Disusun Oleh:
Retno Nilasari
203082001909
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2008 M/1429 H
2
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana
Ekonomi
Oleh:
Retno Nilasari
203082001909
Dibawah Bimbingan :
Pembimbing I Pembimbing II
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2007
3
Hari ini Kamis Tanggal 29 Bulan Oktober Tahun Dua ribu Tujuh telah dilakukan
ujian komprehensif atas nama Retno Nilasari NIM: 203082001909 dengan judul
Skripsi “ANALISIS TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK HOTEL
DAN RESTORAN TERHADAP PENERIMAAN PAJAK DAERAH (Studi
Kasus Pada Suku Dinas Pendapatan Daerah Jakarta Pusat I)”.
Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka
skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana
Ekonomi
Oleh:
Retno Nilasari
203082001909
Dibawah Bimbingan :
Pembimbing I Pembimbing II
Penguji Ahli
Amilin, SE.,Ak.,M.Si.
NIP. 150 216 997
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2007
5
Pendidikan Formal :
1. SDN Duren Sawit 16 Pagi
2. SLTP 27 Duren Sawit
3. SMU 44 Perumnas Kelender
4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan Akuntansi
6
Abstract
Abstrak
Kata kunci: tingkat kepatuhan wajib pajak hotel dan restoran, penerimaan
pajak daerah
8
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah Tuhan Semesta Alam. Yang selalu
memberikan kemenangan bagi siapa saja yang berjuang dijalan-Nya. Teriring
shalawat dan salam tak lupa juga terlimpah kepada Rasulullah Muhammad SAW,
beserta keluarga, sahabat serta orang-orang yang istiqomah dalam mengemban
risalahnya hingga akhir zaman.
Penulis senang dapat mengerjakan skripsi yang berjudul “Analisis
Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Hotel dan Restoran Terhadap
Penerimaan Pajak Daerah”. Penulis berharap semoga dengan tulisan ini dapat
memberikan kontribusi pengalaman dan pengetahuan yang bisa dipergunakan
dimasa mendatang.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi tugas guna
memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terlaksana dengan baik
tanpa bantuan dan bimbingan dari semua pihak. Pada kesempatan ini,
perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ayah dan Mama tercinta yang selalu memberikan dukungan, semangat,
kasih sayang dan do’a yang tiada henti-hentinya. Nana yang bersedia
mengoreksi tulisan penulis, Uta dan Namat yang selalu bikin kesel tapi
tetap bersedia menolong penulis kalau lagi cape.
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, Ms sebagai dosen pembimbing I dan Bapak
Afif Sulfa SE, Ak, M.Si sebagai pembimbing II yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan, arahan serta motivasi kepada enulis
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Drs. M. Faisal badroen MBA, selaku Dekan Fakultas Eonomi dan
Ilmu Sosial UIN Suarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Drs. Abdul Hamid Cebba, Ak., MBA. Selaku ketua Jurusan
Akuntansi dan Sekretaris FEIS Jurusan Akuntansi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
9
5. Segenap Bapak/Ibu dosen FEIS yang telah memberikan ilmu yang tak
ternilai serta karyawan/staff akademik dan perpustakaan FEIS atas
pelayananya.
6. Bapak Taufik yang telah banyak memberikan kesempatan untuk konsultasi
kepada penulis, Bapak Arya, Ibu Ganti, Bapak Suhada, Ibu Prapti, Ibu
Ijah, Bapak Siskrisman, Ibu Maryana, Pak Rizal, Pak Dani dan seluruh
karyawan/staff Dinas Pendapatan Daerah.
7. Ibu Arneti, Bapak Setyoko, Ibu Zakiah dan segenap karyawan/staff Suku
Dinas Pendapatan Daerah Jakarta Pusat I yang telah membantu dalam
memperoleh data penelitian skripsi ini.
8. Tek Lena dan Om Buyung yang dengan tulus bersedia membantu dan
memberikan dukungan kepada penulis.
9. Edi dan Idrus yang sudah berjuang bersama-sama menyelesaikan skripsi,
Dbot, Lia, Muba, Ria, Itoh, Ijet (yang sudah lulus duluan), teman-teman
akuntansi A angkatan 2003 (Laily, Jamaroh, Sera, Nur, Titi, Riri, Tami,
Ijo, Aqil, Sandy, Agus, Fiqh,Jordan, Arfan, Dien, Boy, Jordan. Yang telah
memberi dukungan, bantuan serta selalu memotivasi penulis. Terimakasih
banyak semua.
10. Keluarga besar Ekonomi angkatan 2003 FEIS UIN Syahid Jakarta, tetap
semangat dan sukses mencapai cita-cita.
Akhir kata, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima
kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian
skripsi ini. Penulis juga berharap semoga laporan ini bermanfaat dan memperoleh
tambahan pengetahuan setelah membacanya.
DAFTAR ISI
ABSTRACT.................................................................................................. iv
ABSTRAK.................................................................................................... v
KATA PENGANTAR.................................................................................. vi
DAFTAR ISI................................................................................................. ix
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................ 1
B. Perumusan Masalah........................................................................... 7
1. Pengertian Pajak………………………………………………... 10
2. Fungsi Pajak…………………………………………………….. 12
B. Pajak Hotel......................…………………………………………… 19
C. Pajak Restoran...…………………………………………………….. 25
D. Pendapatan Daerah.............................................................................. 30
E. Penelitian Sebelumnya........................................................................ 33
F. Kerangka Pemikiran........................................................................... 34
G. Hipotesis.............................................................................................. 35
D. Metode Analisis…………………………………………………….. 39
5. Struktur Organisasi........................................................................ 56
b. Uji Hipotesis........................................................................... 71
A. Kesimpulan ........................................................................................ 79
B. Implikasi............................................................................................. 80
C. Saran................................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 81
13
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Jakarta adalah ibu kota negara dan merupakan pusat pemerintahan. Sebagai
ibu kota negara, maka banyak terdapat lembaga pemerintahan dan pusat bisnis
terdapat Warga Negara Asing (WNA) yang bekerja dan melakukan kegiatan
bisnis di Jakarta. Selain itu, Jakarta juga menjadi kota tujuan pariwisata, baik
dan restoran (rumah makan) sangat tinggi. Hal ini membuat hotel dan restoran
tinggal sementara dan retoran adalah tempat untuk makan. Wisatawan sangat
Jakarta. Disamping fungsi utamanya, hotel dan restoran juga sering dijadikan
oleh berbagai pihak, baik dari kalangan pejabat tinggi negara, pebisnis, sampai
organisasi.
Gaya hidup masyarakat modern saat ini juga menjadikan hotel dan
restoran sebagai ajang berkumpul dan bergaul, tidak hanya anak-anak muda
tetapi juga orang tua menggunakan hotel dan retoran sebagai tempat untuk
ulang tahun sampai arisan. Dewasa ini, banyak bermunculan hotel dan
restoran yang menawarkan jasa dengan tarif miring atau rendah, sehingga
tidak hanya dari kalangan atas saja yang dapat menggunakan jasa hotel dan
DKI Jakarta, jumlah hotel dan restoran di Jakarta sampai Desember 2007
tercatat sebesar 771 untuk hotel dan 5.031 untuk restoran. Pertumbuhan
jumlah hotel selama satu tahun meningkat hingga hampir 100 hotel dari tahun
hingga lebih dari 500 restoran dari tahun sebelumnya yang berjumlah 4.516
signifikan dalam satu tahun dan tingginya antusias masyarakat terhadap hotel
dan restoran yang ada di Jakarta, dapat diasumsikan besar pendapatan yang
diterima hotel dan restoran juga tinggi, hal ini mengindikasikan bahwa
penerimaan pajak daerah dari sektor hotel dan restoran juga meningkat.
18
bagian, yaitu: pajak propinsi yang terdiri dari pajak kendaraan bermotor dan
kendaraan diatas air; bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan diatas
pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan, dan pajak kabupaten/kota
yang terdiri dari pajak hotel; pajak restoran; pajak hiburan; pajak reklame;
pajak hotel dan restoran menyumbangkan setidaknya 15% dari jumlah seluruh
daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan
kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan
daerah.
penerimaan dari sektor pajak hotel dan restoran meningkat, maka akan
bukan hanya dilihat dari berkembangnya jumlah wajib pajak hotel dan
restoran, namun juga dari tingkat kepatuhan wajib pajak (tax compliance)
pengertian kepatuhan pajak dalam hal ini diartikan bahwa wajib pajak
19
kepatuhan Wajib Pajak dapat diidentifikasi dari kepatuhan Wajib Pajak dalam
Kepatuhan wajib pajak bisa tercermin dalam nilai selisih antara rencana
semua wajib pajak hotel dan restoran menaati dan patuh terhadap peraturan
dengan realisasi penerimaan menjadi nol. Oleh karena itu, secara sederhana
illegal yang disebut tax evasion, maupun penghindaran pajak tidak dengan
fraud dan dilakukan secara legal yang disebut tax avoidance. Pada akhirnya
20
tax evasion dan tax avoidance mempunyai akibat yang sama, yaitu
pajak merupakan pilihan yang tepat disamping penerimaan dari sumber migas
dan non migas, karena jumlahnya yang relatif stabil. Dan dari sektor tersebut
keuangan negara dapat berjalan dengan lancar dan baik. Dari tahun ke tahun
oleh Sapto Nur Edie (2005) dengan judul “Analisis Pengaruh Penerimaan
Pajak Hotel dan Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah (Studi Kasus
dilakukan pada periode 1995-2004. Sapto Nur Edie menggunakan metode uji
dan restoran terhadap pendapatan asli daerah cukup tinggi yaitu sebesar
93,4%.
Selain itu ada juga penelitian yang dilakukan oleh Heri Purnama (2006),
2005”. Adapun kesimpulan yang didapat oleh Heri, yaitu: Jumlah wisatawan
objek penelitian yang penulis uji adalah tingkat kepatuhan wajib pajak hotel
penelitian regresi linier berganda. Selain itu, sampel yang diambil hanya dari
bulan Januari sampai Desember tahun 2007. Sementara objek penelitian yang
dilakukan oleh Sapto adalah jumlah penerimaan pajak hotel dan restoran serta
Hery adalah jumlah kunjungan wisatawan lokal dan asing dengan tujuan
penulis ingin mengetahui berapa besar tingkat kepatuhan wajib pajak hotel
B. Perumusan Masalah
penelitian pada Suku Dinas Pendapatan Daerah Jakarta Pusat I dan membahas
23
1. Tujuan Penelitian
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi akademis,
b. Bagi mahasiswa,
selanjutnya.
24
kuliah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Pajak
Umum dan Tata Cara Perpajakan pasal 1 ayat 1, Pajak adalah kontribusi
wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
daya dari sektor privat kepada sektor publik. Pemahaman ini memberikan
sektor pemerintah) atau pengertian secara yuridis (pajak adalah iuran yang
pelaksanaannya.
27
maupun pembangunan.
wajib pajak.
2. Fungsi Pajak
Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan pajak. Dewasa ini pajak
c. Fungsi Stabilitas.
dapat dikendalikan. Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan
Smith dalam bukunya An Inquiri into the Nature and Cause of the Wealth
waktu atau asas kesenangan): pajak harus dipungut pada saat yang
tepat bagi wajib pajak (saat yang paling baik), misalnya disaat wajib
hadiah.
Wajib Pajak ditentukan oleh Dirjen Pajak (Wajib Pajak pasif). Sistem
sekarang.
disetor dan dilaporkan sendiri oleh Wajib Pajak. Sementara itu, aparat
a. Pengertian Kepatuhan
lebih dari 3 (tiga) masa pajak untuk setiap jenis pajak dan tidak
berturut-turut.
3) SPT masa yang terlambat itu disampaikan tidak lewat dari batas
B. Pajak Hotel
bayaran. Pengenaan pajak hotel tidak mutlak ada pada seluruh daerah
kabupaten atau kota yang ada di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan
Oleh karena itu, untuk dapat dipungut pada suatu daerah kabupaten atau
daerah tentang pajak hotel. Peraturan itu akan menjadi landasan hukum
hukum yang jelas dan kuat sehingga harus dipatuhi oeh masyarakat dan
pihak terkait. Dasar hukum pemungutan pajak hotel pada suatu kabupaten
retribusi daerah.
kabupaten/kota dimaksud.
hotel.
termasuk objek pajak, yaitu (Perda DKI Jakarta No. 7 Tahun 2003, Ps.
3 ayat 2):
umum di hotel.
Pada pajak hotel, yang menjadi subjek pajak adalah orang pribadi
atau badan yang melakukan pembayaran atas pelayanan hotel (Perda DKI
Jakarta No. 7 Tahun 2003, Ps. 4). Secara sederhana yang menjadi subjek
diberikan oeh pengusaha hotel. Sementara itu, yang menjadi wajib pajak
adalah pengusaha hotel, yaitu orang pribadi atau badan dalam bentuk apa
usaha dibidang jasa penginapan. Dengan demikian, subjek pajak dan wajib
pajak pada pajak hotel tidak sama. Konsumen yang menikmati pelayanan
pajak terutang. Selain itu, wajib pajak dapat menunjuk seorang kuasa
38
kewajiban perpajakannya.
dilakukan kepada hotel (Perda DKI Jakarta No. 7 Tahun 2003, Ps. 5).
penggantian dihitung atas dasar harga pasar yang wajar pada saat
atau badan yang menggunakan jasa hotel dengan pengusaha hotel, baik
pajak kepada wajib pajak untuk harga jual baik jumlah uang yang
(Perda DKI Jakarta No. 7 Tahun 2003, Ps. 6). Hal ini dimaksudkan
Tahun 2003, Ps. 7). Secara umum perhitungan pajak hotel adalah
sebagai berikut:
kepada hotel
40
kepada hotel “ABC” pada poin a di atas dan apabila besarnya tarif
pajak yang ditetapkan pada kota di mana hotel “ABC” berlokasi adalah
10%, maka dapat dihitung besarnya pajak hotel yang terutang, yaitu
Siahaan, 2005:251).
C. Pajak Restoran
Jakarta No. 8 Tahun 2003 Ps. 2). Pemungutan pajak restoran di Indonesia
pajak daerah dan reribusi daerah dan peraturan pemerintah nomor 65 tahun
tahun 1997 pajak atas hotel disamakan dengan restoran dengan nama pajak
tahun 2000 jenis pajak tersebut dipisahkan menjadi dua jenis pajak yang
kabupaten atau kota yang ada di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan
Oleh karena itu, untuk dapat dipungut pada suatu daerah kabupaten atau
dasar hukum yang jelas dan kuat sehingga harus dipatuhi oleh masyarakat
dan pihak yang terkait. Dasar hukum pemungutan pajak restoran pada
Siahaan, 2005:272):
retribusi daerah.
restoran.
kabupaten/kota dimaksud.
42
yang tidak termasuk objek pajak, yaitu (Perda No. 8 Tahun 2003 Ps. 3
ayat 2):
per tahun.
Subjek pada pajak restoran adalah orang pribadi atau badan yang
Tahun 2003 Ps. 5 ayat 1). Secara sederhana yang menjadi subjek pajak
43
pajak adalah pengusaha restoran (Perda DKI Jakarta No. 8 Tahun 2003 Ps.
5 ayat 2), yaitu orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam
rumah makan. Dengan demikian, subjek pajak dan wajib pajak pada pajak
jawab secara pribadi atas pembayaran pajak terutang. Selain itu, wajib
pajak dapat menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk
a. Dasar Pengenaan
dilakukan kepada restoran (Perda DKI Jakarta No. 8 Tahun 2003 Ps.
atau pengantian dihitung atas dasar harga pasar yang wajar pada saat
sama.
pajak kepada wajib pajak untuk harga jual baik jumlah uang yang
termasuk pula semua tambahan dengan nama apa pun juga dilakukan
(Perda DKI Jakarta No. 8 Th. 2003 Ps. 7). Hal ini dimaksudkan untuk
dari 10%
cara mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak (Perda No.
8 Tahun 2003 Ps. 8). Secara umum perhitungan pajak restoran adalah
kepada restoran
kepada restoran “XYZ” pada poin a di atas dan apabila besarnya tarif
adalah 10%, maka dapat dihitung besarnya pajak hotel yang terutang,
Siahaan, 2005:276).
D. Pendapatan Daerah
daerah. PAD harus betul-betul dominan dan mampu memikul beban kerja
dari subsidi atau dari sumbangan pihak ketiga atau pinjaman daerah.
a. Pajak Daerah
Adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan
2003
9) Pajak Air Bawah Tanah dan Air Permukaan - Perda No. 1 Tahun
2004
b. Retribusi daerah
hanya yang membayar retribusi yang menikmati balas jasa dari negara
E. Penelitian Sebelumnya
Terdapat berbagai penelitian tentang pajak hotel dan restoran yang telah
penerimaan pajak hotel dan restoran terhadap pendapatan asli daerah dalam
Dinas Pendapatan Daerah Jakara Pusat dengan periode 1995 sampai 2004 dan
pajak hotel dan restoran terhadap pendapatan asli daerah cukup tinggi yaitu
sebesar 93,4%
Heri Purnama (2006) dengan judul “Analisa Penerimaan Pajak Hotel dan
F. Kerangka Pemikiran
skripsi hingga proses pengujian dilakukan dengan metode uji statistik linier
berganda maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada
Gambar 2.1.
50
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran
Uji Hipotesis:
• Uji Regresi Berganda
• Uji R2
• Uji F-statistik
• Uji t-statistik
G. Hipotesis
ini, yang mungkin betul ataupun mungkin tidak betul, disebut hipotesis.
Pajak Hotel dan Restoran terhadap Penerimaan Daerah. Atau secara statistik
Ha3 : tingkat kepatuhan wajib pajak hotel dan wajib pajak restoran
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
2. Struktur organisasi
Hamid, 2004:24).
Pada umumnya, salah satu syarat yang harus dipenuhi bagi suatu karya
ilmiah adalah research. Research dalam arti yang luas pengertiannya adalah
data yang benar, konkrit dan nyata serta diperlukan dalam lingkungan yang
D. Metode Analisis
berikut:
110)
Hipotesis:
Kriteria Pengujian:
2005: 112)
b. Uji Multikolinearitas
dari 0.1 dan VIF kurang dari 10 maka tidak terjadi multikolinearitas.
Hipotesis:
Kriteria Pengujian:
c. Uji Heterokedasitas
Hipotesis:
Kriteria Pengujian:
titik (point-point) yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur
Heteroskedastisitas. Dan jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik
d. Uji Autokorelasi
kesalahan pada periode t-1. Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada
problem Autokorelasi. Tentu saja model regresi yang baik adalah yang
Hipotesis :
2. Uji Hipotesis
a. Regresi Berganda
berikut:
Y = a + b1 x 1 + b2 x2 + ei
58
Keterangan:
a = Konstanta
Hotel)
Restoran)
ei = Standar Error
dijelaskan oleh variabel independen dan tidak ada faktor lain yang
probability t lebih besar dari 0.05 maka tidak ada pengaruh dari
Kriteria pengujian:
tingkat signifikan sebesar 0.05. jika nilai F probability lebih besar dari
jika nilai F probability lebih kecil dari 0.05 maka model regresi dapat
Kriteria pengujian:
kepatuhan wajib pajak hotel dan wajib pajak restoran (X) terhadap
yaitu variabel bebas (X) dan Variabel terikat (Y). Variabel bebas adalah tipe
variabel terikat adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh
hotel pada penelitian ini dilihat dari keaktifan wajib pajak dalam
restoran pada penelitian ini dilihat dari keaktifan wajib pajak dalam
3. Penerimaan Pajak Daerah adalah jumlah seluruh pajak yang diterima oleh
BAB IV
1. Tempat Penelitian
Jakarta Pusat I yang berlokasi di Jalan Abdul Muis No. 66 Tanah Abang
Jakarta Pusat. Penelitian ini dilakukan pada Seksi Penetapan, dan Seksi
2. Sejarah Pendirian
daerah.
bahwa daerah Indonesia akan dibagi dalam Propinsi dan Daerah propinsi
akan dibagi pula dalam Daerah yang lebih kecil. Di daerah-daerah yang
Tahun 1945 yang isinya sangat singkat yaitu hanya terdiri dari 6 pasal, tapi
yang memuat sistem Otonomi Indonesia, dan ini merupakan awal mula
berdasarkan kedaulatan rakyat. Jadi lebih luas dari pada otonomi Belanda
Pemerintah Pusat.
Indonesia tersebut harus diatur dan dikelola dengan baik, sehingga mampu
Hal ini sejalan dengan prinsip, tujuan dan arah perjuangan Indonesia
daerah adalah sebagai bagian dari mekanisme pemerintah pusat dan bukan
adalah hak untuk mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri. Hak
arti luas, yang meliputi segala segi kehidupan dan penghidupan dan sudah
pemerintah pusat.
lainnya yang sah, melalui tindakan dan cara yang tepat antara lain dengan
September 1952 (Lembar Kota 1952 Nomor 27) dibentuk Suku Bagian
Pendapatan Daerah adalah unit kerja yang murni milik daerah yang
(Lembar Kota 1952 Nomor 27) dibentuk Suku Bagian Padjak pada
Raja.
Padjak.
Jakarta.
Ibukota Jakarta.
nama atau sebutan dan tetap dengan sebutan Dinas Pendapatan Daerah,
kondisi.
DKI Jakarta tidak terjadi adanya perubahan nama atau sebutan dan
masyarakat.
4) Pelayanan prima
5) Pengembangan profesionalisme
5. Struktur Organisasi
Organisasi Dinas Pendapatan Daerah yang dapat dilihat pada Gambar 4.1,
Pendapatan Daerah;
5) melaksanakan urusanperlengkapan;
Pendapatan Daerah.
tugas:
kewenangannya;
(SKPD);
Daerah;
pendapatan daerah.
keberatan;
pajak daerah;
daerah;
kewenangannya;
mempunyai tugas:
kewenangannya;
berlaku;
pendapatan daerah;
daerah;
Struktur
ada satu yang terdiri dari 9 kecamatan. Namun, sesuai dengan Keputusan
Gubernur Nomor 329 Tahun 2002 Tentang Penetapan Wilayah Kerja Suku
Jakarta, wilayah kerja Suku Dinas Pendapatan Daerah Jakarta Pusat dibagi
menjadi dua, yaitu Suku Dinas Pendapatan Daerah Jakarta Pusat I yang
terdiri dari 4 kecamatan yaitu: Tanah Abang; Menteng; Senen dan Johar
Baru, dan Suku Dinas Pendapatan Daerah Jakarta Pusat II yang juga terdiri
Daerah Jakarta Pusat I adalah terdiri dari: Pajak Hotel, Pajak Restoran,
Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak ABT (Air Bawah Tanah), dan Pajak
hotel dan pajak restoran merupakan sumber pendapatan pajak daerah yang
utama. Karena penerimaan dari Pajak Hotel dan Pajak Restoran adalah
Daerah Jakarta Pusat I perbulan tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 4.1
Tabel 4.1
Daftar Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Daerah
Suku Dinas Pendapatan Daerah Jakarta Pusat I
Rencana Realisasi
Bulan Presentase
penerimaan penerimaan (Y)
Januari 42.080.260.417 34.453.342.249 81,87%
Februari 84.166.520.833 65.757.592.680 78,13%
Maret 126.249.781.250 95.743.142.008 75,83%
April 168.333.041.667 130.185.946.695 77,34%
Mei 210.416.302.083 164.125.667.952 78,00%
Juni 252.499.562.500 200.818.107.651 79,53%
Juli 294.582.822.917 235.990.807.571 80,11%
Agustus 336.666.083.333 275.032.970.016 81,69%
September 378.749.343.750 313.328.336.787 82,73%
Oktober 420.832.604.167 351.189.935.983 83,45%
Nopember 462.915.864.583 386.513.617.204 83,50%
Desember 504.999.125.000 431.920.987.789 85,53%
Sumber: Bagian Penagihan dan Keberatan SuDin Penda Jakarta Pusat I
turun menjadi 78,13% dan pada bulan Maret penerimaan pajak turun
Seperti yang kita ketahui, sejak berlakunya Perda No. 4 Tahun 2002
tentang Ketentuan Umum Pajak Daerah, Pajak Hotel dan Restoran yang
sebelumnya menjadi satu dipisah menjadi Pajak Hotel dan Pajak Restoran.
Hal ini dilakukan karena adanya ketidakjelasan objek pajak antara pajak
hotel dan pajak restoran. Dengan dipisahnya kedua objek pajak tersebut,
maka pemerintah dapat menggali potensi yang lebih besar dari pajak hotel
Tabel 4.2
Rekapitulasi Pertumbuhan dan Kepatuhan Dalam Penyetoran SPT
Masa Wajib Pajak Hotel Dan Restoran
Tahun 2007
Hotel Restoran
Bulan WP WP
Jumlah Patuh Jumlah Patuh
WP (X1) % WP (X2) %
Januari 55 52 94.55 385 279 72.47
Februari 55 52 94.55 385 281 72.99
Maret 55 51 92.73 389 286 73.52
April 55 51 92.73 397 284 71.54
Mei 55 50 90.91 403 293 72.70
Juni 55 52 94.55 419 297 70.88
Juli 55 50 90.91 419 299 71.36
Agustus 55 41 74.55 428 306 71.50
September 55 50 90.91 437 305 69.79
Oktober 55 49 89.09 437 310 70.94
Nopember 55 46 83.64 439 295 67.20
Desember 55 45 81.82 442 308 69.68
80
Tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa jumlah wajib pajak hotel tetap
selama tahun 2007 yaitu berjumlah 55 wajib pajak dan kepatuhan wajib
pajak hotel mengalami penurunan pada bulan Januari sampai Mei. Bulan
Juni kepatuhan wajib pajak naik hingga 94,55% namun pada bulan
Agustus turun drastis hingga 74,55% kemudian naik lagi pada bulan
wajib pajak restoran. Kepatuhan wajib pajak restoran sempat naik pada 3
dengan krisis pangan dan kenaikan harga bahan pokok yang menyebabkan
Menurut dia, jumlah itu sudah cukup mulai menggoyang jalannya usaha
sebab kondisinya diikuti oleh daya beli konsumen yang merosot (Kompas,
3 Februari 2008).
yang optimal sehingga masih ada wajib pajak hotel yang masih belum
terdapat data yang tidak sesuai dengan laporan yang wajib pajak yang
disampaikan.
Untuk dapat lebih jelas mengenai pengujian ini, berikut ini akan
pengujian data penelitian ini dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut
ini:
Gambar 4.2
Grafik Normality probability Plot
83
1.0
0.8
0.4
0.2
0.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
H1 ditolak).
2) Uji Multikolinearitas
Apabila Tolerance lebih dari 0.1 dan VIF kurang dari 10 maka
Tabel 4.3
Hasil Identifikasi uji Multikolineariti
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 (Contant)
Kepatuhan WP Hotel .653 1.530
Kepatuhan Wp Restoran .653 1.530
a. Dependent Variable: Penerimaan Pajak
VIF tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1.
3) Uji Heterokedasitas
Gambar 4.3
Grafik Hasil Uji Heterokedasitas
85
Scatterplot
2
Regression Studentized Residual
-1
-2
-3
-2 -1 0 1 2
4) Uji Autokorelasi
Tabel 4.4
Model Summary(b)
R Adjusted Durbin-
Model R Square R Square Watson
a
1 .856 .733 .674 1.095
b. Uji Hipotesis
dapat dijelaskan oleh variabel independen dan tidak ada faktor lain
Tabel 4.5
Koefisien Determinasi
Model Summary b
0.05. Jika nilai probability t lebih besar dari 0.05 maka tidak ada
Tabel 4.7
Hasil Uji t-Statistik
Coefficient a
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (constant) -19480806901508.565 1E+012 -1.782 .108
Kepatuhan WP Hotel -9044803306.032 8E+009 -.229 -1.074 .311
Kepatuhan WP Restoran 8852362593.881 3E+009 .701 3.291 .009
0.311 atau lebih besar dari 0.05 maka Ha1 ditolak, berarti secara
sebesar 0.009 atau lebih kecil dari 0.05 maka Ha2 diterima, berarti
daerah.
tinggi dan wajib pajak yang patuh juga lebih besar, namun
sebesar 0,001 dan 0,099 pada tingkat signifikansi 0,05. Maka dapat
pajaknya
nilai F probability lebih besar dari 0.05 maka model regresi tidak
Tabel 4.6
Hasil uji F-statistik
Sum of
Df Mean Square F Sig.
Model Squares
1 Regression
T 1.4E+023 2 6.848E+022 12.358 .003a
Residual 5.0E+022 9 5.542E+021
Total 1.9E+023 11
a
91
Y = a + b1 x 1 + b2 x 2 + ei
bahwa jika tidak ada wajib pajak hotel dan restoran yang patuh
kepada wajib pajak yang nakal. Selain itu, juga perlu di dukung
wajib pajak akan patuh karena mereka berpikir bahwa mereka akan
jenis pungutan pajak daerah dan retribusi daerah yang sudah ada.
94
BAB V
A. Kesimpulan
menggunakan sampel 1 tahun yaitu dari bulan Januari sampai bulan Desember
2007. Berdasarkan pembahasan dan analisis dari hasil penelitian, maka dapat
1. Hasil Uji t menunjukkan bahwa Ha1 ditolak, berarti secara parsial tidak
ada pengaruh antara variabel tingkat kepatuhan wajib pajak hotel terhadap
Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Hotel dan Wajib Pajak Restoran secara
B. Implikasi
Pajak daerah merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam
umum, pengadaan sarana transportasi umum dan lain sebagainya karena pajak
pada hakikatnya dari masyarakat, oleh masyarakat, dan pada akhirnya juga
untuk masyarakat.
C. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Bukhori, “Pengantar Hukum Pajak”, Edisi Revisi, Cet. IV, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2002.
Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 329 Tahun 2002 Tentang Organisasi
dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Propinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta.
Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 7 Tahun 2003 Tentang Pajak Hotel.
Peratutan Daerah DKI Jakarta Nomor 8 Tahun 2003 Tentang Pajak Restoran.
Sapto Nur Edie, “Analisis Pengaruh Penerimaan Pajak Hotel dan Restoran
Terhadap Pendapaan Asli Daerah (Studi Kasus pada Suku Dinas
Pendapatan Daerah Jakarta Pusat)”, FEIS UIN, 2005.
Siahaan, Marihot, “Pajak Daerah dan Retribusi Daerah”, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2005.
Sudjana, “Statistika untuk Ekonomi dan Niaga”, Penerbit Tarsito, Bandung, 1993.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.
Gambar 4.1
STRUKTUR ORGANISASI
SUKU DINAS PENDAPATAN DAERAH JAKARTA PUSAT I
KEPALA SUDIPENDA
KODYA JAKARTA PUSAT I
Drs. H. MUHAMMAD ALI, M.Si.
470035144 / 049944, 22-02-1955
KASI PDK TANAH ABANG KASI PDK SENEN KASI PDK MENTENG
DAHLAN SIPAHUTAR, SH. MH. AZHAR AMIR, SE, M.Si. GEORGEUS HERMAN, S Sos