Anda di halaman 1dari 16

BAB `I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Geologi adalah ilmu yang mempelajari tentang Bumi, mulai dari

komposisi, struktur, sifat-sifat fisik, sejarah, hingga proses pembentukannya.

Dalam ilmu geologi terdapat beberapa cabang ilmu salah satu ilmu yang penting

di pelajari adalah petrologi.

Petrologi merupakan salah satu ilmu geologi yang berfokus pada batuan

baik proses pembentukan, sejarah, asal dan sejarah dari batuan itu sendiri. Di

bumi terdapat tiga jenis batuan yaitu batuan beku yang terbentuk akibat proses

penurunan suhu pada magma, batuan sedimen terbentuk dari kumpulan sedimen –

sedimen hasil pelapukan batuan sebelumnya dan batuan metamorf yang terbentuk

akibat adanya tekanan dan suhu yang tinggi. Batuan sendiri merupakan benda

padat yang solid dan terbentuk terbentu oleh mineral – mineral.

Mineral pembentuk batuan sangat beragam sesuai dengan tempat

terbentuknya, komposisi kimia dan juga pada batuan dimana ia terbentuk. Maka

dari itu dilaksanakanlah praktikum ini untuk memberi pemahaman serta

pengenalan kepada mahasiswa mengenai jenis – jenis mineral yang yang terdapat

pada batuan sebagai penciri dari batuan agar mahasiswa dapat menerapkannya di

lapangan sebagai wujud keselarasan antara materi yang diperoleh dalam

perkuliahan dengan pengamatannya langsung di lapangan.


1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dari praktikum ini yaitu agar mahasiswa mengenali serta

mineral pada batuan mengetahui. Sedangkan tujuan dari praktikum ini yaitu:

1. Praktikan dapat mengenali jenis mineral pada sampel.

2. Praktikan dapat menentukan sifat kristal pada setiap sampel.

3. Praktikan mampu mengetahui pentingnya belajar petrologi.

1.3 Alat dan Bahan

1.3.1 Alat

Adapun alat dari praktikum kali ini yaitu:

1. ATM

2. Rocks & Minerals

3. Pensil warna

4. Komparator

5. Hcl

6. Lap kasan dan lap halus

7. Alat uji kekerasan

8. Magnet

1.3.2 Bahan

Sedangkan bahan dari praktikum ini yaitu:

1. Sampel batuan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Petrologi

Petrologi adalah suatu cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang

batuan sebagai penyusun kerak bumi. Bumi yang kita tempati ini disusun oleh

berbagai jenis batuan. Mempelajari batuan merupakan pengetahuan dasar untuk

mempelajari geologi serta untuk mengetahui sifat dan sejarah bumi kita. Batuan

adalah agregat padat yang terdiri dari mineral-mineral, gelas, ubahan material

organik atau kombinasi dari komponen-komponen tersebut yang terjadi secara

alamiah. Pembentukan berbagai macam mineral di alam akan menghasilkan

berbagai jenis batuan tertentu. Proses alamiah tersebut bisa berbeda-beda dan

membentuk berbagai jenis batuan yang berbeda.

2.2 Daur Batuan

Melalui daur batuan ini, juga dapat diruntut proses-proses geologi yang

bekerja dan mengubah kelompok batuan yang satu ke lainnya. Konsep daur

batuan ini merupakan landasan utama dari Geologi Fisik yang diutarakan oleh

JAMES HUTTON. Dalam daur tersebut, batuan beku terbentuk sebagai akibat

dari pendinginan dan pembekuan magma. Pendinginan magma yang berupa

lelehan silikat, akan diikuti oleh proses penghabluran yang dapat berlangsung

dibawah atau diatas permukaan Bumi melalui erupsi gunung berapi. Kelompok

batuan beku tersebut, apabila kemudian tersingkap dipermukaan, maka ia akan


bersentuhan dengan atmosfir dan hidrosfir, yang menyebabkan berlangsungnya

proses pelapukan. Melalui proses ini batuan akan mengalami penghancuran.

Selanjutnya, batuan yang telah dihancurkan ini akan dipindahkan/digerakkan dari

tempatnya terkumpul oleh gayaberat, air yang mengalir diatas dan dibawah

permukaan, angin yang bertiup, gelombang dipantai dan gletser dipegunungan-

pegunungan yang tinggi. Media pengangkut tersebut juga dikenal sebagai alat

pengikis, yang dalam bekerjanya berupaya untuk meratakan permukaan Bumi.

Bahan-bahan yang diangkutnya baik itu berupa fragmen-fragmen atau bahan yang

larut, kemudian akan diendapkan ditempat-tempat tertentu sebagai sedimen.

Proses berikutnya adalah terjadinya ubahan dari sedimen yang bersifat lepas,

menjadi batuan yang keras, melalui pembebanan dan perekatan oleh senyawa

mineral dalam larutan, dan kemudian disebut batuan sedimen. Apabila terhadap

batuan sedimen ini terjadi peningkatan tekanan dan suhu sebagai akibat dari

penimbunan dan atau terlibat dalam proses pembentukan pegunungan, maka

batuan sedimen tersebut akan mengalami ubahan untuk menyesuaikan dengan

lingkungan yang baru, dan terbentuk batuan malihan atau batuan metamorfis.

Apabila batuan metamorfis ini masih mengalami peningkatan tekanan dan suhu,

maka ia akan kembali leleh dan berubah menjadi magma. Panah-panah dalam

gambar, menunjukan bahwa jalannya siklus dapat terganggu dengan adanya jalan-

jalan pintas yang dapat ditempuh, seperti dari batuan beku menjadi batuan

metamorfis, atau batuan metamorfis menjadi sedimen tanpa melalui pembentukan


magma dan batuan beku. Batuan sedimen dilain pihak dapat kembali menjadi

sedimen akibat tersingkap ke permukaan dan mengalami proses pelapukan.

Gambar 2.1 Daur Batuan

2.3 Jenis – Jenis Batuan


2.3.1 Batuan Beku

Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah

jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan

atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif

(plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma

ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di

mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh salah satu
dari proses-proses berikut: kenaikan temperatur, penurunan tekanan, atau

perubahan komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan beku telah berhasil

dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di bawah permukaan kerak bumi.

2.3.2 Sedimen dan Batuan Sedimen

Sedimen adalah setiap partikel yang dapat ditransport oleh aliran fluida

yang kemudian diendapkan sebagai sedimen. Pada umumnya, sedimen diangkut

dan dipindahkan oleh air (proses fluvial), oleh angin (proses aeolian) dan oleh es

(glacier). Endapan pasir pantai dan endapan pada saluran sungai adalah contoh-

contoh dari pengangkutan dan pengendapan fluvial, meskipun sedimen dapat juga

mengendap pada aliran yang sangat lambat atau pada air yang relatif diam seperti

di danau atau di lautan. Endapan “sand dunes” dan endapan “loess” yang terdapat

di gurun merupakan contoh dari pengangkutan dan pengendapan yang disebabkan

oleh proses angin, sedangkan endapan “moraine” yang terdapat di daerah yang

beriklim dingin merupakan contoh dari pengangkutan dan pengendapan proses

gletser.

Sedimen merupakan bahan atau partikel yang terdapat di permukaan bumi

(di daratan ataupun lautan), yang telah mengalami proses pengangkutan

(transportasi) dari satu tempat (kawasan) ke tempat lainnya. Sedimen ini apabila

mengeras (membatu) akan menjadi batuan sedimen. Ilmu yang mempelajari

batuan sedimen disebut dengan sedimentologi. Faktor-faktor yang mengontrol

terbentuknya sedimen adalah iklim, topografi, vegetasi dan juga susunan yang ada
dari batuan. Sedangkan faktor yang mengontrol pengangkutan sedimen adalah air,

angin, dan juga gaya gravitasi. Sedimen dapat terangkut baik oleh air, angin, dan

bahkan salju/gletser. Mekanisme pengangkutan sedimen oleh air dan angin

sangatlah berbeda. Pertama, karena berat jenis angin relatif lebih kecil dari air

maka angin sangat susah mengangkut sedimen yang ukurannya sangat besar.

Besar maksimum dari ukuran sedimen yang mampu terangkut oleh angin

umumnya sebesar ukuran pasir. Kedua, karena sistem yang ada pada angin

bukanlah sistem yang terbatasi (confined) seperti layaknya channel atau sungai

maka sedimen cenderung tersebar di daerah yang sangat luas bahkan sampai

menuju atmosfer.

Sedimen-sedimen yang ada terangkut sampai di suatu tempat yang disebut

cekungan. Di tempat tersebut sedimen sangat besar kemungkinan terendapkan

karena daerah tersebut relatif lebih rendah dari daerah sekitarnya dan karena

bentuknya yang cekung ditambah akibat gaya grafitasi dari sedimen tersebut maka

susah sekali sedimen tersebut akan bergerak melewati cekungan tersebut. Dengan

semakin banyaknya sedimen yang diendapkan, maka cekungan akan mengalami

penurunan dan membuat cekungan tersebut semakin dalam sehingga semakin

banyak sedimen yang terendapkan. Penurunan cekungan sendiri banyak

disebabkan oleh penambahan berat dari sedimen yang ada dan kadang

dipengaruhi juga struktur yang terjadi di sekitar cekungan seperti adanya patahan.

2.3.2.1 Pembentukan Batuan Sedimen


Batuan sedimen terbentuk ketika sedimen diendapkan melalui air, angin,

gayaberat, atau es/glasial yang mengalir membawa partikel-partikel dalam bentuk

suspensi. Sedimen sedimen ini seringkali berasal dari proses pelapukan dan erosi

hasil penghancuran batuan menjadi partikel-partikel lepas. Partikel-partikel ini

kemudian diangkut dari sumbernya ketempat tempat pengendapannya. Jenis

sedimen yang terangkut kesuatu tempat tergantung pada kondisi geologi yang ada

di daerah sumber sedimennya. Beberapa batuan sedimen, seperti batuan evaporit,

tersusun dari material yang berasal dimana sedimen diendapkan. Batuan sedimen

secara alami tidak hanya tergantung pada pasokan sedimen, tetapi juga pada

lingkungan sedimen dimana sedimen terbentuk.

2.3.3 Batuan Metamorf

Kata “metamorfosa” berasal dari bahasa Yunani, yaitu “metamorphism”

dimana “meta” yang artinya “berubah” dan “morph” yang artinya “bentuk”.

Dengan demikian pengertian “metamorfosa” dalam geologi adalah merujuk pada

perubahan dari kelompok mineral dan tekstur batuan yang terjadi dalam suatu

batuan yang mengalami tekanan dan temperatur yang berbeda dengan tekanan dan

temperatur saat batuan tersebut pertama kalinya terbentuk. Sebagai catatan bahwa

istilah “diagenesa” juga mengandung arti perubahan yang terjadi pada batuan

sedimen. Hanya saja proses diagenesa terjadi pada temperatur dibawah 200° C

dan tekanan dibawah 300 MPa (MPa = Mega Pascal) atau setara dengan tekanan

sebesar 3000 atmosfir, sedangkan “metamorofsa” terjadi pada temperatur dan

tekanan diatas “diagenesa”. Batuan yang dapat mengalami tekanan dan temperatur
diatas 300 Mpa dan 200° C umumnya berada pada kedalaman tertentu dan

biasanya berasosiasi dengan proses tektonik, terutama di daerah tumbukan

lempeng atau zona subduksi. Batas atas antara proses metamorfosa dan pelelehan

batuan masih menjadi pertanyaan hingga saat ini. Sekali batuan mulai mencair,

maka proses perubahan merupakan proses pembentukan batuan beku. Batuan

metamorf adalah batuan yang terbentuk dari batuan asal (batuan beku, sedimen,

metamorf) yang mengalami perubahan temperatur(T), tekanan (P), atau

Temperatur (T) dan Tekanan (P) secara bersamaan yang berakibat pada

pembentukan mineral-mineral baru dan tekstur batuan yang baru.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Sampel 1
Gambar 3.1 Mineral Piroksin

Sampel dengan nomor urut 1 dan nomor peraga 25 memiliki golongan

mineral Inosilikat.Ketika lapuk akan bewarna cokelat dan ketika segar bewarna

hitam, cerat putih, kilap non logam, belahan tidak ada, pecahan Uneven Sampel

ini memiliki tingkat kekerasan 6 – 6,5 dan tergores pada tegel. Berat jenis sampel

ini adalah 2,9 – 3,4 gr/cm 3 dengan sifat kemagnetan diamagnetic, derajat

kejernihan opaq, tenacity Britte, sistem kristal Hexagonal, dan komposisi kimia

mineral (Ca, Na)(Mg, Fe, Al)(Si,Al). Dari sifat fisik mineral pada gambar di atas

di ketahui nama mineralnya adalah Piroksin.

Genesa atau proses pembentukan mineral ini yaitu terdapat dalam batuan

plutonik (gabro dan peridotit), batuan vulkanik (basal, tufa) dan batuan

metamorfik yang terbentuk pada suhu tinggi melalui proses metamorfisme kontak

ataupun regional. Mineral ini mudah diubah oleh larutan hidrotermal menjadi

pertumbuhan hornblende atau amphibole yang dikenal sebagai uralit, klorit dan

jarang menjadi epidot dan kalsit. Mineral ini berasosiasi dengan olivine, biotit,

nepheline, albite, apatite, serpentine, leucite, dan hornblende pada batuan

piroksinit.
Kegunaan mineral ini secara umum adalah cukup menarik dikalangan para

ilmuan petrologist dan para kolektor.

3.2 Sampel 2

Gambar 3.2 Mineral Hornblende

Sampel dengan nomor urut 02 dan nomor peraga 29B memiliki golongan

mineral Silikat.Ketika lapuk akan bewarna cokelat dan ketika segar bewarna hijau

gelap, cerat putih, kilap kaca, belahan ada, pecahan Uneven Sampel ini memiliki

tingkat kekerasan 6 dan tergores pada tegel. Berat jenis sampel ini adalah 2,9 –

3,4 gr/cm3 dengan sifat kemagnetan diamagnetic, derajat kejernihan opaq, tenacity

Britte, sistem kristal monoklin. dan komposisi kimia mineral Ca2(Mg, Fe, Al)5

(Al, Si)8O22(OH)2. Dari sifat fisik di atas di ketahui nama mineralnya adalah

Hornblende.

Hornblende merupakan mineral yang penting pada batuan metamorf

terutama pada batuan amphibolites beberapa di granulite dan eclogite. Mineral

ini juga terdapat di batuan beku mafik dan ultra basa karena terbentuk akibat
penuruan suhu magma, dan juga di temukan di batuan plutonik (diorite, gabro,

hornblendit, dll) dan jarang di temukan di batuan vulkanik (basalt). Mineral ini

berasosiasi dengan mineral – mineral seperti mikroklin, apatit, kuarsa, epidot, dll.

Hornblende digunkan untuk pembelajaran ilmuan dan untuk di koleksi

oleh kolektor.

3.3 Sampel 3

Gambar 3.3 Mineral Garnet

Sampel dengan nomor urut 03 dan nomor peraga 29B memiliki golongan

mineral Nesoilikat.Ketika lapuk akan bewarna cokelat dan ketika segar bewarna

hijau gelap, cerat putih, kilap kaca, belahan tidak ada, pecahan Uneven Sampel

ini memiliki tingkat kekerasan 6,5 – 7,5 dan tergores pada tegel. Berat jenis

sampel ini adalah 3,5 – 4,3 gr/cm3 dengan sifat kemagnetan diamagnetik, derajat

kejernihan translucent, tenacity Britte, sistem kristal isometrik. dan komposisi

kimia mineral X3Y2(SiO4)3. Dari sifat fisik di atas di ketahui nama mineralnya

adalah Garnet.
Garnet merupakan mineral yang merupakan ubahan hidro batuan ultrabasa

yang kaya akan sulfida nikel (tingkat metamorfisme sedang hingga rendah).

Garnet berasosiasi dengan mineral seperti kuarsa, biotit, feldspar.

Mineral berfungsi sebagai bijih atau ore utama nikel.

3.4 Sampel 4

Gambar 3.4 Mineral Muscovite

Sampel dengan nomor urut 05 dan nomor peraga 24 memiliki golongan mineral

silikat.Ketika lapuk akan bewarna hitam dan ketika segar bewarna cokelat, cerat

putih, kilap kaca, belahan ada, pecahan Concoidal Sampel ini memiliki tingkat

kekerasan 5,3 dan tergores pada kaca. Berat jenis sampel ini adalah 3,5 – 4,3

gr/cm3 dengan sifat kemagnetan diamagnetik, derajat kejernihan Translucent,

tenacity Britte, sistem isometrik . dan komposisi kimia mineral . Dari sifat fisik

di atas di ketahui nama mineralnya adalah Muskovit.


Muskovit merupakan mineral yang banyak di jumpai di batuan beku

plutonik yang kaya akan silica dan aluminium (pegmatit dan granit) karena

mineral ini terbentuk akibat pendingan magma pada suhu 600o dan juga terdapat

di batuan metamorf tingkat rendah – sedang – hingga tinggi (skies hijau dan fasies

metamorf). Varietasnya kurang umum dan merupakan karakteristik dari

lingkungan kimia tertentu. Muskovit juga termasuk mineral yang umum terdapat

di batuan sedimen seperti pada batupasir. Muskovit juga berasosiasi dengan

mineral-mineral seperti kuarsa, albit, fluorite, aquamarine, mikrokline, dll.

Muskovit digunakan untuk insulasi listrik dan panas, baik sebagai

lembaran tipis atau dalam bentuk kertas buatan yang terbuat dari muskovit bubuk

yang terikat oleh semen, plasti, dll. Dalam pembuatan, kertas, karet dan cat tahan

api serta digunakan juga dalam produk porselen sebagai pelumas kering.

3.5 Sampel 5
Gambar 3.5 Mineral Plagioklas

Sampel dengan nomor urut 04 dan nomor peraga 29B memiliki golongan mineral

silikat.Ketika lapuk akan bewarna kuning dan ketika segar bewarna putih, cerat

putih, kilap kaca, belahan ada, pecahan Uneven Sampel ini memiliki tingkat

kekerasan 6 – 6,5 dan tergores pada tegel. Berat jenis sampel ini adalah 2,55 –

2,63 gr/cm3 dengan sifat kemagnetan diamagnetik, derajat kejernihan opaq,

tenacity Britte, sistem Kristal monoklin . dan komposisi kimia mineral

K(AISi3O8). Dari sifat fisik di atas di ketahui nama mineralnya adalah Plagioklas.

Plagioklas merupakan mineral yang banyak ditemukan di batuan

intrusive, batuan plutonik terbentuk pada suhu sedang hingga tinggi dan terjadi

proses pendingnan secara perlahan.Plagioklas juga berasosiasi dengan mineral –

mineral seperti Albit, Flourit, Epidot, Muskovit, dan Kuarsa.

Mineral ini digunakan untuk industri mineral dan bahan pembuatan

porselen.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat kita Tarik dalam praktikum ini yaitu :

1. Mineral yang di jumpai pada saat praktikum yaitu mineral Piroksine,

Hornblende. Garnet, Muscovit dan Plagioklas.


2. Adapun sistem kristal yang terdapat di sampel yaitu Piroksine mempunyai

sistem kristal hexagonal, Hornblende Hexagonal. Garnet Hexagonal,

Muscovit memiliki sistem kristal isometrik dan Plagioklas dengan monoklin

sebagai sistem kristalnya.

3. Manfaat dari belajar petrologi yaitu petrologi merupakan cabang ilmu geologi

yang berfokus terhadap batuan bak sejarah, proses terbentuknya maupun

komposisi kimianya, dan juga bumi yang tersusun oleh batuan, itulah alasan

pentingnya belajar petrolgi.

DAFTAR PUSTAKA

Noor, Djauhari. 2012. Pengantar Geologi. Bogor : Universitas Pakuan.


Simon, schustur’s.1977. Rocks and Minerals. Italy : Mindadori Printing
Surjono, Sugeng S. Amijaya, D Hendra. 2017. Sedimentologi. Yogyakrta: Gadjah
Mada University Press

Anda mungkin juga menyukai