Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkankesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal
bagi masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan,
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan
penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.Salah satu upaya yang dilakukan untuk
pemberian pelayanan kepada pasien adalah melalui Promosi Kesehatan Rumah Sakit
(PKRS) agar pasien dan keluarga dapat mengambil keputusan yang tepat dalam
menghadapi berbagai masalah kesehatan yang dialami.
Promosi Kesehatan Rumah Sakit adalah upaya rumah sakit untuk meningkatkan
kemampuan pasien, klien dan kelompok-kelompok masyarakat , agar pasien dapat
mandiri dalam mempercepat kesembuhan dan rehabilitasinya, klien dan kelompok-
kelompok masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan, dan mencegah
masalah- masalah kesehatan dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat, promosi kesehatan rumah sakit dapat mencakup informasi sumber-sumber di
komunitas untuk tambahan pelayanan dan tindak lanjut pelayanan apabila diperlukan,
serta bagaimana akses ke pelayanan emergensi bila dibutuhkan.
Untuk dapat melaksanakan berbagai kegiatan promosi kesehatan rumah sakit maka
diperlukan suatu pedoman pelayanan kegiatan promosi kesehatan rumah sakit sebagai
acuan dalam melaksanakan kegiatan promosi kesehatan oleh rumah sakit.

B. Tujan Pedoman
1. Umum
Sebagai acuan dalam melaksanakan promosi kesehatan rumah sakit agar pasien,
klien, dan kelompok-kelompok masyarakat dapat mandiri dalam mempercepat
penyembuhan dan rehabilitasinya, klien dan kelompok masyarakat dapat mandiri
dalam meningkatkan kesehatan dan mencegah masalah-masalah kesehatan yang ada
2. Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan pasien dan keluarga tentang masalah
kesehatan yang dialami.
b. Membantu pasien dan keluarga dalam membuat keputusan terhadap
perawatannya.
c. Meningkatkan keterlibatan pasien dan keluarga dalam program pengobatan.

C. Ruang Lingkup Pelayanan

1
Ruang lingkup pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) di RS Borneo
Citra Medika secara umum dapat dikategorikan sebagai berikut:
1. Di dalam Gedung
a. Di dalam gedung rumah sakit PKRS dilaksanakan seiring dengan pelayanan yang
diselenggarakan rumah sakit, antara lain:
b. PKRS diruang pendaftaran/administrasi, yaitu dimana pasien harus melapor/
mendaftar sebelum mendapatkan pelayanan
c. PKRS di pelayanan rawat jalan bagi pasien yaitu di poliklinik-poliklinik seperti
poliklinik kebidanan dan kandungan, poliklinik anak, poliklinik mata, poliklinik
penyakit dalam, poliklinik bedah dan lain-lain.
d. PKRS di pelayanan rawat inap bagi pasien yaitu di ruang rawat darurat, rawat
insentif, dan ruang rawat inap.
e. PKRS di pelayanan penunjang medis pasien yaitu dipelayanan obat, pelayanan
laboratorium dan pelayanan rehabilitasi medik.
f. PKRS dalam pelayanan bagi pasien orang sehat yaitu seperti pelayanan KB,
konseling gizi, bimbingan senam, periksa kesehatan(chek up) dan lain-lain.
2. Di luar gedung
Kawasan luar gedung rumah sakit dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk PKRS
yaitu :
a. PKRS di tempat parkir yaitu berupa pemasangan poster- poster, spanduk dengan
memanfaatkan ruangan yang ada gedung parkir sampai kesudut gedung parkir
b. PKRS di tempat umum seperti kantin, tempat ibadah, dan lain-lain yaitu dengan
melakukan pemasangan banner dan poster-poster.

D. Batasan Operasional
Pedoman pelayanan promosi kesehatan rumah sakit adalah kumpulan ketentuan dasar
yang memberi arah dalam pelayanan edukasi pada pasien dan keluarga, merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi
kepada keterlibatan pasien dalam pengambilan keputusan terkait masalah kesehatan yang
dialami.
1. Kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
2. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang
kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan.
3. Alat kesehatan adalah instrumen, set paratus, mesin dan/atau implan yang tidak
mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan
dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada
manusia, danatau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.
2
4. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan
dan kontrasepsi, untuk manusia.
5. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau seran gkaian kegiatan yang dilakukan
secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit,
peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh
pemerintah danatau masyarakat.
6. Pelayanan kesehatan promotif adalah suatu kegiatan danatau serangkaian kegiatan
pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi
kesehatan.
7. Pelayanan kesehatan preventif adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu
masalah kesehatan/penyakit.
8. Pelayanan kesehatan kuratif adalah suatu kegiatan danatau serangkaian kegiatan
pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan
akibat penyakit, pengendalian penyakit, atau pengendalian kecacatan agar kualitas
penderita dapat terjaga seoptimal mungkin.
9. Pelayanan kesehatan rehabilitatif adalah kegiatan danatau serangkaian kegiatan untuk
mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi
sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat semaksimal
mungkin sesuai dengan kemampuannya.
10. Pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga adalah pemberian informasi kesehatan
kepada pasien atau keluarga sesuai informasi yang dibutuhkan pasien dan keluarga
agar pasien dapat mengambil keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah
kesehatan yang dialami.

E. Landasan Hukum
Sebagai acuan dasar pertimbangan dalam pelayanan PKRS diRS Borneo Citra Medika
peraturan perundang-undangan pendukung.
Beberapa ketentuan yang digunakan sebagai berikut :
1. Undang-Undang Rebublik Indonesia No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-Undang Rebublik Indonesia No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
4. Keputusan Menteri Kesehatan No 004/KEMENKES/III/2012 tentang Petunjuk Teknis
Promosi Kesehatan
5. KEPMENKES Nomor 1193/MENKES/SK/X/2004 tentang Kebijakan Nasional
Promosi Kesehatan
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


3
Direktur Rumah Sakit membentuk tim yang bertanggung jawab sebagai pengelola
PKRS. Tim ini harus berada pada posisi yang dapat menjangkau seluruh unit yang ada di
rumah sakit, sehingga fungsi koordinasinya dapat berjalan secara efektif dan
efisien.Pembentukan Tim dirumuskan tugas pokok dan fungsinya serta tata hubungan
kerja dengan unit lainnya, dan dituangkan dalam keputusan direksi, selanjutnya diikuti
dengan penugasan sejumlah tenaga rumah sakit sebagai pengelola purna waktu(full
timer).Kualifikasi tenaga tersebut mengacu kepada standar minimal tenaga PKRS.
Standar tenaga khusus promosi kesehatan untuk rumah sakit adalah sebagai berikut:
1. Dokter umum atau dokter spesialis
2. S1 Keperawatan atau Kesehatan Masyarakat
3. D3 Keperawatan/Kebidanan yang terlatih

B. Distribusi Ketenagaan
Jabatan kualifikasi jumlah penempatan :
1. Ketua Tim PKRSDokter umum1 orang
2. Sekretaris Perawat 1 orang
3. Anggota Dokter dan dokter gigi
a. Perawat dan bidan
b. Analis
c. Apoteker
d. Ahli gizi
e. Radiographer
f. Terapissesuai kebutuhanUnit Pelayanan Medis
g. Unit Keperawatan
h. Instalasi Farmasi
i. Unit Laboratorium
j. Unit Pelayanan Gizi

C. Pengaturan Jaga
Pengaturan ketenagaan Tim Edukator Rumah Sakit diatur berdasarkan pengaturan jam
dinas sesuai dengan pola shift.
1. Waktu kerja pelayanan 24 jam (3 shift).
2. Ketenagaan tiap shift terdiri dari :
a. Shift pagi : 07.00-14.00 WIB.
b. Shift siang : 14.00-21.00 WIB.
c. Shift malam : 21.00-07.00 WIB.
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
4
Lokasi Tim Pendidikan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) menyatu dengan sistem
pelayanan rumah sakit.Fasilitas yang tersedia adalah adanya ruangan khusus untuk
edukasi, peralatan edukasi berupa laptop, LCD, leaflet, poster dan adanya berbagai
macam alat peraga.
Pembagian ruangan untuk KPRS terdiri dari beberapa area berdasarkan kegiatan yaitu:
1. Ruang konseling di Instalasi Gawat Darurat
2. Ruang konseling di Unit Keperawatan
3. Ruang konseling di Unit Kebidanan
4. Ruang konseling di Unit Perawatan Anak
5. Ruang konseling di OK / VK
6. Ruang konseling di HCU

B. Standar Fasilitas
Dalam melaksanakan kegiatan promosi kesehatan tentunya membutuhkan sarana
dan prasarana dalam menunjang kebutuhan kegiatan tersebut meliputi :
1. Komputer/ Laptop
2. Printer
3. Furniture (meja, kursi, rak lemari, filling cabinet)
4. Alat tulis kantor
5. Telepon dan faximile
6. LCD
7. Alat peraga untuk demonstrasi
8. Leaflet
9. Poster
10. Banner

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

5
Pengelolaan kegiatan poromosi kesehatan merupakan suatu siklus kegiatan yang
dimulai dari perencanaan sampai evaluasi yang terkait satu dengan yang lain mencakup
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
A. Pelaksanaan Perencanaan Promosi kesehatan
Tim promosi kesehatan rumah sakit membuat perencanaan tentang kegiatan promosi
kesehatan kepada pasien keluarga dan masyarakat meliputi kebutuhan akan adanya
edukasi, ketersediannya tenaga edukator yang dibutuhkan, peralatan yang dibutuhkan,
ruangan dan materi sesuai kebutuhan pasien.
Kegiatan promosi kesehatan di RS Borneo Citra Medika secara umum dapat
dikategorikan sebagai berikut:

B. Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Dalam Gedung


Di dalam gedung rumah sakit PKRS dilaksanakan seiring dengan pelayanan yang
diselenggarakan rumah sakit, antara lain :
1. PKRS diruang pendaftaran/administrasi, yaitu dimana pasien harus melapor/
mendaftar sebelum mendapatkan pelayanan
2. PKRS di pelayanan rawat jalan bagi pasien yaitu di poliklinik-poliklinik seperti
poliklinik kebidanan dan kandungan, poliklinik anak, poliklinik mata, poliklinik
penyakit dalam, poliklinik bedah dan lain-lain.
3. PKRS di pelayanan rawat inap bagi pasien yaitu di ruang rawat darurat, rawat insentif,
dan ruang rawat inap.
4. PKRS di pelayanan penunjang medis pasien yaitu dipelayanan obat, pelayanan
laboratorium dan pelayanan rehabilitasi medik.
5. PKRS dalam pelayanan bagi pasien sehat yaitu seperti pelayanan KB, konseling gizi,
bimbingan senam, periksa kesehatan (chek up) dan lain-lain.
6. PKRS di ruang pembayaran rawat inap yaitu ruang dimana pasien rawat inap harus
menyelsaikan pembayaran rawat inap sebelum meninggalkan rumah sakit.

C. Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Luar Gedung


Kawasan luar gedung rumah sakit dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk PKRS
yaitu:
1. PKRS di tempat parkir yaitu pemanfataan ruangan yang ada gedung parkir sejak dari
bangnuan gardu parkir sampai ke sudut-sudut lapangan gedung parkir.
2. PKRS di tempat umum seperti kantin, tempat ibadah, dan lain-lain.

D. Pelaksanaan Promosi Kesehatan Internal Rawat Jalan


Promosi kesehatan bagi pasien rawat jalan berpegang kepada strategi dasar promosi
kesehatan, yaitu pemberdayaan yang didukung oleh bina suasana dan advokasi

6
1. Pemberdayaan
Pemberdayaan dilakukan terhadap seluruh pasien, yaitu di mana setiap petugas rumah
sakit yang melayani pasien meluangkan waktunya untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan pasien berkenaan dengan penyakitnya atau obat yang harus ditelannya, maka
dapat disediakan satu ruang khusus bagi para pasien rawat jalan yang memerlukan
konsultasi atau ingin mendapatkan informasi.
2. Bina Suasana
Sebagaimana disebutkan di muka, pihak yang paling berpengaruh terhadap pasien
rawat jalan adalah orang yang mengantarkannya ke rumah sakit. Mereka ini tidak dalam
keadaan sakit, sehingga memungkinkan untuk mendapatkan informasi dari berbagai
media komunikasi yang tersedia dipoliklinik, khususnya diruang tunggu, perlu dipasang
poster-poster, disediakan selebaran(leaflet), dipasang televisi dan VCD/DVD player yang
dirancang untuk secara terus menerus menayangkan informasi kesehatan/penyakit.
Dengan mendapatkan informasi yang benar mengenai penyakit yang diderita pasien yang
diantarannya, si pengantar diharapkan dapat membantu rumah sakit memberikan juga
penyuluhan kepada pasien.Bahkan jika pasien yang bersangkutan juga dapat ikut
memperhatikan leaflet, poster atau tayangan yang disajikan, maka seolah-olah ia berada
dalam suatu lingkungan yang mendorongnya untuk berprilaku sesuai yang dikehendaki
agar penyakit atau masalah kesehatan yang dideritanya dapat segera diatasi.
3. Advokasi
Advokasi bagi kepentingan pasien rawat jalan umumnya diperlukan juga pasien
tersebut miskin. Biaya pengobatan dengan rawat jalan bagi pasien miskin memang sudah
dibayar melalui program Jaminan Multiguna.

E. PelaksanaanPromosi Kesehatan Internal Rawat Inap


Pada saat pasien sudah memasuki masa penyembuhan, umumnya pasein sangat ingin
mengetahui seluk-beluk tentang penyakitnya.Walaupun ada juga pasien yang acuh tak
acuh.Terhadap mereka yang antusias, pemberian informasi dapat segera dilakukan.Tetapi
bagi mereka yang acuh tak acuh, proses pemberdayaan harus dimulai dari awal, yaitu dari
fase meyakinkan adanya masalah.
Sementara itu, pasien yang dengan penyakit kronis dapat menunjukan reaksi yang
berbeda-beda, seperti misalnya apatis, agresif, atau menar ik diri.Hal ini dikarenakan
penyakit kronis umumnya memberikan pengaruh fisik dan kejiwaan serta dampak sosial
kepada penderitanya.Kepada pasien yang seperti ini kesabaran dari petugas rumah sakit
sungguh sangat diharapkan, khususnya dalam pelaksanaan pemberdayaan.

1. Pemberdayaan
Sebagaimana disebutkan di atas, pemberdayaan dilakukan terhadap pasien rawat inap
pada saat mereka sudah dalam fase penyembuhan dan terhadap pasien rawat inap penyakit

7
kronis(kanker, tuberkolusis, dan lain-lain). Terdapat beberapa cara pemberdayaan atau
konseling yang dapat dilakukan dalam hal ini.
a. Konseling di Tempat Tidur
Konseling di tempat tidur(bedside conseling) dilakukan terhadap pasien rawat
inap yang belum dapat atau masih sulit meninggalkan tempat tidurnya dan harus
terus berbaring.Dalam hal ini perawat mahir yang menjadi konselor harus
mendatangi pasien demi pasien, duduk di samping tempat tidur pasien tersebut,
melakukan pelayanan konseling.
b. Biblioterapi
Biblioterapi adalah penggunaan bahan-bahan bacaan sebagai sarana untuk
membantu proses penyembuhan penyakit yang diderita pasien rumah sakit.
c. Konseling berkelompok
Terhadap pasien yang dapat meninggalkan tempat tidurnya barang sejenak,
dapat dilakukan konseling secara berkelompok(3 – 6 orang). Untuk itu maka di
bangsal keperawatan yang bersangkutan harus disediakan suatu tempat atau
ruangan berkumpul.Konseling berkelompok ini digunakan untuk meningkatan
pengetahuan pasien, mengubah sikap dan perilaku pasien serta merupakan sarana
bersosialisasi para pasien.Untuk konseling berkelompok sebaiknya digunakan alat
peraga atau media komunikasi untuk kelompok.
2. Bina suasana
Lingkungan yang besar pengaruhnya terhadap pasien rawat inap adalah para
penjenguk(pembesuk). Biasanya para pembesuk ini sudah berdatangan beberapa saat
sebelum jam besuk di mulai.
a. Pemanfaatan Ruang Tunggu
Agar para penjenguk tertib saat menunggu jam besuk, sebaiknya rumah sakit
menyediakan ruang tunggu bagi mereka. Jika demikian, maka ruang tunggu ini
dapat digunakan sebagai sarana untuk bina suasana.Pada dinding ruang tunggu
dapat dipasang berbagai poster, juga dapat disediakan selebaran/leaflet.
b. Pendekatan Keagamanaan
Suasana yang mendukung terciptanya perilaku untuk mempercepat
penyembuhan penyakit juga dapat dilakukan dengan pendekatan keagamaan.Dalam
hal ini para petugas rumah sakit, baik dengan upaya sendiri atau pun dengan
dibantu pemuka agama, mengajak pasien untuk melakukan pembacaan doa-doa
yang disambung dengan tausiah/nasihat tentang pentingnya melaksanakan perilaku
tertentu.

c. Advokasi

8
Untuk promosi kesehatan pasien rawat inap advokasi juga diperlukan,
khususnya dalam rangka menciptakan kebijakan atau peraturan perundang-
undangan sebagai rambu-rambu perilaku dan menghimpun dukungan sumber daya,
khususnya untuk membantu pasien miskin.
d. Promosi Kesehatan di Tempat Pembayaran
Sebelum pulang pasien rawat inap yang sudah sembuh atau kerabatnya singgah
dulu di tempat pembayaran.Di ruang ini pasien/keluarga tidak berada dalam waktu
yang lama namun hendaknya promosi kesehatan tetap harus dilakukan seperti
pemasangan poster-poster atau leaflet-leaflet.

F. PelaksanaanPromosi Kesehatan Eksternal


Promosi kesehatan yang dilaksanakan di luar rumah sakit yang bertujuan
memberdayakan kesehatan santri dan masyarkat umumnya di lingkungan sekitar rumah
sakit. Untuk pelaksanaan promosi kesehatan eksternal meliputi :
1. Santri yang ada dikota Pelaihari
2. Siswa yang ada di sekolah
3. Mahasiswa yang ada di kampus atau lembaga kursus
4. Masyarakat umum yang ada di desa ataupun kota
5. Komunitas atau suatu organisasi
6. Program Bakti Sosial
7. Program Siaran Kesehatan di Radio

G. PelaksanaanEvaluasi Pendidikan kesehatan


Setiap 3 bulan sekali panitia PKRS membuat laporan pelaksanaan kegiatan edukasi
yang dilakukan untuk melihat keberhasilan pelaksanaan edukasi dan rencana tindak lanjut
dari kegiatan yang sudah dilakukan dan dilaporkan kepada DirekturRS Borneo Citra
Medika.

9
BAB V
LOGISTIK

A. Definisi
Segala sesuatu/ benda yang berwujud dan dapat diperlakukan secara fisik (tangible),
baik yang digunakan untuk kegiatan pokok maupun kegiatan penunjang
(administrasi).Logistik untuk kegiatan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) adalah
persediaan peralatan dan perbekalan yang dibutuhkan untuk melaksanakan promosi
kesehatan pada pasien dan keluarga seperti alat audiovisual, alat tulis, materi penyuluhan
kesehatan dan formulir dokumentasi.

B. Kelompok Peralatan
Dalam pembagian kelompok peralatan yang dibutuhkan tim PKRS tentunya harus
tersedia, kebutuhan peralatan itu meliputi :
1. Laptop
2. LCD
3. Alat Kesehatan
4. Materi Penyuluhan Kesehatan berupa poster, leaflet, banner, spanduk dll
5. Formulir dokumetasi
6. Alat peraga

10
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Definisi
Keselamatan Pasien / Patient Safety adalah keadaan dimana pasien bebas dari harm
atau cedera, yang dapat meliputi penyakit, cedera fisik, psikologis, sosial, penderitaan,
cacat, kematian dan lainnya, yang seharusnya tidak terjadi. Promosi kesehatan rumah
sakit yang diberikan pada pasien dan keluarga berfokus pada keselamatan pasien.
Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih
aman yang meliputi assesment risiko, identifikasi, pengelolaan hal yang berhubungan
dengan risiko pasien, pelaporan, dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan
tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
indakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Upaya untuk menjamin keselamatan pasien di fasilitas kesehatan sangatlah kompleks
dan banyak hambatan.Konsep keselamatan pasien harus dijalankan secara menyeluruh
dan terpadu. Upaya untuk meningkatakan keselamatan pasien salah satu cara yang dapat
dilaksanakan adalah dengan melakukan promosi kesehatan kepada pasien dan keluarga
agar pasien dan keluarga dapat mengambil keputusan yang tepat terkait masalah kesehatan
yang dialami.

B. Tujuan
Dalam meningkatkan keselamatan pasien melalui tindakan pendidikan kesehatan
antara lain dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang :
1. Proses penyakit dan penatalaksanaan medis
2. Penggunaan obat yang aman dan interaksi obat
3. Keamanan penggunaan peralatan medis
4. Pencegahan resiko jatuh pada pasien anak, dewasa dan lansia
5. Pencegahan infeksi di rumah sakit

C. Tata Laksana
Istilah-istilah yang berhubungan dengan cedera Dalam membangun keselamatan
pasien banyak istilah-istilah yang perlu difahami dan disepakati bersama. Istilah-istilah
tersebut diantaranya adalah:
1. Kejadian Tidak Diharapkan/KTD (Adverse Event)
2. Kejadian Nyaris Cedera/KNC (Near miss)
3. Kejadian Sentinel

11
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Definisi
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit merupakan salah satu
perlindungan bagi tenaga kesehatan yang bertujuan untuk mencegah serta mengurangi
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Undang-undang nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dimaksudkan
untuk menjamin :
1. Setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan dalam
melakukan kerja.
2. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu berada dalam
keadaan sehat dan selamat.
3. Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan dijalankan secara efisien.

B. Tujuan
Manajemen kesehatan dan keselamatan kerja di Rumah Sakit bertujuan agar tercapai
pelayanan dan produktifitas kerja yang optimal, dengan tujuan khusus yaitu :
1. Memberikan perlindungan kepada sekuruh staf, pasien dan pengunjung
2. Mencegah kecelakaan kerja, paparan bahan berbahaya, kebakaran dan pencemaran
lingkungan.
3. Mengamankan peralatan kerja, bahan baku dan menciptakan lingkungan kerja aman.

C. Tata Laksana
Tahap Pengendalian K3 Pada Saat Pemberian Edukasi Kepada Pasien Dan
KeluargaPetugas pemberi edukasi juga rentan tertular penyakit karena petugas
berhubungan langsung dengan pasien terutama saat pemberian pendidikan kesehatan
secara tatap muka. Oleh karena itu petugas perlu memperhatikan upaya pencegahan
infeksi tersebut antara lain :
1. Cuci Tangan sebelum dan sesudah memberikan pendidikan kesehatan
2. Menggunakan alat pelindung diri terutama jika pasien atau keluarga pasien yang
diberikan edukasi memiliki penyakit menular seperti TBC
3. Ventilasi dan pencahayaan yang baik di ruang edukasi
4. Memberikan pendidikan tentang pencegahan infeksi seperti cara cuci tangan, cara
batuk efektif, pengelolaan sampah diruangan.

12
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

A. Definisi
Mutu Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) adalah pelayanan PKRS
yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan kepuasan
pasien sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata masyarakat, serta penyelenggaraannya
sesuai dengan standar pelayanan profesi yang ditetapkan.

B. Tujuan
Terciptanya pelayanan PKRS yang menjamin efektifitas pemberian pendidikan kesehatan
1. Meningkatkan efisiensi pelayanan
2. Meningkatkan kepuasan pelanggan
3. Tercapainya mutu pelayanan rumah sakit sesuai dengan tuntutan dan perkembangan
ilmu pengetahuan.
Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, khususnya dalam pemberian
pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga maka disusun suatu indikator untuk
mengukur kualitas pelayanan.

C. Pelaksanaan Pengendalian Mutu :


Sebagai indikator pengendalian mutu pelayanan PKRS maka Ditetapkan Standar
Mutu Pelayanan PKRS yang merupakan bagian dari standar mutu rumah sakit.
1. Penetapan standar mutu dilakukan berdasarkan hasil, evaluasi dan analisa pencapaian
standar mutu tahun sebelumnya.
2. Standar mutu ditetapkan setiap awal tahun dan akan dievaluasi setiap tahun
3. Laporan dan evaluasi pencapaian standar mutu dibuat oleh Ketua Panitia PKRS dan
dilaporkan setiap triwulan kepada Direksi.
Indikator mutu yang digunakan adalah prosentase pasien yang dilakukan edukasi oleh
tenaga kesehatan.

D. Pelaksanaan Peningkatan Mutu


1. Merupakan kegiatan – kegiatan tidak rutin yang dilakukan untuk meningkatkan mutu
pelayanan sebagai tindak lanjut dari evaluasi program kerja pelayanan yang telah
dilaksanakan.
2. Program peningkatan mutu dituangkan dalam program kerja tahunan berikutnya yang
meliputi :
a. Program pengembangan staf / SDM : berupa program diklat
b. Program pengembangan peralatan
c. Program pengembangan ruangan dan fasilitas

13
d. Program pengembangan sistem dan lain - lain
3. Program peningkatan mutu disusun satu tahun sekali yang dimasukkan ke dalam
program kerja tahunan berdasarkan evaluasi pencapaian program kerja tahun
sebelumnya (Rekapitulasi data, analisa dan evaluasi tahunan dilakukan pada bulan
Desember untuk membuat program peningkatan mutu tahun berikutnya dan revisi
standar mutu yang merupakan bagian dari program kerja tahunan).
4. Jika terjadi hal – hal yang berpotensi mengganggu pelayanan pada tahun berjalan
maka tindak lanjut perbaikan mutu harus segera dilakukan.
5. Penanggung jawab kegiatan mutu adalah Ketua Tim PKRS

14
BAB IX
PENUTUP

Dengan adanya buku Pedoman ini diharapkan kegiatan Promosi Kesehatan Rumah
Sakit (PKRS) dapat berjalan dengan baik dan kinerjanya dapat ditingkatkan sehingga dapat
meningkatkan keterlibatan paisen dalam pengambilan keputusan terkait masalah kesehatan
yang dialami.
Bagi para staf promosi kesahatan rumah sakit (PKRS) diharapkan Buku Pedoman ini
dapat membantu memberi gambaran kegiatan, hal-hal apa saja yang dilaksanakan dan upaya-
upaya peningkatan kinerja sehingga tercapai tujuan yang diharapkan.Buku ini masih akan
terus dievaluasi, sehingga kami harapkan saran dan masukan yang berharga bagi
penyempurnaan buku pedoman ini dimasa mendatang selalu di nantikan.

15
DAFTAR PUSTKA

Keputusan Menteri Kesehatan No 004/KEMENKES/III/2012 tentang Petunjuk Teknis


Promosi Kesehatan
KEPMENKES Nomor 1193/MENKES/SK/X/2004 tentang Kebijakan Nasional Promosi
Kesehatan
https://www.scribd.com/doc/316403577/Sop-Pkrs-Revisi diakses pada tanggal 9 Desember
2016 pukul 07.45 WIB
https://www.scribd.com/doc/242380838/pedoman-pelayanan-pkrs diakses pada tanggal 9
Desember 2016 pukul 08.50 WIB
https://www.scribd.com/doc/261931920/Pedoman-Pelayanan-Promosi-Kesehatan-Rumah-
Sakit diakses pada tanggal 9 Desember 2016 pukul 09.15 WIB

16

Anda mungkin juga menyukai