Anda di halaman 1dari 7

Tinjauan Pustaka

Mekanisme Biomolekuler Pseudomonas aeruginosa dalam Pembentukan


Biofilm dan Sifat Resistensi terhadap Antibiotika

Wani Devita Gunardi

Staf Pengajar Bagian Mikrobiologi


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta
Alamat Korespondensi: wd409gunardi@gmail.com

Abstrak
Bakteri Pseudomonas aeruginosa adalah salah satu bakteri batang Gram negatif penghasil
biofilm yang banyak berperan dalam infeksi akut dan kronik. Komponen biofilm bakteri
Pseudomonas aeruginosa adalah Alginat yang merupakan polimer asetil dari asam beta D-
mannouronik dan alfa-L- asam guluronik. Biofilm ini resisten terhadap antimikroba dan sistem
pertahanan imun tubuh sehingga sulit untuk dieradikasi. Ketidakberhasilan terapi antibiotika pada
keadaan infeksi biofilm dikarenakan adanya struktur biofilm yang tersusun dari matriks Extracelullar
Polimeric Substances (EPS) yang sulit ditembus oleh antibiotika. Komponen matriks
eksopolisakarida (EPS) sebagai bahan pembungkus biofilm terdiri dari Psl, Pel, Alg, dan eDNA.
P.aeruginosa diketahui mampu menghasilkan tiga eksopolisarida biofilm yaitu alginat, Psl dan Pel.
Komponen Psl dan Pel berperan dalam proses pematangan atau maturasi biofilm dan resistensi
antibiotika, sedangkan komponen Alg lebih banyak berperan dalam menghasilkan mukus untuk
melindungi Pseudomonas aeruginosa dari antimikroba dan sistem imunitas tubuh. Antibiotika
golongan makrolida (eritromisin, claritromisin, dan azitromisin) memunyai aktivitas antibiofilm yang
kuat secara in vitro dan in vivo pada infeksi bakteri biofilm batang Gram negatif dengan menghambat
alginat yang membentuk EPS. Semua jenis antibiotik kecuali polymyxin ditolak oleh sistem
mekanisme pompa efflux P.aeruginosa yaitu meAX-oprM, mexXY-oprM, mexCD-oprJ dan mexEF-
oprN. Virulensi bakteri Pseudomonas aeruginosa berhubungan dengan produk bakteri seperti
eksotoksin A, eksoenzim S, alginat, hemolisin, fosfolipase C, elastase, alkalin protease dan siderofor.
Semua faktor virulensi ini telah memainkan peranan penting pada patogenesis infeksi traktus
respiratorius, saluran kemih, luka dan keratitis.

Kata kunci : Pseudomonas aeruginosa, bakteri penghasil biofilm, resistensi biofilm terhadap
antibiotika

Abstract
Pseudomonas aeruginosa is one of the gram-negative bacteria producing biofilm which has
an important role in acute and chronic infection. Pseudomonas aeruginosa ‘s biofilm material is
known as asetyl polimer originate from D-mannouronik beta acid and alfa-L- guluronik acid. This
biofilm is resistant to antibiotics and immune systems which make it hard to be eradicated. The
ineffectiveness of antibiotics treatment to biofilm infections due to high level of biofilm resistance as a
result from biofilm structure itself, build by exopolysaccharide matrix known as extracelullar
polimeric substances (EPS). This EPS functioned as a biofilm shield, contains of Psl, Pel, Alg, dan
eDNA. P.aeruginosa is known to be capable of producing three different type of exopolysaccharide
matrix, which are alginate, PsI and Pel. Psl and Pel material have role in maturation process and
antibotics resistant mechanism. Meanwhile, the Algs modulate defense mechanism of host’s imune
system and antibiotic resistance by producing slime. Makrolide antibiotic class (eritromisin,
claritromisin and azitromisin) has a strong antibiofilm activity in vitro and in vivo towards all gram-
negative bacteria producing biofilm infections by detaining the Alginate which produces EPS. All
types of antibiotics class, except polymyxin, were ejected by Pseudomonas aeruginosa efflux pumping
mechanism like meAX-oprM, mexXY-oprM, mexCD-oprJ dan mexEF-oprN. Virulence factor of
Pseudomonas aeruginosa related with bacteria products such as exotoxin A, exoenzyme S, alginate,
hemolysin, phospholipase C, elastase, alkaline protease and siderofor. All of these virulence factors
play an important role in pathogenesis of respiratory tract infection, urinary tract infection, wounds
and keratitis.

Keywords : Pseudomonas aeruginosa, biofilm producer, multidrugs resistant biofilm producer

Pendahuluan alat invasif kateter urin selama tindakan


operasi di rumah sakit, atau pada penyakit
Bakteri Pseudomonas aeruginosa saluran kemih lainnya yang mempermudah
merupakan salah satu bakteri opurtunistik terjadinya kolonisasi bakteri Pseudomonas
Gram negatif yang paling sering berperan aeruginosa.4
dalam pembentukan biofilm pada alat
kesehatan yang tertanam dalam tubuh Faktor Virulensi dan Molekuler dari
manusia. Diperkirakan 10%-20% kasus Uropatogenik Pseudomonas aeruginosa
infeksi nosokomial disebabkan oleh bakteri
Pseudomonas aeruginosa.1 Sebagai bakteri Virulensi bakteri Pseudomonas
pembentuk biofilm ini, maka infeksi biofilm aeruginosa berhubungan dengan produk
bakteri Pseudomonas aeruginosa umumnya bakteri seperti eksotoksin A, eksoenzim S,
sulit dieradikasi dan sering menyebabkan alginat, hemolisin, fosfolipase C, elastase,
infeksi persisten atau kronik, seperti pada alkalin protease, dan siderofor. Masing-masing
kasus infeksi kistik fibrosis paru atau infeksi dari faktor virulensi ini akan berperan sesuai
biofilm akibat pemakaian alat yang tertanam dengan letak tempat dan tipe infeksi dari
dalam tubuh.1,2 Hal ini disebabkan karena Infeksi Saluran Kemih. 4 Hal ini dapat terjadi
kerja dari antibiotika dan sistem imunitas melalui fasilitas komunikasi antar sel bakteri
tubuh menjadi kurang efektif pada bakteri atau quorum sensing. 3
yang terdapat dalam biofilm dibandingkan Pada isolat dari infeksi saluran kemih
dengan bakteri planktonik.2 terbanyak ditemukan faktor virulensi elastase,
Infeksi persisten yang disebabkan fosfolipase C, dan eksoenzim S yang berperan
oleh bakteri Pseudomonas aeruginosa ini juga sebagai penyebab infeksi yang bersifat
umumnya resisten terhadap terapi beberapa persisten. Dibandingkan dengan hasil isolat
antibiotika (MDR=multi-drug resistance dari infeksi lainnya maka isolat dari infeksi
organism). Keadaan ini dapat menimbulkan saluran kemih menghasilkan kadar alginat
komplikasi lanjutan berupa infeksi sekunder paling rendah dan kadar protease yang paling
jamur dan memperpanjang lama masa tinggi. Ditemukan juga bahwa dari isolat
perawatan.3 Bakteri Pseudomonas aeruginosa bakteri Pseudomonas aeruginosa yang berasal
juga memunyai kemampuan untuk hidup dan dari spesimen urin terdapat paling sedikit satu
tumbuh kembang dalam berbagai kondisi dan dari dua siderofor seperti pyochelin dan atau
lingkungan, sifat ini memungkinkan bakteri pyoverdin. Faktor virulensi hemolisin juga
Pseudomonas aeruginosa menjadi agen diketahui memunyai hubungan dengan
infeksi yang dapat memudahkan timbulnya kerusakan jaringan ginjal. Secara invitro,
wabah bakteri MDR di lingkungan rumah adanya produksi hemolisin yang kuat juga
sakit khususnya unit perawatan intensif dapat dipakai sebagai informasi adanya proses
(ICU).3 pyelonefritis. Dengan memahami dan mengerti
Bakteri Pseudomonas aeruginosa tentang mekanisme pengaturan ekspresi gen
juga merupakan bakteri patogen yang sering virulensi dari bakteri P.aeruginosa diharapkan
menjadi penyebab Infeksi Saluran Kemih, dapat mengembangkan alternatif lain
3
infeksi luka, dan infeksi saluran pernapasan penatalaksanaan infeksi bakteri biofilm.
bagian bawah pada pasien dengan Faktor virulensi lainnya adalah yang
imunokompromis. Faktor predisposisi Infeksi berhubungan dengan kemampuan untuk
Saluran Kemih dengan penyebab bakteri membentuk biofilm yaitu alginat,
Pseudomonas aeruginosa adalah pemakaian lipopolisakarida (LPS), flagel, pilus dengan
faktor adhesi, dan ada juga yang berkaitan atau maturasi biofilm, ternyata berperan juga
dengan produk sekresi dari sel seperti enzim dalam resistensi antibiotika. Sedangkan
protease, elastase, fosfolipase C, pyocyanin, komponen Alg lebih banyak berperan dalam
eksotoksin A, eksoenzim S, hemolisin, dan respons imun.6 Psl terletak pada bagian perifer
siderofor. 4,5 Faktor virulensi yang berperan dari matriks biofilm (EPS) dan berperan untuk
dalam pembentukan biofilm sesuai tahap menarik bakteri planktonik bebas untuk
pembentukannya adalah PilA dan PilB pada membentuk struktur biofilm. Pel berperan
pili untuk tahap pertama, yaitu tahap adhesi sebagai reseptor dari enzim diguanilat siklase
atau perlekatan dengan permukaan alat atau untuk mengontrol pembentukan c-di-GMP
jaringan serta alginat (Alg), Polysacharide sebagai second messenger untuk proses
synthesis locus (Psl), dan Pellicle formation maturasi biofilm.1,7
(Pel) pada tahap pematangan biofilm.1 Semua faktor virulensi ini memainkan
Pada P.aeruginosa dengan tipe mukoid peranan penting pada patogenesis infeksi
yang banyak ditemukan dari isolat pasien traktus respiratorius, saluran kemih, luka, dan
Cystic Fibrosis (CF), ditemukan alginat keratitis. Masing-masing dari faktor virulensi
sebagai komponen Extracellular Polymeric diatas , didapati bahwa elastase, fosfolipase C,
Substances (EPS) yang paling berperan , toksin A, dan eksoenzim S paling banyak
sedangkan dari isolat infeksi yang berkaitan ditemukan dari strain isolat P.aeruginosa
dengan penggunaan alat seperti kateter urin, penyebab infeksi pada luka, traktus
yang paling banyak ditemukan adalah Psl dan respiratorius, dan jarang ditemukan pada kasus
Pel sebagai komponen EPS yang dominan.1,2 infeksi saluran kemih. Tingkatan produksi
Komponen matriks eksopolisakarida (EPS) dari masing-masing faktor virulensi berbeda-
sebagai bahan pembungkus biofilm terdiri atas beda tergantung dari keadaan lingkungan
Psl, Pel, Alg, dan eDNA. Komponen Psl dan tempat infeksinya.4
Pel berperan selain dalam proses pematangan


Gambar 1. Mekanisme Virulensi yang Berperan pada Infeksi P. aeruginosa Dikutip dari Lee J dkk 3

P.aeruginosa diketahui mampu menghasilkan fenotip mukoid dari P.aeruginosa yang
tiga eksopolisakarida biofilm, yaitu alginat diisolasi dari infeksi sistik fibrosis. Peran QS
yang bermuatan negatif, eksopolisakarida pada biofilm untuk pertamakali ditemukan
yang kaya akan mannosa netral “PsI”, dan pada P.aeruginosa, yang sangat menentukan
eksopolisakarida yang kaya akan glukosa produksi faktor-faktor biofilm dan
“Pel”. Produksi alginat sangat menentukan perkembangan biofilm secara keseluruhan.
Regulasi QS pada P.aeruginosa melibatkan isolat P.aeruginosa yang resisten terhadap
tiga sistem (Rhl, Las, dan Qsc) yang carbapenem.11
membentuk jejaring QS. QS marupakan Beberapa jenis sistem mekanisme
regulator positif dari perluasan biofilm. pompa antibiotika (efflux pump) pada
Rhamnolipid merupakan contoh surfaktan P.aeruginosa telah diketahui yaitu : meAX-
yang dikendalikan oleh QS yang memfasilitasi oprM, mexXY-oprM, mexCD-oprJ, dan
biofilm P.aeruginosa. Kecuali itu perlu dicatat mexEF-oprN. Semua jenis antibiotika kecuali
bahwa pili (atau fimbriae) pada P.aeruginosa polymyxin ditolak oleh sistem mekanisme
memungkinkan melakukan motilitas sehingga pompa ini. MexAB-oprM bertanggung jawab
bisa melekat pada permukaan.6,8 terhadap resistensi terhadap B-laktam,
kuinolon dan beberapa jenis disinfektan.
Mekanisme Resistensi Bakteri MexXY-oprM merusak aminoglikosida dan
Pseudomonas aeruginosa mexEF-oprN merusak karbapenem dan
kuinolon. Gen dari sistem ini muncul hampir
Adanya kecenderungan peningkatan di semua galur namun tidak dalam jumlah
resistensi bakteri P.aeruginosa terhadap yang tinggi. Tetapi, peningkatan ekspresi ini
antibiotika secara global, pada umumnya dapat dihasilkan dari mutasi terhadap gen
akibat penggunaan antibiotika yang tidak regulator seperti mexR, yang mengkontrol
rasional atau overuse apalagi pada bakteri ekspresi gen mexAB-oprM.9
penghasil biofilm. Hal ini menimbulkan Multidrug – resistant (MDR)
P.aeruginosa menjadi bersifat multidrug- Pseudomonas aeruginosa telah diketahui
resistant. Dari beberapa penelitian sebagai salah satu bakteri penyebab utama
sebelumnya, didapatkan adanya penurunan infeksi nosokomial. Pada genom
sensitivitas bakteri P.aeruginosa terhadap P.aeruginosa, MexAB-OprM dan MexXY-
antibiotika seperti imipenem, yaitu dari 83.7% OprM, mempengaruhi fenotipe resisten B-
pada tahun 2002 menjadi 70.8% pada tahun laktam, dan mengurangi aktivitas
2015. 9,10 florokuinolon dan aminoglikosida. Selain itu
Terdapat beberapa mekanisme mekanisme lainnya yang berkaitan dengan
resistensi yang dimiliki oleh bakteri resistensi B-laktam antibiotika adalah adanya
P.aeruginosa yaitu melalui sifat intrinsik Penicillin binding Proteins (PBPs), yaitu
resisten yang telah dimilikinya, proses mutasi PBP1a, PBP1b, PBP2 dan PBP3.9,11
melalui kromosom, dan melalui transfer
materi gen resisten dari bakteri lainnya via Pembentukan Biofilm oleh Bakteri
transposon, plasmid, dan bakteriofaga. Pseudomonas aeruginosa
Mekanisme resistensi tersebut akan
mengakibatkan bakteri P.aeruginosa Pembentukan biofilm umumnya
memunyai kemampuan untuk restriksi uptake terdiri atas lima tahapan yaitu tahap pertama
antibiotika, memompa keluar antibiotika adalah perlekatan bakteri planktonik ke
(efflux pump), menginaktivasi antibiotika, dan permukaan lapisan kateter urin yang bisa
mengubah target antibiotika.9 diiniasi dari bahan material kateter, pH urin,
Beberapa di antara mekanisme zat-zat dalam urin (elektrolit dan protein).
resistensi terhadap B-laktam adalah adanya Pada tahap ini, peranan faktor virulensi
ekspresi AmpC, OprD dan efflux pump. Pada bakteri seperti flagel dan adhesin memegang
penelitian yang dilakukan oleh Moya et al, peranan penting. Tahap kedua adalah
resistensi dari P.aeruginosa terhadap B- perlekatan yang sifatnya menetap atau
laktam merupakan hasil dari kombinasi dari irreversible, pada tahap ini Pseudomonas
mutasi yang menyebabkan inaktivasi OprD, aeruginosa membutuhkan protein SadB yang
hiperproduksi AmpC dan overekspresi efflux akan mengubah perlekatan menjadi
pump. Kurangnya ekspresi PBP4 juga irreversible. Tahap ketiga adalah
menyebabkan terjadinya mutasi PAO1 pembentukan lapisan kompleks biomolekul
terhadap dacB. Modifikasi terhadap ekspresi dan matriks extracellular polymeric
gen PBP1a memiliki dampak terhadap substances (EPS) untuk membentuk
resistensi terhadap B-laktam. Beberapa studi mikrokoloni. Terdapat tiga komponen materi
lainnya mengungkapkan adanya penurunan polisakarida yang berperan dalam
ekspresi koding gen PBP2 dan PBP3 pada pembentukan biofilm pada bakteri
P.aeruginosa yaitu Psl, Pel dan alginat .Tahap untuk dapat kembali membentuk lapisan
keempat adalah pematangan biofilm dan tahap biofilm lainnya. 5,6,13
kelima terjadi pelepasan bakteri biofilm lagi,


Gambar 2. Tahap Pembentukan Biofilm: (i) perlekatan bakteri plantonik ke permukaan dinding
lumen kateter urin, (ii) perlekatan menetap atau irreversible, (iii) pembentukan mikrokoloni, (iv)
pematangan biofilm (v) pelepasan bakteri biofilm.13

Dari hasil penelitian Rasamiravaka, dkk, menjadi biofilm yang matang dan kokoh
diperlihatkan bahwa siklus pembentukan dengan struktur EPS-nya. Biofilm yang
biofilm oleh bakteri P.aeruginosa pada matang ini tercapai pembentukannya dalam
media glukosa yang minimal telah dimulai waktu 1-4 hari setelah terjadi perlekatan
pada dua jam pertama, yaitu tahap dimana bakteri, baik pada alat atau lingkungan abiotik
bakteri planktonik mulai melekat pada maupun pada jaringan. Bakteri dalam biofilm
permukaan alat atau lingkungan abiotik, yang matang ini dapat terdispersi kembali dari
kemudian dalam delapan jam berikutnya lingkungan biofilmnya menjadi bakteri
membentuk perlekatan yang bersifat menetap planktonik dan dapat mengolonisasi kembali
atau irreversible. Perlekatan ini akan permukaan alat atau jaringan lainnya. Hal ini
mencapai quorum sensing dan membentuk dapat terjadi seperti sebuah siklus yang
mikrokoloni dengan mulai membentuk EPS berulang dan dapat menyebabkan kolonisasi
sebagai matriksnya dalam waktu 14 jam. yang berlangsung secara terus-menerus,
Mikrokoloni ini kemudian makin berkembang sehingga pada suatu saat dapat terjadi infeksi.2

Gambar 3. Siklus Pembentukan Biofilm dari Bakteri P.aeruginosa pada Media Minimal
Glukosa.2

Terapi Antibiotika terhadap P.aeruginosa terhadap antibiotika Imipenem, Amikacin, dan


Ciprofloxacin. Tetapi laporan penelitian dari
Ketidakberhasilan terapi antibiotika negara Malaysia, Turki, dan India menyatakan
pada keadaan infeksi biofilm dikarenakan peningkatan resistensi yang tinggi terhadap
tingginya tingkat resistensi antibiotika akibat Amikacin dan Ciprofloxacin.15,16 Penelitian di
adanya struktur biofilm yang tersusun dari Rumah Sakit militer di Serbia periode tahun
matriks EPS. Beberapa penelitian 2006-2011, menunjukkan isolasi bakteri
menyarankan untuk menggunakan terapi tersering penyebab Catheter Associated
kombinasi antibiotika dengan antibiotika Urinary Tract Infection (CAUTI) adalah
golongan makrolida sebagai pilihan Candida sp (28,2%), Pseudomonas
utama.10,12-14 aeruginosa (18,3%) dan Klebsiella sp (15,5%)
Antibiotika golongan makrolida dengan peningkatan resistensi terhadap
(eritromisin, klaritromisin, dan azitromisin) antibiotika. Isolat bakteri Pseudomonas
memunyai aktivitas antibiofilm yang kuat aeruginosa memunyai tingkat resistensi
secara in vitro dan in vivo pada infeksi bakteri terhadap ciprofloxacin (69,2%) dan
biofilm batang Gram negatif dengan imipenem (46,1%).17) Hasil penelitian lainnya
menghambat alginat yang membentuk EPS.13 di Libya didapatkan kepekaan Pseudomonas
Antibiotika golongan makrolida banyak aeruginosa terhadap antibiotika anti-
digunakan pada infeksi biofilm traktus pseudomonas adalah Cefepime (54%),
respiratorius, karena faktor virulensi Alg yang piperacillin-tazobactam (54%), ceftazidim
banyak berperan pada bakteri P.aeruginosa (45%) sedangkan resistensi terhadap
tipe mukoid. Terdapat perbedaan hasil dari Imipenem sebesar 36%, lebih baik sedikit
berbagai penelitian di beberapa tempat untuk dibandingkan resisensi Imipenem di Serbia.
17,18
pola resistensi terhadap bakteri P.aeruginosa
yang diisolasi dari isolat klinik. Penelitian
Anil C. di Kathmandu Nepal tahun 2013,
melaporkan tingkat resistensi yang rendah
Daftar Pustaka 10. Yayan J, Ghebremedhin B, Rasche K.
Antibiotic resistance of Pseudomonas
1. Laverty G, Gorman SP, Gilmore BF. aeruginosa in pneumonia at a single
Biomolecular mechanisms of university hospital center in Germany over
Pseudomonas aeruginosa and Escherichia a 10-year period. PloS one.
coli biofilm formation. Pathogens. 2015;10(10):e0139836.
2014;3(3):596-632. 11. Moya B, Beceiro A, Cabot G, Juan C,
2. Rasamiravaka T, Labtani Q, Duez P, El Zamorano L, Alberti S, et al. Pan-beta-
Jaziri M. The formation of biofilms by lactam resistance development in
Pseudomonas aeruginosa: a review of the Pseudomonas aeruginosa clinical strains:
natural and synthetic compounds molecular mechanisms, penicillin-
interfering with control mechanisms. binding protein profiles, and binding
BioMed Research International. affinities. Antimicrobial agents and
2015;2015:759348. chemotherapy. 2012;56(9):4771-8.
3. Lee J, Zhang L. The hierarchy quorum 12. Wu H, Moser C, Wang HZ, Hoiby N,
sensing network in Pseudomonas Song ZJ. Strategies for combating
aeruginosa. Protein & cell. 2015;6(1):26- bacterial biofilm infections. International
41. journal of oral science. 2015;7(1):1-7.
4. Mittal R, KhandwahaR.K., Gupta V., 13. Soto SM. Importance of biofilms in
Mittal P.K., Harjas K. Phenotypic urinary tract infections: New therapeutic
characters of urinary isolate of approaches. Advances in biology.
Pseudomonas aeruginosa & their 2014;2014:1-13.
association with mouse renal colonization. 14. Herrmann G, Yang L, Wu H, Song Z,
Indian J Med Res. 2006;123:67-72. Wang H, Hoiby N, et al. Colistin-
5. Mittal R, Aggarwal S, Sharma S, Chhibber tobramycin combinations are superior to
S, Harjai K. Urinary tract infections monotherapy concerning the killing of
caused by Pseudomonas aeruginosa: a biofilm Pseudomonas aeruginosa. The
minireview. Journal of infection and Journal of infectious diseases.
public health. 2009;2(3):101-11. 2010;202(10):1585-92.
6. Wei Q, Ma LZ. Biofilm matrix and its 15. Anil C. SRM. Antimicrobial suscetibility
regulation in Pseudomonas aeruginosa. patterns of Pseudomonas aeruginosa
International journal of molecular clinical isolate at a tertiary care hospital
sciences. 2013;14(10):20983-1005. in Kathmandu Nepal. Asian Journal of
7. Whitney JC, Colvin KM, Marmont LS, Pharmaceutical and Clinical Research.
Robinson H, Parsek MR, Howell PL. 2013;6(3).
Structure of the cytoplasmic region of 16. K.M. S. Determination of antibiotic
PelD, a degenerate diguanylate cyclase resistance pattern of biofilm producing
receptor that regulates exopolysaccharide pathogenic bacteria-associated with uti.
production in Pseudomonas aeruginosa. Int J Drug Dev & Res. 2013;5 (4).
The Journal of biological chemistry. 17. Mladenovic J, Veljovic M, Udovicic I,
2012;287(28):23582-93. Lazic S, Jadranin Z, Segrt Z, et al.
8. Li H, Luo YF, Williams BJ, Blackwell TS, Catheter-associated urinary tract infection
Xie CM. Structure and function of OprD in a surgical intensive care unit.
protein in Pseudomonas aeruginosa:from Vojnosanitetski pregled.
antibiotic resistance to novel therapies. 2015;72(10):883-8.
International journal of medical 18. Zorgani A, Abofayed A, Glia A, Albarbar
microbiology: IJMM. 2012;302(2):638. A, Hanish S. Prevalence of device-
9. de Freitas A.L.P. BAL. Antibiotic associated nosocomial infections caused
resistance and molecular typing of by gram-negative bacteria in a trauma
Pseudomonas aeruginosa: Focus on intensive care unit in Libya. Oman
imipenem. BJID. 2002. Medical Journal. 2015;30(4):270-5.

Anda mungkin juga menyukai