan Pondok Pesantren sebagai
pendidikan agama yang sekaligus memberikan
pengetahuan ketrampilan tetapi yang seyogyanya
juga dapat pula memperoleh pengetahuan umum;.
dan hasil penyempurnaan sistem pendidikan IAIN dan
Perguruan Tinggi Agama Swasta sesuai Tridharma
Perguruan Tinggi sebagai bagian integral dalam
sistem pendidikan nasional. Di samping itu fasilitas
prasarana dan sarana pendidikan/perguruan agama
masih merupakan masalah yang penanganannya perlu
lebih ditingkatkan.
5. Aparatur dan Prasarana Fisik Pemerintah.
Selama Repelita II antara lain telah dibangun dan diperbaiki kem-
bali sejumlah gedung Kantor Wilayah dan gedung Kantor Kabupaten/
Kotamadya. Di samping itu telah dikembangkan data dan informasi
bagi perencanaan serta penyusunan buku-buku pedoman/petunjuk
pelaksanaan pembangunan dan pengendalian/pengawasan proyek-
proyek.
Masalah aparatur dan prasarana fisik pemerintah yang dihadapi
dalam Repelita III untuk pembangunan bidang agama terutama
meliputi kemampuan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian baik
dalam arti jumlah dan mutu tenaga maupun organisasi dan adminis-
trasi, serta prasarana dan sarana perkantoran, terutama di daerah-
daerah.

III. KEBIJAKSANAAN DAN LANGKAH-LANGKAH.


Untuk lebih memperbaiki keadaan dan mengatasi secara lebih
mendasar masalah-masalah sebagaimana diutarakan di atas maka
dirumuskanlah kebijaksanaan-kebijaksanaan dan langkah-langkah di
bidang pembangunan agama selama Repelita III :
1. Melanjutkan usaha pemberian bantuan terhadap kegiatan lem-
baga-lembaga keagamaan dalam masyarakat dalam penyediaan
sarana kehidupan beragama sebagai pendorong untuk meningkat-
kan usaha swadaya. masyarakat dalam memenuhi kebutuhan
sarana kehidupan beragama, terutama dalam pengadaan Kitab
Suci dan pembangunan tempat peribadatan.
2. Meningkatkan prasarana dan sarana Balai Sidang Pengadilan
Agama dan Balai Nikah sebagai sarana pembinaan keluarga
sejahtera, serta prasarana perkantoran yang dibutuhkan sebagai
penunjangan kelancaran pelaksanaan tugas - tugas pembangunan
di bidang agama, terutama daerah.

3. Melanjutkan usaha untuk tetap terpeliharanya suasana kerukunan


hidup beragama sebagai salah satu syarat untuk tetap terpelihara-
nya stabilitas nasional yang sangat dibutuhkan untuk kelancaran
pembangunan nasional.

369
4. Meningkatkan usaha bimbingan hidup beragama
kepada berbagai kelompok masyarakat termasuk
generasi muda, meningkatkan mutu juru
penerang/penyuluh agama serta usaha
menyempurna-kan metode da'wah yang serasi
dengan kegiatan pembangunan pada umumnya.
5. Menyelaraskan pembinaan pendidikan/perguruan
agama dengan pendidikan umum dari pendidikan
dasar sampai perguru- an tinggi demi
terciptanya manusia Indonesia yang berilmu
seimbang antara kepentingan dunia dengan
kepentingan akhirat dan untuk terbinanya kader-
kader pembangunan di segala bidang dan
tingkatan.
6. Meningkatkan pelayanan dan kelancaran
penunaian ibadah haji bagi umat Islam sesuai
dengan kemampuan masyarakat agar
pelaksanaan ibadah haji tersebut dapat
berlangsung dengan mu- dah, tertib, aman dan
memenuhi rukun ibadah haji.
7. Meneruskan kegiatan penelitian agama dengan
mengikut serta- kan tokoh-tokoh dari berbagai
golongan menurut bidang dan keahlian masing-
masing. Di samping itu diusahakan pula penyem-
purnaan sarana peningkatan mutu tenaga peneliti,
serta menjajagi kemungkinan kerjasama dengan
negara-negara ASEAN dalam penelitian
keagamaan.
8. Meningkatkan usaha penyempurnaan aparatur,
sistem dan pro-sedur kerja/ketatalaksanaan,
penyempurnaan sistem perencanaan, pengendalian
dan pengawasan/monitoring proyek-proyek.
9. Mengefektifkan usaha peningkatan mutu personil
dan penertiban serta peningkatan disiplin kerja.
10. Mengusahakan agar umat beragama khususnya
para pejabat/ petugas dalam bidang agama dapat
memahami dan menghayati Pedoman Penghayatan
370
dan Pengamalan Pancasila.
IV. PROGRAM-PROGRAM.
Penyusunan program-program pembangunan agama
selama Repe- lita III merupakan penterjemahan dari
kebijaksanaan-kebijaksanaan operasional sebagaimana
telah diuraikan di atas dengan, di satu pihak
memperhitungkan sepenuhnya hasil-hasil yang
telah dicapai selama
Repelita II dan di lain pihak memperhatikan kebutuhan-kebutuhan
nyata yang masih harus dipenuhi dalam tahap-tahap pembangunan
berikutnya.
Pada dasarnya kegiatan-kegiatan utama dan sasaran-sasaran ma-
sing-masing program selama Repelita III merupakan kelanjutan, pe-
ningkatan dan perluasan kegiatan dan sasaran Repelita II dengan
penyesuaian-penyesuaian prioritas sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan
yang mendesak.

1. Program Peningkatan Sarana Kehidupan Beragama

Tujuan program Peningkatan Sarana Kehidupan Beragama adalah


untuk memberikan dorongan kepada masyarakat dalam memenuhi
sarana kehidupan beragama serta membimbing dan memberikan
rangsangan kehidupan beragama kepada organisasi keagamaan agar
dapat ikut berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan agama;
meningkatkan sarana peradilan agama dan pembinaan keluarga se-
jahtera sebagai pelaksanaan Undang-undang Perkawinan serta men-
sukseskan Keluarga Berencana; dan penyediaan prasarana perkan-
toran terutama di daerah sebagai penunjangan terhadap kelancaran
pelaksanaan tugas-tugas pembangunan di bidang agama.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka akan dilanjutkan dan di-
tingkatkan kegiatan-kegiatan sebagai berikut.
Peningkatan sarana peribadatan meliputi pengadaan Kitab Suci,
bimbingan dan. bantuan kepada tempat peribadatan termasuk bantuan
peralatan peribadatan. Dalam Repelita III pengadaan, berbagai Kitab
Suci akan ditingkatkan menjadi 6,4 juta buah yang terdiri dari Kitab
Suci Agama Islam, Kristen Protestan, Katholik, Hindu dan Budha.
Bantuan kepada masyarakat untuk pembangunan/rehabilitasi tempat
ibadah direncanakan meliputi sekitar 10 ribu buah mesjid, gereja
Kristen Protestan, gereja Katholik, pura dan wihara. Mesjid Istiglal
akan dilanjutkan pembangunannya sehingga dalam Repelita III akan
lebih sempurna kelengkapannya.
Bantuan kepada lembaga keagamaan meliputi antara lain kegiatan
bimbingan dan bantuan kepada organisasi keagamaan agar dapat

371
rneningkatkan kemampuan pengelolaannya; bimbingan
dan dorongan dalam pelaksanaan berbagai kegiatan
ibadah sosial, antara lain wakaf, zakat dan lain
sebagainya.
Pembinaan peradilan agama meliputi antara lain
pembangunan se- kitar 100 buah Balai Sidang
Pengadilan Agama, peningkatan mutu Hakim dan
Panitera serta penyempurnaan administrasi peradilan.
Peningkatan sarana pembinaan keluarga sejahtera
meliputi kegiatan antara lain pembangunan Balai
Nikah sekitar 1.500 buah termasuk penyediaan
peralatannya, peningkatan mutu tenaga pencatat nikah
dan peningkatan fungsi Badan Penasehat Perkawinan
dan Penyelesaian Perceraian (BP4).
Pembangunan. prasarana perkantoran sebanyak 288
buah dan penyediaan sarana lainnya akan dilakukan
secara bertahap dengan mengutamakan kebutuhan di
tingkat Kabupaten/Kotamadya.
2. Program Penerangan dan Bimbingan Hidup
Beragama.
Program Penerangan dan Bimbingan Hidup
Beragama menjangkau tujuan-tujuan sebagai berikut :
a) meningkatkan keimanan dan kesadaran beragama
masing-masing umat beragama;
b) mewujudkan serta memelihara kerukunan hidup
antara umat beragama;
c) membudayakan dan memasyarakatkan Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila di kalangan
umat beragama.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam rangka
mencapai tujuan-tujuan tersebut di atas dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
a) Pembinaan rokhani dari masing-masing umat
beragama (Islam, Kristen/Protestan, Katholik, Hindu
dan Budha) akan lebih ditingkatkan dengan cara
372
(metode), isi (materi), media serta sarana,
tenaga penerangan dan bimbingan rokhani yang
makin disempurnakan mutunya sesuai dengan
tingkat perkembangan dan keadaan di tiap daerah.
Di samping itu, bimbingan dan rawatan rokhani
akan mengutamakan sebagai sasaran berbagai
kelompok tertentu dan masyarakat khusus,
yaitu kaum remaja, masyarakat
transmigrasi, masyarakat terasing dan nara pidana/tahanan, di
samping kalangan karyawan, dan masyarakat daerah rawan, wanita
tuna susila dan lain sebagainya.
Khusus di daerah transmigrasi rawatan rokhani dalam rangka
pembinaan keagamaan diarahkan untuk membantu keberhasilan
program transmigrasi termasuk ikut menciptakan hubungan baik
dengan masyarakat lingkungannya. Untuk itu akan diusahakan
tersedianya tenaga pembina rokhani transmigran serta bantuan
sarana ibadah termasuk buku penuntun keagamaan.
b) Kelanjutan usaha memelihara dan memantapkan keserasian
hubungan antara umat beragama meliputi antara lain kegiatan-
kegiatan dialog baik di tingkat nasional maupun di tingkat
daerah; penyelenggaraan musyawarah-musyawarah di kalangan
masing-masing umat, beragama; konsultasi berkala tentang pem-
bangunan antara Pemerintah dan para pemimpin umat beragama
untuk lebih meningkatkan saling pengertian; dan melakukan usaha
sosial keagamaan bersama.
c) Dalam rangka membudayakan dan memasyarakatkan Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila di kalangan umat
beragama akan diusahakan penyusunan pedoman pelaksanaan
dengan pendekatan masing-masing agama baik untuk masyarakat
luas maupun untuk lembaga-lembaga pendidikan agama. Demi-
kian pula akan diusahakan buku pedoman untuk penyelenggaraan
penataran para penerang/penyuluh/pembimbing agama/rokhani-
wan serta kegiatan-kegiatan keagamaan dan kemasyarakatan
lainnya yang menunjang usaha membudayakan dan memasya-
rakatkan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila di
kalangan umat beragama.

3. Program Peningkatan Pelayanan Ibadah Haji

Program Peningkatan Pelayanan Ibadah Haji bertujuan melanjut-


kan usaha-usaha untuk meningkatkan pelayanan dan kelancaran
penunaian ibadah haji bagi umat Islam.

373
Untuk itu diperlukan peningkatan sarana yaitu
berupa pembangunan/rehabilitasi asrama-asrama haji
di berbagai tempat di Indonesia.
Sistem dan prosedur pelayanan haji akan semakin
disempurnakan. Demikian juga akan ditingkatkan
kemampuan para petugas dalam pelayanan ibadah haji
melalui penataran bagi sekitar seribu orang yang
meliputi karyawan urusan haji, petugas kesehatan,
tenaga pembimbing dan pelatih manasik haji.
Dalam rangka peningkatan mutu jemaah haji perlu
diberikan bimbingan antara lain melalui penyediaan
buku pedoman, pembuatan film tuntunan haji dan lain
sebagainya.
Demikian pula. akan ditingkatkan kerjasama antar
instansi yang berhubungan dengan pelayanan haji.
Masih dalam rangka pelayanan haji diperlukan
peningkatan pela- yanan dalam perjalanan dan
sesudah sampai di Saudi Arabia antara lain dalam
urusan kesehatan, imigrasi dan bea-cukai.

4. Program Pembinaan Pendidikan Agama


Tingkat Dasar dan Menengah.
Tujuan Program Pembinaan Pendidikan Agama
Tingkat Dasar dan Menengah ialah untuk
meningkatkan mutu pendidikan agama dan
menyesuaikannya dengan kebutuhan pembangunan.
Di samping itu juga untuk menjembatani
perbedaan/jarak antara pendidikan pada perguruan
umum dan pendidikan pada lembaga-lembaga
perguruan agama dalam rangka mengembangkan satu
sistim pendidikan nasional yang sesuai dengan
kepribadian bangsa Indonesia/ Pancasila.
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut akan diambil
langkah dan kegiatan sebagai berikut
a) Pembinaan Madrasah Ibtidaiyah dalam rangka
Program Bantuan Pembangunan Sekolah Dasar
374
(Inpres SD) akan ditingkatkan, yaitu dengan
melanjutkan perbaikan kembali sejumlah
keseluruhan 23,6 ribu Madrasah Ibtidaiyah Swasta
(MIS), penyediaan buku perpustakaan sejumlah 12,0
juta buah baik-untuk Madrasah lbtidaiyah Negeri
maupun Swasta (MIN dan MIS).
Di samping itu mutu Madrasah Ibtidaiyah Negeri
dan Swasta akan ditingkatkan pula melalui
penyediaan buku kurikulum, buku pelajaran umum
sekitar 14,3 juta buah, dan buku pedoman guru.
Selanjutnya akan dilakukan penataran terhadap
sekitar 12 ribu guru dan 5 ribu pemilik
Madrasah Ibtidaiyah. Segenap usaha tersebut
diintegrasikan dalam kegiatan program pembinaan
Pendidikan Dasar.
Dalam rangka pembinaan mutu pendidikan agama
pada Sekolah Dasar akan disediakan sekitar 13,0
juta buku pelajaran agama.
Selanjutnya direncanakan untuk
rehabilitasi/perluasan 350 MIN dengan
ruang kelas tambahan yang pada akhirnya secara
bertahap mutunya menjadi setingkat Sekolah Dasar
Umum (SD).
b) Peningkatan mutu Madrasah Tsanawiyah (MT) serta
Madrasah Aliyah (MA) dan Pendidikan Guru
Agama (Islam, Kristen/Pro- testan dan
Hindu/Budha) (PGA 6 tahun), meliputi antara lain
penyediaan buku pelajaran (termasuk buku
pedoman guru) se- banyak 6,7 juta buah pada MT
dan 1,6 juta buah pada MA dan 1,5 juta pada
berbagai PGA; serta penataran guru dan pembina
sekitar 21,0 ribu tenaga untuk MT serta sekitar 7,8
ribu tenaga untuk berbagai PGA.
Selanjutnya direncanakan untuk
rehabilitasi/perluasan 120 MT, rehabilitasi/perluasan
165 MA dan 95 PGA, serta bantuan kepada jumlah
MA/PGA Swasta, sehingga MT, MA dan PGA pada
akhir-nya secara bertahap mutunya menjadi
setingkat Sekolah Menengah Umum (SLTP dan
SLTA).
Akhirnya akan ditingkatkan Balai Penataran Guru
Agama baik dalam pembinaan tenaga penatar
maupun prasarana/sarana.
37 c)
5
c) Bantuan pada Pondok Pesantren akan ditingkatkan
dan diperluas sesuai dengan berbagai tahap
pengembangan yaitu terutama dalam bentuk
penyediaan buku ketrampilan/pelajaran; penataran
tenaga pembina/instruktur ketrampilan; bantuan
perbaikan kembali/ perluasan bangunan dan
pembangunan bengkel ketrampilan serta
penyediaan alat-alat ketrampilan.
d) Pendidikan agama akan dimantapkan pada sekolah
umum tingkat dasar dan menengah melalui
kegiatan-kegiatan penyediaan dan
penataran guru agama; penguraian kurikulum
pelajaran agama; penyusunan dan pengadaan buku-
buku pelajaran dan pedoman guru agama.
Pendidikan agama tidak hanya akan diberikan me-
lalui pelajaran di kelas tetapi ditunjang pula melalui
organisasi siswa intra sekolah (OSIS).

5. Program Pembinaan Pendidikan Agama


Tingkat Tinggi

Tujuan dari program Pembinaan Pendidikan Agama


Tingkat Tinggi adalah untuk meningkatkan mutu dan
menyempurnakan perguruan tinggi agama sehingga
mampu menghasilkan tenaga ilmiah/ahli dan
berkwalitas tinggi dalam bidang agama.
Untuk mencapai tujuan tersebut di atas dilanjutkan
langkah-langkah peningkatan mutu akademis,
pembinaan kepribadian, penyempurnaan
prasarana/sarana, pengembangan penelitian dan
peningkatan peng-abdian kepada masyarakat.
Peningkatan mutu akademis meliputi pengembangan
kurikulum, penyempurnaan sistem dan metode,
pembinaan tenaga edukatif dan pengembangan karir
akademis di Pusat dan Daerah, pembinaan kema-
hasiswaan, penambahan bantuan tenaga ahli dan
perluasan jaringan informasi, peningkatan status 8
IAIN. Dalam Repelita III akan lebih ditingkatkan
penataran dosen, yaitu untuk sekitar 600 tenaga.
Dalam rangka pembinaan kepribadian dilakukan
kegiatan-kegiatan yang dapat mengembangkan
penghayatan dan pengamalan Pancasila; bimbingan
dan penyuluhan kejiwaan; pemahaman kehidupan
agama dalam masyarakat, pembinaan rasa gotong-
royong, saling pengertian, keterbukaan dan saling
menghormati serta pembinaan rasa kebangsaan dan

376
rasa kebanggaan terhadap nilai kebudayaan bangsa.
Kegiatan-kegiatan tersebut akan dilakukan baik
terhadap IAIN beserta fakultasfakultasnya (14 IAIN
dan 85 fakultas) maupun terhadap Perguruan Tinggi
Agama Islam Swasta (PTAIS) sejumlah 92 PTAIS.
Penyempurnaan prasarana/sarana pada IAIN
meliputi kegiatankegiatan pembangunan gedung
perkuliahan, perkantoran, perumahan dosen dan
karyawan serta asrama mahasiswa; pengembangan
kampus,
penyediaan buku perpustakaan dan alat-alat pendidikan lainnya serta
penyediaan alat-alat olahraga dan kesenian. Dengan demikian diharap-
kan bahwa fasilitas pendidikan agama tingkat tinggi dapat lebih
memenuhi persyaratan.
Bantuan kepada PTAIS dan PTAS lainnya serta pembinaan pen-
didikan agama pada perguruan tinggi umum akan dilanjutkan antara
lain berupa bantuan dosen agama, bantuan penyediaan buku-buku
keagamaan dan peralatan yang diperlukan. Bantuan yang serupa juga
diberikan kepada Institut Hindu Dharma.
Pengembangan penelitian pada IAIN akan dilanjutkan dengan
kegiatan-kegiatan pembibitan dan pembinaan tenaga ahli peneliti dan
pengelolaan penelitian dasar. Untuk PTAIS dan PTAS lainnya akan
dilanjutkan pemberian bantuan biaya penelitian, pengarahan kegiatan
penelitian dan evaluasi hasil penelitian. Sedangkan dengan perguruan
tinggi umum akan dilanjutkan kerjasama dalam pengembangan metode
dan teknik penelitian bidang agama.
Dalam pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat diusahakan
kegiatan-kegiatan yang meliputi : melanjutkan dan pengembangan
KKN secara lebih efektif dan berkesinambungan, memberi dorongan
ke arah peningkatan minat mengikuti kegiatan pengabdian masya-
rakat melalui program BUTSI, mengarahkan kegiatan ekstra kurikuler
dalam bentuk pola pengabdian masyarakat serta evaluasi dan pem-
binaan keluarga. Hal itu dilakukan baik pada IAIN maupun PTAIS.
6. Program Pendidikan dan Latihan Tenaga Keagamaan
Program ini bertujuan untuk meningkatkan mutu pegawai dalam
kedudukannya sebagai aparatur negara.
Usaha penataran tenaga administratif dan teknis akan dilanjutkan
dan ditingkatkan dalam Repelita III. Sehubungan dengan itu telah
disiapkan pembentukan 3 Balai Penataran Pegawai dan telah pula
dibentuk 6 Balai Penataran Guru yang tersebar di berbagai tempat.
Pengembangan kurikulum, metode pelaksanaan dan evaluasi teknis
hasil penataran akan lebih dimantapkan. Di samping itu akan
disedia-kan prasarana/sarana bagi Pusat Pendidikan dan Latihan
pegawai serta bagi Balai-balai tersebut di atas.

377
7. Program Generasi Muda
Program Generasi Muda yang dikaitkan dengan
bidang agama bertujuan agar melalui pembinaan dan
pendekatan keagamaan, daya kegairahan hidup
(vitalitas), daya cipta (kreativitas) dan aktivitas
pemuda dapat diarahkan kepada hal-hal yang berguna
bagi pem- bangunan nusa dan bangsa.
Untuk mencapai tujuan tersebut akan dikembangkan
berbagai kegiatan pembinaan keagamaan yang
selaras dengan sifat-sifat gene- rasi muda,
terutama bagi pelajar dan mahasiswa serta gelanggang
remaja/pemuda dan pramuka.

Program Penelitian dan Pengembangan


Agama

Program Penelitian dan Pengembangan Agama


bertujuan untuk melaksanakan penelitian terapan dan
menghasilkan penelitian terapan dan dihasilkan
konsepsi-konsepsi pengembangan dalam rangka me-
nunjang fungsi dan tugas pokok Pemerintah di sektor
agama serta perumusan kebijaksanaan pengembangan
konsepsi dan perencanaan.
Dalam Repelita III direncanakan untuk dilaksanakan
penelitian dan pengembangan dalam masalah
kerukunan; pengamalan dan pela-yanan agama yang
meliputi antara lain masalah Kitab Suci dan lektur
agama; masalah pendidikan agama; masalah
ketenagaan, dan pengembangan dokumentasi dan
informasi agama. Demikian pula perlu dilanjutkan,
kegiatan-kegiatan penelitian tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan tugas Pemerintah di
bidang agama, hubungan interaksi antara agama dan
masyarakat, dan wilayah-wilayah permasalahan lainnya
yang berhubungan dengan tugas pokok dan fungsi

378
Pemerintah di bidang tersebut.
Hasil-hasil penelitian tersebut dikembangkan
terutama dalam per-temuan inilah baik di tingkat
nasional dan daerah maupun tingkat
Asean/Internasional. Selanjutnya akan ditingkatkan
pembibitan tenaga peneliti dalam bentuk penataran
dan kursus latihan tenaga peneliti.
Balai-balai penelitian yang ada akan terus dibina dan
lebih dikembangkan termasuk prasarana/sarananya.
9. Program Penyempurnaan Efisiensi ,Aparatur Pemerintah dan
Pengawasan
Tujuan program Penyempurnaan Efisiensi Aparatur adalah untuk
meningkatkan kemampuan aparatur agar dapat menjadi salah satu
aparatur yang berwibawa, bersih, efektif dan efisien dalam pelaksa-
naan tugas-tugas pembangunan, khususnya pembangunan sektor
agama.
Dalam usaha mencapai tujuan tersebut, maka kegiatan-kegiatan yang
akan dilaksanakan meliputi
a) meningkatkan fungsi perencanaan, pengendalian clan pengawasan
melalui usaha antara lain menyempurnakan buku-buku pedoman
tatacara dan petunjuk pelaksanaan, mekanisme dan perencanaan
pengendalian dan pengawasan proyek-proyek; penyempurnaan
sistem pengolahan data, evaluasi proyek dan sistem pelaporan/
monitoring proyek;
b) penyempurnaan organisasi dan tatacara kerja melalui kegiatan-
kegiatan antara lain penyusunan buku pedoman mengenai uraian
dan analisa tugas, pedoman sistem dan prosedur kerja, pedoman
administrasi kepegawaian, perlengkapan, keuangan, sistim doku-
mentasi dan kearsipan, perundang-undangan dan sebagainya serta
penyusunan petunjuk pelaksanaannya, dan pengembangan statistik
keagamaan;
c) peningkatan kegiatan pengawasan proyek-proyek antara lain me-
lalui peningkatan frekwensi pengawasan dan penyuluhan.
10. Program Peningkatan Prasarana Fisik Pemerintah
Di samping adanya penyediaan prasarana perkantoran dan saran
lainnya terutama di daerah (Kabupaten dan Kotamadya) maka pro-
gram Peningkatan Prasarana Fisik Pemerintah ini dimaksudkan ter-
utama untuk melengkapi keperluan aparatur Pemerintah di Pusat
berupa fasilitas perkantoran/ruang kerja dan sarana lainnya.

379
TABEL 16 -- 1
PEMBIAYAAN RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN
KETIGA,
1979/80 -- 1983/84
(dalam jutaan rupiah)
AGAMA

1979/80 1979/80-
SEKTOR/SUB SEKTOR/ (Anggara
No. 1983/84
PROGRAM n
Kode (Anggaran

08 SEKTOR AGAMA 18.988,0 152.500,0

08.1 Sub Sektor Agama 18.988,0 152.50


0,0
08.1.01 Program Peningkatan
Kehidupan Beragama 12.500,0 91.600,
08.1.02 Program Penerangan dan 0
bingan Hidup Beragama 921,0 7.500
08.1.03 Program Peningkatan ,0
Ibadah Haji 243,0 1.100
08.1.04 Program Pembinaan ,0

dan Menengah 3.390,0 34.000


08.1.05 Program Pembinaan ,0
Agama Tingkat 1.244,0 12.500
08.1.06 Tinggi Pendidikan
Program ,0
agamaan 690,0 5.800,
0

380

Anda mungkin juga menyukai